Anda di halaman 1dari 4

21. Perkembangan Ekonomi dan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai Tahun 1950.

KONDISI POLITIK
Sistem Perhubungan yang Buruk
Proklamasi kemerdekaan yang dilangsungkan dengan mendadak memang berhasil memanfaatkan situasi
kekosongan kekuasaan. Karena itu, teks proklamasi dapat dibacakan dalam situasi damai dan tertib pada
17 Agustus 1945. Namun, di sisi lain, mendadaknya proklamasi itu membuat informasi atas
kemerdekaan Indonesia tidak tersebar secara luas dan merata di penjuru daerah Indonesia. Minimnya
sarana persebaran informasi yang dapat menjangkau secara luas membuat kabar kemerdekaan Indonesia
tersebar di kota-kota besar Jawa saja pada 17 Agustus. Kesenjangan informasi ini menghambat proses
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia yang waktu itu masih lemah dan baru dibentuk.
Perbedaan Kesukuan
Meski Indonesia telah dinyatakan sebagai negara merdeka, tidak semua elemen masyarakat tanah air
setuju. Sebagian pihak bahkan masih bersimpati pada Pemerintah Kolonial Belanda. Menurut Ricklefs,
pada umumnya orang-orang itu merupakan bangsawan lokal yang pada masa penjajahan Belanda
mendapat kekayaan dan kedudukan istimewa. Gerakan kemerdekaan yang menganut semangat
nasionalisme yang egaliter dipandang miring oleh kelompok bangsawan yang kontra dengan
kemerdekaan RI. Bagi mereka, kemerdekaan Indonesia berjalan secara radikal dan dengan cara yang
tidak ningrat.
Lemahnya Kepemimpinan Pusat
Pemerintahan Republik Indonesia tidak lahir dengan stabilitas yang instan. Gerakan kemerdekaan
Indonesia sebenarnya merupakan kumpulan dari berbagai golongan pemikiran yang tidaak jarang saling
berseberangan. Perbedaan tersebut semula membuat pembentukan pemerintahan Republik Indonesia tak
berjalan lancar. Di tingkat pemerintah pusat (Jakarta), sistem pemerintahan pun kerap berganti.
Misalnya, dari sistem presidensial beralih ke parlementer, dan sebaliknya. Pertentangan di tingkat
pimpinan pusat dan elite gerakan kemerdekaan Indonesia pada masa itu pun kerap terjadi.
Salah satu dampak terberat adalah Peristiwa PKI Madiun 1948 yang melibatkan eks perdana menteri RI,
Amir Sjarifuddin. Di tingkat desa, belum kuatnya kedudukan Pemerintah Republik Indonesia berdampak
terjadinya aksi-aksi sepihak yang dilakukan oleh laskar-laskar militer "ilegal." Mereka yang terlibat
sebagian merupakan eks anggota Heiho, Peta, atau para jagoan lokal.
Perpecahan Internal dan Kedatangan Kembali Belanda
Gerakan kemerdekaan Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai macam aliran ideologi yang tidak jarang
saling bertentangan. Menurut Ricklefs, gerakan kemerdekaan yang paling dominan terdiri dari tiga
kekuatan politik yakni nasionalis, komunis, dan Islam. Ketiganya tak jarang menunjukkan
ketidaksepakatannya antara satu pemikiran dengan pemikiran yang lain. Hal tersebut juga terlihat pada
masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Saat konsolidasi nasional masih rapuh, dan pergolakan di
internal gerakan kemerdekaan Indonesia belum tuntas, militer Belanda datang untuk merebut kembali
kekuasaan di Indonesia. Dua kali agresi militer Belanda ke Indonesia pada 1947 dan 1948 benar-benar
menambah runyam permasalahan politik maupun keamanan. Agresi militer Belanda 2 bahkan nyaris
membikin negara Republik Indonesia bubar karena sebagian elite pemerintahan RI ditangkap, termasuk
Soekarno-Hatta.
Berkat keberhasilan strategi diplomasi dan perjuangan militer selama masa revolusi kemerdekaan,
ambisi Belanda berkuasa lagi gagal total. Dukungan internasional bahkan mengalir ke Indonesia.
Akhirnya, memasuki tahun 1950, situasi politik di Indonesia mulai beranjak stabil. Stabilitas politik dan
pemerintahan mulai terbangun, terutama setelah Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan pada 17
Agustus 1950 dan digantikan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KONDISI EKONOMI
Terjadinya Inflasi yang Tinggi
Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi lonjakan inflasi yang tinggi. Inflasi tersebut
dikarenakan oleh beberapa hal, termasuk beredarnya mata uang Jepang dalam jumlah yang tidak
terkendali. Selain itu, terdapat pula mata uang cadangan yang dikeluarkan pasukan Sekutu dari bank-
bank yang berhasil dikuasai untuk biaya operasi militer dan gaji tentara. Faktor terakhir, inflasi tak dapat
dicegah karena Republik Indonesia saat itu belum punya mata uang resmi sendiri.
Untuk mengatasi inflasi, Pemerintah RI mengambil beberapa langkah, yaitu:
-Melakukan pinjaman nasional
Pinjaman nasional adalah salah satu kebijakan yang dicetuskan Menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP. Hal ini didukung dengan adanya Bank Tabungan Pos yang dibentuk pemerintah
yang berguna untuk menyalurkan pinjaman.
-Mata Uang ORI
Meski sudah merdeka, ternyata Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Akhirnya pada 30 Oktober
1946, pemerintah Indonesia mengeluarkan uang kertas pertama dengan nama Oeang Republik Indonesia
(ORI). Mata Uang ORI kemudian mengganti mata uang Jepang dan digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah. Seribu mata uang Jepang bernilai satu rupiah ORI.
-Membentuk Bank Negara Indonesia (BNI)
Meski telah memiliki mata uang sendiri, ternyata masih ada permasalahan ekonomi. Karena peredaran
ORI yang tidak terkendali. Sehingga pemerintah Indonesia mulai mengatur percetakan dan peredaran
ORI dalam satu sistem perbankan Indonesia. Pada tanggal 1 November 1946 terbentuklah Bank Negara
Indonesia sebagai bank induk. Tugas utamanya adalah melaksanakan koordinasi dalam bidang ekonomi
keungan dan mengatur nilai tukar ORI terhadap valuta asing.
Blokade Ekonomi dari Belanda
Sejak November 1945, Belanda memberlakukan blokade ekonomi ke Indonesia yang berdampak buruk
bagi perekonomian nasional waktu itu. Dampak yang sangat terasa terjadi di sektor ekspor-impor.
Barang-barang dagangan RI menjadi terlambat terkirim. Banyak barang ekspor RI yang tak terkirim, dan
banyak pula yang dihancurkan oleh Belanda. Di sektor impor, blokade Belanda berdampak pada
kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan Indonesia.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah RI mengambil beberapa langkah, yaitu:
-Melakukan diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu pemerintah India yang tengah menghadapi bahaya kelaparan
dengan mengirimkan beras seberat 500.000 ton. Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan
akan mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Selain bersifat
ekonomis, pengiriman bantuan ke India bersifat politis karena India merupakan negara Asia yang paling
aktif mendukung perjuangan diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara Asia.
-Mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri
Usaha mengadakan hubungan dagang ke luar negeri itu dirintis oleh Banking and Tranding Coperation
(BTC), suatu badan perdagangan semipemerintah. BTC berhasil mengadakan kontak dengan perusahaan
swasta Amerika Serikat. Dalam transaksi pertama, pihak Amerika Serikat bersedia membeli barang-
barang ekspor seperti gula, teh, dan karet. Usaha lain untuk mengadakan hubungan dagang langsung ke
luar negeri juga dilakukan melalui Sumatera. Tujuan utamanya adalah Singapura dan Malaya. Usaha ini
dilakukan dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Pelaksanaan penembusan blokade dilakukan oleh
angkatan laut Republik Indonesia dengan bantuan dari pemerintah daerah penghasil barang-barang
ekspor. Melalui upaya ini, Indonesia berhasil menjual barang-barang ekspor dan memperoleh barang-
barang impor yang dibutuhkan.
Kekosongan Kas Negara
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, republik pernah mengalami kekosongan kas negara. Hal
tersebut dikarenakan pajak dan bea masuk yang saat itu belum ada. Ketiadaan pemasukan saat itu
diperparah dengan meningkatnya pengeluaran negara. Penghasilan pemerintah RI hanya bergantung
kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih
bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah RI mengambil beberapa langkah, yaitu:
 Menasionalisasi De Javasche Bank.
 Mendevaluasi mata uang rupiah.
 Sistem ekonomi Gerakan Benteng.
Di masa Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951), Menteri Perdagangan Sumitro
Djojohadikusumo pun mencanangkan Gerakan Benteng yang dimulai sejak April 1950.
Gerakan Benteng terdiri dari dua kebijakan. Pertama, Gerakan Benteng mengistimewakan
importir pribumi. Importir pribumi diberi kewenangan impor khusus. Selain itu, mereka juga menerima
jatah devisa dengan kurs murah. Kedua, kebijakan ekonomi dilakukan dengan pemberian kredit modal
pada pengusaha yang selama ini sulit memperoleh pinjaman dari lembaga pendanaan seperti bank.
Lewat Gerakan Benteng, pemerintah memilih pengusaha-pengusaha pribumi yang akan menerima
bantuan. Para pengusaha yang dinamakan importir Benteng ini telah lulus sejumlah persyaratan di
antaranya:
-Merupakan importir baru
-Berbentuk badan hukum, perseroan terbatas, atau kongsi
-Memiliki modal kerja minimal sebesar Rp 100.000
-Modal kerja sekurang-kurangnya 70 persen berasal dari bangsa Indonesia asli (pribumi) atau golongan
ekonomi lemah
-Memiliki kantor untuk pegawai dan tenaga kerja
 Menyelenggarakan Pinjaman Nasional.
 Mendirikan Bank Tabungan Pos.

Anda mungkin juga menyukai