BAB I
Kondisi Politik di Indonesia pada masa awal kemerdekaan
A. Latar Belakang
Belakang Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memasuki babak baru sejarahnya dengan
proklamasi kemerdekaannya. Setelah berabad-abad di bawah cengkeraman penjajahan,
momentum ini menjadi titik awal bagi perjalanan panjang menuju kedaulatan penuh. Konteks
Global Peristiwa tersebut tidak bisa dipahami secara terpisah dari perubahan global pasca-
Perang Dunia II. Kehancuran dan perubahan politik setelah perang menciptakan peluang baru
bagi negara-negara yang ingin mengukir nasibnya sendiri. Indonesia tak terkecuali dari
dinamika global ini.
Pada saat yang sama, Indonesia juga menghadapi tantangan besar dalam membangun fondasi
politiknya. Pergolakan perang kemerdekaan dan tekanan dari kekuatan asing menciptakan
lingkungan politik yang kompleks dan penuh tantangan.
A. Kondisi Ekonomi
Pada akhir kedudukan Jepang dan masa awal kemerdekaan RI, keadaan ekonomi sangat
kacau, kondisi perekonomiannya sangat kritis. Kondisi ini tak lepas dari masih mudanya
pemerintahan yang baru dibentuk, Serta gejolak politik yang datang dari luar Maupun dalam
negeri. Di awal masa kemerdekaan Indonesia, tingginya Inflasi dikarenakan banyaknya mata
uang yang Beredar di masyarakat kala itu. Mata uang yang diakui dan digunakan bersamaan
kala itu, di antaranya De Javasche Bank (DJB), mata uang pemerintah Hindia Belanda, serta
mata uang penduduk Jepang. Mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan, sementara sektor
ekonomi yang ada masih tertinggal dan dipengaruhi oleh model eksploitatif kolonial. Selain
itu, penguasaan asing terhadap sumber daya alam Indonesia menyebabkan banyak kekayaan
alam diekspor tanpa nilai tambah dan merugikan ekonomi nasional.
Kondisi perekonomian Indonesia di awal kemerdekaan, perekonomian diperparah dengan
dilakukannya blokade laut oleh Belanda sejak kedatangannya kembali ke Indonesia bersama
Sekutu dalam misi agresi militer Belanda ke-1 dan ke-2.
Perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan secara garis besar mengalami periode sulit.
Soedrajad Djiwandono, dkk., dalam Sejarah Bank Indonesia Periode I: 1945-1959 (2005)
menjelaskan, kondisi ekonomi yang juga dikatakan mengalami kemandegan pada masa itu
terjadi baik secara makro maupun mikro. Situasi tersebut diperburuk oleh pergantian
pemerintahan dari masa kolonial ke republik yang memerlukan berbagai penyesuaian.
Upaya Perbaikan Ekonomi pada Awal Kemerdekaan Dalam menghadapi kesulitan ekonomi
pada awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya untuk
memulihkan keadaan. Berikut merupakan upaya tersebut :
1. Melakukan hubungan dagang dengan luar negeri Indonesia membuka hubungan
perdagangan langsung ke luar negeri yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta
untuk membangun diplomasi dengan berbagai negara.
2. Melakukan diplomasi beras ke India Pada 1946, Indonesia mengirimkan beras kepada
India yang tengah mengalami krisis kelaparan. Timbal baliknya, India memberikan bahan
pakaian yang sangat dibutuhkan Indonesia pada saat itu. Secara politis, pertukaran ini bukan
sekadar pertukaran barang, melainkan bentuk pengakuan pada eksistensi Republik Indonesia
sebagai negara baru. Kerja sama ini kemudian membuat Indonesia berhasil mendapatkan
dukungan aktif dari India secara diplomatik di forum Internasional.
3. Melaksanakan konferensi ekonomi Konferensi ekonomi dilakukan dengan tujuan
memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak,
seperti hambatan produksi dan distribusi makanan. Adapun konferensi ini melibatkan para
pakar, mencakup cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggung jawab
langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran
masa itu, yakni Darmawan Mangunkusumo.
4. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang 1948 Upaya ini bertujuan mengurangi
beban negara di bidang ekonomi sekaligus untuk meningkatkan efisiensi. Program ini
meliputi penyempurnaan administrasi negara dan angkatan perang.
5. Membentuk Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE) Pembentukan PTE ditujukan menggiatkan
kembali partisipasi pengusaha swasta agar pengusaha memperkuat persatuan dan
mengembangkan perekonomian nasional. Organisasi pedagang ini juga diperuntukkan
mendorong persatuan yang kuat antar pedagang sehingga mampu memperkokoh ketahanan
ekonomi Indonesia.
Dalam upaya mengatasi hal itu juga, pemerintah RI melalui Menteri Keuangan, Ir.
Surachman mengeluarkan kebijakan “pinjaman nasional” yang disetujui oleh BPKNIP.
Pinjaman itu direncanakan akan mencapai Rp1.000.000.000 yang dibagi dalam dua tahap.
Sejak saat itu, dilakukanlah penukaran mata uang Jepang dengan ORI. Setiap 1.000 mata
uang Jepang ditukar dengan Rp 1 mata uang ORI.