Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan adanya makalah ini kami tujukan untuk mempermudah pembelajaran dan
memenuhi tugas menyelesaikan makalah ini pada mata pelajaran Sejarah Indonesia Bab
Penjajahan Hindia-Belanda khususnya membahas tentang Kehidupan Ekonomi, Politik,
Sosial awal Kemerdekaan Indonesia.
Makalah ini kami rancang untuk memenuhi nilai tugas, juga meningkatkan
pengetahuan, dan kreativitas. Di dalam makalah ini terdapat materi-materi yang lebih
mudah untuk dipahami sehingga kita dengan mudah dapat kita kuasai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia pada awal kemerdekaan?
2. Bagaimana kehidupan politik masyarakat Indonesia pada awal kemerdekaan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia pada Awal Kemerdekaan


1. Keadaan Ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal
berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang
kacau tersebut disebabkan karena :
- Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik,
dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian
Indonesia.
- Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
- Sepeninggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan
Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang
Jepang.Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari
keterpurukan.
- Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
- Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna
menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan
ekonomi nasional.
- Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.

Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah


sebagai berikut.

a. Terjadi Inflasi yang sangat tinggi


Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
a) Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak
terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di
Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4
milyar).
2
b) Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari
bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai
yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
c) Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga
pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang
tidak berlaku.

Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang
dikeluarkan pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan
langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi
oleh Belanda. Uang Jepang yang beredar sangat tinggi sedangkan kemampuan
ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sanat rendah. Karena inflasi ini
kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan
Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang
Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata
uang yang mereka miliki sangat rendah. Pemerintah Indonesia yang baru saja
berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang
Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai
penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu
menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah Republik Indonesia, yaitu :

- Mata uang De Javasche Bank


- Mata uang pemerintah Hindia Belanda
- Mata uang pendudukan Jepang

Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang


diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru
yaitu Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford. Uang NICA ini dimaksudkan untuk
menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya
sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa
selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada
mata uang baru. Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun
mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai
pengganti uang Jepang.

3
b. Adanya blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar
masuk perdagangan Indonesia terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-
pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun
alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
- Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
- Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
lainnya.
- Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
bangsa lain.

Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:

- Barang-barang ekspor Indonesia terlambat terkirim.


- Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan
banyak barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
- Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
- Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.

Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah :

- Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan


- Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah
mengembalikan eksistensinya.
- Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh
Belanda.
c. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum
ada sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah
hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang
pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan
ekonomi sangat buruk.
2. Upaya Mengatasi Blokade Ekonomi Belanda ( NICA )
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut :

4
a. Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang
ditimpa bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga
sangat rendah. Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda
maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga
pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan
diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai
imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan
harga karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang sangat diperlukan
dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional.
Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama
dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara
diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
b. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak
pemerintah maupun pihak swasta. Usaha tersebut antara lain : Mengadakan kontak
dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc). Tujuan dari kontak ini
adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis
oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan,
suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi
pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil
transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-
barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain.
Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang pesanan Indonesia
dan akan memuat barang ekspor dari Indonesia dicegat dan seluruh muatannya disita
oleh kapal Angkatan Laut Belanda. Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat
maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera
dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai
akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut
Indonesia serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan
di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan
secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang mencapai

5
puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura. Dan Indonesia
berhasil memperoleh senjata , obat-obatan dan barang-barang lain yang dibutuhkan.
Pemerintah Indonesia pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang
diberi nama Indonesian Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha
menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter.
Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dengan
mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian
Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro.
Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang.

c. Kebijakan Pemerintah Menghadapi Buruknya Kondisi Ekonomi Indonesia


Awal Kemerdekaan
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai
dilakukan sejak Februari 1946, adalah sebagai berikut.
a) Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya
yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang
dipimpin oleh Menteri Kemakmuran yaitu Darmawan Mangunkusumo. Tujuan
Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti : Masalah produksi dan
distribusi makanan. Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai
kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan
dihapuskan dan diganti dengan sistem desentralisasi. Masalah sandang Disepakati
bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan
dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan
rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan
Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya
Badan Urusan Logistik (Bulog).
Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk melarang
pengiriman bahan makanan antar karisidenan Status dan Administrasi
perkebunan-perkebunan. Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh

6
negara dengan sistem sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga
diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan dengan
nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu. Konferensi kedua di Solo, 6 Mei
1946 membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah, masalah
keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia.
Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana
gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara.
Untuk merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
b) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan yaitu Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP. Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank
Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain
itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada
masyarakat dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya
untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus
untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada pemerintah Indonesia. Rakyat dapat
meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumah-
rumah pegadaian.
Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar
pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 ,
pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00.
Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan
rakyat kepada Pemerintah Indonesia.
c) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini
merupakan badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi
untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana untuk
jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan
Sepuluh Tahun.
Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
- Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum
perang menjadi milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.

7
- Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran
ganti rugi
- Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap Indonesia.
- Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah
diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.

Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang


telah ada dengan mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan
dengan harapan agar Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi
secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional. Pendanaan untuk
Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun
pemodal asing. Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap
penanaman modal asing dan melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar
negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah
membuka diri terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat
melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-
badan swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana
tersebut dibentuk Bank Pembangunan. Perusahaan patungan (merger)
diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan
saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam
rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda.
Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi
politik dan militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan
Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang
memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa sebagian
besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan
Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi
militer Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.
d) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang
ekonomi, selain meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan

8
administrasi negara, angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan
perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di bidang
ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para
bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian
Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad Hatta
diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan peningkatan
peternakan.
e) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo.
Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha
swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti
dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah menanami
tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 ha Melakukan
intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul pencegahan penyembelihan
hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan. Di setiap desa
dibentuk kebun-kebun bibit, transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa
dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-15 tahun.
f) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
- Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta
memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
- Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi
pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa
Indonesia.
- Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari
pemerintah daerah namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik
dan hanya mampu mendirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal
Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat
Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi
pemerintah adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan
Perdagangan). Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan

9
Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia
Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.
g) Oeang Republik Indonesia (ORI)
Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh
menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia berdasarkan UU No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada
tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah-Jepang diatur
berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25
Oktober selanjutnya dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan
penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut.
Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu
rupiah (Rp. 100,00) ORI dengan perbandingan 1:5. Di Luar Jawa dan Madura,
Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu rupiah(Rp. 1,00) ORI
dengan perbandingan 1:10. Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama
dengan emas murni seberat 5 gram. Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI
dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar valuta asing) sebenarnya
dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk prototipenya
yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun
tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia. Bank
Negara Indonesia 1946 yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini
merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal didirikannya adalah
untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan
keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-
satunya mata uang nasional tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI
akibat perundingan Indonesia-Belanda. Sehingga di beberapa daerah
mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS
(Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik
Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten
dan Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda
masih belum pergi dari Indonesia.

10
B. Kehidupan Politik Masyarakat Indonesia pada Awal Kemerdekaan
1. Pembentukan Badan-Badan Kelengkapan Negara
Setelah proklamasi dikumandangkan, esok harinya yaitu 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidang untuk pertama kalinya yang menjadi kelanjutan sidang BPUPKI
pada 10-16 Juli 1945 yang membahas rancangan Undang- Undang Dasar Negara RI.
Hasil sidang ini adalah :
a) Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia.
b) Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden
Republik Indonesia.
c) Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan
DPR belum terbentuk.

Pada Minggu, 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidangnya yang dipimpin oleh
Otto Iskandarnita yang menghasilkan dua keputusan mengenai :

a) Pembagian wilayah yang terdiri atas delapan provinsi beserta calon gubernurnya
b) Pembentukan Komite Nasional Daerah

Rapat PPKI dilanjutkan pada 22 Agustus 1945 yang berlokasi di Gedung Kebaktian
Rakyat Jawa. Rapat kali ini diadakan untuk membahas tiga masalah utama yang
dipimpin oleh wakil presiden Republik Indonesia serta menghasilkan keputusan
sebagai berikut :

a) Komite Nasional Indonesia (KNI) adalah badan yang berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat sebelum pemilihan umum diselenggarakan dan disusun dari
tingkat pusat hingga daerah;
b) Partai Nasional Indonesia (PNI) dirancang sebagai partai tunggal RI, namun
akhirnya dibatalkan;
c) Badan Keamanan Rakyat (BKR) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum
bagi masing-masing daerah.

Pada 23 Agustus 1945 presiden Soekarno mengumumkan hasil sidang PPKI tersebut
tetapi keputusan yang menyangkut ketetapan kedua yaitu PNI sebagai satu-satunya
partai politik, tidak jadi diberlakukan.

2. Komite Nasional Indonesia


Setelah membentuk KNI pada 18 Agustus 1945, PPKI kembali membentuk
KNIP pada 22 Agustus 1945 yang berpusat di Jakarta. Badan yang diketuai oleh
Mr.Kasman Singodimedjo ini diumumkan pada 25 Agustus 1945 dan dilantik pada
29 Agustus 1945. untuk tingkat daerah dibentuk Komite Nasional Indonesia Daerah
(KNID) yang berada di seluruh provinsi di Indonesia dan badan ini berkembang
sebagai badan legislatif. Pada 16 Oktober 1945 KNI menyelenggarakan sidangnya
yang pertama yang menghasilkan :
a) Membentuk Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) yang
beranggota 15 orang;

11
b) Mengusulkan kepada presiden supaya KNI diberi kekuasaan Legislatif selama
MPR/DPR belum terbentuk.
Usul Komite Nasional tersebut mendapat sambutan dari pemerintah yang segera
mengeluarkan maklumat wakil presiden No.X yang isinya sesuai dengan usulan
KNIP. Setelah BPKNIP terbentuk, kegiatan pertama yang dilakukannya adalah
mengajukan usulan kepada pemerintah untuk segera membentuk pertain-partai
politik. Usul tersebut dilakukan melalui pengumuman BPKNIP No.3 tanggal 30
Oktober 1945 dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
a) BPKNIP menganggap roda pemerintahan telah berputar maka telah tiba saatnya
untuk megusahakan pengertian rakyat; keputusan PPKI tentang pembentukan
hanya satu partai politik.
Usul BPKNIP tentang penolakan pembentukan partai politik diterima oleh
pemerintah yang kemudian mengeluarkan maklumat pemerintah No.3 pada 30
Oktober 1945 yang isinya :
a) Pemerintah menghendaki adanya partai-partai politik, karena akan membuka
jalan bagi semua aliran atau paham yang ada dalam masyarakat.
b) Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum
dilaksanakan pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada Januari 1946.
c) Segera setelah maklumat politik itu lahir partai-partai politik baru antara lain
adalah Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Buruh Indonesia (PBI)
Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Katolik, Partai Kristen dan Partai
Sosialis.

3. Pembentukan Badan-Badan Perjuangan


Sebagai realisasi keputusan PPKI tanggal 22 Agustus 1945, presiden
menganjurkan para pemuda yang dahulunya pernah tergabung dalam anggota Heiho,
Peta, Seinendan, Keibodan, dan KNIL untuk segera bergabung dan membentuk
Badan Keamanan Rakyat (BKR) baik ditingkat pusat maupun daerah. Berikut adalah
susunan pengurus BKR pusat :
Ketua Umum : Kaprawi
Ketua I : Sutalaksana
Ketua II : Latief Hendraningrat
Anggota :Arifin Abdurahman,Mahmud,dan Zulkifi Lubis
Pembentukan BKR ternyata tidak semulus yang diduga, banyak tokohtokoh pemuda
yang telah membentuk laskar-laskar perjuangan sendiri yang lepas dari BKR antara
lain adalah Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Angkatan Pemuda Indonesia (API),
Barisan Banteng (BB), Hizbullah, Sabilillah, Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi
(KRIS), Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia
(BPRI), dan Pemuda Sosialis Indonesia (pesindo).

4. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

12
Kedatangan NICA mengakibatkan terjadinya beberapa bentrokan senjata. Kondisi
seperti ini mendorong pemerintah untuk segera membentuk sebuah tentara nasional
agar perjuangan kemerdekaan dapat dikendalikan. Pada 5 Oktober 1945, melalui
media massa, radio, dan surat kabar, pemerintah mengeluarkan sebuah maklumat
tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sehingga TKR menjadi
wadah resmi dalam bidang pertahanan militer. Oleh karena itu, seluruh laskar rakyat
diwajibkan bergabung dengan TKR. Pada tanggal 6 Oktober 1945 pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang pengangkatan Supriyadi yang dikenal sebagai
pemimpin pemberontakam Peta terhadap pemerintah, sebagai Menteri Keamanan
Rakyat. Tetapi karena sampai batas waktu yang ditentukan Supriyadi tidak diketahui
nasibnya sementara keadaan sudah ssemakin gawat sehingga M. Suljoadikusumo
ditunjuk sebagai penggantinya sebagaimana diumumkan pemerintah pada 20 Oktober
1945.

5. Kehidupan Politik
Dengan diperkenalkannya sistem politik multipartai, tidak dengan sendirinya
menciptakan tatanan politik yang demokratis seperti yang diharapkan semula.
Sebaliknya yang terjadi adalah meningkatnya perebutan kepentingan golongan dalam
partai-partai politik Pembentukan partai-partai politik yang mulanya dimaksudkan
untuk menyalurkan aspirasi rakyat melalui partai politik malah dimanfaatkan oleh
politisi sebagai ajang perebutan kursi atau jabatan. Akibatnya adalah sering
bergantinya kabinet-kabinet dalam pemerintahan karena dijatuhkan oleh perlemen
(KNIP).
Pergantian kabinet dalam kurun waktu 1945-1950 adalah sebagai berikut.
1. Kabinet Presidensiil pertama : 12 September 1945 – 14 November 1945
2. Kabinet Syahrir I : 14 November 1945 – 12 Maret 1946
3. Kabinet Syahrir II : 12 Maret 1946 – 20 Oktober 1946
4. Kabinet Syahrir III : 20 Oktober 1946 – 27 Juni 1947Kabinet Amir Syarifuddin I :
3 Juli 1947 – 11 November 1947
5. Kabinet Amir Syarifuddin II : 11 November 1947 – 29 Januari 1948
6. Kabinet Hatta I (Presidentil) : 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1948
7. Kabinet Darurat (PDRI) : 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
8. Kabinet Hatta II (Presidentil) : 4 Agustus 1949 sampai 20 Agustus 1949

Sistem pemerintahan awal kemerdekaan adalah sistem Presidensiil, yaitu kabinet


dibentuk dan bertanggungjawab kepada presiden. Kedudukan presiden selain sebagai
kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Selanutnya sistem Presidensiil
berubah menjadi sistem Parlementer dimana presiden bertanggungjawab kepada
parlemnen dalam hal ini KNIP. Sitem Parlementer ditandai dengan terbentuknya
kabinet dibawah pimpinan Perdana Menteri Sutan Syahrir, dilajutkan Amir
Syarifuddin, dan terakhir Hatta.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
menandakan berdirinya sebuah bangsa baru yang tentunya pada saat itu masih harus
mendapat pengakuan dari bangsa lain, agar status menjadi bangsa yang merdeka betul-betul
sah.
Seiring perjalanannya pemerintahan awal tersebut yang ingin mendapat pengakuan
tersebut, gejolak-gejolak yang terjadi seperti gejolak Ekonomi, Sosial, dan Politik terjadi,
namun dengan berbagai usaha bersama walaupun dalam internalnya saja terjadi perpecahan,
berbagai gejolak tersebut dapat diatasi.
Hal seperti itulah yang patut dicontoh bangsa Indonesia masa sekarang dalam membangun
bangsa ini, walaupun banyak permasalahan, banyak tekanan dari berbagai aspek dan pihak,
tetapi para-para pemimpin bangsa terdahulu mampu mengatasi dan memperjuangkan
kedaulatan dan keseimbangan NKRI. Maka dari itu kita sebagai agen penerus dan
pembangun bangsa wajib meneruskan serta memperbaharui apa yang telah pemimpin-
pemimpin kita lakukan guna mengharumkan nama Indonesia, membangun bangsa agar
Indonesia berkembang dan menjadi negara maju, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT
agar memberikan yang terbaik untuk NKRI, karena tanpa-Nya tidak akan terjadi perbaikan.
Tugas kita saat ini adalah memperjuangkan apa-apa yang telah dahulu telah diperjuangkan
dimasa sekarang demi satu nama untuk “ INDONESIA “

14
MAKALAH
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POLITIK DI
INDONESIA PADA TAHUN 1945 SAMPAI DENGAN
TAHUN 1965
MATA PELAJARAN SEJARAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK V

SRI EKA WAHYUNINGSIH

SUGION ARI PRATAMA

MILA ANGGRAINI

WAHYU WAL HIDAYAH

FAJAR PANENDI

KELAS XII IPS 1

MADRASAH ALIYA NEGERI 02 KEPAHIANG


TAHUN AJARAN 2021/2022

15
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun
penyusunan makalah ini disusun berdasarkan data-data yang ada. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu selaku guru
Sejarah Indonesia.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri
pribadi kami sendiri dan pembaca.

Kepahiang, September
2021
Penulis Makalah

Kelompok 5

16

Anda mungkin juga menyukai