Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Perekonomian Indonesia Orde lama, Orde

Baru dan Reformasi


LATAR BELAKANG
Sudah hampir 66 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi kondisi perekonomian Indonesia tidak
juga membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran
masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki sistem
perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah tentang perekonomian Indonesia dari
masa orde lama hingga masa reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat
mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta dapat memberikan kontribusi
untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada. Sistem perekonomian Indonesia dibagi menjadi
3 yaitu Pemerintahan pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi.
PEMERINTAHAN MADA MASA ORDE LAMA
Pemerintahan pada masa orde lama dibagi menjadi tiga yaitu
a. Masa pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe
Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan mata uang pendudukan Jepang.
Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang
dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.
3. Kas Negara kosong
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi,antara lain :
1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR. Surachman pada
bulan Juli 1946.
2. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke India (India merupakan Negara
yang mengalami nasib yang sama dengan Indonesia yaitu sama-sama pernah dijajah,
Indonesia menawarkan bantuan berupa padi sebanyak 500.000 ton dan India
menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada Indonesia),mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu :
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
4. .Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan
perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti sebelumnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
1. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan
impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi
impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-
perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang
cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
Pada kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu perencanaan
pembangunan yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP)
2. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
(Kabinet Sukiman)
3. Sistem ekonomi Ali (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-
latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi
bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. (Kabinet ini sangat melindungi
importer pribumi, sangat berkeinginan mengubah perekonomian dari struktur
colonial menjadi nasional)
4. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk
pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.(Kabinet Burnahudin)
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur
oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan
persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara
lain :
1. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai
berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000
menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-
baranga naik 400%.
3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang
rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
PEMERINTAHAN MASA ORDE BARU
Prioritas yang dilakukan adalah pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Modal asing mulai masuk sehingga industrialisasi mulai dikerjakan dan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (REPELITA) yang pertama dibuat tahun 1968. Pada tahun 1970-an dan awal 1980-
an harga minyak bumi melonjak tinggi di pasar dunia sehingga Orde Baru mampu membangun
dan mengendalikan inflasi serta membuat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak membuat rakyatnya bebas dari kemiskinan dikarenakan
pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati segelintir orang saja. Dampak negatif kondisi
ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru antara lain :
a. Ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas)
Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi anggaran belanja negara. Jadi harga
Migas sangat berpengaruh bagi pendapatan negara sehingga turunnya harga minyak
mengakibatkan menurunnya pendapatan negara.
b. Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Akibat berkurangnya pendapatan dari Migas, pemerintah melakukan penjadualan
kembali proyek proyek pembangunan yang ada, terutama yang menggunakan valuta
asing. Mengusahakan peningkatan ekspor komoditi non migas dan terakhir meminta
peningkatan pinjaman luar negeri kepada negara negara maju. Tahun 1983, Indonesia
negara ketujuh terbesar dalam jumlah hutang dan tahun 1987 naik ke peringkat keempat.
Ironisnya, di tahun 1986/87, sebanyak 81% hutang yang diperoleh untuk membayar
hutang lama ditambah bunganya.
Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami non market failure sehingga
banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya merebaknya kemiskinan dan meluasnya
kesenjangan pendapatan, terutama disebabkan oleh market failure.
Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan pemerintah (lembaga non pasar) dalam
menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap dinamika pasar. Ekonomi Indonesia menghadapi
tantangan berat akibat kemerosotan penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi pada awal
1980-an. Kebijakan pembangunan Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan structural
adjustment dimana ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut :
a. Program stabilisasi jangka pendek atau kebijakan manajemen permintaan dalam bentuk kebijakan
fiskal, moneter dan nilai tukar mata uang dengan tujuan menurunkan tingkat permintaan agregat.
Dalam hal ini pemerintah melakukan berbagai kebijakan mengurangi defisit APBN dengan
memotong atau menghapus berbagai subsidi, menaikkan suku bunga uang (kebijakan uang ketat)
demi mengendalikan inflasi, mempertahankan nilai tukar yang realistik (terutama melalui
devaluasi September 1986).
b. Kebijakan struktural demi peningkatan output melalui peningkatan efisiensi dan alokasi sumber
daya dengan cara mengurangi distorsi akibat pengendalian harga, pajak, subsidi dan berbagai
hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif. Kebijakan Paknov 1988 yang menghapus
monopoli impor untuk beberapa produk baja dan bahan baku penting lain, telah mendorong
mekanisme pasar berfungsi efektif pada saat itu.
c. Kebijakan peningkatan kapasitas produktif ekonomi melalui penggalakan tabungan dan investasi.
Perbaikan tabungan pemerintah melalui reformasi fiskal, meningkatkan tabungan masyarakat
melalui reformasi sektor finansial dan menggalakkan investasi dengan cara memberi insentif dan
melonggarkan pembatasan.
d. Kebijakan menciptakan lingkungan legal yang bisa mendorong agar mekanisme pasar
beroperasi efektif termasuk jaminan hak milik dan berbagai tindakan pendukungnya
seperti reformasi hukum dan peraturan, aturan main yang menjamin kompetisi bebas dan
berbagai program yang memungkinkan lingkungan seperti itu.
Dampak dari kebijakan tersebut cukup meyakinkan terhadap ekonomi makro, seperti investasi
asing terus meningkat, sumber pendapatan bertambah dari perbaikan sistem pajak, produktivitas
industri yang mendukung ekspor non-migas juga meningkat. Namun hutang
Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyarHutang inilah sebagai salah satu faktor
penyebab Pemerintahan Orde Baru runtuh. Pemerintahan Orde Baru membangun ekonomi hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengendalian inflasi tanpa
memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak sebagai berikut:
a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah satu
faktor produksi, tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
b. Barang barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia sangat bergantung pada
barang impor tersebut.
c. Pembangunan tidak didistribusikan merata ke seluruh wilayah Indonesia dan ke
seluruh rakyat Indonesia sehingga hanya sedikit elit politik dan birokrat serta pengusaha
pengusaha Cina yang dekat dengan kekuasaan saja yang menikmati hasil
pembangunan.
PEMERINTAHAN REFORMASI
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa
yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dikarenakan
pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang
melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya
sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar
Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar).
Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun setelah tahun
1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus
dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki
berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan hutang
swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat untuk mendapat pinjaman
dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$
70,9 milyar (US$20 milyar adalah hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun
1998 sampai sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu
1. Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. Kebijakan-
kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J Habibie
jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia
melalui jejak pendapat
2. Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang cukup
berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid
berakhir karena pemerintahannya mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
3. Ibu Megawati (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus
diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
a. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun
b. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil
menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini
memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan
asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual beberapa asset
Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja
menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai asset telah hilang dan
pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
4. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu
a. mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan
ke sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
kesejahteraan masyarakat.
b. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua,
yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT
tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai
masalah sosial.
c. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-
kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.
Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi
kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
d. Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada
pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh
dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard
Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga
banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang
mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran
dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
e. Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan
bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
f. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga
gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary
Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri
kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya
dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari
2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan
lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak dikarenakan sering
terjadinya bencana alam yang menimpa negeri ini.
KESIMPULAN :
Perekonomian Indonesia sejak pemerintahan masa orde lama hingga masa reformasi masih
mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh bangun. Hal itu dapat dilihat
dari :
1. Kemiskinan yang masih ada
2. Pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding
dengan jumlah angkatan kerja
3. Maraknya para koruptor karena hukum di negeri ini kurang tegas (Indonesia termasuk dalam 5
terbesar Negara terkorup didunia)
4. Masih terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang miskin dan yang kaya
5. Nilai rupiah masih sekitar Rp 9.000-Rp 10.000
6. Masih memiliki hutang ke luar negeri
LITERATUR
1. http://ekonomikro.blogspot.com : Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde Lama
2. http://lindyamelia.blogspot.com : Sistem Perekonomian Indonesia
3. http://nissakfh.wordpress.com : Sejarah dan Sistem Perekonomian Indonesia
4. http://dcostareiza.blogspot.com : Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
5. http://akirawijayasaputra.wordpress.com : Persamaan dan Perbedaan Kebijakan Ekonomi Pada
masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi
6. http://id.wikipedia.org : Sejarah Indonesia
7. Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1996.
Diposkan oleh MonggoDibaca,pastiUnik di 22.24
Label: Perekonomian Indonesia

PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA
DAN ORDE BARU
Perekonomian Indonesia masa orde lama (1945-1966)
Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan struktur ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional, yang bertujuan untuk memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang
pada akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan luar negri.
Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank sentral masih berjalan seperti wajarnya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya hak ekslusif untuk mencetak uang dan memegang tanggung jawab perbankan untuk memelihara
stabilitas nasional. Bank Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan dari pengambilan keputusan politik.
Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia merdeka. Pada saat
itu, keadaan ekonomi I ndonesi a mengal a mi st agf l asi ( ar t i nya s t agnas i pr oduks i at au
kegi at an produksi terhenti pada tingkat inflasi yang tinggi). Indonesia pernah mengalami sistem
politik yang demokratis yakni pada periode 1949 sampai 1956. Pada tahun tersebut, terjadi
konflik p o l i t i k y a n g b e r k e p a n j a n g a n d i ma n a r a t a - r a t a u mu r k a b i n e t h a n y a d u a
t a h u n s e h i n g g a pemerintah yang berkuasa tidak fokus memikirkan masalah-masalah sosial dan
ekonomi yangterjadi pada saat itu. Selama periode 1950an struktur ekonomi Indonesia masih
peninggalan j aman kol oni al , s t r ukt ur i ni di sebut dual soci et y di mana s t r ukt ur dual i s me
mener apkandiskriminasi dalam setiap kebijakannya baik yang langsung maupun tidak langsung.Keadaan
ekonomi Indonesia menjadi bertambah buruk dibandingkan pada masa penjajahanBelanda.
Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan
keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian
proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini mencakup
sektor-sektor penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya kekurangan
devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-
besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran
militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk
membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya
hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai
dekat dengan negara-negara komunis.

Perekonomian Indonesia masa orde baru (1966-1998)
Inflasi pada tahun 1966 mencapai 650%,dan defisit APBN lebih besar daripada seluruh jumlah penerimaannya.
Neraca pembayaran dengan luar negeri mengalami defisit yang besar, nilai tukar rupiah tidak stabil (Gilarso,
1986:221) merupakan gambaran singkat betapa hancurnya perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh
masa orde baru atau juga bisa dikatakan sebagi titik balik.
Awal masa orde baru menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan
tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan
harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai ayng berpengaruh terhadap bantuan luar negeri
yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang
beberapa REPELITA:
A. REPELITA I (1967-1974)
mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun
dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk
menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

B. REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang
merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

C. REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada pangan,
serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.

D. REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat,
mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk
melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian
menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.


Kelebihan Pada Masa Orde Baru:
perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada
1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
sukses transmigrasi.
sukses KB.
sukses memerangi buta huruf.
sukses swasembada pangan.
pengangguran minimum.
sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
sukses Gerakan Wajib Belajar.
sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.
sukses keamanan dalam negeri.
Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.
sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

Kekurangan Orde Baru
semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme.
pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke
pusat.
munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua.
kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya.
bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya
dan si miskin).
kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.
kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.
penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius" (petrus).
tidak ada rencana suksesi.

Di Indonesia adalah salah satu contoh negara yang menganut sistem ekonomi
campuran. Negara kita menggunakan perencanaan yang terpusat seperti halnya sistem
ekonomi komando, namun pengalokasian sumber daya tetap diserahkan kepada
kekuatan pasar. Penguasaan aset juga dibedakan berdasarkan kepentingannya. Untuk
faktor produksi yang berkaitan dengan kepentingan rakyat banyak dikuasai oleh
negara, sedangkan untuk faktor produksi yang tidak terlalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat banyak boleh dimiliki oleh swasta ( perorangan ).
Keadaan Perekonomian Indonesia Sebelum Orde Baru
Pada masa ini, sistem ekonomi Indonesia ditujukan pada pembangunan dalam segala
bidang namun dalam kenyataannya perekonomian Indonesia malah semakin parah
karen KKN. Setelah kemerdekaan kondisi perekonomian Indonesia sangat buruk,
terjadi inflasi yang sangat tinggi. Dan dalam perkembangan pada masa sistem
ekonomi orde lama terdiri dari 3 perkembangan masa yaitu :
1. Masa Pasca Kemerdekaan ( 1945-1950 )
Pada masa awal kemerdekaan keadaan ekonomi dan keuangan sangat buruk, yang
disebabkan oleh :
> Inflasi yang sangat tinggi, terjadi inflasi yang sangat tinggi karena ada 3 mata uang
yang berlaku di Indonesia yaitu De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
> Panglima AFNEI ( Allied forces for Netherlands east indies ) mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu.
> Dan pada bulan oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan uang kertas baru yaitu
ORI ( Oeang Republic Indonesia ) sebagai pengganti uang jepang.
=> Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, ialah
:
- Program Pinjaman Nasional
Dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.Surachman dengan persetujuan BP-KNIP,
dilakukan pada bulan juli 1946.
-Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mengadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
- Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu :
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
- Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi ) 19 januari 1947.
- Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera ) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa demokrasi liberal adalah masa dimana dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada
pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.
Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha
nonpribumi, terutama pengusaha China. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
3. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959-1967 )
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (
segala-galanya diatur oleh pemerintah ) . dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan
ekonomi ( Mazhab Sosialisme ). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia.
Kesimpulannya pada masa sebelum orde baru ini terjadinya inflasi yang sangat tinggi
dan juga dikarenakan adanya mata uang yang beredar dimasyarakat Indonesia sangat
banyak. Dan disamping itu juga keadaan Indonesia pada saat itu juga adanya
penjajahan dari negara asing jadinya perekonomian Indonesia sangat terpuruk.
Keadaan Perekonomian Indonesia pada saat Demokrasi Ekonomi
Demokrasi Ekonomi biasa juga disebut dengan Sistem Ekonomi Pancasila ( SEP ).
Sistem ekonomi pancasila mengambil beberapa kelebihan serta berusaha mengurangi
kelemahan dari sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis. Negara menguasai dan
mengatur aset atau faktor produksi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat (
contoh : pelabuhan, air minum , listrik , kereta api ), namun sektor swasta juga diberi
kesempatan berusaha dibidang lain yang tidak dikuasai pemerintah.
Dasar dari Sistem Ekonomi Pancasila adalah UUD 1945 Pasal 33 yang memuat ayat-
ayat sebagai berikut :
- Ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asa
kekeluargaan.
- Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
- Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
- Ayat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Berdasarkan UUD 1945, bentuk usaha yang memilih ikatan kekeluargaan dan paling
sesuai dengan masyarakat Indonesia ialah koperasi. Namun, tidak berarti bahwa
semua usaha di Indonesia harus dijalankan dalam bentuk koperasi. Begitu juga dengan
bidang yang penting bagi negara serta menguasai hajat hidup orang banyak, tidak
harus selalu dikuasai oleh negara, sekarang sudah mulai dikelola sebagian oleh
swasta.
> Ciri Ekonomi Pancasila :
1. Peranan negara tetap penting meskipun tidak terlalu besar, seperti dalam
perekonomian komando. Seperti halnya peranan negara, peranan swasta juga cukup
besar meskipun tidak terlalu mendominasi, seperti halnya di perekonomian liberal.
Sistem Ekonomi Pancasila menyeimbangkan antara peranan swasta dan peranan
pemerintah sehingga masing-masing dapat maju dan berkembang.
2. Sistem ekonomi tidak di dominasi dengan buruh ( seperti sosialis ) maupun modal
( seperti kapitalis ) melainkan didasarkan atas asa kekeluargaan.
3. Produksi dikerjakan oleh semua pihak dengan diawasi anggota masyarakat.
4. Negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan
dipergunakan untuk menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya.
Jadi, dalam sistem Ekonomi Pancasila harus dihindarkan sistem ekonomi liberal yang
bebas maupun sistem ekonomi komando. Sistem ekonomi yang liberal akan
menyebabkan eksploitasi atau pemerasan kepada manusia. Selain itu, dapat
memunculkan persaingan yang tidak sehat, seperti monopoli atau pemusatan kegiatan
ekonomi hanya pada kelompok masyarakat tertentu saja. Sebaliknya, sistem komando
akan mematikan sektor swasta karena peran negara yang terlalu besar.
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU DAN SETELAH
ORDE BARU
Keadaan Ekonomi pada masa Orde Baru
- Supersemar merupakan surat perintah yang dikeluarkan pada tanggal 11 maret
1966. Surat peritah itu dibuat oleh Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto.
- Untuk memulihkan keadaan setelah peristiwa G 30 S/PKI pemerintah membuat
surat perintah sebelas maret yang dikenal dengan istilah Supersemar.
- Pada masa Orde Baru , pemerintah melaksanakan pembangunan untuk menata
kehidupan masyarakat.
- Dengan pembangunan tersebut , tercapai kemajuan dalam berbagai bidang.
- Namun keberhasilan tersebut tidak diimbangi dengan fondasi yang kokoh.
- Akibatnya ketika diterpa krisis moneter , ekonomi Indonesia mudah rapuh.
- Dan Supersemar merupakan tonggak lahirnya Orde Baru.
- Penerapan ekonomi terpimpin pada masa orde lama ternyata telah menyebabkan
perekonomian Indonesia sangat buruk.
- Pada masa Orde Baru pemerintah melaksanakan pembangunan di berbagai
bidang, seperti ekonomi, pendidikan, kesejahteraan rakyat, politik, dan pertahanan
keamanan. Langkah pertama yang diambil ialah dengan merencanakan program
perbaikan yaitu program : [1]penyelamatan [2]stabilitas dan rehabilitas
[3]pembangunan.
- Sesuai dengan Tap MPRS No. XIII/MPRS/1966, pemerintah memproritaskan
pada pencukupan sandang dan pangan , pengendalian inflasi, rehabilitasi prasarana
ekonomi, dan peningkatan ekspor.
- Pada masa Orde Baru pertanian adalah basis perokonomian Indonesia.
- Dengan mengandalkan devisa dari ekspor, kredit luar negeri , dan badan
keuangan internasional IMF perekonomian Indonesia mencapai kemajuan..
- Namun pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan dan landasan
ekonomi yang mantap sehingga ketika terjadi krisis ekonomi Indonesia tidak mampu
bertahan sebab ekonomi Indonesia dibangun dengan fondasi yang rapuh
Jadi kesimpulannya pada masa Orde Baru perekonomian Indonesia sangat rapuh
karena pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan landasan ekonomi yang mantap.
Hal itu mengakibatkan pada krisis ekonomi dunia ekonomi Indonesia tidak mampu
bertahan sebab fondasi ekonomi Indonesia dibangun dalam fondasi yang rapuh.

Perekonomian Indonesia Setelah Orde Baru
Iklim kebangsaan setelah Orde Baru menunjukan suatu kondisi yang sangat
mendukung untuk memulai dilaksanakannya sistem ekonomi yang sesungguhnya
diinginkan rakyat Indonesia. Setelah melalui masa-masa penuh tantangan pada
periode 1945 sampai periode 1965, semua tokoh negara yang duduk dalam
pemerintahan sebagai wakil rakyat sepakat untuk kembali menempatkan sistem
ekonomi kita pada nilai-nilai yang telah tersirat dalm UUD 1945. Dengan demikian
sistem demokrasi ekonomi dan sistem Pancasila kembali satu-satunya acuan bagi
pelaksanaan semua kegiatan ekonomi selanjutnya.
Awal Orde Baru di warnai dengan masa-masa rehabilitasi, perbaikan hampir diseluruh
sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor ekonomi. Rehabilitasi ini terutama ditujukan
untuk :
> Membersihkan segala aspek kehidupan dari sisa-sisa paham dan sistem
perekonomian yang lama.
> Menurunkan dan mengendalikan laju inflasi yang saat itu sangat tinggi, yang
berakibat terhambatnya proses penyembuhan dan peningkatan kegiatan ekonomi
secara umum.
=> Tercatat Bahwa :
- Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650%
- Tingkat inflasi tahun 1967 sebesar 120%
- Tingkat inflasi tahun 1968 sebesar 85%
- Tingkat inflasi tahun 1969 sebesar 9,9%
Dari data diatas menjadi jelas mengapa rencana pembangunan lima tahun pertama
(REPALITA 1) baru dimulai pada tahun 1969.
Sumber :
Buku ekonomi ( IPS TERPADU ) SMP kelas 8
http://diyantisyafitri.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sistem-ekonomi-
sebelum.html?m=1
http://rivazboyz.multiply.com/journal/item/54/perkembangan-perekonomian-
Indonesia-setelah-orde-baru
http://alifadjzieb.blogspot.com/2012/03/keadaan-ekonomi-pada-masa-orde-
baru.html?m=1
http://josephinejoe.wordpress.com/2013/03/14/sistem-perekonomian-di-indonesia/
http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-orde.html
http://emilianovitasari.blogspot.com/2011/04/contoh-kasus-penggelapan-pajak.html

Pada pemerintahan orde lama
Soekarno adalah sosok pemimpin yang mempunyai ciri khas tersendiri dalam cara memimpin , ia
terkenal dengan cara orasinya yang benar benar dapat mengubah pemikiran rakyat orasi yang ia
berikan tidak terdandingi, di biografinya ia mengaku belajar pada orasi adolf hitler untuk
menggerakan rakyat jerman.
Pada pasca kemerdekaan ia sangat menentang kolonialisme dan imperialisme dan itu berdampak
juga pada cara ia memimpin negaranya di sektor ekonomi .sikapnya yang benar benar
menginginkan indonesia mandiri tanpa bergantung pada negara lain sangatlah tegas namun itu
juga yang menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi indonesia
faktor 2 yang menyebabkan ekonomi indonesia pada zaman ordelama gagal diantaranya :
1. inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. pada waktu itu , untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI , yaitu mata uang de javashe bank , mata uang
pemerintahan hindia belanda , dan mata uang pendudukan jepang. pada tanggal 6 maret 1946 ,
panglima AFNEI (allied forces for netherlands east indies/pasukan sekutu ) mengumumkan
berlakunya uang NICA Ddi daerah daerah yang dikuasai sekutu. pada bulan oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uangkertas baru , yaitu ORI ( oeang republik indonesia )
sebagai pengganti uang jepang . berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. adanya blockade ekonomi oleh belanda sejak bulan november 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI
3. Kas negara kosong
4. Eksploitasi besar besaran dimasa penjajahan.

Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, ialah :

- Program Pinjaman Nasional
Dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.Surachman dengan persetujuan BP-KNIP,
dilakukan pada bulan juli 1946.
-Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mengadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
- Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu :
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
- Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi ) 19 januari 1947.
- Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera ) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.

Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959-1967 )

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (
segala-galanya diatur oleh pemerintah ) . dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan
ekonomi ( Mazhab Sosialisme ). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Kesimpulannya pada masa sebelum orde baru ini terjadinya inflasi yang sangat tinggi
dan juga dikarenakan adanya mata uang yang beredar dimasyarakat Indonesia sangat
banyak. Dan disamping itu juga keadaan Indonesia pada saat itu juga adanya
penjajahan dari negara asing jadinya perekonomian Indonesia sangat terpuruk.

Anda mungkin juga menyukai