Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Perekonomian Indonesia Masa Orde Lama (1945-1966)

Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Berkuasa dari tahun 1945
sampai tahun 1966. pada saat orde lama, pemerintahan indonesia dibagi menjadi
3, sehingga kebijakan ekonomi yang diambil pun berbeda-beda. Diantaranya :

1.1 Pasca Kemerdekaan

Pada awal kemerdekaan, perekonomian indonesia sangat kacau mulai dari inflasi
yang tidak terkendali ditambah kas negara yang kosong karena tidak adanya pajak
dan bea masuk menjadi salah satu penyebabnya.
Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan oleh :

 Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang


baik, dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani
perekonomian Indonesia.
 Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk
mengatur ekonomi keuangan yang mantap.
 peninggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat
pendudukan Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan
perang Jepang. Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk
bangkit dari keterpurukan.
 Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering
terjadinya pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung
ketidakstabilan ekonomi.
 Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna
menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan
ekonomi nasional.
 Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih
terus melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.

1
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah
sebagai berikut :
1) Terjadi Inflasi yang sangat tinggi. Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan
karena :
 Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak
terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di
Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4
milyar).
 Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari
bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai
yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
 Republik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga
pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang
tidak berlaku. Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu
mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab
Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang
yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
• Mata uang De Javasche Bank
• Mata uang pemerintah Hindia Belanda
• Mata uang pendudukan Jepang

2) Adanya Blokade ekonomi dari Belanda


Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-
masuk perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan
penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Dengan adanya
blokade tersebut menyebabakan:
 Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
 Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan
banyak barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
 Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.

2
 Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah :
 Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
 Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah
mengembalikan eksistensinya.

3) Kekosongan kas Negara


Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum
ada sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah
hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang
pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi
sangat buruk.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi,antara lain :
1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR.
Surachman pada bulan Juli 1946. Salah satunya ke provinsi terkaya saat itu yaitu
aceh.
2. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke India (India merupakan
Negara yang mengalami nasib yang sama dengan Indonesia yaitu sama-sama
pernah dijajah, Indonesia menawarkan bantuan berupa padi sebanyak 500.000 ton
dan India menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada Indonesia),mengadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4. .Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan
tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan,

3
diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor
pertanian merupakan sumber kekayaan).

1.2 Masa Liberal

Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti
sebelumnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi,
antara lain :
1. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan
impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi
impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-
perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang
cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
Pada kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu perencanaan
pembangunan yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP)

2. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember


1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank
sirkulasi. (Kabinet Sukiman)

3. Sistem ekonomi Ali (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak


Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-
latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi
bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. (Kabinet ini sangat melindungi
importer pribumi, sangat berkeinginan mengubah perekonomian dari struktur
colonial menjadi nasional)

4
4. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk
pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.(Kabinet Burhanuddin)

5. Gunting Syarifuddin
Kebijakan gunting syarifuddin adalah pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan
ini dilakukan pada tanggal 20 maret 1950 dengan cara memotong semua uang
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya tinggal
setengahnya. Kebijakan keuangan ini dilakukan pada masa pemerintahan RIS oleh
menteri keuangan pada waktu itu Syarifuddin Prawiranegara.

6. Rencana Pembangunan Lima tahun (RPLT)


Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Ir.
Djuanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Pada bulan Mei 1956, Biro
ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang
rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana Undang-Undang
tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada tanggal 11 November
1958. Pembiayaab RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar.

1.3 Masa Demokrasi Terpimpin

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan
sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan
akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial,
politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia,
antara lain :
1. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang
sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan

5
Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000
dibekukan.
2. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru
mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962
harga barang-barang naik 400%.
3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat
lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.

1.2 Sejarah Perekonomian Indonesia Masa Orde Baru (1966-1998)

Struktur perekonomian Indonesia pada tahun 1950-1965 dalam keadaan kritis.


Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya
mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi
unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program
pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama
pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal
tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu
menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah. Secara garis besar, upaya pemulihan struktur
perekonomian dan pembangunan pada masa orde baru, pemerintah menempuh
cara sebagai berikut :
1) Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi
ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak
terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

6
2) Kerja Sama Luar Negeri
3) Pembangunan Nasional
Tujuan Pembangunan nasional adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap
yaitu :
1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun),
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap
pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.
Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru
berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari
kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat
dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah:
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.

 Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya


keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
 Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
 Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
1) Pelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret 1974)
 Menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung
sektor pertanian.
 Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan
sasaran dalam bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan
rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
2) Pelita II (1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.)
 Menitik beratkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan insdutri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

7
 Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana
dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
 Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal
pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I
laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II,
inflasi turun menjadi 9,5%.
3) Pelita III (1 April 1979 hingga 31 Maret 1984.)
Menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
4) Pelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret 1989.)
 Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
 Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan
moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
5) Pelita V (1 April 1989 hingga 31 Maret 1994.)
 Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri.
 Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan
ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun.
6) Pelita VI (1 April 1994 hingga 31 Maret 1999.)
 Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang
berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
 Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.
Pembangunan nasional Indonesia dari pelita ke pelita berikutnya terus
mengalami peningkatan keberhasilan pembangunan.
 Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik
dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde
Baru runtuh.

8
1.3 Sejarah Perekonomian Indonesia Masa Reformasi (1998-sekarang)
1.3.1 Presiden B.J.Habibie

Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS
mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil
keputusan ‘jual’ karena mereka para investor asing tidak percaya lagi terhadap
prospek perekonomian negara tersebut, paling tidak untuk jangka pendek.
Pemerintan Thailand meminta bantuan IMF. Pengumuman itu
mendepresiasikan nilai baht sekitar 15% hingga 20% hingga mencapai nilai
terendah, yakni 28,20 baht per dolar AS.
Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merebet ke Indonesia dan beberapa
negara Asia lainnya. Rupiah Indonesia mulai merendah sekitar pada bulan Juli
1997, dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.950 per dolar AS. Nilai rupiah dalam dolar
mulai tertekan terus dan pada tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai rekor
terendah, yakni Rp 2.682 per dolar AS sebelum akhirnya ditutup Rp 2.655 per
dolar AS. Pada tahun 1998, antara bulan Januaru-Februari sempat menembus
Rp 11.000 per dolar AS dan pada bulan Maret nilai rupiah mencapai Rp 10.550
untuk satu dolar AS.

Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki


karakteristik sebagai berikut:

 Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat


itu dari Rp 2500 menjadi Rp 2650 per dollar AS. Sejak masa itu
keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
 Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisis
ekonomi yang kemudian memuncuilkan krisis politik terbesar
sepanjang sejarah Indonesia.
 Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut
pemerintahan reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak
jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih
suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi,
banyak kerusuhan.

9
Yang dilakukan habibie untuk memperbaiki perekonomian indonesia :

 Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank


Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent berdasarkan
UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Dalam rangka
mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang merupakan 3
(tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
- Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter
- Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
- Mengatur dan mengawasi Bank
 Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus
dibayar dengan harta lancarnya. Banyaknya utang perusahaan swasta
yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan pada akhirnya
pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah dengan tujuan
menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa itu masih
rapuh.
 Menaikan nilai tukar rupiah
Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-
rata mencapai sekitar Rp9200,- dan selanjutnya menurun menjadi
sekitar Rp8000 dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar
rupiah cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei.
Kecenderungan meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998
terkait dengan kondisi sosial politik yang bergejolak. nilai tukar rupiah
menguat hingga Rp. 6500 per dollar AS di akhir masa pemerintahnnya.
 Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.

10
1.3.2 Presiden Abdurahman Wahid

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai


mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju
inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam
negeri juga sudah mulai stabil.
Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga
kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun
1999 mengenai bank Indonesia, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah
untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.

Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing
menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia. Makin rumitnya
persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,
dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian
dalam perdagangan saham di dalam negeri.
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada
tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan.
Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus
dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan
ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.
Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di
mata masyarakat.

11
1.3.3 Presiden Megawati Soekarnoputri

Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan


ekonomi antara lain:

Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada


pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar
negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan
negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan
negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban
negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan
korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir
dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.

1.3.4 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kebijakan yang dilakukan


adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia atau menaikkan harga Bahan Bahan
Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan
tetapi bantuan tersebut di berhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat
yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana
pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan SBY
dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus bank century yang
sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar
untuk menyelesaikan kasus bank century ini. Kondisi perekonomian pada
masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan

12
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.Bank
Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai
5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6 - 6,5 persen pada 2011. Dengan
demikian, prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan
semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap
perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor
nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV - 2009 mencatat pertumbuhan cukup
tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan
pengurangan utang negara. Masalah-masalah besar lain pun masih tetap ada.
Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.

13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Filipina

Sistem ekonomi Filipina

Perlu anda ketahui, ekonomi Filipina berada di peringkat keempat di Asia


Tenggara, dan ke-36 di dunia (berdasarkan PDB). Adapun sistem ekonomi yang
dianut Filipina adalah sistem ekonomi campuran, dengan mengandalkan industri
di bidang pengolahan makanan, tekstil, elektronik dan otomotif, dengan pusat
industri yang berada di kawasan Metro Manila dan Metro Cebu.

Meskipun fokus pada industri, ekonomi Filipina rupanya masih bergantung pada
sektor agrikultur, di mana Filipina merupakan salah satu negara penghasil beras
terbesar di Asia Tenggara.

Di sektor ekspor, Filipina memiliki beberapa negara mitra ekspor utama,


diantaranya:
- Amerika Serikat
- Jepang
- Tiongkok / China
- Singapura
- Hong Kong
- Korea Selatan
- Jerman.
Adapun ekspor utama Filipina sebagian besarnya berupa komponen elektronik
dan semi konduktor, hasil alam seperti gas alam, minyak kelapa dan buah-buahan.
Sebagai salah satu negara berkembang, Filipina tergabung dalam beberapa forum
ekonomi internasional seperti ASEAN, WTO, dan APEC.

14
Pertanian

Negara Filipina merupakan salah satu negara agraris yang terkenal dengan
pertanian padi bukitnya. Pertanian padi bukit di Filipina sudah ada sejak 2.000
tahun yang lalu, dan diperkenalkan oleh suku Batad. Padi-padi bukit tersebut
berada di lereng-lereng perbukitan Banaue dan Sagada yang ada di provinsi
Ifugao, dan berada di ketinggian 5.000 kaki di atas permukaan laut. Luas kawasan
pertanian tersebut mencapai 4.000 mil², serta diusahakan secara tradisional tanpa
penggunaan pupuk. Kawasan pertanian itu pun dinyatakan sebagai Warisan Dunia
oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan) sejak tahun 1995.

Krisis ekonomi di Filipina

Seperti halnya di Indonesia, pada tahun 1998 -- ekonomi Filipina mengalami


kemunduran sebagai akibat dari krisis finansial Asia, dan cuaca yang buruk yang
berpengaruh pada hasil pertanian Filipina. Pertumbuhan ekonomi pun merosot
jauh ke angka 0,6% (1998) -- dari yang sebelumnya di angka 5% (1997). Namun,
angka pertumbuhan kembali menguat sekitar 3% (1999), kemudian meningkat
lagi menjadi 4% (2000). Pemerintah pun berusaha untuk terus mereformasi
perekonomiannya, agar Filipina bisa setara dengan perkembangan negara-negara
Industri di Asia Timur.

Hutang publik di Filipina tergolong besar (sekitar 77% dari PDB), yang
menyebabkan terhambatnya perbaikan ekonomi kala itu. Anggaran negara untuk
hutang lebih tinggi daripada anggaran untuk pendidikan dan militer. Berbagai
kebijakan pun dilakukan termasuk peningkatan infrastruktur, merombak sistem
pajak (untuk menambah pendapatan pemerintah), deregulasi dan penswastaan
ekonomi, serta meningkatkan integrasi perdagangan di wilayah sekitar.

Masa depan perekonomian Filipina sangat bergantung pada perekonomian partner


dagang utama mereka, yakni Amerika Serikat dan Jepang. Kemudian administrasi
yang lebih terpercaya dan kebijakan pemerintah yang konsisten turut
mempengaruhi perkembangan ekonomi di negara tersebut.

15
Fakta-fakta mengenai perekonomian Filipina

Berikut ini ada beberapa fakta mengenai sistem ekonomi Filipina, diantaranya:

Perkiraan PDB berdasarkan KKB (2015), adalah sebesar $ 751.771 miliar.


Sedangkan PDB per kapitanya adalah sebesar $ 7.412.
Perkiraan PDB berdasarkan Nominal (2015), adalah sebesar $ 330.259
miliar. Sedangkan PDB per kapitanya adalah sebesar $ 2.792.
Besarnya Gini di tahun 2009 adalah sebesar 43 (sedang)
Besarnya IPM di tahun 2013 adalah 0,660 (menengah).
Mata uang Filipina adalah Peso Filipina.
Filipina merupakan anggota dari Bank Pengembangan Asia (Asian
Development Bank).
Seperti halnya Indonesia, Filipina merupakan negara agraris yang tengah
mengembangkan sektor industri. Bahkan sistem ekonominya pun sama dengan
Indonesia, yakni sistem ekonomi campuran.

16
2.2 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Malaysia

Terdapat tiga sistem ekonomi yang dianut berbagai negara di Dunia yaitu
Sisteme Ekonomi Liberal/Kapitalis, Sistem Ekonomi Sosialis dan Sitem Ekonomi
Campuran(mixed economy), lahirnya mixed economy ini karena adanya
kekurangan dari masing Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sitem Ekonomi Sosialis
yang dimana Sistem Ekonomi Campuran ini adalah semua kelebihan dari Sitem
Ekonomi Kapitalis dan Sosialis. Secara garis besar penentuan Sistem Ekonomi di
Suatu negara di dasari dari bagaimana mengemas permasalahan ekonomi (what,
How, For Whom) demi tercapainya tujuan suatu negara bersangkutan. Dalam
kajian ini akan di jelaskan Sistem Ekonomi yang dianut Indonesia dan Malaysia
dan dari perbedaan sistem terbut mana yang lebih unggul/sistem mana yang lebih
efisien untuk mencapai tujuan negara tersebut.

Sistem Ekonomi Indonesia.


Pada dasarnya di Indonesia menganut sistem politik Demokratis atau
cendrung pada masyarakat (sosial) tapi tidak pada sistem ekonominya. Jika
dilakukan melalui pendekatan fluktuasi-struktual, Indonesia lebih pada Sistem
Ekonomi Kapitalistik. Tapi peran pemerintah pada perekonomian diIndonesia
sebagai pengendali pasar(melindungi harga) sangat besar, hal ini yang biasa
disebut Mixed Economy. Jika ditinjau dari pendekan fluktuasi-struktual dengan
teori keyns (Y=C+I+G+X-M) dimana jika negara sosialis belanja pemerintah
cukup besar dibandingkan konsumsi dan investasi, tetapi dari data BPS dari tahun
1980-2004, bsarnya belanja pemerintah lebih kecil dibandingkan konsumsi dan
investasi, hal ini yang menjadi dasar kenapa indonesia disebut kapitalistik. Jika
ditinjau dari sejarah pada masa krisi global yang menjadikan Perekonomian
Indonesia lumpuh sehingga Indonesia membuka bagi para investor asing untung
menanam modal di Indonesia, sehingga komponen Investasi dan Konsumsi lebih
besar dibandingkan belanja pemerintah. Akibat krisis global yang melumpuhkan
perekonomian Indonesia yang mengharuskan Indonesia berhutang pada bank
dunia (International Monetary Fund) sehinnga Indonesia manja terhadap hutang
luar negri tersebut. Tetapi dengan Indonesia yang negara sosialis, peran
pemerintah disini sebagai pengendali mekanisme pasar, semua kegiatan ekonomi

17
dilindungi perundang-undangan sehingga ada peran pemerintah dalam
perekonomian.
Dengan demikian Indonesia menyebut Sistem ekonominya yaitu Sistem
Ekonomi Demokratis. Dari percampuran kedua lisme sistem ekonomi ini yang
saling tarik ulur antara liberal-kapitalistik dengan sosial-komunistik menjadikan
perekonomian di Indonesia kurang stabil, karena masih banyak warga Indonesia
yang masih belum siap berdiri sendir dan masih bergantung pada Negara. Hal ini
yang menjadikan goyahnya perekonomian di Indonesia. Saat ini Indonesia banyak
mengalami permasalahan besar akibat ketidakpastian sistem perekonomian di
Indonesia seperti : Minyak yang akan habis 12 tahun mendatang, Gas yang akan
habis 34 tahun mendatang, Batu bara yang akan habis 78 tahun mendatang. Hal
ini disebabkan ketidak mandirian Indonesia, ketidak mampuan Indonesia berdiri
dikaki sendiri. Ledakan penduduk yang tak terkendali akan menyangkut masalah
pangan di Indonesia, sedangkan lahan pertanian semakin menyempit yang
dibarengi ketidak mampuan Bangsa dalam melakukan percepatan pertumbuhan di
sektor pertania. Peranan sektor swasta yang sangat besar dan tidak sesuai dengan
Pasal 33 UUD 1994, yang melatar belakangi lahirnya UUD tersebut adalah
kejahatan kapitalisme bangsa penjajah di Indonesia yang membawa kesengsaraan
pada masyarakat dan timbulnya kesenjangan sosial. Saat ini perekonomian di
Indonesia banyak dikuasai oleh asing, sudah saatnya Indonesia berdaulat, Mandiri
dan Sejahtera. Maka dari itu, Indonesia harus kembali kepada Sistem Ekonomi
Pancasiala sesuai UUD 1945 yang berorientasi kepada kemasahelatan Indonesia.

Sistem Ekonomi Malaysia.


Malaysia yang menganut pasar terbuka ini menganut dua Sistem Ekonomi
sejak tahun 1963 : Sistem Ekonomi Sara Diri dan Sistem Ekonomi Komersiil.
Sistem Ekonomi sara diri adalah dimana suatu keluarga mampu memenuhi
kebutuhan sehari-harinya sendiri dengan cara bercocok tanam,perikanan dan hasil
hutan, sedangkan kelebihannya sebagai bahan perniagaan. Sehingga bisa menekan
tingkat inflasi karena disini penggunaan uang lebih sedikit. Sistem Ekonomi
Komersiil adalah sistem yang berorientasi pada kemasukan pelabur asing,
pelaburan modal, penggunaan teknologi baru, pengenalan tanaman baru dll. Dari

18
kedua hal tersebut, Malaysia mengalami fase dari feodalisme-Ekonomi Tenaga
Kerja-Kapitalis/pasar terbuka. Malaysia berada pada urutan ke-21 negara yang
menjalankan kegiatan ekonomi termudah di dunia, karena semua kegiatan
ekonomi ditentukan oleh pasar. Peran pemerintah dalam perekonomia sangat
minim sehingga kemudahan dalam birokrasi kegiatan ekonomi pun lebih mudah,
jadi tak heran Malaysia ada pada urutan 21 dunia negara yang paling mudah
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Dengan demikian banyak pengusaha dari
berbagai negara yang menjalankan bisnis di Malaysia, dengan demikian akan
lebih meningkatkan Pendapatan Nasional Malaysia dan mengurangi jumlah
pengangguran di malaysia dengan besar pengangguran di Malaysia sebesar 5%
dari jumlah penduduk di Malaysia tahun 2009, sedangkan tingkat inflasi pada
tahun 2009 mencapai 0,4%. Sistem Ekonomi pasar terbuka(sistem ekonomi
kapitalis) di Malaysia membawa perubahan besar sejak tahun 1963 dengan
kegiatan ekonomi yang berorientasi pada padat modal dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi Malaysia.
Kemudahan menjalankan perniagaan pun menjadi salah satu faktor
kemajuan Malaysia dengan SDM dan SDA yang kecil dapat menjadi kekuatan
ekonomi dunia. Sehingga tidak dapat dipungkiri kenapa lebih banyak perusahan
asing yang berdiri di Malaysia. Kemajuan teknologi di Malaysia menjadikan
Malaysia dapat mempercepat pembangunannya dan infrastruktur demi percepatan
pertumbuhan ekonomi di Malaysia. Kejelasan haluan sisteme ekonomi di
Malaysia membuat Malaysia lebih mudah dalam perencanaan sektor Riil.
Dari analisis diatas, bahwasanya kinerja ekonomi Indonesia VS Malaysia lebih
baik di Malaysia dikarenakan ketidakpastian haluan yang ada di Indonesia,
ketidaksiapan bangsa menata masa depan Indonesia, ketidak mandirian bangsa.
Semua kegiatan ekonomi di Indonesia selalu terbentur masalah birokrasi, maka
tidak heran Indonesia berada pada posisi 129 negara yang mudah melakukan
bisnis. Tidak seperti Malaysia yang mampu mecukupi kehidupan hariannya tanpa
ada beban. Mungkin Indonesia bisa mengadopsi cara mecukupi pangan seperti
Malaysia. Di Malaysia sangat jelas tujuan/haluan mereka. Dengan demikian sudah
saatnya Indonesia kembali kepada Sistek Ekonomi Pancasila sesuai perundang-
undangan, Pasal 33 UUD1945. Kecendrungan kapitalistik di Inonesia disinyalir

19
sebagai pemicu masalah kesenjangan sosial, padahal Bung Hatta mencetuskan
pasal 33 UUD 1945 ini karena adanya kesengsaraan masyarakat akibat
kapitalisme bangsa penjajah. Kata Prabowo dalam Kompas Senin 18 Maret 2013
“Kami tidak mau jadi budak bangsa lain dan tidak mau diperintah negara lain
yang menyengsarakan rakyat. Mari rakyat bangkit, kembalikan sistem ekonomi
sesuai dengan UU 1945 “. Sangat jelas sekali, bahwasanya Sistem liberal di
Indonesa sudah menyusahkan rakyat Indonesia, menimbulkan bayak masalah-
maslah sosial & ekonomi.

20
2.3 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Singapura

Perekonomian Negara Indonesia dan Negara Singapura perbedaanya


cukup tinggi, Negara Indonesia wilayahnya lebih luas dibandingkan Negara
Singapurasebenarnya dengan hal ini Indonesia bisa lebih maju daripada
Singapura, Indonesia adalah Negara yang kaya seharusnya Indonesia dapat
memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk bersaing dengan Negara
tetangga, Indonesia dapat memaksimalkan berbagai macam sector yang dimiliki,
khususnya pada sector pertanian seperti julukannya Indonesia adalah Negara
agraris, seharusnya hasil output dari sector pertanian dapat di ekspor di berbagai
Negara namun kemyataanya Indonesia tetap memilih jalan imprt untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
Selain itu, indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah jika
Indonesia dapat mengolah dan memanfaatkan secara optimal maka Indonesia
dapat merajai eksportir migas dunia dengan begitu pendapatan Negara akan
meningkat dan pendapatan perkapita juga akan stabil, seperti yang kita ketahui
bahwa pendapatan perkapita adalah tolak ukur dari kemajuan suatu negara, tapi
kenyataanya hasil sumber daya alam khususnya migas sudah di kuasai oleh pihak
asing, Pemerintah mempunyai peran penting dalam pengembangan untuk menuju
kestabilan ekonomi agar Indonesia dapat sejajar dengan Negara lain khususnya
Negara Singapura.

21
Perbandingan Perekonomian Indonesia dengan Singapura

1. Sistem Perekonomian

Sistem Perekonomian Sistem Perekonomian Singapura


Indonesia
Indonesia Menganut sistem Singapura menganut sistem
Ekonomi Pancasila Ekonomi pasar yang maju.

2. Aktivitas Perekonomian

Aktivitas Perekonomian Indonesia Aktivitas Perekonomian Singapura


Indonesia bergantung pada hasil Singapura sangat bergantung pada
Ekspor hasil pertanian dan Import Ekspor dan pengolahan barang Import
barang-barang Industri. khususnya di bidang Manufaktur
(sektor Elektronik, pengolahan
minyak Bumi, bahan kimia, teknik
mekanik dan ilmu Biomedis)

Di Indonesia pajak dan Retribusi Singapura memperkenalkan Pajak


daerah untuk tambahan Barang dan Jasa yang menambah
pendapatan negara. pendapatan pemerintah
dan menyeimbangkan keuangan
pemerintah.

22
Perbedaan Keadaan Statistik Singapura

PDB US$ 445,172 milyar (2014 est,)


Pertumbuhan PDB 2.8% (2014)
PDB per kapita $56,112 (nominal, 2014 est.)
Labour force by occupation agriculture: 1.3%
industry: 14.8%
services: 83.9% (2013 est)
Pengangguran 1.9% (2013 est.)
Industri utama elektronik, kimia, jasa keuangan, peralatan
pengeboran minyak, pengilangan minyak bumi,
pemrosesan karet dan produk karet, pemrosesan
makanan dan minuman, konstruksi lepas pantai,
sains, reekspor
Peringkat kemudahan 1st (world bank)
melakukan bisnis
Komiditas ekspor mesin dan peralatan (termasuk elektronik dan
telekomunikasi, obat dan kimia lainnya, produk
pengilangan minyak bumi
Tujuan ekspor utama Malaysia
Hong Kong
China
Indonesia
Amerika Serikat
Jepang
Australia
Korea Selatan (2012 est.)
Komoditas impor mesin dan peralatan, bahan bakar, kimia,
makanan, barang jadi

Indonesia
PDB Rp 10.542,7 Ttiliun (2014)
Pertumbuhan PDB 4,63 % (2014)
PDB per kapita 41,8 juta atau $ 3631,5
Labour force by occupation agriculture: 38.9%
industry: 13.2%
services: 47.9% (2012 est.)
Pengangguran 8,5 %
Industri utama Pengolahan hasil pertanian dan kelautan,
industry tekstil, furniture, makanan dan
minuman, industry logam dasar
Peringkat kemudahan 91 (world bank)
melakukan bisnis
Komiditas ekspor Kelapa sawit, batu bara, kakao, energy

23
geothermal (sumber daya mineral), kopi, karet,
dsb.
Tujuan ekspor utama China
Jepang
Amerika Serikat
India
Singapura
Malaysia
Korea Selatan
Thailand
Belanda (2012 est.)
Komoditas impor mesin dan peralatan, bahan bakar, kimia,
makanan, barang jadi, kebutuhan pokok

24
2.4 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Thailand

Thailand memiliki sistem ekonomi yang sama dengan sistem ekonomi di


Indonesia dan Filipina, yakni sistem ekonomi campuran. Adapun sektor andalan
perekonomian Thailand adalah sektor agraris, di mana Thailand merupakan salah
satu eksportir beras terbesar di dunia.

Thailand pernah mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia, yakni dari


tahun 1985 - 1995, dengan rata-rata pertumbuhan 9% per tahun.

Meningkatnya tekanan spekulatif terhadap mata uang Baht di tahun 1997 --


menyebabkan terjadinya krisis yang melemahkan sektor keuangan. Pemerintah
pun terpaksa melakukan tindakan, yakni mengambangkan Baht.

Sebelumnya, Baht cukup lama dipatok pada nilai 25 per 1 dolar AS. Baht
kemudian mencapai titik terendahnya di kisaran 56 Baht / dolar AS (Januari
1998). Di tahun yang sama, ekonomi Thailand melemah sebesar 10,2%, dan krisis
ini pun meluas ke krisis finansial Asia.

Pada tahun 1999, Thailand mengalami kebangkitan, di mana ekonominya


menguat 4,2%, kemudian tumbuh 4,4% (2000). Penyebab penguatan ini sebagian
besar dikarenakan hasil ekspor yang meningkat sekitar 20% (2000).

Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi Thailand kembali melambat karena krisis
ekonomi global, namun kembali menguat di tahun-tahun selanjutnya. Hal itu
dikarenakan pengaruh dari pertumbuhan ekonomi yang bagus di China, serta
didukung oleh beberapa kebijakan ekonomi di era Perdana Menteri Thaksin
Shinawatra. Di tahun 2003, pertumbuhan Ekonomi Thailand mencapai 6,3%, dan
terus meningkat hingga 7-10% di tahun 2004 dan 2005.

Sektor pariwisata pun tak kalah berkontribusi pada perekonomian Thailand.


Sektor ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilnya

25
politik di Thailand. Di tahun 2002, jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Thailand mencapai 10,9 juta orang. Angka ini meningkat sebesar 7,3% dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 10,1 juta orang.

Sebelum terjadinya krisis finansial, perekonomian Thailand memiliki


pertumbuhan produksi yang bagus, yakni rata-rata 9,4% per tahun hingga tahun
1996. Melimpahnya tenaga kerja dan sumber daya, konsevatis fiskal, kebijakan
investasi asing terbuka, dan pendorongan sektor swasta merupakan dasar dari
kesuksesan ekonomi Thailand pada tahun-tahun sampai dengan 1997.
Negara mengelola beberapa jasa, seperti pembangkit listrik, transportasi, dan
komunikasi. Namun pemerintah berencana melakukan swastanisasi pada sektor-
sektor tersebut, pada awal krisis finansial.

Pemerintah Kerajaan Thailand sangat postif dalam menerima investasi asing,


asalkan memenuhi persyaratan -- dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui
Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah
telah mereformasi peraturan investasinya.

Thailand memiliki gerakan serikat buruh, namun masih lemah. Hanya ada sekitar
3% tenaga kerja yang tergabung dalam serikat buruh. Di tahun 2000, Undang-
undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara (SELRA) telah disahkan. Ini
menandai adanya persamaan hak antara pegawai sektor publik dengan karyawan
swasta, termasuk di dalamnya adalah hak untuk bergabung dalam serikat buruh.

Ada sebanyak 60% tenaga kerja Thailand yang bekerja di sektor pertanian. Seperti
diketahui, beras merupakan hasil bumi yang paling di penting di Thailand yang
menempatkan mereka sebagai salah satu eksportir beras terbesar di dunia. Selain
beras, Thailand juga menghasilkan ikan, produk-produk perikanan lainnya
tapioka, karet, biji-bijian, dan gula dalam jumlah yang besar. Ekspor makanan jadi
seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga cukup bagus di Negeri Gajah
Putih tersebut.

26
Fakta-fakta mengenai perekonomian Thailand

Berikut ini beberapa fakta mengenai ekonomi Thailand, diantaranya:


Investasi (gross fixed): 22.5% PDB (perkiraan Januari - September 2004)
Pendapatan per rumah tangga atau konsumsi menurut persentase:
 10% terendah: 2.8%
 10% tertinggi: 32.4% (1998)
Distribusi penghasilan keluarga - indeks Gini: 51.1 (2002)
Produksi pertanian: beras, ubi kayu, karet, jagung, tebu, kelapa, kacang
kedelai
Industri: pariwisata, tekstil dan garmen, pemrosesan hasil pertanian,
minuman, tembakau, manufaktur ringan seperti perhiasan, alat-alat listrik
dan komponennya, komputer dan onderdilnya, sirkuit komputer, mebel,
dan barang-barang plastik
Thailand merupakan produsen tungsten kedua terbesar di dunia, dan
produsen timah ketiga terbesar di dunia
Tingkat pertumbuhan produksi industri: 8.5% (perkiraan 2004)
Neraca perdagangan: $ 6.736 miliar (perkiraan 2004)
Komoditi ekspor: tekstil dan sepatu/sandal, hasil perikanan, beras, karet,
perhiasan, mobil, komputer dan peralatan listrik
Komoditi impor: barang-barang modal, barang-barang antara dan bahan
mentah, barang-barang konsumsi, dan bahan bakar
Cadangan devisa dan emas: $48.3 miliar (2004)
Mata uang: Baht Thailand.

Itulah dia penjelasan singkat mengenai sistem ekonomi yang dianut Thailand,
yang ternyata adalah sistem ekonomi Campuran. Seperti halnya Indonesia,
Thailand tergolong negara berkembang atau negara industri baru di dunia.
Jadinya, kedua negara ini seperti maju 'beriringan' dalam perekonomian dunia.

27
2.5 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Brunei Darusalam
Perlu anda ketahui, Brunei Darussalam merupakan negara dengan sistem
pemerintahan kesultanan, yang saat ini dipimpin oleh Sultan Hasanal Bolkiah.
Negara kecil ini memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia,
dan terletak di pulau Borneo.

Mengenai sistem ekonomi Brunei Darussalam, meskipun negara ini termasuk


kecil, namun mereka memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Adapun hasil alam
yang menyumbang sebagian besar pendapatan Brunei adalah minyak bumi dan
gas alam.

Dengan sistem ekonomi campuran antara kewirausahaan dalam negeri dan asing,
pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung, membuat negara ini
menjadi kian makmur.

Dengan mengandalkan minyak mentah dan gas alam (hampir setengah dari PDB),
pendapatan negara Brunei selalu lebih besar ketimbang pengeluarannya. Alhasil,
negara kecil ini tergolong sebagai negara kaya.

Dengan kekayaan negaranya, kerajaan memberikan program sekolah gratis,


layanan kesehatan gratis, dan memberikan subsidi beras dan perumahan kepada
rakyatnya.

Seiring waktu berjalan, pemimpin Brunei merasa kalau kerjasama dengan


ekonomi dunia yang terus bertambah akan mempengaruhi perpaduan sosial di
dalam negeri.

Guna mengurangi ketergantungan dengan negara lain, mereka pun membuat


rancangan-rancangan ekonomi untuk masa depan -- dengan meningkatkan
keterampilan tenaga buruh, mengurangi pengangguran, mengukuhkan sektor-
sektor perbankan dan pariwisata, serta secara umum, peluasan lagi asas
ekonominya.

Di sektor transportasi, sistem Penerbangan Diraja Brunei yang merupakan sistem


penerbangan negara -- tengah berusaha menjadikan Brunei sebagai pusat
perjalanan internasional, utamanya perjalanan antara Eropa dan Australia /

28
Selandia Baru. Mereka juga mempunyai layanan ke tujuan-tujuan negara-negara
Asia lainnya, terutama yang berada di sekitar Brunei.

Dengan bertumpu pada sektor tambang minyak bumi dan gas alam, pendapatan
nasional Brunei termasuk yang tertinggi di dunia.

Adapun mata uang negara ini adalah Dolar Brunei, yang memiliki nilai hampir
sama dengan Dolar Singapura.

Tak hanya menggantungkan pendapatan pada sektor minyak bumi dan gas alam,
pemerintah Brunei mulai menambah sumber pendapatan di sektor lainnya
(diversifikasi pendapatan). Adapun sektor-sektor yang mereka garap adalah dalam
bidang perdagangan dan industri, selain pariwisata juga yang terus dikembangkan.

Itulah dia sistem ekonomi yang dianut Brunei Darussalam yang mengandalkan
sektor minyak bumi dan gas alam, namun tetap mengembangkan sektor
pariwisata, jasa, perdagangan, dan industri.

29
2.6 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Vietnam
Negara tetangga Indonesia, Vietnam, menargetkan pertumbuhan ekonomi
mencapai 6,7 persen pada tahun 2016. Bahkan, Perdana Menteri Nguyen Tan
Dung menargetkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut mencapai 7 persen.
Namun, sama seperti yang dialami Indonesia, mencapai target pertumbuhan
ekonomi setinggi itu tidak sepenuhnya mudah bagi Vietnam.

Pertumbuhan ekonomi negara itu hanya mencapai 5,6 persen pada kuartal
II 2016, dengan demikian membawa Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi
sementara 5,5 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan
ekonomi Vietnam mencapai 6,3 persen dan pertumbuhan ekonomi keseluruhan
tahun 2015 mencapai 6,7 persen.

Pada saat bersamaan, partumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 mencapai 4,79
persen. Beberapa lembaga internasional pun merevisi ke bawah prediksi
partumbuhan ekonomi Vietnam untuk tahun ini. Credit Suisse, misalnya,
menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Vietnam dari 6,3 persen menjadi 6
persen. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi Vietnam tak lain adalah
pertanian. Namun, menurut Bloomberg, kekeringan terburuk dalam hamper tiga
dekade yang dialami Vietnam memperburuk ekonomi pertanian negara itu.

Sebagai produsen terbesar kopi robusta dan eksportir utama beras, pukulan sedikit
terhadap pertanian akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.

Selain itu, industri manufaktur Vietnam dipandang telah tumbuh menjadi salah
satu motor pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan
ekspor produk smartphone Samsung Electronics Co yang diproduksi di sana.

Pertumbuhan sector manufaktur melonjak hingga 12 persen dalam kuartal II 2016,


dibandingkan 8 persen pada kuartal sebelumnya. Kepala Kantor Statistik Umum
Vietnam menyatakan, hasil produksi manufaktur yang terus meningkat diprediksi
bakal mendorong pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2016.

30
Vietnam pun mengandalkan pertumbuhan ekonominya dari sektor pariwisata.
Lembaga riset global BMI menyebut, kedatangan wisatawan mancanegara ke
Vietnam melonjak hingga 21,3 persen tahun ini, membukukan rekor kedatangan
4,7 juta orang dan mencatatkan pendapatan 9 miliar dollar AS dari sektor
pariwisata saja.

Meskipun kondisi makroekonomi Indonesia sudah baik, namun


permintaan dalam negeri yang masih belum kuat bisa menahan pertumbuhan
ekonomi tahun ini. Beberapa langkah yang diambil untuk menggenjot permintaan
di dalam negeri antara lain yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan
melonggarkan kebijakan Loan to Value (LTV) untuk kredit properti, penurunan
Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menginjeksi likuiditas, dan menurunkan
suku bunga acuan.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, Indonesia saat ini tidak bisa
mengandalkan sumber-sumber dari luar negeri untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian, fokus kebijakan bank sentral saat ini adalah menjaga
stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Tujuannya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Utamanya itu.


Transmisinya untuk mendorong dari sisi permintaan maupun pasokan," ungkap
Perry. Perry mengungkapkan, bank sentral ingin mendorong permintaan kredit
perbankan di sektor properti maupun sektor-sektor lain. Dengan demikian,
diharapkan perbankan bisa meningkatkan penyaluran kreditnya.

31
2.7 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Laos
Negara Laos salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa. Laos
adalah negara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Namun mempunyai
lembah sungai yang subur yaitu lembah sungai mekong. Hampir sepanjang
dekade 1990-an sebagian besar negara Asia Tenggara mencapai kemakmuran
yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi membuat banyak
masyarakat Asia Tenggara terangkat dari kemiskinan, pendidikan tersebar luas,
kelas menengah bermunculan dan Asia Tenggara semakin urban. Kawasan yang
selalu terbuka terhadap pengaruh dari seluruh dunia ini menjadi saksi dimulainya
globalisasi yang bahkan lebih intensif selama dekade ini. Namun, krisis moneter
dan ekonomi yang berawal di Asia Tenggara melanda duniapada akhir 1990-an.
Ketika sepanjang satu dekade berikutnya Asia Tenggara mencoba memulihkan
diri dari krisis meski dengan hasil beragam, kawasan ini kembali diterpa krisis
moneter dan ekonomi yang kali ini datang dari Barat.

Laos melanjutkan kebijakan ekonomi yang telah dimulai pada tahun 1980-
an. Walaupun negara ini tidak bisa menyediakan lebih banyak tenaga kerja terlatih
atau sumber daya manusia, Laos berupaya memasarkan diri sebagai tujuan
investasi asing. Isu infrastruktur disini lebih serius dari pada di Vietnam,
sementara perusahaan patungan tetap sedikit jumlah dan ukurannya. Salah saru
Ekspor utama laos adalah tenaga listrik yang dibangkitkan melalui pembangkit
listrik tenaga air dan ditransmisikan ke thailand. Walaupun begitu, sebagian besar
penduduk laos masih belum menikmati listrik. Ekonomi laos secara keseluruhan
masih sangat terikat dan tergantung pada Thailand. Hampir semua barang
konsumsinya di impor dari seberang Sungai Mekong. Negara Laos salah satu dari
sekian negara komunis yang tersisa, memulai melepas kontrol ekonomi dan
mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya,
pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun
periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997.

Karena Negara Loas ekonominya sangat terkait dengan Thailand, Laos


juga terpengaruh krisis ekonomi. Bath Thailand tetap digunkanan secara luas di
Laos sejak dibukanya ekonomi Loas. Depresiasi Bath otomatis menurunkan nilai

32
mata uang Loas. Modal Asing yang lari dari Laos memang relatif sedikit, tetapi
investasi tetap saja melambat. Cina dengan peran ekonomi yang semakin penting
muncul sebagai investor utama dalam berbagai proyek niaga dan infrastruktur di
Laos. Sementara itu, negara terus membuka pintunya bagi industri pariwisata,
sumber valuta asing yang sangat dibutuhkan dan merangsang pertumbuhan di
sektor jasa. Dibandingkan dengan negara-negara di sekelilingnya, perekonomian
Laos memang tertinggal. Ketertinggalan ekonomi Laos juga tampak dari kondisi
Vientiane yang menjadi jantung kota utama. Dibandingkan dengan Jakarta,
kondisinya jauh berbeda. Tidak ada gedung hingga bertingkat delapan. Tidak ada
infrastruktur kereta api. Tidak ada jalan tol, apalagi jalan layang. Jika
dibandingkan, kondisinya hampir sama dengan ibu kota provinsi di Indonesia,
seperti Yogyakarta dan Semarang.

Pendapatan per kapitanya tercatat 986 dollar AS per tahun. Pendapatan per
kapita Thailand tercatat 4.700 dollar AS, Kamboja 700 dollar AS, sedangkan
Singapura mencatat pendapatan per kapita tertinggi sebesar 37.000 dollar AS.Tapi
semenjak Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya
perusahaan swasta pada tahun 1986 dan juga saat pemerintah Laos menetapkan
kebijakan perubahan jangka panjang dalam struktur ekonomi Laos dengan
membuka kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta, persaingan
pasar bebas, dll pada tahun 1991, perekonomian Laos pun berkembang pesat.
Infrastruktur serta sarana dan prasarana yang belum merata di tiap daerah
merupakan suatu hambatan serius dalam kemajuan negara ini, padahal Laos
memiliki hasil alam berupa produk tembaga, timah, emas dan gypsum yang
menjanjikan, serta sektor pariwisata yang berkembang dengan pesat.

Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling


banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang,
Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun
terakhir. Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos
masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana
membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal
dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang

33
meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara
besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan
besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui
sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas,
terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah
menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah
pedesaab atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih memengaruhi
setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos
menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi
asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya
tembaga dan emas.

Dalam sejarahnya di Indocina, dimana tehnik pengairan dan permodalan


Prancis memungkinkan untuk membuka tanah-tanah baru yang sangat luas bagi
penanaman padi dan pohon karet. Saat ini pariwisata adalah industri dengan
pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh
banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak
tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank
Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di
luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini. Akhir
2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang
membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga
merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.

Dibandingkan dengan negara-negara di sekelilingnya, perekonomian Laos


memang tertinggal. Ketertinggalan ekonomi Laos juga tampak dari kondisi
Vientiane yang menjadi jantung kota utama. Dibandingkan dengan Jakarta,
kondisinya jauh berbeda. Tidak ada gedung hingga bertingkat delapan. Tidak ada
infrastruktur kereta api. Tidak ada jalan tol, apalagi jalan layang. Jika
dibandingkan, kondisinya hampir sama dengan ibu kota provinsi di Indonesia,
seperti Yogyakarta dan Semarang.

34
Pendapatan per kapitanya tercatat 986 dollar AS per tahun. Pendapatan per kapita
Thailand tercatat 4.700 dollar AS, Kamboja 700 dollar AS, sedangkan Singapura
mencatat pendapatan per kapita tertinggi sebesar 37.000 dollar AS.Tapi semenjak
Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan
swasta pada tahun 1986 dan juga saat pemerintah Laos menetapkan kebijakan
perubahan jangka panjang dalam struktur ekonomi Laos dengan membuka
kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta, persaingan pasar bebas, dll
pada tahun 1991, perekonomian Laos pun berkembang pesat.

35
2.8 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Myanmar
Myanmar menganut sistem ekonomi liberal. Ekonomi liberal adalah teori
ekonomi yang diuraikan oleh tokoh-tokoh penemu ekonomi klasik sepertiAdam
Smith atau French Physiocrats. Sistem ekonomi klasik tersebut mempunyai
kaitannya dengan "kebebasan (proses) alami" yang dipahami oleh sementara
tokoh-tokoh ekonomi sebagai ekonomi liberal klasik. Meskipun demikian, Smith
tidak pernah menggunakan penamaan paham tersebut sedangkan konsep
kebijakan dari ekonomi (globalisasi) liberal ialah sistem ekonomi bergerak kearah
menuju pasar bebas dan sistem ekonomi berpaham perdagangan bebas dalam era
globalisasi yang bertujuan menghilangkan kebijakan ekonomi proteksionisme.

Meskipun kaya sumber daya alam, ekonomi Myanmar sebagian besar telah
mengalami stagnasi sejak tahun 1997 karena manajemen makroekonomi yang
buruk, utang sektor publik yang besar, penurunan tajam dalam investasi asing,
kebijakan isolasionis dan sanksi perdagangan. Pendapatan rendah, tinggi
pengeluaran pertahanan (dianggap sebanyak 40%) dan kerugian berat oleh
perusahaan negara telah menyebabkan defisit anggaran besar. Ukuran ekonomi
hitam di Myanmar membatasi kemampuan pemerintah untuk meningkatkan
pendapatan pajak, dan penghindaran pajak meluas. Kurs manajemen yang miskin,
dengan nilai tukar resmi kyat terlalu overvalue.

Gas alam adalah salah satu sumber terbesar Myanmar pendapatan ekspor hukum,
terhitung sekitar 30 persen dari total ekspor, dengan pertumbuhan lebih lanjut
diharapkan dan permintaan energi yang meningkat dari negara-negara tetangga,
terutama India, Cina dan Thailand. Perkiraan Intelijen Ekonomi Satuan bahwa
perekonomian akan tumbuh sekitar 2-3 persen pada 2008, inflasi akan terus
meningkat, dan meskipun pertumbuhan lanjutan di sektor minyak dan gas, sisa
ekonomi akan tetap lemah. Hingga akhirnya SPDC kebijakan ekonomi pasar
terbuka telah membawa banjir investasi asing diindustri minyak dan gas (oleh
perusahaab Barat), dan kehutanan, pariwisata, dan pertambangan (oleh perusahaan
Asia). Gas alam adalah salah satu sumber terbesar pendapatan ekspor Myanmar ,
terhitung sekitar 30 persen dari total ekspor dengan harapan akan terus

36
berlanjutnya pertumbuhan dari indutri ini dan permintaan energi yang meningkat
dari negara-negara tetangga, terutama India, Cina dan Thailand.

Terdapat perkiraan dari Intelijen Ekonomi Satuan yang menyatakan bahwa


perekonomian Negara ini akan tumbuh sekitar 2-3 persen pada 2008, namun juga
kan diringi dengan inflasi yang akan terus meningkat, dan meskipun pertumbuhan
ekonomi cukup baik di sektor minyak dan gas, namun ekonomi Negara ini akan
tetap lemah. Namun hal itu dapat diatasi baik oleh Myanmar dengan bukti Dana
Moneter Internasional atau IMF yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Myanmar pada tahun fiskal 2012 bisa mencapai sekitar 6%, meningkat dibanding
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,5%. Pada tahun-tahun sebelumnya, laju
inflasi Myanmar cenderung tinggi hingga mencapai 2 digit karena kebijakan Bank
Sentral yang terus menerus mencetak kyatt. Namun meskipun inflasi tidak pernah
lepas dari perekonomian Negara ini, Myanmar dapat membuktikan dirinya dapat
bangkit dari keterlambatan ekonomi mereka, seperti yang dilansir oleh salah satu
sumber blog saya yang menuliskan “YANGON, Myanmar - IMF mengumumkan
pada hari Rabu (22 Mei) bahwa ekonomi Myanmar tumbuh 6,5% tahun 2012 dan
berada pada jalur percepatan yang lebih baik menuju tingkat pertumbuhan 6,75%
pada tahun 2013-2014, demikian lapor AFP.”

37
2.9 Perbandingan Ekonomi Indonesia dengan Kamboja
Kamboja merupakan negara yang dalam 5 tahun terakhir mengalami
pertumbuhan sangat pesat dalam perekonomiannya. Tidak terlepas dari bantuan
yang diberikan China selama periode tersebut. Investasi China yang sampai tahun
2012 tercatat mencapai 8 milyar dolar. Peran besar China tersebut di antaranya
pembangunan pabrik-pabrik industri di kawasan Phnom Penh yang menjadikan
kawasan tersebut menjadi incaran para investor-investor asing untuk mulai
berinvestasi di Kamboja. Selain dari peran China dalam pertumbuhan
ekonominya, Kamboja-pun melakukan perubahan perubahan terhadap regulasinya
sehingga Kamboja bisa mengelola inflasi dengan baik, menstabilkan nilai tukar
uangnyanya dan bisa bersaing secara berkelanjutan dengan negara ASEAN
lainnya. Menurut data dari IMF, CEIC (2014) pertumbuhan PDB Kamboja dari
era krisis global pada tahun 2008-2009 yang berada di 3,4 % kemudian naik
menjadi 6,1 % pada tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya naik secara signifikan
dan tetap stabil di angka 7% kurun waktu 5 tahun terakhir dan diperkirakan akan
naik ke angka 8% di tahun 2016.

Pertumbuhan pesat perekonomian Kamboja ini menjadi sorotan bagi


negara lain khususnya negara ASEAN dan menjadi daya tarik bagi para negara
yang cenderung ingin melakukan ekspansi di negara dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang solid. Hal tersebut menjadi daya tarik untuk perusahaan seperti
Oxley Holdings, Teho Internasional, dan TA Corporation untuk mengembang
proyek komersil dan residensial berskala besar di Phnom Penh.
Di bawah hukum properti kepemilikan asing, orang asing dapat miliki unit di
lantai atas apartemen atau kondominium, namun tidak di lantai dasar, bahkan
sampai 70 persen dari proyek kondominium. Laporan “Cambodia Real Estate
Highlights” oleh Knight Frank mengatakan, dia mengharapkan ekonomi negara
tumbuh rata-rata tujuh persen hingga tahun 2018, atau mengalahkan ekonomi
negara lain di kawasan itu. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa apa
yang dilakukan oleh Kamboja sangatlah mengejutkan karena Kamboja benar-
benar melakukan perubahan dalam sistem dan regulasinya sehingga cepat dan
sederhana. Menurutnya, Indonesia butuh belajar dari Kamboja dengan melakukan

38
perubahan sistem dan regulasi yang bersifat revolusioner sehingga tidak monoton
dalam mengejar ekonomi global agar tidak tertinggal dari negara ASEAN lainnya.

Untuk membangun kembali Kamboja, tahun 2001 terbentuk Cooperation


Committee for Cambodia yang terdiri dari LSM dan organisasi internasional.
Survey tahun 2000, pendapatan penduduk Kamboja hanya setengah dari
pendapatan per kapita rakyat Indonesia.

Kesenjangan sosial sangatlah mencolok, kelaparan, kemiskinan dan juga


pengangguran. Narkoba ataupun senjata barah ialah hal generik pada saat itu.
Tetapi kalau dibandingkan dengan masa Khmer Merah, kehidupan itu tentulah
sangat bagus. Sebelum krisis ekonomi global, perkembangan ekonomi Kamboja
berkisar 10% per tahun, tetapi sejak 2007 menurut IMF pertumbuhan ekonomi
Kamboja mengalami kontraksi. Kamboja kaya akan migas dan pertambangan,
khususnya batu granit.

Penduduk di Kamboja dapat memanfaatkan kekayaan alam nan mereka miliki


buat meningkatkan perekonomian mereka. Hal lain nan sangat berperan ialah
Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap. Yang berperan krusial dalam bidang
pertanian, pariwisata, perikanan dan transportasi.

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi


yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan moral
agama, bukan materialisme), Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal
eksploitasi), Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan,
sosio-nasionalisme dan sosio demokrasi dalam ekonomi), Kerakyatan
(mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat), serta Keadilan Sosial
(persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama bukan kemakmuran
pribadi). Dari butir-butir tersebut, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem
ekonomi Indonesia.

Dalam sistem ekonomi pancasila, perekonomian liberal maupun komando


harus dijauhkan karena terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta
mematikan kreatifitas yang potensial. Persaingan usaha pun harus selalu terus-
menerus diawasi pemerintah agar tidak merugikan pihak-pihak yang berkaitan.
Indonesia seharusnya sudah belajar pada krisis ekonomi dan moneter yang
mengguncang dunia pada tahun 1998, dengan hanya sektor pertanian dan
perkebunan yang tumbuh positif dan turut menyelamatkan ekonomi politik.
Belajar dari kasus itu, Indonesia sudah saatnya memberi perhatian utama pada
bidang pertanian dan perkebunan, agar bisa keluar dari krisis pangan yang kini
mengancam dunia. Maka dari itu setiap komoditas harus didekati secara spesifik
karena masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda.

40
DAFTAR PUSTAKA

http://ilhamsyah284.blogspot.co.id/2017/06/perbandingan-sistem ekonomi.html
http://www.alimuakhir.com/2013/08/10daysforasean-laos-vs-indonesia.html
http://www.berdikarionline.com/melihat-perkembangan-ekonomi-vietnam/
https://ekbis.sindonews.com/topic/3236/ekonomi-asia-tenggara
http://qoni.web.unej.ac.id/2013/03/19/sistem-ekonomi-indonesia-vs-malaysia/
http://www.onlenpedia.com/2017/02/tentang-sistem-perekonomian-filipina.html
https://kickydut.wordpress.com/2010/10/14/perbandingan-ekonomi-indonesia-
antara-salah-satu-negara-lain/
http://www.onlenpedia.com/2017/01/semua-tentang-sistem-ekonomi-brunei.html
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala, 2008. Pengantar llmu Ekonomi
(Mikroekonomi & Makroekonomi) Ed-3, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Hambali, Muhammad, 2009. Konsep Kapitalisme Tentang Peran Negara
Dibidang Ekonomi, [online] https://marx83.wordpress.com/2009/07/25/104/
(diakses tanggal 27 Oktober 2015 )
Agustiati, 2014, Sistem Ekonomi Kapitalisme. Jurnal Universitas
Tadoluko,[online]http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view
/2326, (diakses tanggal 30 Oktober 2015)

41

Anda mungkin juga menyukai