Anda di halaman 1dari 10

LEMBAGA NEGARA NKRI SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Prayudi Firmansyah Effendi

E0014318

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar tahun 1945
sangatlah penting. Karena di dalamnya memuat tugas dan wewenang lembaga negara di
Indonesia ini. Selain itu juga terdapat aturan-aturan, bentuk negara, lambang, lagu
kebangsaan dan lain-lain. Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan
harus peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di syahkan
menjadi Undang-Undang sebelumnya harus disosialisasikan dahulu dengan rakyat,
apakah tidak melanggar norma- norma adat atau melanggar hak hak azazi manusia.
Salah satu bukti bahwa Undangundang yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi
zamanya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar
tahun 1945 diamndemen sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 19 Oktober 1999 yang
merupakan amandemen pertama, tanggal 18 Agustus 2000 yang merupakan amandemen
kedua, tanggal 10 November 2001 yang merupakan amandemen ketiga dan tanggal 10
Agustus 2002 yang merupakan amandemen yang terakhir atau amandemen keempat. Hal
ini dilakukan agar isi dari Undang-Undang Dasar tersebut bisa sesuai dengan
perkembangan zaman dan memperbaikinya, sehungga dapat menjadi dasar hukum yang
baik dan tegas. Dan dalam proses tersebut ada perbedaan antara sebelum amandemen
dengan yang setelah amandemen.

1.2 Tujuan
Tujuan yang dilakukan dalam penyususnan makalah ini adalah untuk mengetahui
perbedaan fungsi, tugas, dan wewenang lembaga Negara baik sebelum maupum sesudah
dilakukan amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi dan Wewenang Lembaga Negara Sebelum Amandemen UUD 1945
2.1.1 Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan Sebelum Amandemen UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 menguraikan dengan jelas sistem penyelenggaraan
kekuasaan negara yang dianut oleh undang-undang dasar tersebut. Dalam
penjelasan itu diuraikan tentang sistem pemerintahan negara yang terdiri dari tujuh
prinsip pokok. Prinsip negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) bukan atas
kekuasaan belaka (machtstaat) dan prinsip sistem konstitusinal (berdasarkan atas
konstitusi) tidak berdasar atas absolutisme. Kedua prinsip ini ditegaskan dalam
bagian penjelasan undang-undang dasar itu, tapi tidak tergambar dengan jelas
dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan. Prinsip negara hukum
seharusnya mengandung tiga prinsip pokok, yaitu adanya kekuasaan kehakiman
yang merdeka, penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kekuasaan
dijalankan berdasarkan atas prinsip due process of law.
Perubahan yang sangat jelas terlihat pada kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan
MPR berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi lainnnya. Namun, setelah
UUD 1945 mengalami amandemen kedudukan MPR disejajarkan dengan lembaga-
lembaga tinggi lainnnya, seperti DPR, MA, DPA, BPK, dan Presiden. Disamping
itu juga dibentuk lembaga-lembaga tinggi negara lain.

2.1.2 Fungsi Dan Wewenang Lembaga Negara


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat
Indonesia yang berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden
dan wakil presiden.
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan presiden.
Masa jabatan anggota MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku
jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
Dalam praktek ketatanegaraan MPR pernah menetapkan, antara lain :
1. Presiden sebagai presiden seumur hidup.
2. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 kali berturut-turut.
3. Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
4. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.

5. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.


6. Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden,
yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak
menduduki kursi di MPR.

Wewenang MPR antara lain :

1. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara


yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.
2. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan
Majelis.
3. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil
Presiden.
4. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai
pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai
pertanggungjawaban tersebut.
5. Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan memberhentikan
Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-
sungguh melanggar Haluan Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.
6. Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
7. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.
8. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.
9. Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar
sumpah/janji anggota.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat
membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang
berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
Wewenang DPR antara lain :
1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2. Memberikan persetujuan atas PERPU.
3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.
5. Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-anggota BPK
dan tiga hakim pada Mahkamah Konstitusi.

3. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan
wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR.
Wewenang Presiden antara lain :
1. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,
meskipun kedudukannya tidak neben akan tetapi untergeordnet.
2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).
3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga
memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan
yudikatif (judicative power).
4. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
5. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat
sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa
jabatannya.
6. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.
7. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam
kegentingan yang memaksa)
8. Menetapkan Peraturan Pemerintah
9. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.

4. Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui
bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Wewenang MA antara lain :
1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
3. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.

6. BPK dan DPA


Tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan dari
DPD.
Wewenang BPK antara lain :
1. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara
(APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
2. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
3. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.

Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu berkewajiban


memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada
pemerintah

2.2 Fungsi dan Wewenang Lembaga Negara Sebelum Amandemen UUD 1945
2.2.1 Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan Sesudah Amandemen UUD 1945
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan
pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga Negara dengan
kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK).

2.2.2 Fungsi Dan Wewenang Lembaga Negara


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keberadaan MPR pasca perubahan UUD 1945 telah sangat jauh berbeda
dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya
kedaulatan rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi
Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden.
Wewenang MPR antara lain :
1. Melantik Presiden dan/atau Wapres
2. Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres dalam masa jabatannya menurut
UUD
3. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
4. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
5. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden
dipilih secara langsung melalui pemilu).

6. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.


7. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
secara langsung melalui pemilu.

2. Dewan perwakilan Rakyat (DPR)


Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan
keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang
merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan
sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama
ketika berhubungan dengan Presiden.
Wewenang DPR antara lain :
1. Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang.
2. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
3. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta
kebijakan pemerintah.
5. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
6. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
7. Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga Negara.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan perwakilan daerah
(territorial reprentation). Keberadaan DPD terkait erat dengan aspirasi dan
kepentingan daerah agar prumusan dan pengambilan keputusan nasisonal
mengenai daerah, dapat mengakomodir kepentingan daerah selain karena
mendorong percepatan demokrasi, pembangunan, dan kemajuan daerah.
Sebagai lembaga legislatif, DPD mermpunyai kewenangan di bidang legislasi,
anggaran, pengawasan, dan pertimbangan sseperti halnya DPR. Hanya saja
konstitusi menentukan kewenangan itu terbatas tidak sama dengan yang dimiliki
DPR. Di bidang legislasi, wewenang DPD adalah dapat mengajukan kepada
DPR; RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.

4. Presiden
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya
amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD
1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan
parpol peserta pemilu. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres
dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat.
Wewenang Presiden antara lain :
1. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
2. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
3. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
4. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
5. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
6. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga
mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

5. Mahkamah Agung (MA)


Dalam perubahan UUD 1945 pengaturan mengenai MA lebih diperbanyak lagi,
antar lain ditentukan kewenangan MA adalah mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang, dan wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Selain itu juga mengatur rekrutmen hakim agung yang diusulkan KY kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden.

6. BPK
Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK diperkukuh, antara lain
ditegaskan tentang kebebasan dan kemandirian BPK, suatu hal yang mutlak ada
untuk sebuah lembaga negara yang melaksanakan tugas memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil kerja BPK diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD serta ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan atauu badan sesuai dengan UU. Untuk memperkuat jangkauan wilayah
pemeriksaan, BPK memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
Wewenang BPK antara lain :
1. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara
(APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
2. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penulisan makalah ini telah menguraikan perubahan-perubahan mendasar sistem


ketatanegaraan, fungsi, tugas, dan wewenang lembaga Negara baik sebelum maupun
sesudah amandemen Undang-Undang Dasar tahun 1945. Tentu saja penerapan dan
pelaksanaan sebuah undang-undang dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi
perkembangan zaman, serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya semangat
para penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegerawanan, sangatlah mutlak
diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan rumusan sebuah undang-undang
dasar. Tanpa itu, undang-undang dasar yang baik dan sempurna pun, dapat
diselewengkan ke arah yang berlawanan. Namun, apapun juga, amandemen konstitusi itu
telah terjadi, dan menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa ke depan. Saya hanya
berharap, semoga perubahan itu membawa perjalanan bangsa dan negara kita ke arah
yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bagir

Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH UII PRESS.Yogyakarta.2003

Strong, C.F. Modern Political Constitutions.Sidgwick.London.1966. diterjemahkan SPA


Teamwork. Konstitusi Konstitusi Politik Modern.Nuansa & Nusamedia.Bandung.2004

Anda mungkin juga menyukai