Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KRISIS EKONOMI DAN RESESI EKONOMI

DISUSUN OLEH:

MAYA OKTARISANDI
(18102060)

PRODI :
ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2019/2020
A. Krisis Ekonomi
Perekonomian negara merupakan topik yang umum diperbincangkan dan
erat kaitannya dengan kebijakan moneter suatu negara. Perekonomian negara
tidak terlepas dari campur tangan pemerintahan dalam menyusun regulasi atau
kebijakan untuk menikngkatkan perekonomian negara yang bersangkutan.
Peran eksekutif dan legislatif sebagai pembuat regulasi menginginkan situasi
moneter yang meningkat atau stabildalam konteks positif. Namun pada
kenyataannya setiap negara rentan terhadap krisis ekonomi, mulai dari negara
berkembang seperti Indonesia hingga negara maju seperti Amerikat Serikat.

Krisis ekonomi atau sering yang disebut dengan nama krisis moneter
merupakan suatu peristiwa atau kondisi dimana menurunnya ekonomi suatu
negara. Semua negara praktisnya mengalami yang namanya krisis dalam
perekonomian negaranya, karena krisis merupakan kejadian yang simultan
dan memiliki efek yang akan menyebar keberbagai negara. Krisis ekonomi
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami krisis mata
uang, kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan krisis
ekonomi yang besar. Ekonomi setiap negara tentu berbeda-beda
perkembangannya, sehingga bagi pejabat yang mengatur perekonomian
negara tidak hanya mengatur perekonomian saja namun juga
mengendalikannya ketika terjadi gejolak ekonomi. Walaupun hanya
masyarakat biasa namun perlu mengetahui pula kondisi ekonomi yang sedang
bergejolak atau yang akan mengalami krisis ekonomi. Tujuannya agar ketika
krisis tersebut terjadi sebagai masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai
pengusaha dapat mengantisipasi atau meminimalisir kerugian yang mungkin
terjadi.
B. Apa yang menyebabkan krisis?
Secara umum terlihat suatu pola dan karakteristik yang berlaku sama
diseluruh negara yang dilanda krisis. Namun, dalam hal kedalamannya dan
jangka waktunya, Indonesia dapat dikatakan sangat unik. Sulit mencari
pembandingnya, barangkali negara yang paling layak dibandingkan waktu itu
adalah Rusia, dan sekarang mungkin Argentina. Sebagai instropeksi, harus
diakui krisis di Indonesia benar-benar tidak terduga datangnya, sama sekali
tidak terprediksi sebelumnya.
Sehingga dapat diketahui faktor penyebab dari terjadinya krisis ekonomi,
sebagai berikut :
1. Nilai tukar rupiah
Perubahan nilai tukar rupiah dapat mempengaruhi kondisi ekonomi
sebuah Negara. Ini dikarenakan para pengusaha yang selalu bertransaksi
exportdan import akan mengalami kerugian karena krisis yang terjadi.
Pada dasarnya, melemah atau menguatnya Rupiah tergantung kebutuhan
dan ketersediaan mata uang itu sendiri. Misalnya saja banyak orang yang
membutuhkan Dolar ketimbang Rupiah maka nilai tukar Rupiah
dipastikan melemah. Dari situ dapat diketahui, impor barang dan
penggunaan jasa dari luar negeri menjadi salah satu penyebab rupiah
melemah. Impor barang tinggi menyebabkan permintaan Dollar menjadi
tinggi.

2. Demonstrasi
Memang sebagian masyarakat yang melakukan orasi untuk
menyalurkan aspirasinya memang baik, namun jika orasi dengan cara
melakukan demonstrasi disertai anarkis tidaklah etis. Ini dikarekan
peristiwa tersebut dapat mempengaruhi gejolak ekonomi negara tersebut.
3. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber
dari dalam negeri. Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produk
domestik secara mendadak dari sejumlah komoditas pertanian, misalnya
padi. Penurunan produksi tersebut berakibat langsung pada penurunan
tingkat pendapatan riil dari para petani dan buruh tani padi. Dalam tipe
krisis ini, jalur-jalur transmisi dampaknya terhadap kemiskinan adalah
perubahan- perubahan dalam harga harga (inflasi), jumlah kesempatan
kerja dan tingkat pendapatan. Kelompok masyarakat yang paling rentan
tehadap tipe krisis ini adalaha petani, buruh tani dan pada tingkat
berikutnya adalah pekerja dan pemilik- pemilik usaha disektor lainnya
yang terkait lewat produksi dan subsektor padi.

4. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah
kesempatan kerja dan pendapatan menurun disubsektor keuangan tersebut
, pada fase kedua krisis perbankan merembet keerusahaan – perusahaan
yang sangat tergantung pada sector perbankan.
Rumah tangga juga terkena dampaknya. Ada dua macam dampak
terhadap rumah tangga dan dua tipe kelompok rumah tangga yang terkena
dampaknya. Pertama kelompok rumah tangga kaya; tabungan mereka
yang hilang karena bank-bank yang menyimpan uang mereka harus
bangkrut. Di banyak negara , termasuk Indonesia pemerintah memberikan
jaminan keamanan bagi pemilik-pemilik rekening tabungan diperbankan,
tapi hanya hingga suatu batas (jumlah) tertentu saja. Kedua, kelompok
rumah tangga non-kaya; penegeluaran-pengeluaran mereka terutama
untuk barang – barang bukan kebutuhan pokok( seperti mobil, rumah, naik
haji) menurun karena mereka tidak bisa meminjam dari bank, atau masih
tetap bisa mendapatkan kredit konsumen dengan tingkat R yang sangat
tinggi yang membuat biaya pinjaman terlalu mahal.
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmisi paling utama lewat
krisis tersebut berdampak pada tingkat kemiskinan yakni perubahan
dalam arus kredit dari perbankan ke dunia usaha atau tingkat suku bunga
pinjaman, volume produksi (output), jumlah kesempatan kerja, tingkat
pendapatan masyarakat. Kelompok-kelompok masyarakat yang paling
rentan terhadap krisis masyarakat kelas menengah dan atas seperti
pegawai dan pemilik bank.

5. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis –krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber
eksternal ada dua jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi atau arus
modal. Di dalam jalur perdagangan itu sendiri ada dua sub- jalur, yaitu
ekspor dan impor(barang dan jasa).
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paling utama adalah kesempatan
kerja, kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap krisis
tipe ini yaitu: pertama, sebagai sumber energi atau bahan baku utama dan
pekerja-pekerja di perusahanaan atau pun sektor-sektor yang terkait .

6. Krisis modal
Suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau
penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah
krisis ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti di Afrika, dan
Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat tergantung pada
ULN atau hibah Internasional
Suatu pelarian modal,baik yang berasal dari sumber dalam negeri
maupun modal asing, terurtama investasi asing jangka pendek (yang
umum disebut ‘uang panas’), dalam jumlah yang besar dan secaa
mendadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari
negara-negara yang sangat memerlukan modal investasi.
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi memiliki dampak utama,
yakni perubahan-perubahan dalam jumlah investasi, khususnya investasi
jangka panjang (volume atau unit proyek), volume produksi, dan jumlah
tenaga kerja yang bekerja. Kelompok-kelompok masyarakat yang paling
rentan terhadap krisis ekonomi dari kategori ini bisa kelompok miskin
tetapi juga bisa kelompok non-miskin, tergantung pada sektor atau industri
yang paling dirugikan dengan kekurangan modal investasi.

C. Dampak kepada Masyarakat, Usaha, Perekonomian Negara


Imbas dari kemerosotan nilai tukar rupiah yang tajam secara umum secara
umum memberi dampak kepada masyarakat, seperti naiknya harga-harga
kebutuhan pokok, harga telur ayam naik, harga BBM serta tarif listrik, dan tariff
angkutan juga ikut naik.
Krisis ekonomi membawa dampak yang berbeda-beda dalam konteks sektoral,
spasial maupun skala usahanya. Sektor-sektor yang cenderung berbasis pada
sumber daya local tentunya akan berbeda dengan sektor ekonomi berkandungan
impor tinggi. Selain itu, intensitas dampak krisis juga tergantung sumber
permodalan dan orientasi pasarnya karena seperti diketahui bahwa krisis ekonomi
Indonesia paling tidak diindikasikan oleh gejolak pda tiga variable; nilai tukar
rupiah, laju inflasi, dan suku bunga perbankan. Secara makro gejolak pada tiga
veriabel tersebut tertansmisi melalui mandegnya impor bahan baku dan penolong
bagi sekto industri, rendahnya daya beli masyarakat dan mandegnya sektor kredit
perbankan.
Dampak dari krisis ekonomi terhadap perekonomian negara terhadap pengaruh
eksternal yaitu, harga saham perbankan di negara lain jatuh, maka investor asing
menjual saham perbankan dan nonperbankan yang dimilikinya yang diikuti
investor domestik. Dampak lainnya pertumbuhan ekonom mengalami penurunan,
inflasi juga ikut meningkat dan tingginya angka pemutusan hubungan kerja
(PHK).

 Langkah Yang diambil oleh Pemerintah dengan diciptakanya Kebijakan


Moneter

1. kebijakan Moneter
Kebijaksanaan moneter berupa tindakan pemerintah (atau bank sentral)
untuk mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang.
Secara lebih khusus, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai tindakan
makro pemerintah (atau bank sentral) dengan cara mempengaruhi proses
penciptaan uang .
Dengan mempengaruhi proses penciptaan uang, pemerintah bisa
mempengaruhi jumlah uang beredar, pemerintah bisa mempengaruhi tingkat
bunga yang bisa belaku di pasar uang.Penyebab utama dari terjadinya krisis
yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi da
banyak faktor lainnya.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal ini ialah kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan


cara mengubah penerimaan dan pengeluaran negara, untuk mengatasi inflasi,
pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal sebagai berikut; Mengurangi
Pengeluaran Pemerintah untuk mengatasi inflasi pemerintah dapat
mengurangi pengeluaran sehingga permintaan terhadap barang dan jasa
berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga-harga. Menaikkan
Tarif Pajak untuk mengatasi inflasi pemerintah dapat menaikkan tarif pajak,
kenaikan tarif pajak akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat.
Berkurangnya tingkat konsumsi akan mengurangi permintaan terhadap barang
dan jasa yang akhirnya dapat menurunkan harga-harga.

A. Resesi Ekonomi
Negara dikatakan maju apabila memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
tinggi, yang ditunjukan oleh nilai produk domestic bruto atau pendapatan
nasionalnya. Harapan memang tak selalu jadi kenyataan. Pencapaian
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal yang tak bisa
dikendalikan seperti mekanisme pasar dan lainnya. Oleh sebab itulah, ada
kalanya perekonomian suatu negara memasuki masa resesi.
Sesuai dengan namanya resesi berarti kelesuan atau kemerososta, resesi
mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas disektor
ekonomi. Sebut saja lapangan pekerjaan, investasi,dan juga keungtungan
perusahaan. Terjadinya resesi ekonomi menimbulkan efek domino pada
masing-masing kegiatan ekonomi tersebut. Ketika investasi mengalami
penurunan, maka tingkat produksi atas produk atau komoditas juga akan
menurun. Resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya harga-
harga yang disebut dengan deflasi, atau sebaliknya inflasi dimana harga-harga
produk atau komoditas dalam negeri mengalami peningkatan secara tajam.

 Indikator Resesi
Indikator yang paling penting adalah PDB riil. Itu semua yang
diproduksi oleh bisnis dan individu di Amerika Serikat. Ini disebut riil karena
efek inflasi dilucuti. Ketika tingkat pertumbuhan PDB riil berubah negative,
itu bisa menjadi tanda resesi.
Namun terkadang pertumbuhan akan negatif, kemudian berubah positif
dikuartal berikutnya. Cukup sulit memastikan apakah suatu negara sedang
berada dalam resesi berdasarkan PDB saja. Itu sebabnya ada beberapa
indicator yang dapat memastikan terjadinya resesi. Ketika indikator resesi
menurun, PDB juga akan turun.
Berikut indikator untuk tahu kapan ekonomi disuatu negara berada dalam
resesi :
1. Penghasilan riil mengukur pendapatan pribadi yang disesuaikan dengan
inflasi. Pembayaran transfer, seeperti Jaminan Sosial dan pembayaraan
kesejahteraan, juga dihilangkan. Ketika pendapatan riil menurun, itu
mengurangi pembelian dan permintaan konsumen.
2. Pekerjaan yang diukur dengan laporan pekerjaan bulanan, beserta
analisis statistik pekerjaan saat itu.
3. Kesehatan sektor manufaktur, sebagaimana diukur oleh laporan
Produksi Industri.
4. Penjuaan manufaktur dan grosir-eceran disesuaikan dengan inflasi

Tanda pertama dari resesi tejadi di salah satu indikator ekonomi


terkemuka, seperti pekerjaan manufaktur. Produsen menerima pesanan besar
berbulan-bulan sebelumnya, itu diukur oleh laporan pesanan barang tahan
lam. Jika itu menurun dari waktu ke waktu, demikian juga pekerjaan pabrik.
Ketika produsen berhenti merekrut, itu berarti sektor ekonomi lain akan
melambat. Penurunan permintaan konsumen biasanya merupakan penyebab
dibalik melambatnya pertumbuhan. Ketika penjualan menurun, bisnis berhenti
berkembang. Setelah itu mereka berhenti merekrut pekerja baru. Pada fase
tersebut, resesi sedang berlangsung. Resesi sendiri dapat memepengaruhi
banyak orang. Ini menciptakan pengangguran yang luas, kadang-kadang bisa
mencapai 10%. Ketika tingkat penganguran meningkat, pembelian konsumen
bahkan semakin jatuh. Bisnis menjadi bangkrut.

Daftar Pustaka

https://academia.edu/resource/work/22666260

https://underpapers.blogspot.com/2017/03/makalah-resesi-ekonomi.html?m=1

Boediono. 2015. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro. Yogyakarta


: BPFE

https://www.simulasikredit.com/amp/apa-itu-resesi-ekonomi-indikator-suatu-
negara-memasuki-resesi/

Anda mungkin juga menyukai