Anda di halaman 1dari 6

Nama : Levina Alyaa Maheswari

NIM : 1105213056
Kelas : TB45-01
Kode Mata Kuliah : UKI1B2
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Tugas Individu
Pertemuan 4

1. Jelaskan dan analisa tentang dinamika dan perubahan Pancasila sejak pra
proklamasi, masa awal kemerdekaan, zaman Orde Lama, Orde Baru, dan
Orde Reformasi.

Penjelasan

A. Pra Proklamasi

 Hari lahirnya Pancasila berawal ketika BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia) mengadakan sidang pertama. Sidang pertama
berlangsung selama 3 hari, yaitu pada tanggal 29 Mei 1945, 30 Mei 1945, dan berakhir
pada tanggal 1 juni 1945. Pada 1 Juni 1945, Ir.Soekarno menyampaikan hasil
pemikirannya yang berisi : 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan
Yang Maha Esa. Karena itulah tanggal 1 juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahirnya
Pancasila. Selanjutnya agar rumusan dasar negara lebih matang maka dibentuklah Panitia
Sembilan. Kemudian hasil Panitia Sembilan ini disebut piagam Jakarta. Dalam isi piagam
Jakarta disebutkan bahwa sila pertama Pancasila berisi “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun sila pertama tersebut
ditentang oleh banyak pihak, terutama pihak yang beragama non islam. Menurut
pandangan mereka, apabila sila pertama disahkan seperti itu tanpa adanya perubahan
akan mengakibatkan perpecahan bagi bangsa Indonesia, karena sila pertama itu tidak
mencerminkan toleransi beragama antar umat. Akhirnya, sebelum rapat PPKI di mulai,
Soekarno dan Drs. Moh Hatta mengadakan rapat kecil yang dihadiri oleh Ki Bagus
Hadikusumo, KH. Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dam Mr. Teuku
Mohammad Hasan untuk membahas sila pertama. Dengan kesepakatan bersama, sila
pertama akhirnya diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

B. Masa Awal Kemerdekaan

Penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada masa awal kemerdekaan


menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya yaitu adanya upaya-upaya untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan penyimpangan terhadap nilai-nilai
Pancasila. Yang pertama Pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII ini ditandai dengan didirikannya Negara Islam
Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1949. Tujuan utama
didirikannya NII adalah untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan
syari'at Islam. Kedua, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun,
dipimpin oleh Muso pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI di Madiun
bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis
dengan harapan bisa menjadi negara yang memiliki kekuatan besar dan ditakuti
negara-negara lainnya seperti Uni Soviet .

Ketiga, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dipimpin oleh


Christian Robert Steven Soumokil. Pemberontakan RMS bertujuan untuk membentuk
negara sendiri yang didirikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesar RMS
adalah Pulau Seram, Ambon, dan Buru. Pemberontakan RMS di Ambon ditangani
militer Indonesia pada bulan November 1950, namun konflik di Seram masih
berlanjut sampai Desember 1963.Kekalahan RMS di Ambon berujung pada
pengungsian pemerintahan RMS ke Seram. Kemudian pemerintah RMS mendirikan
pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Dan yang terakhir,
pemberontakan APRA terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 dengan melakukan
serangan dan menduduki kota Bandung, serta menguasai markas Staf Divisi
Siliwangi. Gerakan APRA bertujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di
Indonesia, serta memiliki tentara sendiri bagi negara-negara RIS. Pemberontakan ini
digagalkan Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri RIS waktu itu dengan melakukan
perundingan dengan Komisi Tinggi Belanda untuk percepatan pembubaran Republik
Indonesia Serikat dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1950.

C. Orde Lama

Pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Soekarno mengubah sistem politik


Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin. Akibatnya,sistem politik dan
pemerintahan negara hanya bisa bergantung pada Soekarno, selaku Presiden
Indonesia. Lewat Dekrit Presiden 1959, Soekarno juga membubarkan
Konstituante. Konstituante adalah dewan perwakilan yang bertugas untuk
membentuk konstitusi baru bagi negara yaitu UUD 1945, yang faktanya sebagian
isinya bersumber dari undang-undang semasa kolonial. Kemudian, dekrit Presiden
1958 mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan membentuk Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan Agung
(DPAS).
Demokrasi Terpimpin sebenarnya bertujuan untuk membentuk ulang
sistem pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik pusat
pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta ulang dengan keseimbangan
yang stabil pada politik Indonesia di zaman itu. Namun, yang terjadi justru
kebalikannya. Dikutip dari tulisan bertajuk "Rantjangan Pendjelasan Pelengkap
Undang-Undang Dasar 1945" yang terhimpun dalam Buletin MPRS (1967),
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin terbukti telah menyimpang dari isi UUD
1945.Pada pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru mengakibatkan terjadinya
pelanggaran terhadap UUD 1945 dan pemerintah cenderung bersikap hanya ke
pemusatan. Hal ini dikarenakan pemerintahan terpusat hanya kepada presiden
yang mengakibatkan kedudukan presiden sangat kuat dan berkuasa, ditambah
dengan Hatta yang mengundurkan jabatan sebagai wakil presiden pada tahun
1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama pun juga kembali terancam
dengan terjadinya peristiwa G30SPKI pada tahun 1965 yang melibatkan orang-
orang PKI dan sebagian orang-orang berpangkat tinggi di militer sebagai
pelakunya.

D. Orde Baru

Pada penelitian Muh. Arif Candra Jaya berjudul “Implementasi Pancasila


pada Masa Orde Baru (2012)” menyebutkan, Pancasila yang merupakan cerminan
nilai budaya bangsa Indonesia saat itu dikembangkan dengan mengutamakan asas
kekeluargaan dan gotong royong (Demokrasi Pancasila). Upaya penerapan
Pancasila di rezim ini salah satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai
politik dibatasi dan hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia
(PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim
Orde Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik
organisasi masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai
pedoman utama dalam menjalankan kegiatannya.
Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik.
Militer juga ikut terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar
negara Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya diperbolehkan
menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara,
kata Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus bersatu, terutama dalam
menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala ancaman. Selain itu, tidak jarang
dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah kala itu. Ada juga peristiwa
penangkapan aktivis karena mengkritik pemerintahan Soeharto pada masa Orde
Baru. Dalam suatu kesempatan di depan para petinggi ABRI pada 16 April 1980
di Markas Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), Cijantung, Soeharto
mengucapkan hal yang kemudian menuai polemik. “Yang mengkritik saya berarti
mengkritik Pancasila,” tegas Soeharto, dikutip dari harian Republika (11
November 2011).
Pada 5 Mei 1980, tidak kurang dari 50 tokoh bangsa berhimpun untuk
membahas pernyataan Soeharto yang meresahkan itu. Mereka membubuhkan
tanda tangan di atas pernyataan yang diberi nama “Ungkapan Keprihatinan”.
Penerapan Pancasila sebagai asas tunggal pada era Orde Baru dengan segala
dampaknya menuai kritik. Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah
menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

E. Orde Reformasi

Mulai pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi negara


terus ada hingga saat ini. Tidak hanya itu, upaya penggantian ideologi Pancasila
dengan ideologi lainnya juga berkurang. Pada masa ini, keinginan untuk
mengubah Ideologi Pancasila sudah menipis. Masyarakat lebih dihadapkan
dengan masalah gaya hidup bebas mengikuti perkembangan zaman disertai
dengan munculnya globalisasi.

Masyarakat terutama generasi muda Indonesia tidak terlalu


memperdulikan penerapan Pancasila dalam kehidupannya. Hal yang cukup
dikhawatirkan adalah jika muncul kehadiran ideologi lain yang berhasil disusupi
lewat globalisasi yang memungkinkan kita mendapat informasi tanpa batas dari
seluruh negara di dunia. Oleh karena itulah Pendidikan Pancasila pada era saat ini
bersifat urgensi bagi masyarakat Indonesia, khususnya para generasi muda.

Analisis

Dari Penjelasan dinamika dan perubahan Pancasila dari era pra


proklamasi, awal kemerdekaan, orde lama, orde baru dan orde reformasi dapat
dilihat bahwa dalam pelaksanaannya, Pancasila sebagai Ideologi kehidupan
bangsa Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Banyak ditemukan masalah hingga
penyelewengannya dalam penerapan Pancasila dari masa ke masa. Oleh karena
itu dari penjelasan tentang Pancasila dari era pra proklamasi, hingga era
reformasi, saya menganalisis bahwa penerapan Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia selalu mengalami dinamika dan perubahan dari masa ke masa. Faktor
yang menyebabkan terjadinya dinamika dan perubahan itu karena adanya
kebijakan pemerintahan yang berubah-ubah, kurangnya pemahaman makna
ideologi Pancasila, sehingga mengganggap Pancasila sebagai ideologi yang salah,
dan akhirnya menyebabkan perpecahan antar suku dan agama. Kemudian, faktor
lainnya adalah faktor ingin mempunyai kekuasaan mutlak, salah satu caranya
adalah sengaja memanfaatkan Pancasila dengan cara yang salah seperti yang
dilakukan Presiden Soeharto pada Orde Baru. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
Pancasila selalu mengalami kendala atau permasalahan dari masa ke masa, hanya
saja yang membedakan adalah jenis masalahnya termasuk di bidang permasalahan
mana dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai