Anda di halaman 1dari 4

Awal Mula Masa Orde Lama

Masa Orde Lama adalah sebuah periode masa pemerintahan Indonesia dalam
kepemimpinan Presiden Soekarno. Periode ini berlangsung dari tahun 1945 sampai 1968.
Pada periode ini, Indonesia masih baru saja berdiri, karena itu, banyak terjadi perubahan
sistem pemerintahan pada masa ini.

Periode ini dimulai ketika Belanda yang diboncengi oleh tentara Sekutu datang kembali ke
Indonesia. Hal ini terjadi berdasarkan Perjanjian Wina, yang mengatakan bahwa negara yang
diduduki Jepang harus dikembalikan kepada koloninya masing-masing. Meskipun Indonesia
sudah memproklamasikan kemerdekaan, Belanda masih berambisi untuk mengambil alih
wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, banyak terjadi pertempuran demi mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.

Pada awal masa kemerdekaan ini, Indonesia sebenarnya menganut sistem presidensial, tapi
kemudian berganti menjadi sistem parlementer. Hal ini dikarenakan Van Mook, Gubernur
Jenderal Hindia-Belanda saat itu, tidak mau berunding dengan Presiden Soekarno. Sutan
Sjahrir adalah sosok yang mewakili Indonesia untuk berunding dengan pihak Belanda
dengan tujuan supaya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.

Pada awal Masa Orde Lama, terjadi banyak perselisihan. Salah satu perselisihan antara
kelompok pro-Belanda dengan pro-kemerdekaan membuat situasi di Jakarta menjadi tidak
aman. Oleh karena situasi yang tidak kondusif serta beberapa tokoh pemerintahan
mendapat serangan secara langsung, Presiden Soekarno kemudian memberi perintah
rahasia  kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api dalam
rangka mengevakuasi para petinggi negara. 

Pemerintahan Orde Lama

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, banyak terjadi perubahan sistem pemerintahan yang
terjadi pada masa Orde Lama. 

Sistem Parlementer

Perubahan sistem pemerintahan dari yang awalnya presidensial menjadi parlementer


terjadi pada tahun 1945 sampai 1950. Pada sistem ini presiden memiliki fungsi ganda, yakni
sebagai badan eksekutif dan badan legislatif. Perubahan sistem pemerintahan terjadi dalam
rangka untuk bernegosiasi dengan Belanda. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda menolak
untuk melakukan perundingan dengan Soekarno, oleh karena itu Sutan Sjahrir diangkat
menjadi Perdana Menteri dan pemerintahan Indonesia berubah menjadi sistem
parlementer.

Setelah peristiwa Agresi Militer I, jabatan Sjahrir sebagai Perdana Menteri digantikan oleh
Amir Syarifudin. Amir Syarifudin kemudian menandatangani Perjanjian Renville pada tanggal
19 Januari 1948, dan turun dari jabatannya sebagai Perdana Menteri pada tanggal 23
Januari 1948. Moh. Hatta kemudian menggantikan posisi Amir sebagai Perdana Menteri.
Setelah kedaulatan Indonesia diberikan oleh Belanda, Indonesia kemudian menjadi Republik
Indonesia Serikat. Negara Republik Parlementer Federal ini adalah perserikatan dari 
Republik Indonesia beserta negara-negara bentukan Belanda yang ada di wilayah
Nusantara.

Sistem Liberal

Pada tahun 1950-1959, Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan liberal. Secara
garis besar, Indonesia menerapkan prinsip liberal dalam bidang politik dan perekonomian.
Presiden Soekarno memerintahkan untuk menggunakan konstitusi Undang-Undang
Sementara (UUDS) 1950.

Demokrasi yang Dipimpin

Setelah berakhirnya sistem parlementer, Indonesia masuk ke dalam masa yang sering
dikenal sebagai Demokrasi Terpimpin. Sistem demokrasi terpimpin ini berlangsung mulai
tahun 1959 sampai 1966. Sistem ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam
pembukaan Sidang Konstituante tanggal 10 November 1956. 

Ketika Demokrasi Terpimpin berlangsung terjadi banyak penyimpangan serta peristiwa yang
terjadi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah pembubaran DPR hasil pemilu oleh
presiden dan pengangkatan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS.

Masa Orde Lama 1959 sampai 1966 merupakan masa terakhir dari pemerintahan Orde
Lama. Terdapat beberapa alasan mengapa Orde Lama berakhir, antara lain Tri Tuntutan
Rakyat dan Gerakan 30 September 1965, sehingga pemerintahan kemudian berpindah ke
Orde Baru.

Penerapan Pancasila pada Masa Orde Lama

Indonesia masih dalam tahap peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang
sepenuhnya merdeka. Oleh karena itu, Indonesia masih dalam proses adaptasi pada saat itu.
Banyak pro-kontra yang terjadi dalam masyarakat tentang langkah-langkah pemerintah.

Pada saat masa Orde Lama, terjadi banyak penyimpangan terhadap Pancasila. Salah satu
yang cukup terkenal adalah peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965.
PKI berniat untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
Presiden Soekarno yang mengubah sistem pemerintahan menjadi Demokrasi Terpimpin
kemudian berniat menciptakan stabilitas politik Indonesia, tapi yang terjadi malah
sebaliknya. Karena sistem pemerintahan bertumpu langsung ke Presiden Soekarno, 
pelaksanaan pemerintahan menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. 

Dalam Masa Orde Lama, terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945 karena pemerintah
cenderung sentralistik, pemerintahan hanya terpusat kepada presiden dan kedudukan
presiden menjadi terlalu kuat. Terlebih lagi munculnya peristiwa G30S 1965 membuat
Pancasila kembali terancam. Pada saat Soekarno turun dari jabatan sebagai Presiden pada
tahun 1966, hal ini menandakan berakhirnya masa Orde Lama.

Penyimpangan pada Masa Orde Lama

Penyimpangan pada Masa Orde Lama mulai muncul sejak keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Presiden Soekarno membuat sebuah produk hukum bernama Penetapan Presiden
(Penpres) yang merupakan keputusan presiden dan memiliki kedudukan yang sama dengan
undang-undang. Penpres sendiri dibuat tanpa persetujuan dari DPR. 

Berikut adalah beberapa contoh dari Penpres yang pernah Presiden Soekarno buat :

 Penpres No. 1 tahun 1960 berisi penetapan Manifesto Politik Republik


Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). 
 Penpres No. 2 tahun 1959 berisi pembentukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS). 
 Penpres No. 3 tahun 1960 berisi pembubaran DPR hasil pemilu 1955.
 Penpres No. 4 tahun 1960 berisi pembentukan DPR-GR (Gotong Royong)
sebagai pengganti DPR yang dibubarkan. 
 Penpres No. 7 tahun 1959 berisi pembubaran beberapa partai politik. 

Oleh karena pada saat itu pemerintahan terpusat ke Presiden, maka Presiden memiliki
kekuasaan tertinggi. Hal ini adalah bentuk penyimpangan dari UUD 1945 dan dianggap
bertentangan dengan semangat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, lembaga
tertinggi yang dibentuk oleh Presiden juga melakukan penyimpangan sehingga membuat
posisi Presiden semakin kuat.

Kelebihan sistem pemerintahan orde lama, diantaranya adalah :

1. Indonesia berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha datang dan menguasai kembali wilayah
Indonesia. Namun Indonesia berhasil merebut dan mempertahankan kembali Indonesia
melalui berbagai bentuk perlawanan, perundingan dan perjanjian.
2. Indonesia berhasil merebut kembali Irian Barat dari Belanda melalui jalur diplomasi dan
militer.

3. Indonesia menjadi pelopor diadakannya Konferensi Asia Afrika

4. Indonesia menjadi pelopor Gerakan Non-Blok

Tidak hanya KAA, pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia juga menjadi pendiri
Gerakan Non-Blok. GNB (Gerakan Non-Blok) adalah kumpulan negara-negara yang tidak
ingin berpihak pada blok tertentu pada saat Perang Dingin. Indonesia melalui Presiden
Soekarno beserta keempat pemimpin lainnya mendirikan gerakan ini.

Anda mungkin juga menyukai