Saat Indonesia baru saja merdeka, pemerintah Indonesia masih belum mengatur sistem pemerintahannya secara sempurna. Para founding fathers atau pendiri Indonesia masih terus berusaha mencari sistem pemerintahan yang tepat untuk Indonesia. Dalam catatan sejarah politik Indonesia, disebutkan bahwa Soekarno-Hatta dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada 18 Agustus 1945.
a. Perubahan sistem pemerintahan Indonesia
Semenjak proklamasi pada 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem dan struktur pemerintahan. Setelah proklamasi kemerdekaan, sejak 18 Agustus 1945 bentuk dan sistem pemerintahan kita dikenal dengan negara kesatuan (unitary system). Tiga bulan kemudian, pada 24 November 1945, bentuk negara kesatuan berubah menjadi negara serikat (federal system). Alasan yang menonjol saat itu, kekuasaan presiden yang besar dikhawatirkan negara-negara lain akan menjadi kekuasaan yang otoriter seperti Jepang yang baru menjajah kita. Dalam bentuk negara serikat ini mulai tumbuh partai politik. Bung Karno yang menjadi presiden dan berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintah di negara kesatuan tetap menjadi presiden dan Bung Hatta juga tetap menjadi wakil presiden. Namun, Bung Karno hanya berfungsi sebagai kepala negara, sebaliknya yang menjadi kepala pemerintah adalah pimpinan partai politik yang disebut sebagai perdana menteri. b. Pembentukan partai-partai politik Partai politik yang pertama kali dibentuk di Indonesia adalah De Indische Partij pada 25 Desember 1912, oleh Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Lahirnya De Indiche Partij menjadi tonggak awal adanya pergerakan dan kesadaran nasionalisme. Seiring berjalannya waktu, partai politik lain satu per satu juga mulai terbentuk di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pemerintah beberapa kali mengeluarkan maklumat, salah satunya maklumat 3 November 1945. Maklumat 3 November 1945 dikeluarkan dan ditandatangani oleh Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta di Jakarta, yang berisi imbauan tentang pendirian partai politik. Pada 29 Agustus 1945, pemerintah membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bertugas membantu presiden. Setelah itu, pemerintah mendirikan Kabinet Presidensial pada 12 September 1945, yang menandakan bentuk pemerintahan presidensial dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai partai tunggal.
2. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal
Berikut perkembangan politik masa demokrasi liberal. a. Kembalinya Indonesia menjadi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Pada masa awal kemerdekaan, para pendiri bangsa sepakat memilih Negara Kesatuan sebagai bentuk negara Indonesia. Namun, agresi militer yang dilakukan oleh Belanda memaksa pemimpin Indonesia memilih bentuk Negara Serikat sesuai perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB). Setelah perjanjian KMB, Indonesia resmi berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal tersebut dilakukan agar Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari dunia internasional.Republik Indonesia Serikat terdiri dari terdiri dari 7 negara bagian dan 9 daerah otonom, Republik Indonesia menjadi negara bagian RIS. Namun, Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama. Desakan untuk kembali ke bentuk kesatuan terjadi di negara-negara bagian RIS. Negara-negara bagian RIS satu per satu membubarkan diri dan memutuskan bergabung dengan Republik Indonesia. Pemimpin partai Masyumi, Muhammad Natsir, merasa hasil Konferensi Meja Bundar seperti langkah Belanda untuk memecah Indonesia. Maka, Muhammad Natsir menyampaikan gagasan di DPRS RIS untuk kembalinya sistem pemerintahan Indonesia ke bentuk kesatuan. Gagasan Natsir dikenal sebagai Mosi Integral Natsir. Akhirnya, Presiden Sukarno membubarkan RIS pada 17 Agustus 1950 dan secara resmi kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). b. Pergantian kepala pemerintahan Indonesia Kepala pemerintahan Indonesia adalah pemimpin pemerintahan yang menjalankan kekuasaan eksekutif tertinggi di Indonesia karena Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem seperti ini juga dianut oleh sejumlah negara lain seperti misalnya Amerika Serikat, Filipina serta berbagai negara di Amerika Latin. Namun di berbagai negara jabatan kepala pemerintahan dipisahkan dari jabatan kepala negara. Di Indonesia jabatan ini pun pernah dipisahkan ketika Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer antara 1945 - 1959. Dalam sistem ini kepala pemerintahan Indonesia dijabat oleh seorang perdana menteri. Sistem ini berakhir ketika Presiden Soekarno mengumumkan Dekret 5 Juli 1959 yang menyatakan bahwa Indonesia mengubah sistem pemerintahannya menjadi sistem pemerintahan presidensial dan merangkap jabatan kepala negara serta kepala pemerintahan. c. Dekret Presiden Gagalnya konstituante melaksanakan tugasnya dan rentetan peristiwa politik dan keamanan yang mengguncangkan persatuan dan kesatuan bangsa mencapai klimaksnya pada bulan Juni 1959. Akhirnya demi keselamatan negara berdasarkan staatsnoodrecht (hukum keadaan bahaya bagi negara) pada hari Minggu tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. 3. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Terpimpin Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuasaan presiden sangat besar sehingga cenderung ke arah otoriter. Akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945. Soekarno dengan konsep Demokrasi Terpimpinnya menilai Demokrasi Barat bersifat liberal dan tidak dapat menciptakan kestabilan politik. Pada masa demokrasi terpimpin terjadi beberapa kegiatan politik, antara lain sebagai berikut. a. Konsepsi Demokrasi Terpimpin Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. b. Pembebasan Irian Barat Sejarah singkat tentang peristiwa pembebasan irian barat adalah: pembebasan irian barat dilakukan oleh presiden Sukarno pada saat itu karena Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat sesuai dengan perjanjian Konferensi Meja Bundar. c. Politik Mercusuar Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan untuk menjadikan Indonesia sebagai mercusuar yang menerangi jalan bagi kekuatan baru yang tumbuh di dunia ini. Politik mercusuar ini pernah dijalankan oleh Presiden Soekarno pada masa demokrasi terpimpin pada tahun 1957 untuk politik luar negeri. d. Konfrontasi dengan Malaysia Konfrontasi Indonesia–Malaysia atau Konfrontasi Borneo (juga dikenal dengan Bahasa Indonesia / Melayu, Konfrontasi) adalah konflik bersenjata dari tahun 1963 hingga 1966 yang bermula dari penentangan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia. e. Keluarnya Indonesia dari PBB Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa Indonesia keluar dari PBB secara resmi pada tanggal 1 Januari 1965. Jadi, alasan utama Indonesia keluar dari PBB adalah karena terpilihnya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
B. Perkembangan Ekonomi Indonesia
1. Perkembangan Ekonomi Indonesia Awal Kemerdekaan
Kondisi ekonomi pada masa awal kemerdekaan sangat memprihatinkan karena inflasi, belum punya mata uang Republik Indonesia, peredaran mata uang asing, dan kas negara kosong. Secara politik, keadaan Indonesia di awal kemerdekaan belum mapan, terjadi ketegangan, kekacauan dan berbagai insiden. Pascaproklamasi, pemerintah Indonesia berusaha mengeluarkan kebijakan untuk menstabilkan perekonomian bangsa. Kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut. a. Diplomasi Beras Diplomasi beras adalah bantuan berupa beras yang diberikan Indonesia kepada India. Dipelopori Sutan Sjahrir pada 1946. b. Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) Badan Perancang Ekonomi (Planning Board) dibentuk pada tanggal 19 Januari 1947 atas inisiatif Menteri Kemakmuran, yaitu dr. A.K. Gani. Tugas badan ini adalah membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu dua sampai dengan tiga tahun. c. Menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) Melalui Keputusan Menteri Keuangan tanggal 29 Oktober 1946 ditetapkan berlakunya ORI secara sah mulai 30 Oktober 1946 pukul 00.00, diperkuat dengan Undang-Undang tanggal 1 Oktober 1946 yang menetapkan penerbitan ORI. d. Program Pinjaman Nasional Pinjaman Nasional merupakan upaya pemerintah RI untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pinjaman nasional yang dilakukan pada masa Menteri keuangan Ir. Surachman atas persetujuan BPKNIP.
2. Perkembangan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Liberal
Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal tidak menunjukkan arah yang stabil. Anggaran pemerintah mengalami defisit atau kekurangan. Defisit itu disebabkan antara lain oleh beberapa hal berikut ini. Pengeluaran pemerintah yang semakin meningkat karena tidak stabilnya situasi politik. Kabinet-kabinet penguasa melakukan kebijakan dan tindakan ekonomi sebagai berikut. a. Gunting Syafaruddin Gunting Syafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafrudin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950. Kebijakan itu dikenal sebagai kebijakan berani yang ditetapkan Pemerintah Indonesia dengan cara menggunting fisik uang kertas. b. Nasionalisasi Dejavasche Bank menjadi Bank Indonesia Pada 10 April 1953, parlemen menyetujui usulan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia (BI). Presiden Soekarno kemudian menerbitkan surat keputusan mengenai peresmian BI sebagai bank sirkulasi atau bank sentral Indonesia pada 10 April 1953 dan mulai berlaku sejak 1 Juli 1953. c. Gerakan Benteng Program Gerakan Benteng adalah program dimana pemerintah berencana untuk membangun ekonomi nasional dengan cara membatasi barang-barang Impor dari luar negeri dan memperkuat barang prokduksi dalam negeri. d. Sistem ekonomi Ali-Baba Sistem ekonomi Ali Baba adalah sistem ekonomi yang pernah diterapkan pada masa Demokrasi Liberal. Lewat sistem ekonomi ini, pengusaha non-pribumi diharuskan membantu orang pribumi dalam menjalankan usahanya, dengan cara memberi pelatihan dan memberi kredit kepada mereka. Istilah Ali Baba sendiri berasal dari kata Ali (untuk pengusaha pribumi) dan Baba (pengusaha non-pribumi).
3. Perkembangan Ekonomi Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Pada masa demokrasi terpimpin, kondisi perekonomian Indonesia sangat tidak stabil. Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah permasalahan yang ada, seperti inflasi yang tinggi, menipisnya cadangan devisi, kegiatan ekspor dan impor yang macet, hingga naiknya harga kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahun 1963, Dapernas dibubarkan dan diganti dengan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan ini diketuai oleh Presiden Soekarno, dan mempunyai tugas sebagai berikut. a. Menyusun rencana jangka panjang dan tahunan. b. Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan. c. Menyiapkan dan mengawasi mandataris untuk MPRS.