Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU PANCASILA

Dosen Pengampu : Puspa Dianti, S.Kp, M.Kes


Di Susun Oleh : M. Valent Diansyah ( PO7120122063 )

KELAS TK : 1 B

PRODI D-III KEPERAWATAN PALEMBANG


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2022/2023
 Penerapan Pancasila Di Awal Kemerdekaan
Pancasila secara resmi ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia dalam Sidang PPKI
pertama (18 Agustus 1945). Namun, setelah ditetapkan sebagai dasar negara, penerapan
Pancasila pada awal kemerdekaan tidak berjalan mulus. Hal ini dikarenakan banyaknya
berbagai upaya disintegrasi bangsa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Timbul
berbagai pihak yang bersikeras untuk mengubah dasar negara Pancasila dengan ideologi lain.
Berbagai upaya disintegrasi bangsa itu seperti:

1. Pemberontakan PKI Madiun pada tanggal 18 September 1948 dengan bertujuan untuk
mengganti ideologi Pancasila menjadi Komunis.
2. Pemberontakan DI/TII di berbagai wilayah seperti Jawa Barat (7 Agustus 1949),
Kalimantan Selatan (Oktober 1950), Aceh (20 September 1953), dan lain-lain.
Pemberontakan ini bertujuan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan
berasaskan Islam.
3. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada tanggal 23 Januari 1950 yang dipimpin
oleh Kapten KNIL Raymond Westerling dengan bertujuan untuk mempertahankan
negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS).

Jadi, penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan tidak mendapatkan jalan yang
mulus. Terjadi banyak pemberontakan yang berusaha untuk menggantikan Pancasila sebagai
dasar negara sehingga berdampak pada terpecahnya persatuan bangsa. Hal ini membuat
pemerintah dan masyarakat Indonesia bekerja sama untuk mempertahankan Pancasila.
Berbagai pemberontakan itu seperti pemberontakan PKI Madiun 1948, pemberontakan
DI/TII, dan pemberontakan APRA.

 Penerapan Pancasila Masa Orde Lama


. Masa Orde Lama ini merupakan pencarian dari penerapan Pancasila dalam sistem
kenegaraan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini tiga periode penerapan Pancasila saat
Orde Lama:
1. Periode 1945 - 1950
2. Periode 1950 - 1959
3. Periode 1959 – 1966

 Periode 1945 - 1950


Pada periode ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam penerapan
Pancasila. Mulai dari upaya-upaya menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia hingga munculnya berbagai pemberontakan untuk
mengganti ideologi.
Pemberontakan yang terjadi pada periode ini, yaitu:
1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 18 September 1948.
Pemberontakan yang dipimpin oleh Muso ini bertujuan untuk mendirikan Negara
Soviet Indonesia dengan ideologi komunis.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DII) yang dipimpin Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengganti Pancasila
dengan syariat Islam.

 Periode 1950 - 1959


Penerapan pada periode ini ingin mengarahkan Pancasila seperti ideologi liberal. Pada
periode ini pun masih ada beberapa pemberontakan, yakni:
1. Republik Maluku Selatan (RMS)
2. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
3. Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin lepas dari NKRI.
Dari segi politik, demokrasi pada periode ini berjalan lebih baik dengan adanya
Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Namun, Konstituante gagal menjalankan
tugasnya hingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya
membubarkan Konstituante dan kembali memakai UUD 1945.

 Periode 1956 - 1965


Periode ini juga dikenal dengan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi tidak berada pada
kekuasaan rakyat, melainkan kekuasaan pribadi Presiden. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan dalam penafsiran Pancasila.
Pada masa ini, Presiden Soekarno dianggap menjadi otoriter karena ingin diangkat
menjadi presiden seumur hidup. Ia pun menggabungkan paham Nasionalis, Agama, dan
Komunis (Nasakom) menjadi satu yang ternyata tidak cocok dengan NKRI. Di masa ini pun
pemberontakan kembali terjadi. Yang dimaksud adalah peristiwa G30S/PKI pada 30
September 1965 yang dipimpin oleh D.N. Aidit. Tujuan pemberontakan tersebut adalah
mendirikan Negara Soviet Indonesia dan mengganti Pancasila dengan paham Komunis.

 Penerapan Pancasila Masa Orde Baru


Penerapan Pancasila pada masa Orde Baru terus dikembangkan dengan menerapkan
pemerintahan secara murni dan konsekuen. Hal itu diwujudkan dalam bentuk sistem
pemerintahan yang menjunjung tinggi asas kekeluargaan dan gotong-royong, yaitu sistem
demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila diwujudkan dengan melakukan penyederhanaan partai politik
menjadi 3 partai yaitu PDI, PPP, dan Golkar. Selain itu pemerintah Orde Baru juga
megeluarkan kebijakan mengenai asas tunggal Pancasila yang berfungi agar seluruh
organisasi masyarakat dan partai politik menggunakan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Penerapan pancasila pada masa Orde Baru juga dilakukan di tubuh militer di bidang
sosial politik. Keterlibatan militer dalam ranah politik, semata-mata untuk menjaga
kemurnian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Selain itu, upaya penerapan Pancasila dalam Orde Baru dapat dilihat dari berbagai
kebijakan yang dikeluarkan, di antaranya pelaksanaan pemilihan umum (pemilu),
menjalankan usaha pemerataan penduduk, menetapkan pendidikan Pancasila di dalam
kegiatan belajar di sekolah, dan menjalankan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Namun dalam perkembangannya, penerapan Pancasila pada masa Orde Baru masih jauh
dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dampaknya sangat merugikan masyarakat,
seperti adanya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), penegakan hukum lemah, hilangnya
potensi demokrasi, dan terjadi kesenjangan yang sangat kuat antara daerah dan pusat.
Demikian ulasan singkat penerapan Pancasila pada masa Orde Baru. Semoga para
pemimpin baik di dalam pemerintahan ataupun nonpemerintahan mampu menerapkan nilai-
nilai Pancasila agar lebih amanah, bijaksana, dan adil.

 Penerapan Pancasila Masa Reformasi


Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998 mengalami berbagai cobaan, semisal
munculnya berbagai pemberontakan di era Orde Lama, atau upaya penyalagunaan Pancasila
atas nama kekuasaan pada rezim Orde Baru.
Di era Reformasi 1998 seiring lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan dan
selanjutnya, penerapan Pancasila juga terhalang banyak godaan. Berakhirnya Orde Baru
membuka pintu gerbang kebebasan bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.
Ai Tin dan Asep Sutisna dalam buku ajar PPKN (2018) mengungkapkan, penerapan
Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat Indonesia yang benar-benar
mendapat kebebasan.
Di satu sisi, adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya
kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak beretika,
penyalagunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik horizontal, serta
hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai