Anda di halaman 1dari 12

Kondisi Indonesia Pasca

Pengakuan Kedaulatan
Kondisi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
Seluruh bangsa di dunia berhak untuk memperoleh kemerdekaannya. Untuk mempertahankan
hak kemerdekaan itu, bangsa-bangsa di dunia rela mengorbankan harta, benda, bahkan
nyawa. Hal ini pula yang terjadi di bumi Indonesia. Setelah meraih kemerdekaannya, bangsa
Indonesia bertekad menjaga kemerdekaan yang telah berhasil diraih itu. Bentuk negara
serikat yang disepakati berdasarkan Konferensi Meja Bundar, ternyata bukanlah cita-cita
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia pun mulai berbenah diri untuk dapat kembali
dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Proses Kembalinya Indonesia Sebagai Negara Kesatuan


Belanda berniat melancarkan politik devide et impera dalam wilayah Indonesia. Setelah
melaksanakan agresi militer pertama, Belanda membagi Indonesia dalam enam negara
bagian, yaitu Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra
Selatan, Negara Madura, Negara Jawa Timur, dan Negara Pasundan. Selain itu, Belanda juga
mendirikan sembilan daerah otonom di wilayah Indonesia. Setelah mendirikan enam negara
boneka dan sembilan daerah otonom,

Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II. Belanda berharap
jika RI dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah mengatur negara-negara bonekanya.
Agresi militer Belanda II, menyebabkan Indonesia mendapatkan simpati dari dunia
internasional. Akhirnya, Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia berdasarkan
hasil Konferensi Meja Bundar.

Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan kedaulatan. Indonesia


berubah bentuk menjadi negara Serikat. Meskipun demikian, bangsa Indonesia bertekad
untuk mengubah RIS kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurang
dari delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan
bangsa Indonesia.
Negara Indonesia Timur (NIT) yang merupakan negara boneka Belanda pertama, ternyata
banyak mengalami kerusuhan. Presiden NIT yaitu Cokorde Gde Raka Sukawati
mengumumkan keinginan NIT untuk bergabung dengan Indonesia. Pada tanggal 19 Mei 1950
diadakan konferensi yang dihadiri oleh wakil-wakil RIS dan RI dengan keputusan inti
sebagai berikut.
1. Kesediaan bersama untuk kembali mewujudkan NKRI.
2. Ada perubahan Konstitusi seperti penghapusan senat, susunan DPRS baru, kabinet
sifatnya parlementer, dan DPA dihapuskan.
Disepakati pula bahwa Soekarno tetap menjadi presiden NKRI. Pada tanggal 17 Agustus
1950 bendera Merah Putih dikibarkan di depan istana bekas gubernur jenderal Belanda yang
telah dijadikan Istana Merdeka.
2. Perekonomian Pasca Pengakuan Kedaulatan
Sejak memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda, bangsa Indonesia mengalami krisis
ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bangsa Indonesia menanggung beban
ekonomi dan keuangan akibat ketentuan-ketentuan dalam Konferensi Meja Bundar, situasi
politik yang belum stabil, dan adanya kenyataan bahwa perusahaan swasta besar dan bank
pada saat itu masih dikuasai oleh orang-orang Belanda.

Untuk mengatasi krisis, Kabinet Sukiman (1951–195) menjalankan kebijakan

nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Nasionalisasi dapat


diartikan sebagai tindakan untuk menjadikan sesuatu kekayaan milik asing menjadi milik
negara. Kebijakan nasionalisasi De Javasche Bank dikeluarkan berdasarkan Undang-
Undang nasionalisasi De Javasche Bank Nomor 24 Tahun 1951. Sebelumnya, pemerintah
telah memberhentikan Presiden De Javasche Bank, Dr. Howink dan mengangkat Mr.
Syafrudin Prawiranegara. Nasionalisasi De Javasche Bank melengkapi kepemilikan
pemerintah terhadap bank-bank peninggalan Belanda.

Sejak tahun 1950 bangsa Indonesia mulai meninggalkan sistem perekonomian kolonial dan
menggantinya dengan sistem ekonomi nasional. Pelopor perokonomian nasional adalah Drs.
Moh. Hatta yang menyatakan bahwa ekonomi bangsa Indonesia harus dibangun oleh
bangsa Indonesia sendiri dengan asas gotong royong. Pemikiran untuk menyusun
perekonomian nasional dilanjutkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Beliau menyatakan
bahwa dalam alam kemerdekaan perlu diadakan kelas pengusaha melalui Gerakan
Benteng. Gerakan Benteng merupakan kebijakan untuk melindungi pengusaha-pengusaha
pribumi karena desakan pengusaha kuat bermodal besar yang berasal dari golongan
nonpribumi. Para pengusaha pribumi mendapat lisensi (semacam hak istimewa) dalam dunia
bisnis.

3. Pemilu 1955
Anggota DPRS yang dipilih dari hasil kompromi antara golongan unitaris dengan federalis
perlu segera diganti melalui pemilu. Selain itu, UUDS juga perlu untuk diganti karena
bersifat sementara. Pemilu dilaksanakan guna memilih anggota konstituante yang bertugas
menyusun UUD baru. Pemilu untuk memilih anggota DPR ditetapkan pada tanggal 29
September 1955. Pemilu untuk memilih anggota konstituante ditetapkan untuk dilaksanakan
pada tanggal 15 Desember 1955.

Pemilu 1955 diikuti oleh 28 partai dan beberapa calon perorangan dengan jumlah pemilih 39
juta orang. Pemilu untuk memilih anggota DPR hasilnya hampir sama dengan pemilu untuk
memilih anggota konstituante. Tampil sebagai empat besar pengumpul suara terbanyak
adalah PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Anggota DPR dilantik di Jakarta,
sedangkan Konstituante dilantik di Bandung. Selanjutnya, Kabinet Burhanuddin Harahap
(Masyumi) sebagai penyelenggara pemilu menyerahkan mandatnya kepada presiden. Kabinet
baru di bawah pimpinan Ali Sastroamidjojo (PNI) pun segera melaksanakan tugasnya.

4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Menjelang tahun 1959 Indonesia banyak mengalami permasalahan. Dalam bidang politik,
sering terjadi pergantian kabinet. Rakyat semakin merasakan partai politik lebih
mengutamakan kepentingan sendiri dan ketidakmampuan konstituante melaksanakan
tugasnya. Konstituante tidak berhasil menyusun UUD baru guna menggantikan UUDS.
Dengan anggota yang berjumlah 542 orang dan berasal dari banyak partai menyebabkan
konflik dalam badan konstituante sulit dihindarkan.

Dalam bidang keamanan, terjadi pergolakan yang ditimbulkan oleh pemberontakan DI/TII di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan serta pemberontakan
PRRI dan Permesta. Pemberontakan-pemberontakan dipicu oleh ketidakpuasan
daerah kepada pemerintah pusat. Situasi dalam negeri yang semakin tidak menentu
mendorong Presiden Soekarno mengajukan konsepsi yang berisi hal-hal berikut ini.
1. Sistem demokrasi parlementer secara Barat tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia
karena itu harus diganti dengan sistem demokrasi terpimpin.
2. Untuk melaksanakan demokrasi terpimpin perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong
yang anggotanya terdiri atas semua partai atau organisasi berdasarkan perimbangan
kekuatan dalam masyarakat.
3. Pembentukan Dewan Nasional terdiri atas golongan-golongan fungsional yang
bertugas sebagai penasihat kabinet.
Dalam suasana pro dan kontra ini, pada tanggal 25 April 1959 Presiden Soekarno
menyampaikan amanat di depan anggota konstituante, yang berisi anjuran untuk kembali
pada UUD 1945. Amanat ini menjadi perdebatan di konstituante sehingga diputuskan untuk
diadakan pemungutan suara. Ternyata, hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa
kurang dari 2/3 anggota konstituante menyetujui untuk kembali pada UUD 1945. Kegagalan
konstituante untuk menyusun dan menetapkan sebuah UUD serta perdebatan- perdebatan di
dalamnya, menyebabkan situasi politik semakin tidak menentu. Kondisi ini mendorong
Presiden Soekarno mengambil langkah yang sebenarnya bertentangan dengan undang-undang
(inkonstitusional).

Pada tanggal 5 Juli 1959 dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang selanjutnya dikenal sebagai Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Inti dari Dekrit Presiden ini sebagai berikut.
1. Pembubaran konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Dengan dekrit ini, berarti Kabinet Parlementer di bawah pimpinan Perdana Menteri Djuanda
dinyatakan demisioner. Kabinet digantikan oleh Kabinet Presidensial yang langsung dipimpin
oleh Presiden Soekarno. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menjadi tonggak bagi pelaksanaan
demokrasi terpimpin di Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno
mempunyai kekuasaan yang besar. Bahkan, pada tanggal 5 Maret 1960 Presiden Soekarno
memiliki kemampuan untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955. Selain itu, melalui
Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959, Presiden Soekarno membentuk MPRS yang anggota-
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

5. Gangguan Keamanan Dalam Negeri


Sejak memperoleh kedaulatan, bangsa Indonesia banyak mengalami pergolakan di daerah.
Hal ini dipicu oleh kurang harmonisnya hubungan pusat-daerah, persaingan ideologis dan
masalah sosial politik lainnya. Dalam perkembangannya, pergolakan-pergolakan tersebut
mengarah pada gerakan separatis yang berniat memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pergolakan yang terjadi pada umumnya berbentuk gangguan keamanan
berupa pemberontakan-pemberontakan bersenjata. Beberapa pemberontakan tersebut antara
lain Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), Angkatan Perang Ratu Adil (APRA),
Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),
dan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta).
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PASCA PROKLAMASI
PENGERTIAN
Perubahan Sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi
sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan sistem kesenian. Pada
hakekatnya antara perubahan sosial dan perubahan budaya itu melekat dan satu sama lainnya
saling berkaitan.
Hubungan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya yaitu bahwa perubahan sosial
dapat memberikan perubahan budaya, namun perubahan budaya belum tentu memberikan
perubahan sosial, namun keduannya dapat saling mempengaruhi.
Kingsley Davis mengemukakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
budaya. Perubahan kebudayan mencakup semua bagian yaitu kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dst, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan
organisasi sosial. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dari pada ruang lingkup
perubahan sosial.
PERKEMBANGAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA PROKLAMASI
Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi perubahan sosial budaya yang ada
di dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum
kemerdekaan di proklamirkan, di dalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi
diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di
Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga Eropa dan Jepang, sehingga warga
pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari
bangsawan atau penguasa.
Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa
Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam segala bidang.
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi utama yaitu menitik
beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di pelopori oleh Ki Hajar
Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang juga menjabat sebagai
menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.
Melalui media pendidikan tersebut, menjadikan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi
di berbagai sektor kehidupan terutama di bidang sosial dan budaya. Ini merupakan sebuah
wujud dari langkah awal masyarakat Indonesia untuk mampu mencapai suatu pembangunan
setelah sekian lama dijajah oleh bangsa lain. Pendidikan pada saat itu menjadi prioritas utama
yang dianggap mampu memberikan kemajuan untuk menghasilkan kader-kader bangsa yang
berintelektual demi membangun Indonesia.
Dilihat dari perkembangannya, perubahan-perubahan yang terjadi cukup signifikan. Pola
pikir masyarakat mulai berubah karena adanya keinginan untuk merubah kehidupan sehingga
lebih maju.
Pergantian sistem pemerintahan dari waktu ke waktu di Indonesia dari sistem pemerintahan
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, orde lama, orde baru hingga masa reformasi
memberikan pengaruh terhadap perkemabangan perubahan sosial budaya yang terjadi di
Indonesia. Penyesuaian terhadap sistem tersebutlah yang mengakibatkan masyarakat
melakukan perubahan-perubahan.
Setelah pencetusan kemerdekaan yang dilakukan oleh Indonesia, keberadaan dari Negara
Indonesia lambat laun diakui oleh Negara-negara lain di dunia. Mereka memberikan
partisipasi dengan menyatakan akan pengakuan dengan keberadaan Negara Indonesia. Ini
menjadikan adanya peningkatan akan kontak terhadap masyarakat lain dan budaya lain yang
mampu mempererat tali persaudaraan. Keterbatasan kontak masyarakat Indonesia dengan
masyarakat yang lain saat sebelum kemerdekaan, kini tidak lagi ada keterbatasan.
Media informasi untuk menyebarkan berita-berita mengenai kemerdekaan Indonesiapun telah
mengalami banyak perkembangan. Dari media informasi elektronik (radio, televisi) maupun
media cetak (Koran, majalah, selebaran, poster,dsb) telah lebih bebas untuk menyebarkan
berita kemerdekaan sehingga mampu dicapai keseluruh pelosok masyarakat Indonesia
walaupun memang masih terlampau sangat minim sekali. Interaksi-interaksi yang terjadi
dengan kebudayaan masyarakat lain dapat memberikan pengaruh bagi suatu masyarakat yang
menjalin interaksi tersebut. Banyak reaksi dari masyarakat dari adanya interaksi tersebut, ada
yang menolak dan akhirnya melakukan perlawanan, ada yang menyeleksinya terlebih dahulu
yang kemudian menyerap unsure-unsur budaya yang sesuai.
Pembangunan-pembangunan untuk memberikan kontribusi dalam kemerdekaan Indonesia
dilakukan secara bertahap. Pembangunan-pembangunan tersebut dilakukan baik
pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Pembangunan adalah suatu proses, akan
terkait dengan mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut Soerjono Soekanto
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki.
Setidak-tidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang
terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya, yang kemudian
disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan.
Pembangunan adalah proses perubahan yang meliputi seluruh sistem sosial seperti politik,
ekonomi, pendidikan, lembaga dan tekhnologi dan budaya untuk memperbaiki berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa mendasarkan
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab, dan
tidak manusiawi. Dalam proses pembangunan haruslah selalu mengangkat nilai-nilai yang
dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai nilai dasar yaitu nilai-nilai Pancasila. Perlu
diperhatikan etika kehidupan berbangsa yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia. Perlu pula
ditumbuhkembangkan kembali budaya malu, yaitu malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. pembangunan yang
dilaksanakan mampu mengubah dan mengembangkan sosial budaya yang ada dikehidupan
masyarakat. Perubahan- perubahan yang dihasilkan dari pembangunan tersebut membawa
kehidupan masyarakat ke hal yang lebih positif. Pembangunan akan memberikan pengaruh
yang besar akan berbagai perubahan yang ada disekitar kita. Pembangunan yang dilakukan
tersebut misalnya pembangunan yang menyangkut bidang politik dan administrasi.
Pembangunan-pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah
diwujudkan melalui program-program pembangunan seperti PELITA maupun REPELITA.
Dengan terbebasnya Indonesia dari penjajahan asing, juga memberikan kebebasan yang lebih
leluasan kepada rakyat Indonesia yang ditindas. Rakyat yang sebelumnya dipekerjakan rodi
untuk kepentingan pemerintahan asing, kini dapat memulai hidupnya lebih baik lagi. Mereka
tidak perlu lagi bekerja dengan terpaksa. Rakyat dapat kembali bekerja di sektor masing-
masing seperti yang awalnya menjadi petani, pedagang. Dan dengan hasil dari pertanian
tersebut, masyarakat dapat menjualnya dipasar tanpa harus membayarkan pajak terlebih
dahulu kepada pihak asing.
Perekonomian menjadi terlepas dari keterikatan asing. Walaupun pada awalnya kondisi
perekonomian yang pada saat itu masih mengalami keterpurukan setelah kemerdekaan.
Inflasi yang terjadi karena pemerintah belum mampu mengendalikan peredaran uang asing
yang beredar di Indonesia. Adanya aksi blockade ekonomi oleh Belanda mengakibatkan
masyarakat Indonesia terasing dan tidak mampu untuk meningkatkan sandang, pangan dan
papan sebagai kebutuhan dari masyarakat Indonesia sehingga persaingan untuk memenuhi
kebutuhan hiduppun tidak dapat dihindari.
Keadaan yang ada di Indonesia juga tampak lebih aman daripada sebelum kemerdekaan
dicetuskan, walaupun memang masih banyak pemberontakan dan penindasan yang dilakukan
oleh asing terhadap rakyat Indonesia kerena memang masih adanya pengaruh asing. Dengan
keadaan Indonesia yang lebih aman dari sebelum kemerdekaan, memberikan pengaruh positif
bagi masyarakat Indonesia yaitu untuk melakukan perubahan sosial budaya dengan lebih
leluasa dan terbebas dari asing. Rakyat Indonesia yang tadinya dipekerjakan paksa oleh
penjajah, kini menjadi berani untuk melakukan perlawanan demi memperjuangkan haknya
karena Indonesia telah merdeka sehingga rakyat Indonesia dapat melakukan perubahan
keadaan dirinya sehingga lebih sejahtera.
Selain itu, dengan adanya peraturan-peraturan dan dasar yang dimiliki Indonesia, membuat
kehidupan rakyat Indonesia lebih teratur karena terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya. Peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah tersebut,mampu
menertibkan masyarakat untuk lebih teratur dalam menjalankan kehidupannya agar tidak
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat..
Hal-hal tersebut di atas adalah perubahan-perubahan sosial budaya saat setelah proklamasi.
Perubahan-perubahan sosial pasca proklamasi dalam jangka panjang yaitu perubahan sosial
budaya yang terjadi hingga saat ini yaitu perubahan-perubahan sosial budaya akibat adanya
westernisasi, modernisasi, dan globalisasi. Westernisasi adalah suatu proses peniruan oleh
masyarakat atau negara tentang kebudayaan dari budaya-budaya barat yang dianggap lebih
baik dari kebudayaan negara sendiri atau westernisasi adalah arus besar dalam dimensi
politik, sosial, budaya, pengetahuan dan seni untuk mengubah karakter kehidupan bangsa-
bangsa di sunia secara umum dan negara-negara islam khususnya menjadi paham-paham
barat. Westernisasi mutlak sebagai pembaratan. Westernisasi terjadi karena perkembangan
masyarakat modern terjadi di dalam kebudayaan barat dan disajikan dalam bentuk
barat. Westernisasi pada umumnya suatu bentuk kebebasan yang tidak lagi memperdulikan
norma-norma yang masih melekat pada masyarakat. Selain itu westernisasi menuju kearah
sekularisasi. Sekulerisasi yaitu suatu proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dan nilai-
nilai kepentingan duniawi sehingga sekulerisasi merupakan semacam ideologi yang
menganggap bahwa hidup ini adalah semata-mata untung kepentingan dunia saja. Contohnya
terhapusnya karakter seorang muslim dari dalam jiwa mayoritas umat Islam yang berubah
menjadi berpola hidup seperti di masyarakat Eropa.
Hal lain yang mempengaruhi adanya perubahan sosial budaya yaitu modernisasi. Modernisasi
adalah suatu proses trasformasi dari suatu perubahan kearah yang lebih maju atau meningkat
dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Gejala modernisasi biasanya terjadi pada
bidang IPTEK, politik dan ideologi, ekonomi, agama, budaya, dan sosial. Contoh dari
modernisasi adalah perubahan sistem pendidikan, terdesaknya budaya tradisional karena
masuknya budaya luar sehingga budaya asli menjadi semakin pudar, munculnya kelompok-
kelompok baru dalam masyarakat, dsb.
Globalisasi juga mengakibatkan adanya perubahan sosial budaya dalam masyarakat
Indonesia pasca proklamasi dalam jangka panjang. Globalisasi adalah karakteristik hubungan
antara penduduk bumi yang melampaui batas-batas konvensional seperti bangsa dan negara.
Globalisasi ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia Afrika dan juga
menyebarkan nilai-nilai agama, sosial, budaya dll yang kini telah dilakukan oleh seluruh
negara di dunia, ditandai dengan ekplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa
didukung dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa
dunia. Contohnya yaitu perdagangan global yang dilakukan oleh masyarakat dunia tanpa
adanya batasan sehingga menimbulkan suatu persaingan-persaingan antara perdagangan
dalam negeri dengan perdagangan luar negeri yang masuk ke suatu negara. Hal ini
mengakibatkan masyarakat Indonesia harus berjuang keras dalam bersaing dengan
masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia juga harus mampu menjaga akan budaya-budaya
Indonesia yang tradisionil agar tidak hilang karena adanya globalisasi yang masuk ke
indonesia.
Sesungguhnya banyak hal yang ditimbulkan dari hal terebut di atas yang mempengaruhi akan
perkembangan sosial budaya di Indonesia baikmdampak positif maupun dampak negatifnya.
Dampak Negatif dari adanya westernisasi, pembangunan, modernisasi dan globalisasi antara
lain yaitu:
 Adanya Urbanisasi yaitu dengan adanya daya tarik ekonomi, daya tarik sosial, daya
tarik pendidikan, daya tarik budaya membuat masyarakat melakukan urbanisasi yang
menimbulkan munculnya berbagai permasalahan baru seperti banyaknya
pengangguran, berkurangnya penduduk desa, banyak sawah yang tidak terurus, hasil
panen menurun, tingkat kesejahteraan menrun, dsb.
 Kesenjangan Sosial Ekonomi yaitu terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk
memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan usaha serta kesempatan
berpartisipasi dalam pembangunan sehingga terjadilah kesenjangan sosial ekonomi.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
 Pencemaran Lingkungan Alam. Contohnya yaitu dengan adanya industri, terkadang
limbahnya tidak diolah sehingga pencemaran lingkungan terjadi yang membahayakan
keadaan alam sekitar. Selain itu seperti penggunaan pupuk kimia oleh petani
yangsecara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah.
 Kriminalitas. Adanya masalah-masalah sosial yang timbulkan dapat menyebabkan
atau memicu kriminalitas. Tekanan sosial dalam proses modernisasi yang semakin
berat seperti sikap hedonisme mendorong orang untuk mencari jalan pintas dengan
melakukan tindakan kriminal.
 Lunturnya eksistensi Jati Diri Bangsa. Berkembangnya teknologi informasi melalui
situs internet membuat seluruh warga di dunia dapat menikmati informasi den.gan
mudah tanpa dapat dikontrol oleh negara. Kebudayaan lokal juga mulai tergeser
dengan masuknya budaya asing.
TUGAS IPS

KLIPING PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN DAN


PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
INDONESIA SETELAH PRKLAMASI

DI SUSUN
OLEH
NAMA :
KELAS :
NO. URUT :

SMP NEGERI 1 BAUBAU


2016

Anda mungkin juga menyukai