Berdasarkan situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, warga
Indonesia sudah bertekad untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan. Beberapa
permasalahan yang terjadi terkait penerapan Pancasila di masa kemerdekaan adalah:
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bertujuan untuk mendirikan negara sendiri.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 18 September 1948 yang bertujuan
untuk mendirikan negara Soviet dengan ideologi komunis. Pemberontakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia untuk menggantikan Pancasila dengan syariat Islam sebagai dasar negaranya.
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
sebagai gerakan protes ke pemerintah pusat. Baca juga: Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara Masa Orde Lama Masa Orde Lama berlangsung pada tahun 1959 hingga 1966
dan dikenal dengan demokrasi terpimpin. Masa ini merupakan peralihan warga Indonesia dari yang
terjajah menjadi bangsa yang sepenuhnya merdeka. Keberadaan Pancasila sempat mengalami
polemik, karena ada sebagian masyarakat yang setuju dan sebagian lain merasa keberatan. Salah
satu tindakan penyimpangan terhadap Pancasila yaitu pemberontakan PKI oleh D.N. Aidit pada 30
September 1965. Tujuan pemberontakan tersebut untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi
komunis. Masa Orde Baru Masa Orde Lama kemudian digantikan dengan masa Orde Baru. Pada
masa ini Soeharto sebagai Presiden RI memulihkan kembali beberapa kekacauan yang pernah
terjadi. Upaya pemulihan tersebut terlihat dari adanya Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita), Pemilu, pendidikan penghayatan dan pengamalan Pancasila, dan pemerataan
pembangunan. Pada masa Orde Baru dasar landasan ideologis untuk mewujudkan pembangunan
nasional yaitu Pancasila. Upaya pemulihan yang dilakukan Soeharto mengacu pada nilai-nilai
Pancasila. Salah satu contohnya pemerataan pembangunan yang sesuai dengan nilai sila kelima
Pancasila, yakni Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meksi terus berupaya memulihkan
kondisi negara dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, ditemukan beberapa masalah dalam
pemerintahan Soeharto. Permasalahan tersebut seperti kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
mebatasi hak berpendapat, dan adanya dwifungsi ABRI. Baca juga: Peran Pancasila dalam
Keberagaman Bangsa Masa reformasi Setelah Soeharto mundur dari jabatannya, posisi tersebut
digantikan oleh B.J. Habibie. Dalam pemerintahannya, Presiden Habibie mengeluarkan UU Nomor 9
Tahn 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum dan lain-lain. Hal tersebut
sebagai upaya memperbaiki sistem pemerintahan sebelumnya. Selain itu Presiden Habibie juga
memperbaiki sistem ekonomi dan mereformasi bidang politik dan hukum. Mulai pada masa
reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi negara terus digaungkan hingga saat ini. Tidak
hanya itu, upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya juga berkurang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa", Klik
untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/14/152113969/penerapan-pancasila-
dari-masa-ke-masa?page=all.
Penulis : Vanya Karunia Mulia Putri
Editor : Serafica Gischa
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Penerapan Pancasila pada Masa Orde Lama 1959
sampai 1966", https://tirto.id/ghT9
Tahun 1945-1950
Tahun 1950-1959
Tahun 1956-1965
Tahun 1945-1950
Pada awal-awal kemerdekaan, terdapat beberapa oknum yang
sengaja ingin mengubah ideologi Pancasila sebagai dasar hidup
bangsa Indonesia melalui beberapa pemberontakan. Salah satunya
adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TIII) yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
ADVERTISEMENT
Masa Reformasi
Pada masa ini, keinginan untuk mengubah Ideologi Pancasila sudah
menipis. Masyarakat lebih dihadapkan dengan gaya hidup bebas
mengikuti perkembangan zaman disertai dengan munculnya
globalisasi.
Masyarakat terutama generasi muda tidak terlalu memperdulikan
penerapan Pancasila dalam kehidupannya. Hal yang cukup
dikhawatirkan adalah jika muncul kehadiran ideologi lain yang
berhasil disusupi oleh kemajuan teknologi saat ini dan berhasil
menaruh hati kepada generasi muda.
Itulah Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa mulai dari Orde
lama hingga reformasi. Semoga informasi ini dapat bermanfaat ya!
Penerapan pancasila ini tidak hanya dilakukan di masa sekarang saja, tapi sudah
diterapkan jauh sejak awal kemerdekaan.
Sekarang kita cari tahu bagaimana penerapan pancasila dari masa ke masa, yuk!
Tentunya hal ini tidak didiamkan begitu saja. Masyarakat Indonesia tentunya saling
membantu dan berusaha untuk kembali menerapkan pancasila sebagai pandangan
hidup.
Di masa orde lama ini dikenal juga dengan periode demokrasi terpimpin. Ini artinya
seluruh hal yang keputusan berkaitan dengan pemerintahan dipegang penuh oleh
pemimpin negara.
Pemimpin negara di masa orde lama adalah Presiden Soekarno.
Berikut adalah berbagai penyimpangan pada penerapan pancasila dan UUD 1945 di
masa orde lama:
Namun, ada beberapa hal yang dibatasi di masa orde baru ini:
- Jumlah partai politik hanya tiga, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Pembredelan itu dilakukan atas dasar media dan pers memberitakan peristiwa yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
Masa reformasi dimulai sejak diangkatnya B.J. Habibie sebagai presiden baru untuk
Indonesia.
Melalui Presiden Habibie, sedikiti demi sedikit perbaikan sistem di Indonesia mulai
dilakukan. Mulai dari bidang ekonomi, politik dan hukum, dan masih banyak lagi.
Salah satu yang paling dikenal adalah Presiden Habibie membuat UU Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dan lain-
lain.
Dari sinilah penerapan pancasila sebagai dasar negara dan sebagai pandangan
hidup terus dilakukan hingga saat ini.
Nah, itulah tadi pembahasan tentang penerapan pancasila dari masa ke masa. Mulai
dari awal kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi, hingga sekarang.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dipimpin oleh Christian Robert Steven
Soumokil. Pemberontakan RMS ini bertujuan untuk membentuk negara sendiri yang
didirikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon, dan Buru.
RMS di Ambon ditangani militer Indonesia pada bulan November 1950.
Tetapi, konflik di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan RMS di Ambon
berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram. Pemerintah RMS kemudian
mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966.
e. Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA yang didirikan Kapten KNIL Raymond Westerling
pada tanggal 15 Januari 1949. Raymond memandang dirinya sebagai "Ratu Adil" yang
diramalkan akan membebaskan Indonesia dari tirani. Gerakan APRA bertujuan untuk
mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia, serta memiliki tentara sendiri bagi
negara-negara RIS.
Pemberontakan APRA terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 dengan melakukan serangan
dan menduduki kota Bandung, serta menguasai markas Staf Divisi Siliwangi, tetapi
digagalkan. Upaya Drs. Mohamad Hatta sebagai Perdana Menteri RIS waktu itu berhasil
melakukan perundingan dengan Komisi Tinggi Belanda untuk percepatan pembubaran
Republik Indonesia Serikat dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1950.
f. Perubahan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sedangkan konstitusi yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.
NKRI melaksanakan pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955 yang selama itu
dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun
Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi,
dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959.
Dekrit Presiden 1959 dikenal dengan sebutan Dekrit 5 Juli 1959. Isi Dekrit 5 Juli 1959 yaitu
membubarkan Badan Konstituante, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berlaku kembali
dan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, serta segera akan
dibentuk MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS (Dewan
Pertimbangan Agung Sementara). Penerapan Pancasila saat itu lebih diarahkan seperti
ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
Baca artikel detikedu, "Bagaimana Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru hingga
Kini?" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5652441/bagaimana-
penerapan-pancasila-pada-masa-orde-baru-hingga-kini.
a. Presiden Soekarno ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup berdasarkan TAP MPRS
No. XX/1963, yang menyebabkan kekuasaan presiden semakin besar dan tidak terbatas.
b. Presiden mengeluarkan penetapan Presiden No. 3/1960 tanggal 5 Maret 1960 yang
membubarkan DPR hasil Pemilu 1955.
c. Presiden membentuk MPRS yang terdiri atas anggota DPR-GR (Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong), utusan daerah, dan utusan golongan yang semuanya diangkat
serta diberhentikan oleh presiden.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
dan Program Pembangunan yang tertuang di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal tersebut menjadikan pembangunan nasional tumbuh.
Sementara itu, Lembaga Kepresidenan menjadi pengontrol utama lembaga negara lainnya,
baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun yang bersifat
infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya).
Pada masa Orde Baru, kebebasan berpolitik juga dibatasi dengan jumlah partai politik yang
terbatas pada tiga partai saja, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya
(Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Masa Orde Baru juga membatasi kebebasan pers dan kebebasan berpendapat. Sejumlah
surat kabar dan majalah dibredel dan dicabut surat izin penerbitannya dengan alasan telah
memberitakan peristiwa yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
Masa Orde Baru juga ditandai dengan adanya beberapa aktivis politik hilang atau ditangkap
setelah menyuarakan aspirasinya dalam mengkritik kebijakan pemerintah, beberapa lama
kemudian diberitakan hilang atau ditangkap.
Penyimpangan penerapan Pancasila pada masa Orde Baru juga ditandai dengan kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) seperti kasus Tanjung Priok, kasus Marsinah,
kasus wartawan Udin dari Harian Bernas Yogyakarta, dan lain-lain.
Tantangan penerapan Pancasila di era Reformasi adalah menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan di antara sesama warga bangsa. Contohnya yaitu konflik di beberapa daerah,
tawuran antarpelajar, serta menyelesaikan permasalahan dengan tindak kekerasan.
Cita-cita bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur berdasar pada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Nah, seperti apa penerapan Pancasila pada kehidupan sehari-hari kamu?
Baca artikel detikedu, "Bagaimana Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru hingga
Kini?" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5652441/bagaimana-
penerapan-pancasila-pada-masa-orde-baru-hingga-kini.