Anda di halaman 1dari 4

Orde Lama merupakan istilah yang baru muncul ketika Indonesia memasuki masa Orde Baru.

Masa
Orde Lama mengacu pada sistem perpolitikan di Indonesia setelah kemerdekaan sejak 1945 hingga
1966.

Saat berada di masa Orde Lama, Indonesia dipimpin oleh Soekarno sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Berikut sejarah singkat Orde Lama, dirangkum berbagai sumber.

Orde Lama merupakan istilah yang baru muncul ketika Indonesia memasuki masa Orde Baru. Masa
Orde Lama mengacu pada sistem perpolitikan di Indonesia setelah kemerdekaan sejak 1945 hingga
1966.

Saat berada di masa Orde Lama, Indonesia dipimpin oleh Soekarno sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Berikut sejarah singkat Orde Lama, dirangkum berbagai sumber.

Masa Orde Lama yang dipimpin Soekarno berlangsung dari 1945 hingga 1966 atau sekitar 22 tahun.
Usai Indonesia menyatakan kemerdekaan, sistem pemerintahan pun mulai dirombak dari
presidensial menjadi parlementer.

Di sepanjang tahun ini, meski sudah merdeka Indonesia masih terus mengalami gejolak dan
peperangan. Salah satunya perang melawan Belanda untuk merebut Irian Barat.

Terlebih, kabinet presidensial yang berubah menjadi kabinet parlementer memiliki sistem
penerapan politik yang berbeda.

Di antaranya menteri-menteri kabinet bertanggung jawab kepada DPR, kekuasaan legislatif lebih
kuat daripada eksekutif, program kebijakan kabinet harus sesuai tujuan politik.
Tak hanya itu, di masa Orde Lama juga tidak terlalu banyak pembangunan untuk kepentingan
masyarakat bahkan jumlahnya dapat dihitung. Salah satunya sarana olahraga yang berada di
kawasan Senayan, Pabrik Baja Krakatau Steel, dan Bendungan Jatiluhur.

Ketiga sarana tersebut diketahui tidak tuntas pembangunannya dan baru rampung pada masa Orde
Baru.

Demokrasi Liberal (1950-1959)

Sejarah singkat Orde Lama berlanjut ketika Indonesia menganut sistem politik Demokrasi Liberal. Di
tahun ini mulai diberlakukan Undang-Undang Republik Indonesia Serikat serta UUDS 1950 yang
menganut sistem parlementer.

Situasi politik pun dinilai belum stabil bahkan keamanan negara juga cukup terancam lantaran masih
banyak terjadi pemberontakan dan kehidupan rakyat tidak sejahtera.

Di samping itu, kebijakan pemerintah diatur oleh perdana menteri dan presiden hanya berhak
bertindak selaku kepala negara dan mengatur pembentukan kabinet.
Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden yang sekaligus mempunyai hak
membubarkan DPR. Di periode ini pun terjadi pergantian perdana menteri sebanyak delapan kali
dan turut berdampak pada sistem pemerintahan.

Terhitung sejak 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, Soekarno tetap menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara selama memerintah Indonesia.

Dewan Konstituante saat itu sempat diperintah untuk menyusun UU baru sesuai amanat UUDS 1950.
Akan tetapi prosesnya tidak kunjung dibuat sampai akhirnya Soekarno merilis Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang menyatakan pembubaran konstitusi.

Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Periode 1959-1966 disebut sebagai demokrasi terpimpin sesuai dengan hasil Dekrit Presiden 1959,
yang menyatakan bahwa semua sistem pemerintahan dikendalikan presiden sepenuhnya.

Selain itu, dalam isi dekrit dijelaskan bahwa UUD 1945 kembali diterapkan dan UUDS 1950
dinyatakan sudah tidak berlaku.

Demokrasi terpimpin pertama kali diumumkan pada pembukaan Sidang Konstituante 10 November
1956. Selama periode demokrasi liberal Soekarno menilai perkembangan Indonesia terhambat
karena banyak perbedaan ideologis dalam lingkar kabinet.

Dengan dimulainya demokrasi terpimpin, Soekarno mulai menata kembali parlemen baru dan
membubarkan parlemen lama.

Kemudian satuan tentara juga dilibatkan dalam perpolitikan negeri sebagai kelompok fungsional,
bersamaan dengan masuknya PKI untuk menyeimbangkan.
Meski menurut Soekarno adanya campur tangan PKI bisa jadi penyeimbang, nyatanya pilihan itu
banyak ditentang. Sayangnya, kehadiran PKI tersebut justru menimbulkan konflik yang berujung
pada puncak peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965.

Masa Akhir Kekuasaan Soekarno (1966)

Kedekatan Soekarno dengan para PKI membuat rakyat tidak senang, Bahkan hal tersebut membuat
reputasinya menurun dan sudah tidak dipercayai lagi.

Terlebih rakyat juga khawatir jika pemimpin negara terlalu dekat dengan PKI akan menimbulkan
munculnya paham komunisme.

Atas dasar itu, Soekarno menyerahkan jabatannya. Pada 23 Februari 1967 di Istana Negara,
kekuasaan pemerintah resmi diserahkan ke pemegang Supersemar Jenderal Soeharto.

Lewat Sidang MPRS di bulan berikutnya, pengunduran diri Soekarno dikukuhkan sekaligus
diresmikannya Presiden Soeharto sebagai pemimpin negara.

Setelah kepemimpinan berada di tangan Soeharto, masa Orde Lama beralih menjadi Orde Baru
sebagai tanda pergantian pemerintahan.

Itulah sejarah singkat Orde Lama yang banyak dikenal secara meluas pada masa kepemimpinan
Soekarno.

Anda mungkin juga menyukai