Anda di halaman 1dari 5

DINAMIKA PELAKSANAAN

UNDANG – UNDANG DASAR 1945

Disusun oleh :
1. Bima Adi Megantara 1802110013
2. Avellina Miftakus Saadah 1802110014
3. Allia Wira Setyo Putri 1802110015
4. Indah Okta Widyawati 1802110016
5. Febri Listiana Dewi 1802110017
6. Selfi Kurniawati 1802110018
A. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan

Undang – undang Dasar 1945 disahkan seteleh prokalamsi yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945. UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan aspirasi perjuangan serta
tekad bangsa Indonesia. Pada kurun waktu 1945 – 1949,UUD 1945 yang pada dasarnya
adalah sebagai hukum dasar tertulis tidak dilaksanakan dengan baik itu semua terjadi
karena Indonesia masih dalam masa pancaroba untuk mempertahankan kemerdekaan
yang baru saja diraih. Pada saat itu segala perhatian di curahkan untuk memenangkan
perang melawan penjajah maka dari itu pelaksanaan UUD 1945 masih banyak terjadi
penyimpangan konstitusional. Penyimpangan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Berubahnya komite nasional dari pembantu presiden menjadi badan yang


diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menentukan garis – garis besar haluan
negara berdasarkan Maklumat Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.
2. Berubahnya sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer atas usulan
BP-KNIP.

Pada tanggal 27 Desember 1949 RIS dibentuk atas kesepakatan Belanda, Indonesia,
dan BFO dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang di saksikan oleh United Nations
Commission for Indonesia (UNCI) yang merupakan perwakilan PBB. Saat itu RIS di
ketuai oleh Ir Soekarno dan Moh Hatta sebagai perdana menteri. Setelah berdiri RIS
berjalan aman setelah beberapa lama pemerintahan RIS sangat kacau karena adanya
pemberontakan dan masalah pada internal RIS itu sendiri, salah satu masalah pada RIS
adalah Sultan Hamid II yang menuntut kekuasaan di tempatnya dan menolak masuknya
TNI serta tidak mengakui menteri pertahanan RIS. Adapula pergerakan RMS atau
Republik Maluku Merdeka di Ambon dan Makasar.Pemerintahan RIS semakin kacau
dan RIS bersedia bersepakat dengan Indonesia kembali. Setelah adanya kesepakatan
antara RIS dan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950 negara kesatuan mulai
dibentuk berdasarkan UUD lalu terbentuklah NKRI kembali sesuai dengan Proklamasi

B. Dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Lama

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli1959 , UUD 1945 berlaku kembali di


Indonesia. Namun pelaksanaan ketatanegaran Indonesia masih jauh dari pelaksanaan
UUD 1945 itu sendiri. Karena penguasa yang berkuasa pada masa itu masih di pengaruhi
oleh paham komunisme.Semua itu terlihat pada banyaknya penyimpangan ideologi pada
perumusan kebijakan pada semua bidang. Karena penyimpangan tersebut konsitusional
negara Indonesia juga menjadi menyimpang. Penyimpangan tersebut sebagai berikut :

1. Demokrasi Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang di pimpin


oleh prsiden. Sehingga pelakasaannya bersifat otoriter .Seharusnya rakyatlah
pemegang kekuasaan penuh yang sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila
yang berazaskan kerakyatan dan yang tercantum pada UUD 1945
2. Presiden mengeluarkan produk hukum yang setara dengan undang – undang
tanpa melalui persetujuan DPR. Itu melebihi wewenang presiden yang sudah
ditentukan oleh UUD 1945
3. Pada tahun 1960 presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena tidak
mensetujui RAPBN kemudian prseiden membentuk DPRGR (DPR Gotong
Royong). Hal ini jelas merupakan penyimpangan
4. Pemimpin Lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yang
berarti sebagai pembantu presiden

Selain itu masih banyak lagi penyimpangan konstitusional yang terjadi pada masa
Orde Lama.Penyimpangan tersebut membuat kestabilan negara semakin memburuk.
Puncak kekuasaan Orde Lama adalah peristiwa G30S-PKI. Dengan dipelopori oleh
pemuda dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan TRITURA ( Tri Tuntutan
Rakyat) yang meliputi pembubaran PKI, Pembersihan cabinet dari unsur PKI, dan
penurunan harga serta perbaikan ekonomi.

Pergerakan rakyat kala itu semakin besar sampai presiden mengeluarkan Surat
Perintah 11 Maret atau lebih dikenal dengan SUPERSEMAR yang di tujukan kepada
Jendral Soeharto untuk memperbaiki keamanan negara. Sejak itu sejarah ketatanegaraan
Indonesia berpindah ke masa Orde Baru.

C. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru


Masa Orde Baru pimpinan Jendral Soeharto misi Indonesia adalah mengembalikan
kestabilan menjadi lebih baik. Masa ini juga disebut masa pembangunan karena
Indonesia gencar melakukan pembangunan dengan contoh PELITA atau Pembangunan
Lima Tahun. MPRS mengeluarkan banyak ketentuan penting saat itu, sebagai berikut :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966
4. Tap MPRS No. XXVI/MPRS/1966
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966

Pada saat itu keadaan Indonesia sangat tidak menentu dalam segala bidang. Hal ini
menyebabkan pada Februari 1967 DPRGR meminta MPRS untuk mengadakan siding
istimewa pada bulan Maret 1967. Sidang tersebut mengabil suatu keputusan sebagai
berikut :

1. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan


pemerintahan negara dari Soekarno
2. Ketetapan MPRS No. XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan kembali
keketapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang manifesto politik Indonesia sebagai
garis besar haluan Negara
3. Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang pencabutan ketetapan MPRS
No. XVII/MPRS/1966
4. Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1967

Pada masa Orde Baru pelaksanaan UUD 1945 belum juga murni dan konsekuen. Pada
masa awal Orde Baru pemerintah berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang dengan melakukan pembangunan serta diadakannya pemilu. Rakyat
merasa sangan senang kala itu karena sejak 1945 rakyat Indonesia hidup dalam
kemiskinan namun lambat laun progam pemerintah tidak diperuntukkan kepada rakyat,
namun ada ambisi – ambisi kekuasan Orde Baru yang menjalar ke kehidupan tatanegara
Indonesia. Kekuasan Orde Baru terlihat sangat demokratis saat itu namun di balik
semuanya otoriter penguasa sangat jelas terjadi.

Penafsiran pasal – pasal UUD 1945 tidak dilaksanakan sesuai yang tertuang pada
UUD tersebut melainkan dimanipulasi demi kekuasaan Orde Baru. Bahkan pancasila pun
diperalat penguasa demi legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden. Hal ini dibuktikan
dengan adanya ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 yang dalam kenyataannya
sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak
memberikan porsi atas kekuasaan walaupun sebernarnya UUD 1945 tidak
mengamanatkan demikian. Pada masa orde baru pemerintah Indonesia tidak
mengamanatkan pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas
dasar norma – norma dan pasal – pasal UUD 1945. Pemerintah dicermari korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) itu membuat rakyat semakin menderita.

Krisis moneter pada saat itu membuat perekonimian Indonesia. Akhirnya muncul
pergerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa untuk menurunkan rezim orde
baru, mahasiswa menuntut adanya reformasi pada pemerintahan Indonesia. Pada tanggal
21 Mei 1998 Presiden Soeharto turun dan digantikan Prof. BJ Habibie itu menandakan
berakhirnya masa orde baru.

D. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Reformasi


Bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang berlaku masih memiliki banyak
sekali kekurangan, sehingga perlu adanya amandemen. Banyak produk peraturan
perundang-undangan yang di hasilkan di masa reformasi seperti UU tentang politik, UU
tentang otonomi daerah dan masih banyak lagi. Karena Indonesia telah ber-reformasi
pada masa ini Indonesia dapat penyelenggarakan pemilu di tahun 1999 dengan
menghasilkan MPR, DPR, DPRD dari hasil aspirasi rakyat yang demokratis. UUD 1945
di amandemen sebanyak 4 kali dengan rincian sebagai berikut :
1. Amandemen Pertama (19 Oktober 1999)
2. Amandemen Kedua (18 Agustus 2000)
3. Amandemen Ketiga (9 November 2001)
4. Amandemen Keempat (11 Agustus 2002)
Pada masa ini terjadi penegakan kembali kebebasan berpendapat dan penjaminan
atas Hak Asasi Manusia. Dalam hal politik, pemilu pada masa reformasi sudah diikuti
oleh 48 partai politik. Indonesia belum sepenuhnya baik pada saat itu Indonesia masih di
hadapkan dengan berbagai krisis salah satunya adalah krisi multidimensi. Pemerintah
terus berbenah masalah krisis-krisis yang ada, sampai saat ini pemerintah terus
memperbaiki diri untuk Indonesia menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai