Anda di halaman 1dari 20

INDONESIA MASA AWAL

KEMERDEKAAN SAMPAI MASA


DEMOKRASI

Disusun oleh :

Nama: Jane Amelia Ma

Kelas: 12A2

Absen: 09
Demokrasi pada dasarnya merupakan sebuah sistem politik yang memungkinkan setiap
warganya untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan negara. Berawal dari benua
Eropa, sistem demokrasi ini kemudian mulai meluas ke seluruh penjuru dunia, termasuk
Indonesia. Hal ini sendiri mencakup banyak bidang, yaitu bidang sosial, ekonomi, dan
budaya negara yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik. Namun, dalam
proses praktiknya sistem ini di Indonesia, ada banyak sekali tantangan dan perubahan yang
harus dilewati. Berikut adalah periode perkembangan demokrasi di Indonesia sejak
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945!

A. Masa Awal Kemerdekaan (Tahun 1945 – Tahun 1950)

Masa awal kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu periode terpenting dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada awalnya, periode dimulai dari kekalahan bala
tentara Jepang terhadap sekutu. Rakyat Indonesia yang mendengar kabar tersebut melalui
radio pun memutuskan untuk memproklamirkan kemerdekaan bersama dengan pemimpin
negara lainnya pada 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, Indonesia pun resmi berdiri sebagai
sebuah negara yang berdaulat di atas kaki sendiri. Rakyat Indonesia juga menjadi bebas
dari kekuatan asing yang telah lama mengurung dan membelenggu mereka. Akan tetapi,
bukan berarti Indonesia telah selesai dari persoalan kenegaraan. Pada saat itu, para
pemimpin tetap harus menyelesaikan berbagai masalah, seperti kehidupan politik dan
ekonomi.
1. Perkembangan Kehidupan Politik
Kehidupan politik Indonesia pada saat itu mulai berjalan setelah dilakukannya
proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun, sayangnya kondisi politik
pasca kemerdekaan diwarnai dengan krisis, perang, serta kekacauan. Pada saat itu,
Indonesia masih menganut sistem perhubungan yang buruk, adanya perpecahan-
perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan ideologi yang
disebabkan oleh berbagai macam hal.
Nah pertama, karena Indonesia merupakan negara yang sangat luas, kabar
kemerdekaan Indonesia tidak bisa tersebar secara luas dan merata di penjuru daerah
Indonesia. Minimnya persebaran informasi ini pun akhirnya menghambat proses
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia yang waktu itu masih lemah dan baru
dibentuk.
Kedua, sebenarnya ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan, tidak semua
elemen masyarakat tanah air setuju sebab sebagian masih bersimpati pada pemerintah
kolonial Belanda. Pada umumnya, orang-orang tersebut merupakan bangsawan lokal
yang pada masa penjajahan mendapatkan kekayaan dan kedudukan istimewa. Menurut
mereka, gerakan kemerdekaan Indonesia berjalan secara radikal dan cara yang tidak
ningrat. Oleh karena itu, timbullah pendapat-pendapat negatif mengenai kemerdekaan
Indonesia.
Ketiga, pada masa awal kemerdekaan Indonesia, kepemimpinan pusat masih
sangat lemah dan kerap berganti. Ada banyak pertentangan yang menimbulkan gerakan
atau perlawanan seperti Peristiwa PKI Madiun 1948. Selain itu, ada juga timbulnya
aksi-aksi kekerasan di tingkat desa yang melibatkan massa yang dendam pada
penindasan saat penjajahan Belanda. Dari sanalah kita bisa melihat betapa lemahnya
Pemerintah Republik Indonesia pada saat itu.
Terakhir, karena gerakan kemerdekaan Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai
macam aliran ideologi yang saling bertentangan, maka muncullah perpecahan internal.
Hal ini pun juga menyebabkan kedatangan kembali Belanda melalui agresi militer pada
tahun 1947 dan 1948. Semenjak saat itu kondisi politik Indonesia pun tambah runyam.
Namun, pada akhirnya, berkat keberhasilan strategi diplomasi dan berbagai perjuangan
militer lainnya, ambisi Belanda untuk berkuasa lagi pun gagal. Bahkan, dari sini pun
dukungan internasional jadi mengalir ke Indonesia. Akhirnya, memasuki tahun 1950,
situasi politik Indonesia mulai membaik dan pemerintahan mulai terbangun. Hal ini
ditandai dengan bubarnya Republik Indonesia Serikat secara resmi pada 17 Agustus
1950 dan digantikan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai negara yang telah menyatakan kemerdekaannya, pembentukan alat
kelengkapan negara menjadi sangat penting dan harus segara dibentuk. Oleh karena itu,
pemimpin besar di Indonesia pun melakukan pembentukan tersebut melalui sidang atau
rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang saat itu merupakan satu-
satunya lembaga resmi. Sidang tersebut pun dilaksanakan selama 3 hari yaitu;
i. 18 Agustus 1945:
Pada sidang hari pertama, PPKI menetapkan dan mengesahkan UUD 1945
sebagai dasar negara. Mereka juga mengadakan pemilihan presiden-wakil
presiden, dimana Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menjadi orang yang terpilih.
Terakhir, dari sidang ini juga mereka membentuk Komite Nasional sebagai
badan pembantu Presiden sebelum membentuk DPR/MPR.
ii. 19 Agustus 1945:
Setelah menghasilkan ketiga keputusan tadi, sidang pun dilanjutkan keesokan
harinya dengan bahasan mengenai kabinet, provinsi, dan satuan militer. Dari
pembahasan tersebut diambillah keputusan yaitu menetapkan 12 kementerian
yang bertugas membantu Presiden, membagi wilayah Indonesia menjadi
delapan provinsi dan menunjuk para gubernurnya, dan terakhir adalah
membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR).
iii. 22 Agustus 1945:
Sidang yang terakhir pun kembali dilanjutkan pada 22 Agustus 1945 dimana
diputuskan 3 keputusan yaitu membentuk dan mengesahkan Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP), menetapkan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai
satu-satunya partai politik di Indonesia, dan memutuskan untuk membentuk
Badan Keamanan Rakyat (BKR) secepatnya.
Selain dari hasil sidang-sidang tersebut, ada juga sistem pemerintahan yang
telah diputuskan untuk diterapkan di Indonesia, yaitu sistem presidensial. Sistem
pemerintahan tersebut merupakan suatu sistem yang terpusat atau tersentral pada
Soekarno-Hatta karena pada saat itu rakyat Indonesia mempercayakan Indonesia
kepada mereka. Sesuai dengan hasil sidang PPKI, sebelum adanya Majelis
Perwakilan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ataupun Dewan
Pertimbangan Agung, Presiden Soekarno dibantu oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP).
Nah, untuk menghindari adanya absolutisme atau kekuasaan mutlak dari satu
pihak saja, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan 3 maklumat. Pertama,
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi ketetapan
KNIP diubah menjadi lembaga legislatif. Kedua, Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945, yang berisi mengenai pembentukan partai-partai politik di
Indonesia. Terakhir, Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang berisi
mengenai perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari sistem presidensial ke
sistem demokrasi parlementer.
2. Perkembangan Kehidupan Ekonomi
Selain politik, kondisi perekonomian Indonesia pada masa awal proklamasi juga
banyak mengalami kekacauan yang mengakibatkan perekonomian nasional tidak stabil.
Padahal, perekonomian adalah salah satu bagian yang paling penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ada berbagai macam permasalahan yang mengancam
perekonomian negara yaitu inflasi, blokade ekonomi, dan kekosongan kas negara.
i. Tantangan yang dihadapi Indonesia
 Inflasi
Pada awal kemerdekaan, Indonesia mengalami inflasi yang sangat tinggi
atau biasa disebut sebagai hiperinflasi, Kondisi ini terjadi ketika harga-harga
barang naik secara ekstrem yang diakibatkan oleh tidak terkendalinya satu
mata uang negara. Pada saat itu, pemerintah RI menyatakan terdapat tiga
mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu mata uang De Javasche Bank
(DJB), mata uang pemerintahan Hindia Belanda, dan mata uang penduduk
Jepang. Bukan hanya itu saja, pada tanggal 6 Maret 1946, Letnan Jendral Sir
Montagu Stopford yang merupakan panglima baru AFNEI mengumumkan
berlakunya mata uang NICA sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya
sudah sangat merosot. Pemerintahan RI pun akhirnya jadi tidak bisa
mengatasi mata uang asing yang beredar dengan baik, terutama mata uang
Jepang dan Belanda. Akibatnya, terjadilah hiperinflasi yang juga diakibatkan
karena Indonesia saat itu belum mempunyai mata uang sendiri.
 Blokade ekonomi
Selain mengalami hiperinflasi, Belanda juga ikut menutup pintu
perdagangan di wilayah RI sejak November 1945. Hal ini pun sangat
berdampak pada sektor ekspor-impor Indonesia. Barang-barang dagangan RI
menjadi terlambat dikirim, dan juga banyak pula yang dihancurkan Belanda.
Sedangkan di sektor impor, blokade Belanda menyebabkan kekurangan
barang-barang impor yang sangat dibutuhkan Indonesia. Berikut adalah
beberapa alasan Belanda melakukan blokade, yaitu:
- Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
- Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan miliki Belanda dan
milik asing lainnya.
- Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang
dilakukan bangsa luar.
 Kekosongan kas negara
Terakhir, Indonesia juga pernah mengalami kekosongan kas negara pada
awal masa kemerdekaannya. Hal tersebut diakibatkan oleh tidak adanya
pemasukan karena belum ada pajak dan bea cukai yang masuk. Seperti pada
saat inflasi, beberapa bulan setelah RI baru berjalan, mata uang menjadi
tidak terkendali dan mengakibatkan keadaan kas negara dan bea cukai
berada dalam keadaan nihil dan mengalami kemerosotan. Pada saat itu,
pemerintah hanya bisa bergantung pada produksi pertanian untuk bertahan,
meskipun keadaan ekonomi sudah sangat buruk.
ii. Upaya pemerintah menata kehidupan ekonomi pada awal kemerdekaan.
a. Pinjaman Nasional:
Dalam menanggulangi masalah inflasi dan kekosongan uang kas
negara, pemerintah RI pun melakukan pinjaman nasional, yaitu suatu
kebijakan yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman dan
dilaksanakan atas persetujuan BP-KNIP. Program ini juga didukung dengan
adanya Bank Tabungan Pos yang dibentuk pemerintah untuk menyalurkan
pinjaman.
b. Oeang Republik Indonesia (ORI):
Selain itu, pemerintah Indonesia juga akhirnya mengeluarkan uang
kertas pertama pada tanggal 30 Oktober 1946 yang dinamakan Oeang
Republik Indonesia (ORI). Pada saat itu, dinyatakan bahwa seribu mata
uang Jepang bernilai satu rupiah ORI. Namun, pada akhirnya pengedaran
mata uang ini juga mengalami permasalahan semenjak agresi militer terjadi.
Dengan adanya perang, biaya yang dikeluarkan sanggatlah banyak dan
hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah juga mulai mengalami
kesulitan.
c. Bank Negara Indonesia:
Tidak sesuai dengan harapan mereka, munculnya ORI ternyata juga
memberikan masalah baru dalam perekonomian Indonesia lantaran
percederaannya menjadi tidak terkendali. Oleh karena itu, pemerintah pun
membentuk Bank Negara Indonesia sebagai bank induk pada tanggal 1
November 1936 untuk melaksanakan koordinasi dalam bidang ekonomi
keuangan dan bertugas untuk mengatur nilai tukar ORI terhadap uang asing.
d. Diplomasi Beras dengan India:
Selain itu, agar bisa keluar dari masalah blokade ini, pemerintah
Indonesia memutuskan untuk melakukan usaha yang bersifat politis, yaitu
diplomasi beras ke India. Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu
pemerintah India yang sedang mengalami kelaparan dengan mengirimkan
500.000-ton beras dengan harga yang sangat rendah. Indonesia berani
melakukan hal ini karena hasil panen petani pada saat itu sangat melimpah
setelah adanya blokade. Sebagai imbalannya, pemerintah India juga
bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
Indonesia. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang
terpenting bagi mereka adalah dukungan negara lain yang sangat diperlukan
dalam perjuangan diplomatik pada forum internasional.
e. Badan Pusat Jual Beli (BTC):
Upaya selanjutnya yang dilakukan dalam mengatasi blokade ekonomi
Belanda adalah mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
melalui BTC atau Badan Pusat Jual Beli. Peran BTC disini adalah untuk
mengawasi seluruh kegiatan perdagangan ke luar atau masuk daerah RI.
Dengan adanya BTC ini, hubungan dagang Indonesia pun mulai meluas,
bahkan berhasil melakukan hubungan dagang dengan salah satu perusahaan
Amerika Serikat yaitu Isbranten Inc.
f. Indoff (Indonesia Office):
Terakhir, pemerintah Indonesia juga membentuk Indonesia Office
(Indoff) yang dipimpin oleh Mr. Oetojo Ramela dan dibantu oleh Soerjono
Darusman, Mr. Zairin Zain, Thaharudi Ahmad, dan Dr. Soeroso. Tujuan
dibentuknya Indoff ini adalah untuk memperjuangkan kepentingan politik di
luar negeri serta sebagai pengendali upaya menembus blokade Belanda dan
melakukan perdagangan barter yang dibantu Angkatan Laut RI. Salah satu
upaya yang pernah dilakukan Indoff adalah melakukan pengiriman karet
secara diam-diam dari Pelabuhan Belawan, Medan menuju Singapura.

B. Masa Demokrasi Liberal (Tahun 1950 – Tahun 1959)


Pada tahun 1950-1959, Indonesia menganut sistem demokrasi liberal dengan kabinet
parlementer sebagai sistem pemerintahannya. Untuk pengertiannya sendiri, demokrasi
liberal adalah suatu demokrasi yang menempatkan badan legislatif lebih tinggi dari badan
eksekutif. Jadi, kepala pemerintahannya dipimpin oleh perdana menteri yang bisa diangkat
dan diberhentikan parlemen. Sedangkan, presiden menjabat sebagai kepala negara dalam
demokrasi parlementer.
Demokrasi liberal menggunakan sistem politik demokrasi yang menjunjung tinggi
persamaan di bidang politik dan mengedepankan kebebasan serta individualisme. Oleh
karena itu, demokrasi liberal digunakan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan
dalam bidang ekonomi. Selain itu, rakyat juga dianggap mempunyai derajat dan hak yang
sama.
Terakhir, ciri khas demokrasi liberal terletak pada kekuasaan pemerintahannya yang
dibatasi konstitusi. Jadi, pada sistem ini tidak diperkenankan campur tangan dan bertindak
sewenang pada rakyat. Berikut adalah beberapa ciri-ciri lainnya dari demokrasi liberal:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
c. Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
d. Perdana Menteri diangkat oleh presiden.

1. Perkembangan Politik
i. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan pada demokrasi liberal dilandasi oleh UUD Sementara
1950 (UUDS 1950) sebagai konstitusi tertinggi. Oleh karena itu, berdasarkan
ketentuan dalam UUDS 1950, sistem pemerintahan Indonesia dijalankan
dengan sistem parlementer, yang berarti kabinet pemerintahannya disusun
berdasarkan perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen. Dalam sistem
parlementer, presiden hanya menjadi suatu lambang kesatuan saja. Penerapan
sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk mengakomodir kebebasan
berpendapat dari rakyat yang diwakili oleh partai di parlemen. Akan tetapi. Hal
ini sebenarnya juga menjadi pedang bermata dua bagi Indonesia.
Kebebasan berpendapat yang diberikan kepada masyarakat untuk
mewujudkan kestabilan justru tidak berjalan sesuai kenyataan. Sehingga, pada
saat itu situasi politik sering menjadi tidak stabil karena sering kali terjadi
pergantian kabinet yang begitu cepat. Salah satu penyebabnya adalah
perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang tidak pernah dapat
terselesaikan dengan baik. Makanya, dari tahun 1950-1959, terjadilah
pergantian kabinet selama 7 kali.
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951):
Mohammad Natsir, salah satu tokoh Masyumi (partai Islam yang
amat kuat saat itu), berhasil dilantik kabinetnya pada tanggal 7 September
1950. Pada saat itu, kabinet ini selalu berupaya sekuat tenaga untuk
melibatkan semua partai yang ada di parlemen, termasuk PNI. Namun,
upayanya ini selalu saja kandas karena pandangannya yang kerap
berseberangan dengan Masyumi. Pada akhirnya, sebagian besar parlemen
berpihak kepada PNI sehingga akhirnya Natsir mengundurkan diri dari
jabatannya.
Padahal, selama masa pemerintahannya ini, ada begitu banyak
keberhasilan yang dicapai. Beberapa diantaranya adalah ketika Indonesia
yang berhasil masuk PBB, berlangsungnya perundingan antara Indonesia
dan Belanda untuk pertama kali membahas masalah mengenai Irian Barat,
dan menetapkan prinsip bebas aktif dalam kebijakan politik luar negeri.
b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952):
Kabinet Sukiman terbentuk dari koalisi partai Masyumi dan PNI.
Masa pemerintahan kabinet ini muai muncul ketika pemberontakan DI/TII
dan meluasnya republik Maluku Selatan. Namun, sama seperti sebelumnya,
masih terdapat masalah perbedaan pendapat antara PNI dan Masyumi. Pada
saat itu, Sukiman ada menandatangani surat persetujuan bantuan ekonomi
persenjataan dari Amerika Serikat yang menimbulkan pertentangan antara
PNI dan Masyumi mengenai prinsip dasar politik Indonesia yang bebas
aktif.
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953):
Kabinet Wilopo akhirnya dibentuk dibawah pimpinan Perdana
Menteri Wilopo setelah kabinet yang sebelumnya gagal. Saat itu kabinet ini
bertugas menjalankan program dalam negeri seperti pemilu (DPR dan
DPRD), meningkatkan kemakmuran, Pendidikan, dan pemulihan
keamanan. Sedangkan dalam program luar negeri, kabinet ini berusaha
untuk menyelesaikan konflik hubungan Indonesia dengan Belanda,
pengembalian Irian Barat ke Indonesia, dan menjalankan politik bebas
aktif. Namun, sayangnya kabinet ini akhirnya harus bubar karena dianggap
bersalah dalam penyelesaian permasalahan tanah perkebunan di Sumatera
Timur.
d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955):
Kabinet ini dibentuk pada 30 Juli 1953 yang dikenal sebagai Ali
Wongso. Dengan kabinet ini, Ali Sastriamidjojo berhasil
menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan juga
mempersiapkan pemilu untuk anggota parlemen. Setelah dibentuknya
Panitia Pemilihan Umum Pusat dan Daerah pada tanggal 31 Mei 1954, Ali
berencana untuk mengadakan Pemilu pada 29 September (DPR) dan 15
Desember (Konstituante)1955. Namun, sayangnya kabinet ini juga harus
berakhir karena NU menarik dukungan dan Menteri dan kabinet. Sehingga,
pada akhirnya terjadilah keretakan sampai kabinet dikembalikan pada
presiden.
e. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 19560):
Selanjutnya, terbentuklah kabinet baru pada 12 Agustus 1955 yang
dipimpin oleh Burhanuddin Harahap. Selama masa kepemimpinannya, ia
berhasil menyelenggarakan pemilu pertama secara demokratis pada 29
September dan 15 Desember 1955. Banyak mengatakan bahwa pemilu
tahun 1955 ini berjalan dengan relatif lancar dan disebut-sebut sebagai
pemilu paling demokratis.
Dari hasil pemilu pertama, ada 70 partai politik yang mendaftar dan 27
partai lolos seleksi. Untuk perolehan suara terbanyaknya sendiri
dimenangkan oleh partai PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Namun, meskipun
kabinet ini terlihat berjalan dengan lancar, akhirnya terjadilah masalah
setelah Soekarno ingin melibatkan PKI dalam kabinet. Hal ini sebenarnya
tidak disetujui oleh koalisi partai lainnya, sehingga Kabinet Burhanuddin
Harahap harus bubar pada Maret 1956.
f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957):
Pada tanggal 20 Maret 1956, Ali Sastroamidjojo dilantik Kembali
setelah pembubaran kabinet Burhanuddin Harahap. Dalam program kabinet
ini, Ali memperjuangkan pengembalian Irian Barat dan membatalkan
Konferensi Meja Bundar (KMB). Namun, upayanya ini tidak berhasil dan
mulai menuai kritik. Dari sini juga mulai ada perpecahan antara partai
Masyumu dan PNI. Pada akhirnya, kabinet Ali Satsroamidjojo dibubarkan
lagi dalam setahun.
g. Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 5 Juli 1959)
Setelah terjadinya jatuh-bangun beberapa kabinet sebelumnya,
akhirnya Kabinet Djuanda menjadi kabinet terakhir demokrasi parlementer.
Dalam periode ini, mereka berhasil memperjuangkan pembebasan Irian
Barat, membentuk dewan, menormalisasi keadaan Indonesia, membatalkan
pelaksanaan KMB, dan juga melaksanakan pembangunan. Selain itu,
mereka juga menghasilkan suatu peraturan yaitu wilayah Indonesia menjadi
12 mil laut yang diukur dari garis yang menghubungkan titik terluar pulau.
Namun, kabinet ini juga harus bubar setelah dianggap lebih mementingkan
partai politik dari konstitusi. Oleh karena itu, pada akhirnya kabinet
berakhir disini setelah presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
pada 5 Juli 1959, yang juga menandakan permulaan sistem politik baru,
yaitu Demokrasi Terpimpin.
ii. Sistem kepartaian
Pada era demokrasi liberal, sistem kepartaian Indonesia adalah sistem
multipartai. Ada banyak sekali pembentukan partai yang bertujuan untuk
mengukur kekuatan perjuangan Indonesia dan untuk mempermudah meminta
pertanggung jawaban kepada pemimpin-pemimpin barisan perjuangan. Namun,
sayangnya partai-partai politik kala itu sangat gemar saling bersaing dengan
cara mencari kesalahan dan menjatuhkan. Akibatnya, pada era ini sering
terjadinya pergantian kekuasaan pemerintahan. Ketika ada banyak sekali
kabinet yang jatuh-bangun, program-programnya menjadi tidak bisa berjalan
sebagaimana mestinya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ketidakstabilan
dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hingga keamanan.
iii. Pemilu pertama 1955
Meskipun Indonesia pada saat itu masih banyak kekurangan, pada masa ini
jugalah Indonesia banyak mencapai berbagai macam hal penting. Salah satunya
adalah kegiatan pemilu pertama di Indonesia, yakin pada tahun 1955. Pemilu
ini digelar untuk memilih anggota DPR serta Dewan Konstituante. Pada masa
itu, pemilu ini diikuti oleh 29 partai politik dan disebut-sebut sebagai pemilihan
umum paling demokratis dalam sejarah Indonesia.
2. Perkembangan Ekonomi
Pada saat itu, sebagai “negara baru”, Indonesia masih banyak kekurangan dalam hal
perekonomian. Sering sekali terjadinya perubahan kabinet yang ternyata berdampak
pada kehidupan ekonomi Indonesia saat itu. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
kondisi tersebut, ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan yaitu:
a. Gunting Syafruddin
Kebijakan Gunting Syafruddin merupakan salah satu kebijakan Indonesia
yang dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950 oleh Menteri Keuangan Indonesia
pada saat itu, yaitu Syafruddin Prawiranegara. Kebijakan ini merupakan
pemotongan nilai uang yang dilakukan dengan memotong kertas uang yang
bernilai Rp 2,50 ke atas hingga nilainya menjadi setengah. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan menambah kas negara.
Guntingan uang kertas bagian kiri akan tetap digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera. Sedangkan,
guntingan uang kertas bagian kanan akan ditukarkan dengan surat obligasi
pemerintah yang dapat dicarikan beberapa tahun kemudian.
b. Sistem Ekonomi Ali Baba
Hal tersebut diprakarsai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo yang merupakan
menteri ekonomi pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kabinet ini fokus pada
kebijakan Indonesia dan menguatkan kaum pribumi. Kata “Ali” sendiri dari
“Sistem Ekonomi Ali Baba” memiliki arti pengusaha pribumi dan “Baba”
mewakili pengusaha Tionghoa. Program ini berisi pemberian kredit dan lisensi
pemerintah untuk pengusaha swasta nasional pribumi agar bisa menyeimbangi
atau bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Namun, pada akhirnya program ini
juga gagal karena pengusaha pribumi masih miskin dibandingkan dengan
pengusaha-pengusaha nonpribumi.
c. Ekonomi Benteng
Pada saat itu, Soemitro Djojohadikusumo berpendapat bahwa pembangunan
ekonomi Indonesia pada dasarnya adalah pembangunan ekonomi baru. Ekonomi
baru yang dimaksud disini adalah sebuah sistem ekonomi yang bertumpu pada
masyarakat bumiputra kelas menengah. Mereka diharapkan mampu menjadi
pengusaha bumiputra yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Maka dari itu, pada tahun 1950 Soemitro memutuskan untuk menerpakan
program ekonomi Benteng untuk merealisasikan pemikiran ekonomi nasionalnya.
Penerapan program ini adalah untuk memberikan bantuan sebesar-besarnya dalam
bentuk kredit dan pelatihan kepada pengusaha bumiputra. Sekitar 700 pengusaha
dalam negeri yang mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program
ini tidak berjalan dengan baik karena banyak pengusaha yang menggunakan kredit
tersebut untuk kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, program ini pun hanya
bisa berlangsung dari tahun 1950 hingga 1957 saja.
d. Nasionalisasi de Javasche Bank
Pada 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de
Javasche Bank yang berdasarkan pada keputusan Pemerintah RI No. 122 dan 123.
Mr. Syafruddin Prawiranegara yang merupakan Menteri Keuangan Indonesia pada
saat itu diangkat sebagai Presiden de Javasche Bank yang baru. Kemudian, pada
tanggal 15 Desember 1951, barulah diumumkan Undang-Undang No. 24 Tahun
1951 mengenai Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Sentral. Tetapi,
tidak hanya sampai disitu saja! Akhirnya, pada tanggal 1 Juli 1953, de Javasche
Bank diganti lagi menjadi Bank Indonesia.
3. Akhir Masa Demokrasi Liberal
Singkatnya waktu periode pemerintahan kabinet dalam akhir demokrasi parlementer
membuat keadaan politik Indonesia menjadi tidak stabil. Bahkan, hal ini ditakutkan
berimbas pada segala aspek lain negara. Hal tersebut akhirnya terselesaikan setelah
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Di dalamnya,
tertulis bahwa Dewan Konstituante dibubarkan dan Indonesia kembali ke UUD 1945
alias meninggalkan UUDS 1950. Selain itu, ada juga pembentukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS). Jadi, setelah sekian banyak kekacauan yang terjadi dalam
demokrasi liberal, pada akhirnya sistem pemerintahan diganti lagi menjadi sistem
Demokrasi Terpimpin.

C. Masa Demokrasi Terpimpin (Tahun 1959 – Tahun 1966)


Sebelumnya, pemerintahan Indonesia tidak bisa berjalan dengan efektif karena partai
politik saling bersaing dan berebut kepentingan. Oleh karena itu, terbentuklah demokrasi
terpimpin sebab Soekarno ingin membangun sistem politik yang sesuai dengan jati diri
bangsa. Gagasan dari Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi Presiden 1957 dengan pokok-
pokok pikiran sebagai berikut:
 Harus diberlakukannya sistem demokrasi terpimpin dalam pembaruan struktur
politik yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi
masyarakat secara seimbang.
 Kabinet gotong royong dibentuk berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang
terdiri atas wakil partai politik dan kekuatan golongan politik baru, golongan
fungsional, atau golongan karya.
Maka dari itu, bisa kita simpulkan bahwa demokrasi terpimpin adalah sistem pemerintahan
di mana semua kebijakan atau keputusan yang diambil atau dilaksanakan difokuskan pada
satu orang, yaitu kepala pemerintahan (presiden atau perdana menteri).
1. Latar Belakang (Dekrit Presiden)
Demokrasi Terpimpin yang sudah dirancang semenjak 1957 baru resmi berjalan
pada 1959 ketika Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Hal ini dikeluarkan karena
Badan Konstituante tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan benar yang membuat
Indonesia semakin buruk dan kacau. Oleh karena itu, akhirnya pada 5 Juli 1959,
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di Istana Merdeka yang berisi:
 Dibubarkannya konstituante

 Diberlakukannya kembali UUD 1945

 Tidak berlakunya lagi UUDS 1950

 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan


Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang diberlakukan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Jadi, dengan adanya pengeluaran Dekrit ini, maka sistem pemerintahan liberal berakhir
dan digantikan dengan sistem pemerintahan terpimpin.
2. Kehidupan Politik
Pada masa demokrasi terpimpin, kehidupan politik Indonesia sudah mulai
berkembang. Ada banyak sekali kerja sama yang dilakukan dengan negara-negara lain
seperti Uni Soviet, China, Vietnam, dan Korea Utara. Beberapa pergerakan politik luar
negeri Indonesia pada masa demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut:
i. Pembebasan Irian Barat
Jika sesuai hasil KMB, Irian Barat harusnya sudah diserahkan oleh Belanda
satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS. Namun, pada kenyataannya,
setelah satu tahun tersebut Belanda masih saja belum menyerahkan Irian Barat.
Pemerintah Indonesia yang masih sabar terus berupaya untuk melakukan
diplomasi bilateral namun tidak pernah mendapatkan tanggapan positif. Maka
dari itu, pemerintah Indonesia pun akhirnya memutuskan untuk menempuh
konfrontasi total terhadap Belanda dengan secara sepihak membatalkan hasil
KMB dan membubarkan Uni Indonesia Belanda melalui UU No. 13 Tahun
1956. Hal ini juga diikuti dengan pemutusan hubungan diplomatik dengan
Belanda, pengusiran semua warga negara Belanda yang tinggal di Indonesia,
dan memanggil pulang duta besar serta para ekspatriat Indonesia yang ada di
Belanda pada 17 Agustus 1960. Terakhir, Indonesia juga memutuskan
pembentukan Provinsi Irian Barat dengan ibu kota di Tidore untuk menandingi
pembentukan negara Papua oleh Belanda.
Puncak konfrontasi Indonesia terhadap Belanda terjadi Ketika Soekarno
mengeluarkan Trikora (Tri Komando Rakyat) pada 19 Desember 1961 di
Yogyakarta yang berisi sebagai berikut:
a. Penggagalan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial
b. Pengibaran sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia
c. Mempersiapkan mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.
Pada awalnya Belanda mengejek persiapan Komando Mandala tersebut karena
mengira pasukan Indonesia tidak akan mungkin dapat masuk ke wilayah Irian.
Namun, setelah dijalankannya operasi-operasi infiltrasi Indonesia berhasil,
Belanda akhirnya bersedia untuk menyelesaikan masalah Irian Barat melalui
perundingan.
ii. Konfrontasi Malaysia
Selain itu ada juga konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini berawal dari
keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah, dan Serawak ke
dalam Federasi Malaysia. Rencana tersebut pun mendapatkan tentangan dari
Filipina dan Indonesia. Namun, tetap saja pada tanggal 16 September 1963,
pendirian Federasi Malaysia telah diproklamirkan.
Oleh karena itu, untuk menghadapi tindakan ini, Indonesia mengambil
kebijakan konfrontasi yang mengakibatkan putusnya hubungan diplomatik pada
17 September 1963. Selanjutnya, pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno
juga mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi:
a. Memperkuat revolusi Indonesia
b. Membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak,
Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara
boneka Malaysia.
Tetapi, Ketika konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung, Malaysia
malah dicalonkan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Hal ini
pun mendapatkan reaksi yang kuat dari Presiden Soekarno. Akhirnya, Soekarno
pun menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
iii. Politik Mercu Suar
Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden Soekarno
yang memiliki keinginan dan anggapan bahwa Indonesia dapat menjadi
mercusuar yang menerangi jalan bagi NEFO di seluruh dunia. Oleh karena itu,
untuk mewujudkannya, maka diselenggarakan proyek-proyek penting dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada posisi yang
terkemuka di kalangan NEFO. Beberapa proyek tersebut adalah
penyelenggaraan GANEGO (Ganes of the New Emerging Forces),
pembangunan kompleks olahraga Senayan, dan pembangunan Monumen
Nasional (MONAS).
3. Kehidupan Ekonomi
Pada masa demokrasi terpimpin, pemerintahan Indonesia berupaya mengatasi
permasalahan ekonomi yang terjadi sejak masa Demokrasi Parlementer. Dasar dari
kebijakan ekonomi terpimpin adalah Presiden Soekarno yang terjun langsung mengatur
perekonomian. Berikut adalah beberapa kebijakan ekonomi yang ada pada masa
demokrasi terpimpin:
i. Dewan Perancang Nasional
Berdasarkan Undang-Undang No. 80 Tahun 1958 dan PP No.2 Tahun 1958,
Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) dibentuk untuk menyiapkan
rancangan UU pembangunan nasional yang berencana serta menilai
pelaksanaan pembangunan tersebut. DEPERNAS ini diketuai oleh Mohammad
Yamin dengan 50 orang anggota dan dilantik secara resmi oleh Soekarno pada
15 Agustus 1959. Pada 26 Juli 1960, DEPERNAS ini juga berhasil menyusun
sebuah Rancangan UU Pembangunan Nasional Sementara Berencana untuk
tahun 1961-1969. Akhirnya, pada tahun 1963 DEPERNAS mengganti namanya
menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (BAPPENAS) yang
ketuanya dijabat secara langsung oleh Soekarno. Tugas badan ini adalah untuk
menyusun rencana pembangunan jangka panjang dan pendek secara nasional
dan daerah, mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan, serta
menyiapkan dan menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.
ii. Sanering
Sanering biasa juga disebut sebagai devaluasi mata uang rupiah. Pada 24
Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi (menurunkan nilai mata uang) Rp
1.000 dan Rp 500 menjadi Rp 100 dan Rp 50. Pemerintah juga melakukan
pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah Rp
25.000. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi banyaknya uang
yang beredar demi kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara.
iii. Dana Revolusi
Dana revolusi merupakan salah satu kebijakan dari perekonomian demokrasi
terpimpin yang di instruksikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 360
tahun 1964 dan di kelola oleh Jusuf Kala. Instruksi tersebut berisi ketentuan-
ketentuan mengenai perhimpunan dan penggunaan Dana Revolusi. Dana ini
diperoleh dari devisa kredit jangka panjang (deffered payment) dan hasil
pengumpulan dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek
mandataris Presiden Soekarno dengan mengorbankan kondisi ekonomi dalam
negeri. Kebijakan ini akhirnya pun menyebabkan Indonesia terlilit utang yang
banyak dan menurunkan kegiatan ekspor negara. Sehingga, pada akhirnya
timbullah kekacauan di bidang keuangan negara.
4. MANIPOL USDEK
Manipol USDEK adalah kependekan dari Manifestasi Politik Undang-Undang Dasar
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indonesia. Hal ini merupakan suatu doktrin politik yang digagas oleh
Soekarno pada masa demokrasi terpimpin. Pada awalnya, tercetusnya Manipol USDEK
berawal dari pidato yang disampaikan Soekarno pada 17 Agustus 1959. Ia mengatakan
bahwa semangat revolusi, keadilan nasional, dan organisasi-organisasi negara harus
dibangkitkan Kembali demi revolusi yang berkesinambungan. Oleh karena itu,
terbentuklah Manipol USDEK yang harus dipegang teguh rakyat Indonesia sembari
terus bersatu padu dan bergotong royong. Manipol USDEK ini jugalah yang kemudian
menjadi rumusan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) terakhir di rezim Orde
Lama. Berikut adalah beberapa isi penting dari Manipol USDEK:
a. UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 menjadi hukum dasar tertinggi di Indonesia, sehingga
menjadi sumber dari sumber segala hukum bangsa Indonesia. Hal ini disahkan
sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Meskipun sempat diganti menjadi UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950,
karena kondisi negara yang tidak stabil, akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 1959 yang isinya kembali memberlakukan UUD 1945.
b. Sosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia merupakan sebuah ide mengenai tatanan masyarakat yang
berdaulat dalam bidang politik, berdikari bidang ekonomi, dan berkepribadian di
bidang budaya. Gagasan tentang sosialisme ini merupakan superstruktur atau
bangunan atas yang tidak bisa bekerja sendiri tanpa infrastruktur.
c. Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin merupakan sistem demokrasi yang dimana semua keputusan
berpusat pada pemimpi negara, yaitu Presiden Soekarno pada saat itu. Hal tersebut
pertama kali diumumkan pada tanggal 10 November 1956 dalam siang
konstituante.
d. Ekonomi Terpimpin
Sistem ekonomi terpimpin adalah suatu sistem ekonomi yang segala sesuatunya
diatur oleh pemerintah pusat.
e. Kepribadian Indonesia:
Kepribadian Indonesia terdapat dalam Pancasila yang merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya bangsa dan jiwa rakyat negara Indonesia.
5. Akhir Demokrasi Terpimpin:
Pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, terjadilah penculikan dan
pembunuhan perwira Angkatan Darat, termasuk 7 jenderalnya. Kabarnya pun
menyebar dengan cepat dan akhirnya membuar kericuhan serta kepanikan di
masyarakat. Nah, kejadian inilah yang kita sering dengar dengan nama peristiwa
G30S/PKI. Dikutip dari berbagai sumber, peristiwa ini dilakukan dengan tujuan yaitu:
 Menghancurkan NKRI dan menjadikannya negara komunis.

 Menyingkirkan TNI Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.

 Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk


sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat
komunis.
 Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

 Melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno yang tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional.
Nah, jadi dari sinilah yang kemudian keadaan politik di Indonesia mulai berubah dan
menandai berakhirnya demokrasi terpimpin di Indonesia.

D. Penutup
Saya rasa sistem pemerintahan Indonesia sudah berjalan dengan baik. Namun, di
samping itu, saya rasa masih banyak juga hal-hal buruk yang terjadi. Contohnya seperti
pungli yang kadang ikut bekerja sama dengan pemerintah, serta para koruptor yang malah
makin meraja rela. Oleh karna itu, Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang
mempunyai jiwa kepimpinan yang tinggi. Harapan saya untuk ke depannya adalah semoga
Indonesia dapat lebih maju, mempunyai hukum yang lebih adil, serta dapat menjunjung
nilai HAM.
E. Sumber
1. https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Perang-Kemerdekaan-Indonesia_29565_p2k-
unkris.html
2. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1164889#:~:text=Revolusi
%20kemerdekaan%201945%2D1949%20adalah,perlawanan%20melalui%20jalur
%20atau%20fisik
3. https://tirto.id/sejarah-perkembangan-kehidupan-politik-awal-kemerdekaan-gpv9
4. https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kebijakan-pemerintah-indonesia-di-masa-
awal-kemerdekaan-12325/
5. https://pahamify.com/blog/pahami-materi/materi-ips/sejarah-politik-indonesia-di-awal-
kemerdekaan/
6. https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/13/153532379/perekonomian-indonesia-
di-awal-kemerdekaan?page=all
7. https://tirto.id/kondisi-politik-dan-ekonomi-indonesia-pada-awal-kemerdekaan-gvoZ
8. https://www.slideshare.net/rmriwan/keadaan-ekonomi-indonesia-pada-masa-1945-1950
9. https://pahamify.com/blog/pahami-materi/materi-ips/sejarah-politik-indonesia-di-awal-
kemerdekaan/
10. https://katadata.co.id/intan/berita/61b9a5485652b/sejarah-demokrasi-liberal-di-
indonesia-serta-pengertian-dan-cirinya
11. https://tirto.id/sejarah-masa-demokrasi-parlementer-atau-liberal-di-indonesia-gbDP
12. https://www.ruangguru.com/blog/kehidupan-ekonomi-bangsa-indonesia-di-masa-
demokrasi-liberal
13. https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-pemilu-1955
14. https://tirto.id/sejarah-politik-masa-demokrasi-liberal-pemerintahan-dan-kepartaian-
gntU
15. https://www.inews.id/news/nasional/mengenal-demokrasi-terpimpin-pengertian-latar-
belakang-ciri-dan-sejarah-peristiwanya
16. https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/
17. https://blog.teman-belajar.com/sejarah-kelas-12-masa-demokrasi-terpimpin/
18. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-kronologi-
dan-latar-belakangnya

Anda mungkin juga menyukai