Anda di halaman 1dari 16

Nama: Rayi Nabila Widhiasari

Kelas: XII MIPA 1

Ancaman Disintegrasi Di Indonesia

Sebagai negara yang memiliki berbagai macam keragaman, mulai dari agama hingga suku, In
donesia menjadi sedikit rentan dengan sebuah disintegrasi. Berikut ini adalah beberapa faktor
yang bisa menjadi ancaman disintegrasi bangsa Indonesia, yaitu:

Konflik Kenegaraan atau Sistem Pemerintahan

Salah satu contoh konflik yang bisa menjadi ancaman disintegrasi bangsa adalah munculnya
PRRI dan PERMESTA. PRRI merupakan sebuah singkatan dari Pemerintah Revolusioner Re
publik Indonesia. Sedangkan PERMESTA singkatan dari Perjuangan Rakyat Semesta.

Pergerakan ini terjadi di Sulawesi dan Sumatera, karena angkatan darat yang ada di Sulawesi
dan Sumatera, merasa tidak diperlakukan adil dalam hal kesejahteraan. Mereka merasa kalau
angkatan darat di Jawa jauh lebih sejahtera dan makmur. Oleh karena itu mereka mulai mendi
rikan dewan-dewan sendiri. 

Dewan-dewan ini juga memiliki pemimpinnya masing-masing, di antaranya

 Dewan Banteng di Sumbar dipimpin oleh Kolonel Achmad Husein


 Dewan Gajah di Medan dipimpin oleh Maludin Simbolon
 Dewan Manguni di Manado dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual
 Dewan Garuda di Sumsel dipimpin oleh Letkol Barlian

Dewan-dewan ini pun disatukan oleh Letkol Achmad Husein pada 15 Februari 1958, bersama
Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri Sumatera Barat.
Konflik Ideologi

Salah satu konflik ideologi di Indonesia terjadi 3 tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Terj
adi pemberontakan PKI Madiun. Awalnya, ancaman itu muncul setelah Amir Syarifuddin dib
erhentikan dari kursi perdana menteri Soekarno – Hatta. Amir merupakan perdana menteri ek
onomi kedua Republik Indonesia.

Amir Syarifuddin merasa kecewa dengan penurunannya sehingga ia membuat Front Demokra
si Rakyat yang isinya adalah partai-partai komunis di Indonesia. Tiga partai yang bergabung
dalam FDR adalah Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Parta
i Buruh Indonesia (PBI).

Tujuan Amir Syarifuddin membentuk FDR adalah untuk menjatuhkan kabinet Mohammad H
atta. Sementara Musso yang memimpin PKI madiun, ingin mendirikan Negara Sosialis Indon
esia yang berpusat di Madiun. Untuk mencegah pemberontakan yang terus berlanjut, pemerin
tah pun mengirim angkatan bersenjata ke Madiun, dan terjadilah pertempuran. Perbedaan ide
ologi antara komunisme dan pancasila menjadi pemicu dari konflik ini.

Konflik Kepentingan

Salah satu bentuk dari konflik ini adalah pemberontakan Republik Maluku Selatan atau RMS.
Latar belakang dari konflik ini karena adanya penolakan masyarakat Maluku, terhadap terben
tuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka menolak jika Negara Indonesia
Timur, bergabung ke dalam NKRI.

Namun banyak masyarakat dari Indonesia bagian timur lainnya yang memilih untuk bergabu
ng dengan NKRI. Akibatnya, masyarakat Maluku lebih memilih untuk mendirikan negara me
reka sendiri, yaitu Republik Maluku Selatan. Pemberontakan ini terjadi pada 25 April 1950, d
ipimpin oleh Mr. Dr. Christiaan Robbert Steven Soumokil. Chris Soumokil ini merupakan ma
ntan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur
Untuk bisa mengkondisikan RMS ini, pemerintah Indonesia pun mengirimkan Dr. J. Leimena
untuk bisa berunding dengan Soumokil. Namun, usaha ini tidak berhasil. Langkah selanjutny
a yang diambil oleh NKRI adalah mengirimkan Kolonel Alex Kawilarang bersama pasukann
ya dalam sebuah usaha untuk menaklukkan RMS. Pada tahun 1963 Soumokil berhasil ditang
kap di pulau Seram dan dijatuhi hukuman mati.dan mengakhiri RMS.

Dinamika Politik dan Ekonomi di Indonesia pada Masa Awal Kemerdekaan hingga De
mokrasi Liberal

A. Keadaan Kehidupan Ekonomi Pemerintah Indonesia

Latar belakang kekacauan ekonmi Indonesia pada awal kemerdekaan RI ;


o Indonesia belum memiliki pemerintahan yang baik
o Belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi
o Kondisi keamanan tidak stabil
o Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan RI

Faktor factor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950

o Terjadi inflasi yang sangat tinggi


o Adanya Blokade ekonomi dari belanda
o Kekosongan kas negara
o Mewarisi sistem ekonomi jepang

Upaya mengatasi keadaan ekonomi keuangan pada awal kemerdekaan

o Pemberlakuan 3 mata uang Indonesia


o Mengeluarkan mata uang ORI
o Melakukan pinjaman nasional
o Membentuk bank negara Indonesia

B. Keadaan politik pada awal kemerdekaan RI

Kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia :


o Pembentukan partai politik
o Perubahan otoritas KNIP
o Perubahan sistem pemerintahan
o Ibukota pindah ke Yogyakarta

Dinamika Politik dan Ekonomi di Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin


Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa ketika Indonesia menerapkan suatu sistem pemerint
ahan dengan seluruh keputusan pemerintah berpusat pada kepala Negara (Tim Kemdikbud, 2
017, hlm. 250). Kepala Negara pada masa ini dijabat oleh Presiden Soekarno. Masa demokras
i terpimpin dimulai dengan berlakunya dekrit presiden 5 Juli 1959 sampai tahun 1965.

Bagaimana kehidupan dan perkembangan politik, ekonomi, dan masyarakat pada masa Demo
krasi Terpimpin? Berikut adalah pemaparannya.

Perkembangan Politik

Kehidupan politik pada masa demokrasi terpimpin dilatarbelakangi pula oleh belum pernah te
rcapainya kestabilan secara nasional di masa sebelumnya (Demokrasi Parlementer). Saat itu,
persaingan partai-partai politik yang menyebabkan pergantian kabinet terus terjadi sehingga ti
dak mampu bekerja secara efisien. Selain itu, Dewan Konstituante hasil pemilu tahun 1955 te
rnyata tidak berhasil melaksanakan tugasnya menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia.

Oleh karena itu, muncul gagasan untuk melaksanakan model pemerintahan Demokrasi Terpi
mpin dan kembali kepada UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengelua
rkan dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya adalah sebagai berik
ut.

1. Menetapkan pembubaran Konstituante.


2. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah d
arah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi U
UD Sementara (UUDS).
3. Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan d
an golongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ternyata sangat diterima
baik oleh rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berakhirlah
masa Demokrasi Parlementer yang digantikan oleh Demokrasi Terpimpin.
Pada saat itu pula, sistem kabinet parlementer ditinggalkan dan kabinet pada masa demokrasi
terpimpin adalah kabinet presidensial, yang meliputi:

1. Kabinet Kerja I
2. Kabinet Kerja II
3. Kerja III
4. Kerja IV
5. Kabinet Dwikora I
6. Dwikora II
7. Dwikora III

Penyimpangan pada Masa Demokrasi Terpimpin

Meskipun diterima baik oleh rakyat dan bertujuan untuk menata kembali kehidupan politik da
n pemerintahan yang belum stabil, dalam perkembangannya Demokrasi Terpimpin banyak m
elakukan penyimpangan. Berikut adalah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada mas
a demokrasi terpimpin.

1. Presiden menunjuk dan mengangkat anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Semen


tara (MPRS). Seharusnya anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPR
S) dipilih melalui pemilu bukan ditunjuk dan diangkat oleh Presiden.
2. Presiden membubarkan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) hasil Pemilu 1955 da
n menggantinya dengan Dewan Permusyawaratan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
Seharusnya kedudukan Presiden dan DPR adalah setara. Presiden tidak dapat membu
barkan DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan Presiden.
3. Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa demokrasi terpimpin adalah pengangk
atan presiden seumur hidup. Seharusnya Presiden dipilih setiap lima tahun sekali mela
lui pemilu sebagaimana amanat UUD 1945.
4. Penyimpangan kebijakan politik luar negeri yang pernah terjadi pada masa demokrasi
terpimpin adalah politik luar negeri Indonesia condong ke blok timur. Padahal dalam
UUD 1945, politik luar negeri Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif (tidak
memihak namun tetap aktif ikut dalam menjaga perdamaian dunia).
Pada intinya, penyimpangan terhadap UUD 1945 yang terjadi masa Demokrasi Terpimpin dis
ebabkan oleh terlalu besarnya kekuasaan yang dimiliki oleh presiden. Sehingga pemerintahan
di Indonesia cenderung mengarah pada pemerintahan yang terlalu otoriter.

Kekuatan Politik Nasional

Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuatan politik terpusat pada tiga kekuatan politik terbesa
r, yakni Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan TNI Angkatan Darat. Berbe
da dengan masa sebelumnya, pada masa Demokrasi terpimpin partai politik tidak mempunyai
peran besar lagi dalam pentas politik nasional.

Partai-partai yang ada ditekan agar memberikan dukungan terhadap gagasan presiden. Partai
politik yang pergerakannya dianggap tidak sejalan dengan pemerintah akan di bubarkan deng
an paksa. Oleh karena itu partai-partai politik itu tidak dapat menyuarakan gagasan dan keing
inan kelompok-kelompok yang diwakilinya.

Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai politik yang diakui oleh pemerintah, yaitu:

1. PNI,
2. NU,
3. PKI,
4. Partai Katolik,
5. Partai Indonesia,
6. Murba,
7. PSII,
8. IPKI,
9. Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan
10. Persatuan Tarbiyah Islam (Perti).

Hal ini menyebabkan sistem pemerintahan pada masa demokrasi terpimpin benar-benar hany
a berpusat pada presiden, atau presidensial yang tidak memiliki lembaga apa pun yang dapat
mengkritik atau menghentikannya, dan bahkan tidak memiliki oposisi dari partai yang bertola
kbelakang dengan kebijakannya.
Politik Luar Negeri

Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-nega
ra komunis seperti Uni Soviet, China, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara. Beberapa pergera
kan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut.

Oldefo dan Nefo

Oldefo (The Old Established Forces) adalah sebutan untuk negara-negara barat yang sudah m
apan ekonominya, khususnya negara-negara dengan paham kapiltalisme. Sementara itu, Nefo
(The New Emerging Forces) adalah sebutan untuk negara-negara baru, khususnya negara-neg
ara sosialis.

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia lebih banyak menjalin kerja sama dengan negar
a-negara Nefo. Hal ini terlihat dengan dibentuknya Poros Jakarta-Peking (Indonesia dan Chin
a) dan Poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Pyongyang (Indonesia, Kamboja, Vietnam Utara, da
n Korea Utara).

Terbentuknya poros ini mengakibatkan ruang gerak diplomasi Indonesia di forum internasion
al menjadi sempit. Indonesia terkesan memihak kepada blok sosial/komunis.

Politik Mercusuar

Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden Soekarno.  Pandangan po
litik ini memiliki keinginan dan anggapan bahwa Indonesia dapat menjadi mercusuar yang m
enerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkannya, maka diselenggarakan pro
yek-proyek besar dan spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedud
ukan yang terkemuka di kalangan Nefo.

Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar, di antaranya adalah penyelen
ggaraan Ganefo (Games of the New Emerging Forces), pembangunan kompleks olahraga Sen
ayan, dan pembangunan Monumen Nasional (Monas).
Konfrontasi dengan Malaysia

Konfrontasi dengan Malaysia berawal dari keinginan Federasi Malayasia untuk menggabung
kan Brunei, Sabah, dan Serawak ke dalam Federasi Malaysia. Rencana tersebut mendapatkan
tentangan dari Filipina dan Indonesia. Namun pada tanggal 16 September 1963 pendirian Fed
erasi Malaysia tetap diproklamirkan.

Menghadapi tindakan ini, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 Septe
mber 1963 hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia putus. Selanjutnya pada tang
gal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang ber
isi:

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.


2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brune
i untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.

Pada saat Konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung, Malaysia dicalonkan menjadi


anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Pencalonan ini mendapat reaksi keras dari Presid
en Soekarno. Pada tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tida
k tetap Dewan Keamanan PBB. Secara spontan akhirnya Presiden Soekarno menyatakan Indo
nesia keluar dari PBB.

Pembebasan Irian Barat

Sesuai isi KMB, Irian Barat akan diserahkan oleh Belanda satu tahun setelah pengakuan keda
ulatan RIS. Tetapi pada kenyataannya setelah satu tahun pengakuan kedaulatan Indonesia, Be
landa belum juga menyerahkan Irian Barat.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melakukan diplomasi bilateral dengan Belanda. N
amun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Persolan Irian Barat juga telah berulang-ulang
dimasukkan ke dalam acara sidang Majelis Umum PBB, namun tidak mendapatkan tanggapa
n positif.
Oleh karena itu, akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh konfrontasi to
tal terhadap Belanda, yakni sebagai berikut.

1. Pada tahun 1956, Indonesia secara sepihak membatalkan hasil KMB dan secara otoma
tis membubarkan Uni Indonesia- Belanda. Melalui UU No. 13 Tahun 1956 tanggal 3
Mei 1956 Indonesia menyatakan bahwa Uni Indonesia–Belanda tidak ada.
2. Pada 17 Agustus 1960, Indonesia secara sepihak memutuskan hubungan diplomatik d
engan Belanda yang diikuti oleh pemecatan seluruh warga negara Belanda yang beker
ja di Indonesia. Kemudian pemerintah Indonesia mengusir semua warga negara Belan
da yang tinggal di Indonesia dan memanggil pulang duta besar serta para ekspatriat In
donesia yang ada di Belanda.
3. Pembentukan Provinsi Irian Barat dengan ibu kota di Soasiu (Tidore) untuk menandin
gi pembentukan negara Papua oleh Belanda.

Puncak konfrontasi Indonesia terhadap Belanda terjadi saat Presiden Soekarno mengumandan
gkan Trikora (Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Isi dari
Trikora 19 Desember 1961 itu adalah sebagai berikut.

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial.


2. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah
air dan bangsa.

Pada mulanya Belanda mencemoohkan persiapan-persiapan Komando Mandala tersebut. Mer


eka mengira, tidak mungkin pasukan Indonesia dapat masuk ke wilayah Irian. Tetapi setelah
operasi-operasi infiltrasi Indonesia berhasil, akhirnya Belanda bersedia untuk berunding untu
k menyelesaikan sengketa Irian Barat.

Perjanjian Newyork

Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Pemerintah I
ndonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, yang terkenal dengan Perjanjian New Yor
k. Adapun isi dari Perjanjian New York sebagai berikut.
1. Kekuasaan Belanda atas Irian Barat berakhir pada 1 Oktober 1962.
2. Irian Barat akan berada di bawah perwalian PBB hingga 1 Mei 1963 melalui lembaga
UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang dibentuk PBB.
3. Pada 1 Mei 1963, Irian Barat akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia.
4. Pemerintah Indonesia wajib mengadakan penentuan pendapat rakyat (pepera) Irian Ba
rat untuk menentukan akan berdiri sendiri atau tetap bergabung dengan Indonesia, pad
a tahun 1969 di bawah pengawasan PBB.

Berdasarkan hasil Pepera tahun 1969, Dewan Musyawarah Pepera secara aklamasi memutusk
an bahwa Irian Barat tetap ingin bergabung dengan Indonesia. Hasil musyawarah pepera terse
but dilaporkan dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-24 oleh diplomat PBB, Ortiz Sanz yang
bertugas di Irian Barat.

Peristiwa G 30 S/PKI 1965

Peristiwa Gerakan 30 September/PKI terjadi pada malam tanggal 30 September 1965. Dalam
peristiwa tersebut, sekelompok militer di bawah pimpinan Letkol Untung melakukan penculi
kan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi TNI Angkatan Darat serta memasukkan j
enazah mereka ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 Letnan Kolonel Untung mengumumkan melalui RRI Jakarta ya
ng tengah dikuasainya mengenai gerakan yang ia lakukan. Dalam pengumuman tersebut dise
butkan bahwa Gerakan 30 September merupakan gerakan internal Angkatan Darat untuk men
ertibkan anggota Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintah Presiden
Soekarno.

Selain itu, diumumkan juga tentang pembentukan Dewan Revolusi, pendemisioneran Kabinet
Dwikora, dan pemberlakuan pangkat letnan kolonel sebagai pangkat tertinggi dalam TNI. Pe
ngumuman ini segera menyebar pada 1 Oktober 1965 dan menimbulkan kebingungan di mas
yarakat

Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angka
tan Darat (Pangkostrad) memutuskan segera mengambil alih pimpinan TNI Angkatan Darat.
Hal tersebut karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/ Pangad saat itu belum diketahui keber
adaannya.

Operasi penumpasan G 30 S/PKI dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto bersama Resimen P
ara Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan Batalyon 328/Para Divisi Siliwangi. Pada mala
m hari tanggal 1 Oktober 1965, RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo be
rhasil menguasai kembali RRI Jakarta dan kantor telekomunikasi yang tengah dikuasasi Letk
ol Untung.

Selanjutnya, Mayjen Soeharto mengumumkan melalui radio tentang keadaan yang sebenarny
a kepada rakyat. Pada tanggal 2 Oktober 1965, RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibo
wo berhasil sepenuhnya menguasai keadaan di Jakarta dan pemberontakan G 30 S/PKI berha
sil digagalkan.

Perkembangan Ekonomi Pada masa Demokrasi Terpimpin

Pada masa demokrasi terpimpin pemerintah berupaya mengatasi permasalahan ekonomi yang
terjadi sejak masa Demokrasi Parlementer. Dasar bagi kebijakan ekonomi terpimpin adalah si
stem ekonomi terpimpin dengan pimpinan Presiden Soekarno yang terjun langsung mengatur
perekonomian.

Langkah-langkah kebijakan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin untuk memperbaiki ko


ndisi ekonomi antara lain adalah pembentukan dewan perancang nasional, devaluasi mata uan
g rupiah, dan deklarasi ekonomi. Berikut adalah pemaparan kebijakan ekonomi pada masa de
mokrasi terpimpin.

Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Dewan Perancang Nasional (Depernas) dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 80 Tahun


1958 dan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1958. Tugas dewan ini adalah menyiapkan ranc
angan undang-undang pembangunan nasional yang berencana serta menilai pelaksanaan pem
bangunan tersebut.
Depernas diketuai oleh Mohammad Yamin dengan 50 orang anggota. Pelantikannya secara re
smi dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 15 Agustus 1959. Pada 26 Juli 1960, Depernas be
rhasil menyusun sebuah Rancangan Undang-Undang Pembangunan Nasional Sementara Bere
ncana untuk tahun 1961-1969.

Pada 1963, Depernas diganti namanya menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (Ba
ppenas). Ketuanya dijabat secara langsung oleh Presiden Soekarno. Tugas badan ini menyusu
n rencana pembangunan jangka panjang dan jangka pendek secara nasional dan daerah, meng
awasi dan menilai pelaksanaan pembangunan, dan menyiapkan serta menilai hasil kerja mand
ataris untuk MPRS.

Devaluasi Mata Uang Rupiah

Pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi (menurunkan nilai mata uang) Rp 1.
000 dan Rp 500 menjadi Rp 100 dan Rp 50. Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap
semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah Rp 25.000. Tujuan kebijakan devaluasi
dan pembekuan simpanan ini adalah untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar demi k
epentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara.

Deklarasi Ekonomi

Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
di Jakarta. Dekon merupakan strategi dasar dalam ekonomi terpimpin. Tujuan utama Dekon a
dalah untuk menciptakan ekonomi nasional yang bersifat demokratis dan bebas dari imperiali
sme untuk mencapai kemajuan ekonomi.

Mengingat sulitnya untuk mendapatkan bantuan luar negeri, pemerintah Indonesia menyataka
n bahwa ekonomi Indonesia berpegang pada sistem ekonomi Berdikari yang merupakan akro
nim dari “Berdiri di atas kaki sendiri”. Pada bulan September 1963 Presiden Soekarno menun
da pelaksanaan Dekon dengan alasan fokus pada konfrontasi dengan Malaysia.
Upaya-upaya perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah pada masa Demokrasi Terpimpi
n tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Kondisi ekonomi bahkan malah memburuk karen
a anggaran belanja negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa diimbangi dengan pendapat
an negara yang memadai.

Salah satu penyebab meningkatnya anggaran belanja tersebut adalah pembangunan proyek-pr
oyek mercusuar, yang lebih bersifat politis. Harga barang-barang naik 200 hingga 300 persen
pada tahun 1965. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa pecahan mata u
ang Rp1.000 (uang lama) diganti menjadi Rp 1 (uang baru).

Penggantian uang lama dengan uang baru itu diikuti dengan pengumuman kenaikan harga ba
han bakar. Hal ini menyebabkan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan menyuarakan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang berisi:

1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya;


2. Perombakan kabinet Dwikora; dan
3. Turunkan harga pangan.

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pada masa demokrasi termpimpin dapat dilihat d
ari beberapa aspek. Berikut adalah pemaparan Tim Kemdikbud (2017, hlm. 259-261) mengen
ai kehidupan masyarakat Indonesia pada masa demokrasi terpimpin dari aspek sosial, pendidi
kan, dan kebudayaan.

Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial di masa demokrasi terpimpin masih berkecamuk dengan dengan persaingan
antarkekuatan politik yang ada. Ajaran Nasakom (Nasionalis-AgamaKomunis) yang diciptak
an Presiden Soekarno sangat menguntungkan PKI dan membuat kedudukannya di Indonesia s
emakin kuat.
Melalui Nasakom PKI berupaya agar seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk bidang s
osial, pendidikan, dan seni budaya berada di bawah dominasinya. Kampus dijadikan sebagai
sarana politik, mahasiswa yang tidak ikut dalam rapat umum atau demonstrasi-demonstrasi di
anggap sebagai lawan.

Media massa seperti surat kabar yang menentang dominasi PKI dicabut Surat Ijin Terbitnya.
Dengan demikian surat kabar dikuasai oleh surat kabar PKI seperti Harian Rakyat, Bintang Ti
mur, dan Warta Bhakti.

Pendidikan

Pada 1950-an, murid-murid sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat ata
s jumlahnya banyak sekali dan sebagian besar mengharapkan menjadi mahasiswa. Agar rakya
t dapat melanjutkan pendidikan, pemerintah mendirikan universitas baru di setiap ibu kota pr
ovinsi dan menambah jumlah fakultas di universitas-universitas yang sudah ada.

Untuk memenuhi keinginan umat Islam didirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Adapu
n untuk murid-murid yang beragama Kristen Protestan dan Katholik didirikan Sekolah Tinggi
Theologia dan seminari-seminari.

Selanjutnya, didirikan pula perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam, Kristen dan Katholik, se
perti Universitas Islam Indonesia, Universitas Kristen Indonesia, serta Universitas Katholik A
tmajaya. Tercatat pada 1961 telah berdiri sebanyak 181 buah perguruan tinggi.

Pada tahun 1962 sistem pendidikan SMP dan SMA mengalami perubahan. Dalam kurikulum
SMP ditambahkan mata pelajaran Ilmu Administrasi dan Kesejahteraan Masyarakat, dan di S
MA dilakukan penjurusan mulai kelas 2, jurusan dibagi menjadi kelas budaya, sosial, dan ilm
u alam. Penjurusan ini bertujuan untuk mempersiapkan murid-murid SMA untuk memasuki p
erguruan tinggi.

Gerakan menabung bagi setiap murid dilakukan pada Bank Tabungan Pos, kantor pos, kantor
pos pembantu. Para penabung diatur oleh Departemen P dan K bersama dengan Direksi Bank
Tabungan Pos. Usaha ini bertujuan untuk mendidik anak berhemat dan mengumpulkan dana
masyarakat. Gerakan koperasi sekolah juga digiatkan. Murid aktif dalam penyelenggaraan ko
perasi. Kepala sekolah dan guru sebagai pengawas dan penasehat koperasi.

Pemerintah masa Demokrasi Terpimpin juga membentuk kelas khusus untuk menampung lul
usan sekolah rakyat yang tidak dapat melanjutkan pendidikan. Mereka dididik dalam kelas kh
usus ini agar mendapat keterampilan. Waktu pendidikan kelas khusus ini berdurasi selama 2 t
ahun.

Pada 1960-an muncul masalah di kalangan pendidik yaitu usaha PKI untuk menguasai Persat
uan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hal ini menyebabkan perpecahan di kalangan guru dan
PGRI.

Kebudayaan

Dalam bidang seni muncul berbagai lembaga seni yang dibangun oleh partai politik, seperti L
embaga Kesenian Rakyat (Lekra) milik PKI, Lembaga Kesenian Nasional milik Partai Nasio
nal Indonesia, Lembaga seni-Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) milik Nahdhatul Ulama,
dan Himpunan Budayawan Islam milik Masyumi. Lembaga-lembaga tersebut saling bersaing
dan memperebutkan dominasi sesuai dengan haluan politik partai yang menaunginya.

Pada masa Demokrasi Terpimpin bidang kesenian tidak luput dari upaya dominasi PKI. Para
seniman dan budayawan yang tidak ingin kebudayaan nasional didominasi oleh suatu ideolog
i politik tertentu memproklamasikan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Manifesto Kebuday
aan mendapat kecaman keras dari Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang pro-PKI. Presiden
Soekarno ternyata menyepakati kecaman itu, akibatnya tidak sampai satu tahun usianya, Man
ikebu dilarang pemerintah

Anda mungkin juga menyukai