Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN


Ditulis oleh: Dodik Azzahra - Sabtu, 14 September 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang
untuk pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tata susunan peraturan
perundangan Negara, UUD 1945 menempati tingkat tertinggi. Menurut
jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah sekelompok Staatsgrundgesetz
atau Aturan Dasar/Pokok Negara yang berada di bawah Pancasila sebagai
Grundnorm atau Norma Dasar.
UUD 1945 mengalami perubahan atau amandemen sebanyak 4 kali.
Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada sidang
umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 Oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbarui konstitusi Negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip
prinsip Negara demokrasi. Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945
maka konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap menyesuaikan
dengan

tuntutan

perkembangan

dan

kehidupan

kenegaraan

yang

demokratis.
Untuk

lebih

menguatkan

pemahaman

kita

terhadap

sistem

pemerintahan Indonesia yang pernah berlaku, hal yang patut dipelajari


antara lain:
1. Bagaimana sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum dan sesudah
diamandemen ?
2. Apa perbedaan sistem baru dan sistem lama?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen
Sistem pemerintahan sebelum pelaksanaan amandemen menyebutkan
bahwa MPR merupakan lembaga tertinggi negara dan berperan sebagai
pemegang dan pelaksana dari kedaulatan rakyat. Ini terlihat bahwa
kekuasaan MPR sangat tidak terbatas. Apalagi dalam UUD 1945 sebelum
amandemen juga disebutkan bahwa MPR berhak untuk mengubah Undang Undang Dasar serta memberhentikan presiden walaupun masih dalam masa
jabatan bila presiden dianggap melanggar haluan negara dan atau Undang
Undang Dasar.
Mengenai kewenangan DPR pada sistem pemerintahan sebelum
amandemen UUD 1945, DPR bisa meminta kepada MPR untuk mengadakan
sidang

istimewa

dengan

tujuan

untuk

meminta

pertanggungjawaban

presiden. Selain itu, DPR juga mempunyai wewenang untuk memberikan


persetujuan atas Rancangan Undang - Undang yang diusulkan oleh presiden
serta memberikan persetujuan atas PERPU dan anggaran. Disini dapat dilihat
bahwa terjadi kerancuan pada kedudukan serta peran DPR terhadap
kedudukan serta peran presiden.
Sebelum pelaksanaan amandemen UUD 1945, disebutkan bahwa
presiden

memiliki

hak

prerogatif

yang

sangat

besar.

Karena

selain

memegang kekuasaan eksekutif, presiden juga memegang kekuasaan


legislatif serta yudikatif. Selain itu, dalam UUD 1945 tidak disebutkan aturan
yang membatasi masa jabatan presiden sehingga bisa jadi seseorang
menjabat sebagai presiden hingga akhir hayatnya atau seumur hidup.
Sehingga tidak heran bila presiden suharto pernah menjabat selama 32
tahun masa pemerintahan.
B. Sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sesudah diamandemen
Sebagai salah satu langkah reformasi dalam sistem perundang undangan Indonesia, maka dibuatlah beberapa perubahan pada Undang -

Undang Dasar tahun 1945 dengan pertimbangan penyesuaian dengan


kondisi negara dan masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan diadakannya
amandemen, UUD 1945 sebagai dasar hukum negara Indonesia bisa lebih
menyerap kebutuhan rakyat serta sesuai dengan kondisi yang terjadi saat
ini. Karena UUD 1945 setelah amandemen dianggap lebih demokratis bila
dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen.
Setelah dilakukan amandemen, MPR yang semula berisi anggota anggota DPR dan kelompok - kelompok fungsional tambahan, termasuk
militer, telah dirubah sehingga anggota MPR hanya terdiri dari anggota anggota DPR dan DPD saja. Bila anggota DPR mewakili kepentingan kepentingan partai politik, maka anggota DPD mewakili kepentingan kepentingan daerah yang diwakilinya. Kedua anggota MPR tersebut dipilih
oleh rakyat sehingga bisa dikatakan bahwa tidak terdapat lagi "kursi
pesanan" untuk militer dan golongan - golongan yang lain.
Perubahan pada sistem pemerintahan setelah amandemen dilakukan,
terlihat jelas pada kekuasaan MPR dimana sebelumnya MPR memiliki
kekuasaan - kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi : kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang
dari tangan Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang Undang tersebut kepada DPR. Sehingga jelas bahwa amandemen ingin
mempertegas posisi check and balances antara presiden sebagai lembaga
eksekutif dan DPR sebagai lembaga legislatif.
Setelah pelaksanaan amandemen, Presiden tetap memegang hak veto
secara absolut untuk menolak segala rancangan Undang - Undang yang
dibuat DPR pada tahap pembahasan. Langkah reformasi lembaga legislatif
setelah amandemen adalah dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat daerah
untuk turut berperan aktif dalam pelaksanaan sistem pemerintahan, dimana
ide ini sejalan dengan konsep otonomi daerah yang telah berjalan. Namun,
otoritas DPD sangat terbatas bila dibandingkan dengan otoritas DPR.

C. Perbandingan sistem baru dan sistem lama


1. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sebelum

amandemen

(rechstaat).Negara

Indonesia

Indonesia
berdasar

adalah

atas

Negara

hukum

hukum

(rechstaat),

tidak

berdasarkan kekuasaan belaka (machswat).


Sesudah amandemen Negara Indonesia adalah Negara hukum (tanpa
ada penjelasan).
2. Sistem Konstitusional
Sebelum amandemen sistem konstitusional pemerintah berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar). Sistem ini memberikan ketegasan cara
pengendalian pemerintah negara yang dibatasi oleh ketentuan konstitusi,
dengan sendirinya juga ketentuan dalam hukum lain yang merupakan
produk konstitusional, seperti TAP MPR, UU, dan Peraturan Pemerintah.
Sesudah amandemen sistem konstitusional secara eksplisit tidak
tertulis, namun secara substansif dapat dilihat pada pasal-pasal berikut:
a. Pasal 2 ayat (1)
b. Pasal 3 ayat (3)
c. Pasal 4 ayat (1)
d. Pasal 5 ayat (1) dan (2)
3. Kekuasaan Tertinggi pada Pemerintahan
Sebelum

amandemen

kekuasaan

tertinggi

di

tangan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kedaulatan rakyat dipegang oleh dewan


yang bernama MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Tugas
Majelis adalah:
a. Menetapkan UUD
b. Menetapkan GBHN
c. Mengangkat kepala negara (presiden) dan wakil kepala negara (wakil
presiden).
Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara tertinggi, sedang presiden
harus menjalankan haluan negara menurut gari-garis yang ditentukan
majelis. Presiden yang diangkat oleh majelis , tunduk dan bertanggung jawab

kepada

majelis.

Dimana,presiden

adalah

mandatari

majelis

yang

berkewajiban menjalankan ketetapan-ketetapan majelis. Kekuasaan tertinggi


di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Sesudah amandemen Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD 1945. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR
terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan pasal 3 , mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut:
a. Mengubah dan Menetapkan UUD 1945
b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden
c.
Dapat memberhentikan presiden atau

wakil

presiden

dalam masa

jabatannya menurut UUD 1945


4. Fungsi dan Tugas Presiden
Sebelum amandemen Presiden ialah penyelenggara pemerintah yang
tertinggi menurut UUD 1945. Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan
negara negara, tanggung jawab penuh ada di tangan presiden. Hal itu,
karena Presiden bukan saja dilantik oleh majelis, tetapi juga dipercaya dan
diberi tugas untuk melaksanakan kebijakasanaan rakyat yang berupa GarisGaris Besar Haluan Negaraa maupun ketetapan MPR lainnya.
Sesudah amandemen presiden ialah penyelenggara pemerintah yang
tertinggi menurut UUD 1945. Masih relevan dengan jiwa pasal 3 ayat (2),
pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).
5. Pertanggungjawaban Presiden
Sebelum amandemen Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukan Presiden dan DPR adalah sejajar.
Dalam hal pembentukan APBN, Presiden harus mendapat persetujuan dari
DPR. Oleh karena itu, Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan,
artinya kedudukan presiden tidak tergantung dari Dewan. Presiden tidak
dapat membubarkan DPR (seperti pada kabinet parlementer) dan DPR pun
tidak dapat menjatuhkan Presiden.

Sesudah amandemen Presiden tidak bertanggung jawab terhadap


Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan memerhatikan pasal-pasal tentang
kekuasaan pemerintah negara (Presiden) dari pasal 4 sampai pasal 16 dan
Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 samapai dengan 22B), maka ketentuan
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih relevan. Sisem
pemerintah negara Republik Indonesia masih tetap menerapkan sistem
Presidensial.
6. Fungsi dan Tugas Menteri Negara
Sebelum amandemen Menteri negara ialah pembantu presiden.
Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden memilih, mengangkat, dan memberhentikan dan menteri menteri
itu tidak bertanggung jawab kepada DPR serta kedudukannya tidak
tergantung pada presiden. Menteri-menteri merupakan pembantu Presiden.
Sesudah amandemen menteri negara ialah pembantu presiden.
Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dibantu oleh meneri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan

oleh

Presiden

yang

pembentukan,

pengubahan,

dan

pembubarannya diatur dalam UU (Pasal 17).


7. Kekuasaan Kepala Negara
Sebelum

amandemen

kekuasaan

kepala

negara

tak

terbatas.

Meskipun, kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR tetapi bukan
berarti ia diktator dengan kekuasaan tidak terbatas, Presiden, selain harus
bertanggung jawab kepada MPR, juga harus memerhatikan sungguhsungguh suara DPR. Sebab, DPR berhak mengadakan pengawasan terhadap
Presiden (DPR anggota MPR) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Sesudah amandemen Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya
dibatasi oleh UU, MPR berwenang memberhentikan presiden dalam masa
jabatan (Pasal 3 ayat 3). Demikian juga DPR selain mempunyai hak
interpelasi, hak angket, dan menyatakan pendapat, juga hak mengajukan

pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas (Pasal


20A ayat 2 dan 3). DPR juga mempunyai wewenang mengajukan usul kepada
MPR

untuk

mengadakan

sidang

istimewa

guna

meminta

pertanggungjawaban presiden apabila melanggar hukum dengan sungguhsungguh.

Pelanggaran

hukum

berupa

pengkhianatan

kepada

negara,

korupsi, penyuapan , tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela.


Amandemen UUD 1945 membawa dampak nyata terhadap iklim politik
yang berkembang di Indonesia yaitu:
a.

Kebebasan berekspresi dan berpartisipasi rakyat dilindungi oleh UUD 1945

sehingga kini rakyat memiliki keberanian untuk menyuarakan kepentingan.


b. Dewan Perwakilan Rakyat tidak lagi berperan hanya sebagai lembaga yang
mengikuti

presiden,

melainkan

menjadi

lembaga

yang

sangat

ketat

mengontrol kekuasaan Presiden.


c. Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat sehingga
mereka memiliki legitimasi yang kuat, tidak sekedar menjalankan kehendak
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d.
Dibentuknya lembaga-lembaga

baru

untuk

meningkatkan

kinerja

pengelolaan negara.
Amandemen UUD 1945 juga mengubah struktur ketatanegaraan
Indonesia. Terdapat penambahan dan penghapusan lembaga sebagaimana
diatur dalam UUD 1945. Berdasarkan ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1996
tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Hukum Republik Indonesia.
Yang kemudian dikukuhkan kembali dengan ketetapan MPR No. V/MPR/1973
dan ketetapan MPR No.IX/MPR/1978, struktur kekuasaan di dalam Negara
Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

Dalam praktiknya, terutama pada masa kekuasaan Soeharto, presiden


mendominasi sebagian besar kehidupan kenegaraan Indonesia. Presiden
mengajukan rancangan UU kehadapan DPR yang pasti akan disahkan.
Presiden berkuasa untuk menentukan figur-figur tertentu yang hendak
memangku jabatan publik, dari tingkat pusat hingga kedaerah. Hal-hal yang

demikian coba untuk diubah oleh segenap rakyat Indonesia, antara lain
melalui amandemen UUD 1945. Amanademen UUD 1945 dilaksananakan
oleh MPR melalui empat tahap, yaitu:
a. Tahap pertama mencakup 9 Pasal, disahkan pada 19 Oktober 1999
b. Tahap kedua mencakup 25 Pasal, disahkan pada 18 Agustus 2000
c. Tahap ketiga mencakup 32 Pasal, disahkan 9 November 2001
d. Tahap keempat mencakup 13 Pasal, disahkan pada 10 Agustus 2002
Maka struktur kekuasaan di dalam Negara Republik Indonesia setelah
amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut:

Perubahan perubahan mendasar dalam ketatanegaraan Indonesia


setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagi berikut:
a. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD (Pasal 1)
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga bikameral, yaitu
terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah (Pasal 2)
c. Presiden dan Wakil Presiden dipih langsung oleh rakyat (Pasal 6)
d. Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan (Pasal 7)
e. Pencantuman Hak Asasi Manusia (Pasal 28J)
f. Penghapusan Dewan Pertimbangan Agung sebagai lembaga tinggi negara,
Presiden dapat membuat suatu Dewan Perimbangan (Pasal 16)
g. Presiden bukan mandataris MPR, dengan demikian MPR tidak lagi menyusun
Garis-Garis Bersar Haluan Negara
h. Pembentukan Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial (Pasa 24B dan 24C)
i. Anggaran Pendidikan minimal 20% (Pasal 31)
j. Negara Kesatuan tidak boleh diubah (Pasal 37)
k. Penjelasan UUD 1945 dihapus
l. Penegasan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kebersamaan , efisiensi
keadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Pasal 33)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai UUD 1945


dan sistem pemerintahan Indonesia antara lain:
a.

Amandemen

UUD

1945

sesungguhnya

tidak

mengubah

sistem

pemerintahan Indonesia. Baik sebelum maupun sesudah amandemen,


sistem pemerintahan Indonesia tetap presidensial. Tetapi amandemen
tersebut mengubah peran dan hubungan antara Presiden dan DPR. Jika dulu
Presiden memiliki peran yang dominan, bahkan dalam praktiknya dapat
mendikte lembaga - lembaga negara yang lain, maka kini UUD 1945
memberi peran yang lebih proporsional terhadap lembaga-lembaga negara.
b.

Begitu pula kontrol terhadap kekuasaan presiden menjadi lebih ketat.


Perubahan perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia
diperuntukkan

dalam

memperbaiki

sistem

presidensial

yang

lama.

Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan presiden secara


langsung, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen
untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
c.

Konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara harus senantiasa


menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Suatu
konstitusi yang tetap, akan ketinggalan zaman dan tidak mampu lagi
berfungsi sebagai pedoman bernegara.

d. Amandemen atas UUD 1945 tidak mengakibatkan konstitusi yang asli atau
UUD 1945 yang asli tidak berlaku lagi. Sistem perubahan UUD 1945 adalah
dengan addendum yaitu menyisipkan bagian perubahan ke dalam naskah
UUD 1945. Sistem perubahan ini meniru model amandemen di Amerika
Serikat.
e.

Dengan amandemen tersebut, maka konstitusi Negara Indonesia menjadi


lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal pasalnya.

DAFTAR PUSTAKA
Winarno. 2002. Integrasi Nasional. Surakarta: UNS Press.

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT


Bumi Aksara
http://hamsir-amunk.blogspot.com/2012/02/sistem-presidensial-sebelumdan-sesudah.html

Anda mungkin juga menyukai