Anda di halaman 1dari 7

Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan

awal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai


cikal-bakal terbentuknya majelis menjadi sangat penting dilakukan untuk
memahami konteksnya dalam UUD 1945. Demikian juga halnya dengan MPR
sebagai lembaga tertinggi Negara.
MPR akan diatur lebih lahjut dengan undang-undang. Hal ini dapat kita
lihat pada pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : Majelis
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan perwakilan
rakyat (DPR) ditambah dengan utusan-utusan atau ditetapkan dengan
undang-undang.
Dari uraian tersebut penting bagi kita untuk mengetahui pembentukan
MPR. Kita perlu meninjau lebih dahulu cara pengisiannya, untuk mengetahui
cara perngisiannya untuk itu kita perlu mengetahui susunannya. Susunan
MPR diatur dalam Undang-Undang No.2/1985 tentang perubahan atas
Undang-Undang No.16/1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD.
MPR sebelum amandemen :
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak
terbatas karena kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil
presiden. Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari
seluruh warga Indonesia.
Adapun susunan MPR diatur dalam Undang-Undang No.16/1969
tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Menurut pasal 1 ayat
(1) UUD 1945 Majelis ini terdiri atas anggota DPR ditambah utusan dari
Daerah, Golongan Politik dan Golongan Karya.
MPR sesudah amandemen :
UUD 1945 hasil amandemen secara jelas menetapkan perubahan
mengenai kewenangan dan komposisi MPR. Dampak perubahan tersebut
telah menyebabkan MPR kehilangan kedudukan sebagai lembaga tertinggi
Negara.
Perbedaan kewarganegaraan dan komposisi MPR pasca amandemen
UUD 1945 sangat sinifikan khususnya untuk pasal 1 ayat 2 UUD 1945.
Sebelum amandemen pasal ini menyebutkan kedaulatan ada ditangan

rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Setelah diamandemen pasal


telah diubah menjadi Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan
sepenuhny menurut Undang-Undang Dasar.
UUD 1945 pasca amandemen menyatakan menyatakan bahwa MPR
terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD, yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Ketentuan ini
mengimplikasikan pengaturan struktur MPR sangat stesifik terutama karena
tidak ada anggota MPR yang diangkat.
Dalam undang-undang No.22 tahun 2003, pasal 2 mempertegas
ketentuan UUD 1945 setelah perubahan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR
dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Selanjutnya dalam pasal 3
UU No.22 di jelaskan bahwa keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan
Presiden. Masa jabatan juga ditentukan dalam pasal 4 UU No.22.
Ketentuan mengenai MPR didalam UUD 1945 maupun UU No.22
menjelaskan beberapa hal penting. Pertama, keanggotaan MPR merupakan
anggota dari dua institusi yang berbeda dan mandiri. Kedua, institusi
tersebut memiliki tugas, wewenang dan alat kelengkapan sendiri.
Undang- Undang Dasar 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia yang
merupakan aturan tertinggi di negara indonesia yang didalamnya mencakup
tentang hukum tata negara indonesia yang menjelaskan sistem penyelenggaraan
dan pembagian kekuasaan negara yang dianut negara indonesia.
UUD 45 sebagai konstitusi negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak bisa
dirubah. Dalam artian UUD atau konstitusi tetap harus mengikuti perkembangan
zaman, yang bisa mengadopsi semua tuntutan perubahan yang ada. Kesalahan
terbesar pada saat pemerintahan orde baru, ketika menempatkan UUD 1945 pada
posisi yang sempurna dan sakral yang sudah tidak membutuhkan perubahan lagi,
bahkan celakanya bagi golongan yang yang ingin melakukan perubahan akan harus
siap berhadapan dan tersingkir dari parlemen. namun pasca tumbangnya
pemerintahan orde baru oleh gerakan pro-demokrasi yang dipelopori oleh
mahasiswa, pemuda, dan masyarakat umum menutut untuk dilakukan perubahan
ditubuh UUD 1945. Gerakan itu menamakan dirinya sebagai gerakan reformasi,
gerakan untuk perubahan yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan pelanggaran
konstitusi yang dilakukan oleh pemeritahan orde baru. Walhasil dari seluruh bagianbagian UUD 1945 yang berhasil ditafsirkan oleh orde baru demi menyelamatkan
dan mengamankan kepentingan pribadi dan kelompoknya serta merugikan rakyat
berhasil diamandemen, sehingga dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia
mengalami perubahan yang cukup derastis terhadap lembaga-lembaga negara.
A.

Lembaga-Lembaga Negara sebelum amandemen:

1.

MPR:

MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden[1].
Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari seluruh warga
Indonesia.
Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan
golongan yang diangkat termasuk didalamnya TNI/Polri.
Wewenang MPR antara lain :
1.
Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara
yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.
2.
Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan
Majelis.
3.
Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil
Presiden.
4.
Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai
pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban
tersebut.
5.
Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan memberhentikan
Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-sungguh
melanggar Haluan Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.
6.

Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

7.

Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.

8.

Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.

9.
Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar
sumpah/janji anggota.

2.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga


negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR
yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara

berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab
kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat
provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
Wewenang DPR antara lain :
1.

Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.

2.

Memberikan persetujuan atas PERPU.

3.

Memberikan persetujuan atas Anggaran.

4.
Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.

3.

PRESIDEN

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya,


presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden
mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden
diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab kepada MPR.
Wewenang Presiden antara lain :
1.

Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,

2.

Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi

3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga


memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif
(judicative power).
4. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
5.

Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.

6.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam
kegentingan yang memaksa)
7.

Menetapkan Peraturan Pemerintah

8.

Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.

4.

Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan


kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan
di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Wewenang MA antara lain :
1.
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2.

Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.

3.

Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

5.

BPK dan DPA

Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat lembaga tinggi Negara


yang lain yang wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan DPA. tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.
Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu berkewajiban
memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada
pemerintah.

B.

Lembaga-lembaga Negara pasca Amandemen

1.

MPR

MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi
negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK. Yang mempunyai fungsi
legeslasi. pasca perubahan UUD 1945 Keberadaan MPR telah sangat jauh berbeda
dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan
rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan
kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Susunan dan keanggotaan MPR[2]

1)
MPR terdiri atas Anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum
setiap 5 tahun sekali.
2)
Masa jabatan Anggota MPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat Anggota MPR yang baru Mengucapkan sumpah/janji.
3)
Sembelum memangku jabatannya, Anggota MPR mengucapkan sumpah /janji
bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna
MPR.
Tugas dan wewenang[3]
1)

Mengubah dan menetapkan Undang undang Dasar.

2)
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum,
dalam Sidang Paripurna MPR
3)
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan / atau wakil presiden.
Sidang dan Putusan[4]
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara. Sidang MPR
sah apabila:
1)
Sekurang-kurangnya dari jumlah anggota MPR untuk memutus usul Dpr
untuk memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden.
2)
Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
3) Sekurang-kurangnya 50% ditambah satu dari jumlah anggota MPR untuk selain
siding-sidang sebagai mana dimaksud diatas.
2.

PRESIDEN

Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya


amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD 1945
sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan
calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta
pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR melainkan bertanggung
jawab langsung kepada Rakyat Indonesia. Konsekuensinya karena pasangan
Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat
kuat. Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang
sama hanya untuk satu kali masa jabatannya.
Setelah amandemen UUD 1945 beberapa wewenang Presiden sudah banyak
dikurangi, antara lain sebagai berikut :

Hakim agung tidak lagi diangkat oleh Presiden melainkan diajukan oleh komisi
yudisial untuk diminta persetujuan DPR, selanjutkan ditetapkan oleh Presiden (Pasal
24A ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945).
Demikian juga anggota Badan Pemeriksa Keuangan tidak lagi diangkat oleh
Presiden, tetapi dipilih oleh DPR dengan memperhatikan DPD dan diresmikan oleh
Presiden (Pasal 23F ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945). Pengangkatan pejabatpejabat tersebut mencerminkan suatu mekanisme ketatanegaraan yang mengarah
kepada suatu keseimbangan dan demokratisasi. Namun sangat disayangkan,
pengangkatan seorang jaksa agung masih menjadi kewenangan presiden, tanpa
melibatkan DPR secara nyata.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain[5]:

Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut dan
angkatan udara.
Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama
DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.

Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (dalam


kegentingan yang memaksa)

Menetapkan Peraturan Pemerintah

Mengangkat dan memberhentikan Mentri-mentri

Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain


dengan persetujuan DPR

Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

Menyatakan keadaan bahaya.

Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden


memperhatikan pertimbangan DPR

Anda mungkin juga menyukai