Anda di halaman 1dari 4

BAB VII

PAHAM INTEGRALISTIK / KEKELUARGAAN INDONESIA

A. Pidato Soepomo Tentang Teori Kenegaraan Dalam Sidang BPUPKI (31 Mei 1945)
Pandangan yang dikemukakan Soepomo di muka sidang BPUPKI dalam masa persidangan I
yang berkembang lebih lanjut pada masa persidangan II, yaitu berkaitan dengan pembicaraan
mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka, termasuk pembahasan hak-hak asasi manusia
hendak dimuat dalam UUD Negara Indonesia Merdeka. Oleh Soepomo dikemukakan adanya
teori-teori kenegaraan yang meliputi:
1. Teori Perseorangan/individualistis
Diajarkan oleh Thomas Hobbes dan John Locke (abad 17), Jean Jacques Rousseau (abad
18), Herbert Spenser (abad 19) dan H.J.Laski (abad 20). Menurut aliran pikiran ini
Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh
orang dalam masyarakat (contract social). Susunan negara yang berpaham individualisme
terdapat di Eropa Barat dan Amerika .
2. Teori Golongan (Class Theory)
Negara ialah alat golongan yang mempunyai kedudukan ekonomi paling kuat menindas
golongan lain yang mempunyai kedudukan lemah. Para Marxis menganggap bahwa
negara kapitalis adalah perkakas borjuis, sehingga perlu dilakukan revolusi politik dari
kaum buruh untuk merebut kekuasaan negara dan kaum buruh dapat berganti untuk
menindas kaum borjuis.
3. Teori Integralistik
Diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, Hegel, dll (abad 18 dan 19). Negara adalah tidak
untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan
masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.

B. Pidato Soepomo Tentang Teori Kenegaraan Dalam Sidang BPUPKI (lanjutan)


Negara adalah susunan masyarakat yang integral, segala golongan, segala bagian, segala
anggota berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang organis .
Negara tidak memihak kepada suatu golongan yang paling kuat atau yang paling besar, tidak
menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat. Negara menjamin keselamatan hidup
bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Manusia sebagai
seseorang tidak dapat terpisah dari seseorang yang lain atau dari dunia luar, golongan-
golongan manusia, malah segala golongan makhluk, segala sesuatu bercampur baur dan
bersangkut paut, inilah ide totaliter, ide integralistik dari bangsa Indonesia yang berwujud
juga dan dalam susunan tata negaranya yang asli.
Menurut sifat tata negara Indonesia yang asli, pejabat negara ialah pemimpin yang bersatu
jiwa dengan rakyat dan pejabat negara senantiasa berwajib memegang teguh persatuan dan
keseimbangan dalam masyarakatnya. Dalam suasana persatuan segala golongan diliputi oleh
semangat Gotong Royong, semagat Kekeluargaan. Jika hendak mendirikan Negara Indonesia
yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka negara kita
harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang integralistik

C. Tanggapan atas isi pidato Soepomo


1. Tanggapan Bung Karno
Individualistik dan Golongan memunculkan konflik, Eropa dan Amerika penuh dengan
konflik, pergoncangan, pertikaian dan peperangan. Jika kalau kita betul-betul hendak
mendasarkan negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong menolong, paham
gotong royong dan keadilan sosial, maka enyahkanlah tiap-tiap pikiran tentang
individualisme dan liberalisme daripadanya.
2. Tanggapan Bung Hatta
Bung Hatta mengemukakan pandangannya bukan menolak paham integralistik, melaikan
keberatan tidak dicantumkannya pasal yang menyangkut hak warga negara antara lain
sebagai berikut; Paham individualisme memang harus ditentang, kiita mendirikan negara
baru di atas dasar gotong royong dan hasil usaha bersama, kita mendirikan negara baru
harus memperhatikan syarat-syarat supaya negara yang dibuat tidak menjadi negara
kekuasaan.Perlu dimasukkannya klausal tentang kebebasan untuk berkumpul dan
bersidang atau menyurat dan lain-lain agar tidak menjadikan negara sebagai negara
kekuasaan.
3. Tanggapan Muhamad Yamin
Sependapat dengan Bung Hatta juga tidak menentang paham integralistik, melaikan
keberatan tidak dicantumkannya pasal yang menyangkut hak warga negara, tanggapannya
sebagai berikut ini.
Menolak segala alasan-alasan yang dimajukan untuk tidak memasukannya dan seterusnya
dapatlah saya memajukan beberapa alasan pula, selain daripada yang dimajukan oleh
anggota Drs. Mohammad Hatta tadi. Segala constitution lama dan baru diatas dunia
berisi perlindungan aturan dasar itu, misalnya Undang-undang Dai Nippon, Republik
Filipina dan Republik Tiongkok. Aturan-aturan dasar tidaklah berhubungan liberalisme,
melaikan semata-mata suatu keharusan pelindunggan kemerdekaan, yang harus diakui
dalam Undang-Undang Dasar.

Dari keempat pandangan para pendiri negara tersebut tampak tidak ada penolakan atas paham
integralistik. Yang ada ialah perbedaan pendapat mengenai perlu tidaknya hak asasi manusia
dimuat dalam Undang-Undang Dasar.

D. Pemahaman Integralistik Negara Indonesia


1. Tidak sama dengan paham Integralistik Negara Jerman
Paham integralistik ala Jerman menimbulkan disiplin mati (kadaver discipline) yang
menumbuhkan negara kekuasaan yang totaliter Ciri khas : Du bist Nicht Deine Volk ist
Alles Artinya bahwa kamu sebagai orang seorang tidak ada artinya, yang penting adalah
bangsa Paham Integralistik yang diungkapkan Soepomo dikombinasi dengan pemikiran
Bung Hatta menghasilkan paham Integralistik ala Indonesia.
2. Ciri Khas Integralistik negara Indonesia
Kepentingan masyarakat diutamakan, namun harkat dan martabat manusia dihargai ciri
paham integralistik ala Indonesia ini dapat dijumpai dalam kehidupan desa atau negeri
yang mengenal sejak lama tentang adanya hak ulayat dan hak perseorangan. Paham
Integralistik dalam Kehidupan Ketatanegaraan disebut sebagai Negara Kekeluargaan
Asas negara kekeluargaan merupakan isi dari jiwa filsafat Pancasila
3. Asas Negara Kekeluargaan
Asas Kekeluargaan terdiri dari dua perkataan sesuatu kebenaran yang menjadi pokok
dasar atau tumpuan berpikir Kekeluargaa. Kekeluargaan Berasal dari kata keluarga
Terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak, terkadang ditambah kakek dan nenek serta
kemenakan Susunan keluarga terdari dari berbagai sifat, watak dan kecenderungan yang
berbeda, tetapi dalam keluarga tetap satu Indonesia dipandang sebagai sebuah keluarga
besar atau Negara Kekeluargaan. Rakyat Indonesia merasa dirinya sebagai satu keluarga
masing-masing individu mempunyai tanggung jawab dalam keluarga besar bernama
negara artinya masing-masing mempunyai tanggung jawab bersama terhadap ancaman
atau bahaya yang akan muncul dan berpengaruh terhadap keluarga Asas kekeluargaan
merupakan isi dari jiwa filsafat Pancasila artinya bahwa negara kekeluargaan hanya
terdapat dalam Negara Pancasila dan negara yang berdasarkan Negara Pancasila selalu
merupakan Negara Kekeluargaan.
4. Pencerminan Atas Asas Integralistik dalam Pembukaan UUD 1945
a. Pokok Pikiran I
Dengan rumusan: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ini mengungkapkan fungsi negara yang didasarkan pada cita negara
(staaside) integralistik.
b. Pokok Pikiran II
Dengan rumusan: Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pokok pikiran ini mengungkapkan tujuan negara, yaitu terwujudnya keadilan
integralistik.
c. Pokok Pikiran III
Dengan rumusan: Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
pemusyawarahan perwakilan.
Pemerintahan Negara pada angka III.3. yang menyebutkan:” Kedaulatan rakyat
dipegang oleh suatu badan bernama Majelis Permusyawarahan Rakyat sebagai
penjelemaan seluruh rakyat Indonesia’’.
d. Pokok Pikiran IV
Dengan rumusan: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok pikiran ini mengungkapkan tipe negara integralistik, yakni negara yang tidak
sekuler dan tidak klerikal, melainkan negara yang secara seimbang dan serasi
memadukan pertimbangan-pertimbangan moral, Ketuhanan, dalam menetapkan
semua kebijaksanaan pemerintahan.
Hal ini pernah ditegaskan di dalam Tap No. II/MPR/1993 tentang GBHN pada huruf
G. Kaidah Penuntun angka 5 yang memuat paham integralistik sebagai berikut
"Pandangan integralistik bangsa Indonesia dan paham kekeluargaan yang berakar
pada nilai-nilai budaya bangsa yang dijadikan kesepakatan dalam penyusunan UUD
1945 haru dijadikan paham kebangsaan Indonesia untuk makin memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia
Untuk itu adanya golongan dalam masyarakat Indonesia dan hak asasi perseorangan
melalui kebebasan berserikat berkumpul, dan menyatakan pendapat di depan umum
diakui keberadaannya sesuai denganperaturan perundang-undangan".
5. Dari pemikiran Soepomo, maka tercermin adanya tata nilai integralistik yang
mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bagian atau golongan yang terlibat berhubungan erat dan merupakan kesatuan organis:
b. Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan. Masing-
masing anggota, bagian,golongan memiliki tempat dan kewajiban hidup (dharma)
sendiri-sendiri dan merupakan persatuan hidup;
c. Tidak terjadi situasi yang memihak pada golongan yang kuat atau yang penting;
d. Tidak terjadi dominasi mayoritas dan tirani minoritas;
e. Tidak memberi tempat bagi paham individualisme, liberal-
lisme dan totaliterisme;
f. Yang diutamakan keselamatan maupun kesejahteraan, kebahagiaan keseluruhan
(bangsa dan negara);
g. Mengutamakan penunaian kewajiban daripada penuntutan
daripada hak-hak pribadi/golongan;
h. Mengutamakan memadu pendapat daripada mencari menangnya sendiri

i. Disemangati kerukunan, keutuhan, persatuan, kebersamaan setia kawan, gotong royong;

j. Saling tolong-menolong, bantu membantu, dan kerja sama;

k. Berdasarkan kasih sayang, pengorbanan, kerelaan;

l.Menuju keseimbangan lahir batin, pria dan wanita, individu dan masyarakat serta
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai