NAMA KLOMPOK:
VIRAS
JOSUA
ABDI
Bangsa Indonesia sudah mengalami beberapa rezim pemerintahan dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Dimulai dari era setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga saat
ini bangsa Indonesia mengalami beberapa pergantian rezim dan pasang surut terutama dalam
bidang politik dan ekonomi. Era pasca kemerdekaan dinamakan dengan era Orde Lama, kemudian
dilanjutkan oleh era Orde Baru dan berlanjut ke era Reformasi. Dari sudut pandang politik, terdapat
berbagai perbedaan keadaan dan perkembangan pada ketiga era tadi. Berikut adalah penjelasan
lengkap mengenai Perkembangan Politik Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi:
KNIP kemudian mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik
Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra,
Kalimantan (tidak termasuk wilayah Brunei, Sarawak dan Sabah), Sulawesi, Nusa Tenggara serta
Maluku (termasuk Papua). Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi
partai yang ditandai dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat
Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945. Menjelang Pemilihan Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal
bahwa jumlah parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan.
Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia
dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13 Tahun
1960 yang mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-partai.
Kemudian pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai yang mendapat
pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai berikut: PNI, NU, PKI, PSII,
PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO. Namun, setahun
sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan.
Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal ini tidak
berarti bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik dapat
terkurangi. Untuk mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di Bogor pada
tanggal 12 Desember 1964 yang menghasilkan "Deklarasi Bogor".
Moh. Mahfudz, (1998:373-375) dalam Politik Hukum di Indonesia, secara lebih spesifik
menguraikan perkembangan konfigurasi politik Indonesia ketika itu sebagai berikut:
Pertama, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, terjadi pembalikan arah
dalam penampilan konfigurasi politik. Pada periode ini konfigurasi politik menjadi
cenderung demokratis dan dapat diidentifikasi sebagai demokrasi liberal. Keadaan ini
berlangsung sampai tahun 1959, dimana Presiden Soekarno menghentikannya melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada periode ini pernah berlaku tiga konstitusi, yaitu
UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950.
Kedua, konfigurasi politik yang demokratis pada periode 1945-1959, mulai ditarik
lagi ke arah yang berlawanan menjadi otoriter sejak tanggal 21 Februari 1957, ketika
Presiden Soekarno mengutarakan konsepnya tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi
Terpimpin merupakan pembalikan total terhadap sistem demokrasi liberal yang sangat
ditentukan oleh partai-partai politik melalui free fight.
Pada masa pemerintahan orde lama, indonesia mengalami beragam gejolak politik yang
sangat mempengaruhi jalannya pemerintahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah merdeka Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
MPR atau parlemen. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu
pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil sulit dicapai.
Peran Islam di Indonesia juga menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih condong ke negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
mengharapkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya yang
dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, serta
melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno
secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang
memberikan kekuatan presidensil yang besar.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah
label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju
non-blok, dan kebijakan tersebut didukung para pemimpin penting negara-negara bekas
jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Uni Timur / Soviet maupun Blok Barat /
Eropa dan Amerika. Selain menyatakan dukungannya terhadap Soekarno, Para pemimpin
tersebut juga berkumpul di Bandung pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk
mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut
adalah sebuah "Rencana Neo-Kolonial" untuk memuluskan rencana komersial Inggris di
wilayah tersebut. Selain itu dengan dibentuknya Federasi Malaysia dianggap soekarno akan
memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan
celah kepada negara Australia dan Inggris untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia.
Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan mengijinkan Malaysia
menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan
pengunduran diri Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan
mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO
sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan
pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang didukung penuh oleh Inggris).
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno
untuk memperkuat dukungan terhadap rezimnya dan, dengan restu dari Soekarno, memulai
kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya.
Akan tetapi para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta dan berbalik
melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan.
Kemudian lebih dari puluhan ribu orang yang dituduh PKI kemudian dibunuh. Jumlah korban
jiwa pada 1966 diprediksi mencapai 500.000.
Tetapi kemudian harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud. Karena apabila
dilihat dan dirasakan sejatinya di dalam negeri ini tidak ada perubahan yang substantif dari
suatu kehidupan politik di Indonesia. Antara masa Orde Baru maupun masa Orde Lama
sejatinya sama-sama otoriter. Di dalam perjalanan politik dari pemerintahan Orde Baru,
kekuasaan dari Presiden merupakan semua pusat dari seluruh proses perpolitikan di
Indonesia.Lembaga Kepresidenan juga merupakan pengontrol yang utama dari lembaga
negara lainnya baik itu yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, MA, BPK dan DPA) maupun
yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu, Presiden Soeharto
juga memiliki sejumlah legalitas yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun seperti Pengemban
Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan, maupun Panglima Tertinggi dari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
cabang olahraga lari. Cabang olahraga lari dibagi menjadi beberapa macam, contohnya lari
cepat, lari marathon, dan lain-lain.Laricepat (sprint) adalah nomor lari dengan kecepatan penuh
dengan jarak tempuh meliputi 60 meter, 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Lari cepat
merupakan proses sistem alat gerak dan perangkat otot untuk melakukan gerak yang dibatasi
dengan kecepatan tertentu. Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotorik yang paling
berpengaruh terhadap lari cepat. Kecepatan adalah hasil kerja suatu tenaga pada suatu masa yang
diukur dari hasil jarak persatuan waktu.Lari cepat 100 meter membutuhkan waktu singkat sekitar
10-15 detik dan merupakan olahraga yang sumber energi utamanya dari metabolisme
anaerobik.Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam menciptakan kecepatan dalam berlari, lari
cepat (sprint) sifatnya membutuhkan unsur unsur kekuatan otot, kelincahan dan kecepatan,
dimana hal tersebut didominasi oleh anggota gerak tubuh bagian bawah. Sehingga diperlukan
kekuatan, frekuensi langkah kaki dan kecepatan gerak langkah dengan suatu kontraksi maksimal.
Tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai usaha tersebut, yaitu bagaimana teknik start
yang baik, gerakan sprint dan teknik melalui garis finish. Ketiga hal ini sangat berkaitan dengan
kekuatan otot, besar otot-otot tungkai dan panjang tungkai Otot-otot pada tungkai yang
berkontribusi pada kecepatan berlari terletak pada tungkai atas dan tungkai bawah. Sehingga
kemampuan motoris berlari berhubungan erat dengan otot yang ada pada paha dan betis. Paha
dan betis terdiri dari berbagai komponen, yaitu: tulang, otot, dan jaringan lemak. Komponen
tulang yang ada pada paha yaitu os femur, sedangkan pada betis yaitu ostibia dan os
fibula .Pengukuran pada otot dapat dinilai dari kekuatannya dan besar dari otot tersebut.
Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannyadengan suatu daya kontraktilitas
maksimum antara 3 dan 4 kg/cm dari satu daerah potongan melintang otot, jadi atlet yang telah
membesarkan ototnya.
RUMUSAN MASALAH
1.Pengertian atletik menurut para ahli
2.sejarah munculnya atletik
3.jeni-jenis cabang olaraga atletik.
BAB 11
PEMBAHASAN
Muhajir
Muhajir menjelaskan bahwa atletik adalah olahraga yang berkembang selaras dengan
kegiatan sehari-hari manusia. mulai dari berjalan, berlari, melompat, dan melempar.
Sukirno
Sukirno menjelaskan bahwa atletik adalah asal dari seluruh cabang olahraga,
sekaligus juga menjadi olahraga yang tertua di dunia.
3. Eddy Purnomo
Eddy Purnomo menjelaskan bahwa pengertian atletik adalah aktifitas jasmani yang terdiri
dari berbagai gerakan dasar yang harmonis dan dinamis.
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup banyak digemari di dunia, ta
terkecuali di Indonesia. Sejarah atletik dimulai dari belasan abad lalu, tepatnya 776 tahun
sebelum Masehi (SM) saat Olimpiade kuno diadakan di Yunani. Istilah atletik dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bisa diartikan sebagai sebuah cabang olahraga yang terdiri
dari nomor-nomor lari, jalan, lompat, dan lempar. Sebagian besar cabang atletik
dipertandingkan di luar ruangan. Selain itu para atletnya harus memiliki ketangkasan fisik,
kecepatan, serta kekuatan stamina yang cukup untuk mengikuti setiap ajang perlombaan. Jika
dilihat dari fungsi sederhananya, sejarah atletik sebenarnya sudah ada sejak manusia tumbuh
dan berevolusi. Ini mengingat, unsur utama dalam atletik yakni lari, jalan, lompat, dan
sebagainya. Selain itu, sejatinya definisi olahraga bukan hanya sebuah aktivitas yang selalu
diperlombakan. Olahraga dalam arti luas, merupakan gerak badan untuk menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Kegiatan ini umumnya melibatkan fisik.