Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH INDONESIA

NAMA KELOMPOK : 1. AJAY SALINDEHO

2. TIARA TODUHO

1. PEREKMBANGAN KEHIDUPAN EKONOMI – KEUANGAN DAN POLITIK PADA AWAL


KEMERDEKAAN
2. PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEMPERTAHAANKAN KEMERDEKAAN DAN ANCAMAN
DISINTEGRASI

1.

A. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN


Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan
sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
1. Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada pejabat khusus yang
bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2. Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi keuangan yang mantap.
3. Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk akibat
pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari
keterpurukan.
4. Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet, dimana hal tersebut
mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5. Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia
bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6. Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus melakukan pergolakan politik yang
menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut :
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
– Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai 1,6
Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
– Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk
biaya operasi dan gaji pegawai yanh jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
– Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata
uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah Jepang di sisi lain
ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh
Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih
sangat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan Jepang petani
merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual,
sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang Jepang
tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
1. Mata uang De Javasche Bank
2. Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3. Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946
oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan
uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran
kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik
Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan RI terutama melalui jalur
laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah
Belanda melakukan blokade ini adalah :
1. Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2. Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:
1. Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
2. Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang ekspor Indonesia yang
dibumi hanguskan.
3. Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
4. Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
– Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
– Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia, sehingga pemerintah Belanda
dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
– Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara pengeluaran negara semakin
bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian
inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
1. Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan dengan
mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh
Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia
pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang sangat
diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia
dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik atas
perjuangan Indonesia di forum internasional.
2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Usaha tersebut
antara lain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah membuka
jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau
Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah,
dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika
bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika
yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh muatannya disita oleh
kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi Belanda di
Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai akhir masa perang
kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya
Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke
Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama Indonesian Office (Indoff). Secra
resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha
menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter. Diharapkan dengan upaya ini mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan
mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN) yang
dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI INDONESIA
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak Februari 1946, adalah sebagai
berikut.
1) Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab langsung mengenai
masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini
adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-
angsur akan dihapukan dan diganti dengan sistem desentralisasi.
Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian Makanan
(BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah
pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik
(Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan
Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran.
Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan
tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara,
pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik
gula, dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan keinginan
tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
2) Pinjaman Nasional

Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk mendukung
program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga
menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan jangka waktu pengembalian
selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus
untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian. Usaha ini
mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp.
1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai
menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap yang bertugas membuat
rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan
Sepuluh Tahun.
 Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut.
 Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi milik negara, yang baru
terlaksana tahun 1957.
 Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
 Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
 Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan perjanjian Republik Indonesia
dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan mengubah ke dalam bentuk
badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi secara maksimal
dan kuat di mata hukum internasional. Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri
maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan melakukan pinjaman baik ke
dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing,
mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan
swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank Pembangunan. Perusahaan
patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang bertugas mempelajari,
mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam
rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena
situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa
sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan
adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.
4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi
meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi
secara drastis untuk mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan
menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda.
Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan
peningkatan peternakan.
5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun
(1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan
adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan meningkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :
1. Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
2. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
3. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
4. Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
5. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-15 tahun.
6.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
1. Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta memperkuat persatuan dan
mengembangkan perekonomian nasional.
2. Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh
ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun perkembangannya PTE
tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan
ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah adalah Banking and Trading
Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan
Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.
7) Oeang Republik Indonesia (ORI)

Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia
(ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1
Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober
1946. Tanggal 25 Oktober selanjutnya dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah
sebagai berikut:
1. Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu ruapiah (Rp. 100,00) ORI dengan
perbandingan 1:5.
2. Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan
perbandingan 1:10.
3. Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar valuta asing) sebenarnya
dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat
Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara
Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang
tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan. BNI
didirikan pada 1 November 1946.

Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional tidak tercapai karena
terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga di beberapa daerah mengeluarkan mata
uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik
Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang. Upaya-upaya pemerintah
Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih
belum pergi dari Indonesia.

2.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dan Ancaman


Disintegrasi

Proklamasi Kemerdekaan merupakan dasar bangsa Indonesia untuk membangun dan mengisi kemerdekaan.

Namun setelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia harus menghadapi serangan bersenjata

oleh Belanda, selain menghadapi Belanda bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan dari dalam negeri.

Berikut ini merupakan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Sekutu Belanda:

Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945

Pertempuran Surabaya tidak lepas dari perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang. Untuk itu sekutu

mengirim wakilnya A.W.S Mallaby ke Indonesia dan berhasil mencapai kesepakatan diantaranya:

1. Ingris tidak membawa angkatan perang Belanda

2. Terjalin kerjasama menjamin keamanan dan ketentraman

3. Akan membentuk kontak biro untuk kerjasama

4. Ingris hanya melucuti senjata perang Jepang saja


Setelah mencapai kesepakatan Ingris mengingkari kesepakatan faktanya satu peleton pasukan Field Security

Section dipimpin Kapten Shawn menyerang penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer angkatan

laut Belanda. Selain itu Ingris juga menyebarkan perintah agar Surabaya dan Jawa Timur khususnya

menyerahkan senjata. Selebaran ini juga ditanggapi oleh A.W.S. Mallaby dan bertindak sesuai isi perintah

tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan hilangnya kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Ingris. Pertempuran

tidak dapat dihindari 27-30 Oktober 1945 terjadi pertempuran sehingga A.W.S Mallaby berhasil di tangkap.

Melihat kenyataan ini komandan Sekutu mengusulkan kepada Presiden Suekarno. Menanggapi hal tersebut

Suekarno, Hatta dan Amir Syarifudin berkunjung ke Surabaya dan berhasil mendamaikan suasana pada 30

Oktober 1945. Namun sepulangnya Suekarno dan rombongan pertempuran kembali terjadi sehingga A.W.S.

Mallaby terbunuh.

Semanget Pemuda Surabaya untuk mengusir Penjajah

Terbunuhnya A.W.S. Mallaby ditanggapi Ingris dengan mengirim 24.000 Pasukan dipimpin Mayor Jendral

Mansergh. Tanggal 9 November 1945 Ingris mengeluarkan peringatan agar semua pemimpin bangsa Indonesia

di Surabaya harus menyerah selambat-lambatnya 10 November 1945 pukul 06.00 pagi dengan membawa

bendera merah putih tanda menyerah. Namun peringatan tersebut tidak ditaati sehingga 10 November 1945

terjadi pertempuran besar di Surabaya.

Pertempuran Ambarawa Magelang 15 Desember 1945

Pertempuran Ambarawa melibatkan Rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat melawan pihak Sekutu-Ingris.

Pertempuran ini dilatar belakangi oleh kedatangan Brigadir Artileri Divisi India ke-23 di Semarang 20 oktober

1945 namun kedatangan sekutu diikuti oleh NICA (Nederland Indische Civil Administration) lalu mempersenjatai

bekas tawanan yang merupakan orang Belanda. 26 oktober 1945 terjadi pertempuran Pasukan TKR melawan

pasukan NICA. Pertempuran berhenti ketika Presiden Suekarno dan Jendral Bethell melakukan perundingan dan

menyepakati gencatan senjata yang terdiri dari 12 pasal diantaranya:

1. Pasukan Sekutu menempatkan pasukan di Magelang untuk mengurus evakuasi dan

melindungi APWI allied Prisoners War and Interneers atau tawanan perang dan interniran Sekutu

dengan jumlah pasukan dibatasi.

2. Jalan Ambarawa-Magelang sebagai jalur lalu lintas Sekutu-Indonesia


3. Sekutu tidak mengakui aktifitas NICA

Namun kesepakatan ini kembali dilanggar oleh pihak sekutu-Ingris. 20 November 1945 terjadi pertempuran

antara pasukan TKR dipimpin Mayor Sumarto melawan Sekutu. Kemudian sekutu menarik pasukannya dari

Magelang ke Ambarawa namun pada 22 November 1945 pertempuran terjadi di dalam kota.

Dari pihak bangsa Indonesia berusaha mempertahankan dan merebut beberapa tempat yang berhasil dikuasai

Sekutu diantaranya, TKR Divisi V Purwokerto dipimpin Imam Androgi melakukan serangan pajar pada 21

Nopember 1945 berhasil meduduki daerah Pinggit dan merebut desa-desa di sekitarnya yang dulunya berhasil

dikuasai oleh Sekutu. Selain batalion Imam Androgi melakukan pengejaran terhadap pasukan sekutu diikuti

Batalion 10 Divisi III dipimpin Mayor Sueharto, batalion 8 dipimpin Mayor Sardjono dan batalion Sugeng dan

berhasil mengepung pasukan musuh. Namun sekutu berusaha mematahkan pengepungan dengan Tank. Untuk

menghindari jatuhnya korban pasukan ditarik mundur ke Bedano dibantu Residen kedua dipimpin M Surbani,

Batalion Polisi Istimewa dipimpin Onie Sastroatmodjo dan batalion dari Yogyakarta. Akhirnya pergerakan musuh

dapat ditahan di desa Jambu.

Melihat kondisi didalam pertempuran semua komandan pasukan mengkoordinasikan agar diadakan rapat yang

dipimpin Kolonel Holland Iskandar. Rapat menghasilkan pembentukan komando atau markas pimpinan

pertempuran. Ambarawa kemudian dibagi menjadi empat sektor yaitu: Sektor Utara, sektor Selatan, Sektor Barat

dan Sektor Timur. Namun dalam pertempuran pada 26 November 1945 Letnan Kolonel Isdiman gugur dan

digantikan Kolonel Sudirman.

Keadaan pertempuran lebih menguntungkan pihak Indonesia sehingga pasukan Sekutu-Ingris berhasil terusir

dari garis pertahanan terdepan di Banyubiru. Melihat kondisi ini Kolonel Sudirman mengumpulkan Komandan

sektor dan menyatakan akan dilakukan serangan terakhir secara serempak dan mendadak pada 12 Desember

1945 pukul 04.30. Serangan ini berhasil mengepung kota Ambarawa selama 4 hari, sehingga pada 15 Desember

1945 pasukan Sekutu-Ingris meninggalkan Ambarawa.

Ambarawa merupakan sebuah kota penting bagi pertahanan Indonesia. Apabila Sekutu –Ingris mampu

menguasai Ambarawa maka hal Ini akan menjadi ancaman bagi kota penting dan utama yaitu Surakarta,

Magelang, dan Yogyakarta yang merupakan markas dan pusat kedudukan tertinggi TKR. Berkat kegigihan TKR

berhasil menguasai kembali kota Ambarawa.

Pertempuran Medan Area 9 November 1945

Mendaratnya sekutu yang dipimpin Brigadir Jendral T.E.D. Kelly yang diikuti pasukan NICA menyebabkan

terjadinya ketegangan di daerah Sumatera Utara. Kedatangan sekutu sebenarnya untuk membebaskan tawanan
perang asal Belanda, tetapi sikap tawanan yang sombong memicu terjadinya konflik pertama pada 13 oktober

1945 di jalan Bali, Medan. Selain itu bekas tawanan ini melecehkan dan menginjak-nginjak lencana merah putih.

Hal ini mendapat tanggapan dari pihak pemuda dengan menyerang tempat penginapan sekutu di medan

diantaranya hotel De Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria. Serangan demi serangan kemudian menjalar kebeberapa

Daerah di Meda.

Melihat Kondisi yang semakin memanas 10 Oktober 1945 dibentuk TKR Sumatera Timur dipimpin Achmad

Tahir. Kebijakan yang diambil Achmad Tahir dengan para mantan anggota Giguyun dan Heiho ke Sumatera

Timur. Kemudian di Sumatera Timur terbentuk organisasi baru Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur

pada 15 Oktober 1945.

Brigadir Jendral T.E.D. Kelly menyampaikan ultamatum kepada para pemuda medan untuk menyerahkan

senjata, dilanjutkan dengan penulisan sebuah papan yang berisi Fixed Boundaries Medan Area 1 Desember

1945. Hal ini kemudian menambah ketegangan antara bangsa Indonesia dangan Sekutu-Ingris dan NICA. 10

Desember 1945 Sektu berusaha menghapus unsur-unsur yang terkait dengan Republik Indonesia dengan

berusaha menghapus dan menghancurkan Konsentrasi TKR di Trepes, dan pertempuran tidak dapat dihindari

melibatkan golongan pemuda Medan melawan Sekutu.

Karena merasa mendapat perlawanan yang sengit dari kalangan pemuda maka Brigadir Jendral T.E.D. Kelly

mengancam akan menembak mati setap pemuda yang tidak mau menyerahkan senjata kepada Sekutu. Hal ini

kemudian menyebabkan posisi pemuda terdesak hingga april 1946 Markas Besar TKR dan Wali Kota

dipindahkan ke Pematang Siantar. Akibatnya sekutu berhasil menduduki kota Medan.

Keberhasilan Sekutu menguasai kota Medan tidak dibiarkan begitu saja dikalangan bangsa Indonesia. Pada

tanggal 10 Agustus 1946 diselenggarakan pertemuan para Komando pasukan di Tebing Tinggi. Hasil pertemuan

kemudia membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang dibagi menjadi empat sektor masing-

masing memilki empat subsektor. Setiap sektor dan subsektor terdiri dari batalion-batalion pasukan yang

memperkuat setiap sektor. Markas Komando Resimen berpusat di Sudi Mengerti, Trepes. Melalui Komando

Resimen inilah diteruskan perjuangan untuk merebut kembali kota Medan.

Pertempuran Bandung Lautan Api 23 Maret 1946

Oktober 1946 Sekutu-Ingris yang diikuti Pasukan NICA memasuki kota Bandung. Memasuki bulan November

1945 NICA memulai aksinya dengan menebar ancaman dengan tujuan mengembalikan kekuasaannya di

Indonesi. Sejak saat itu terjadi pertempuran di Bandung.


Suasana Bandung Lautan Api

Melihat keadaan pertempuran yang semakin akhirnya diadakan pertemuan pada 25 November 1945 di bandung.

Hasilnya Kota Bandung dibagi menjadi dua wilayah yaitu Bandung Selatan dan Bandung Utara. Bandung

Selatan dikuasai oleh pihak Indonesia sedangkan Bandung Utara dikuasai oleh pihak Sekutu. Merujuk pada hasil

perundingan ini maka masing-masing pihak mengosongkan daerah yang bukan kekuasaannya. Namun sekutu

menuntut agar mengosongkan wilayah sejauh 11 Km dari perbatasan kemudian mendapat tantangan dari rakyat

di Bandung. Kemudian para rakyat Bandung membakar kota Bandung dari batas timur Cicadas hingga batas

barat Andir hangus terbakar. Aksi membakar kota bandung merupakan sebuah ungkapan perasaan rakyat yang

tidak rela kota Bandung dikuasai penuh oleh Sekutu. Tragedi Bandung Lautan Api mengakibatkan sekitar 1 juta

penduduk mengungsi ke luar kota Bandung, Selain itu gugur seorang pahlawan Muhamad Toha ketika berusaha

menghancurkan gudang mesiu milik NICA.

Peristiwa Merah Putih Manado 14 Februari 1946

Usaha merebut kekuasaan dari tangan Belanda dilakukan diberbagai dareah seperti di Manado, Tomohon dan

Minahasa. Usaha ini membuahkan hasil sehingga sekitar 600 orang Belanda berhasil ditangkap sehingga

tanggal 16 februari 1946 Kota Manado sepenuhnya telah dikuasai oleh pihak Indonesia. Untuk mempertahankan

kota manado dari ancaman Belanda kembali maka dibangun Pasukan Keamanan yang bernama Pasukan

Pemuda Indonesia dipimpin Mayot Waisan.

Keberhasilan merebut kota Manado kemudian disambut dengan pengibaran bendera Merah Putih di seluruh

Minahasa hampir satu bulan lamanya dimulai pada 14 Februari 1946. Sejak Dr. Sam Ratulangi ditunjuk sebagai

Gubernur Sulawesi kemudian membentuki Badan Pusat Keamanan Rakyat. Selain itu Dr. Sam Ratulangi

berhasil mengesahkan petisi 540 orang pemuka masyarakat Sulawesi yang menyatakan sulawesi merupakan

bagian dari Indonesia yang tidak dapat dipisahkan. Petisi ini kemudian mengakibatkan penangkapan Dr. Sam

Ratulangi dan dibuang di Serui (Irian Barat/Papua.)

Anda mungkin juga menyukai