Anda di halaman 1dari 19

Kebijakan Ekonomi masa

Demokrasi Liberal

Di Susun Oleh :

Dra . Veni Rosfenti . M.Pd


KOMPETENSI DASAR :
3.3 Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi
Bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan sampai masa
Demokrasi Liberal

INDIKATOR :
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi bangsa
Indonesia pada awal kemerdekaan (Masa Demokrasi Liberal)
2. Peserta didik dapat menganalisis tindakan yang dilakukan
pemerintah Indonesia untuk mengatasi kondisi ekonomi pada
awal kemerdekaan.
3. Peserta didik dapat membandingkan kondisi ekonomi Indonesia
sebelum kemerdekaan dengan pada masa Demokrasi Liberal
4. Peserta didik dapat menilai perkembangan ekonomi Indonesia
pada masa Demokrasi Liberal
5. Peserta didik dapat menilai aspek positif dan negatif
perkembangan sistem pemerintahan Parlementer di Indonesia
pada masa Demokrasi Liberal
Kehidupan ekonomi (1945-1959)
1 . kondisi ekonomi
KONDISI KEUANGAN / Moneter
 terjadi inflasi :
suatu keadaan yang menyangkut peredaran mata uang
yang berlebihan sehingga mengakibatkan nilai tukar
merosot
 mata uang yang beredar adalah mata uang asing : mata
uang de javasche bank, mata uang pemerintah Hindia-
Belanda, mata uang Jepang
 belum memiliki mata uang sendiri
 kas Negara kosong
 pada tanggal 6 Maret 1946, panglima AFNEI
mengumumkan berlakunya mata uang baru (uang NICA)
Kondisi ekonomi makro
• Blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda
• Selama masa pendudukan Jepang , perkebunan
perkebunan di arahkan untuk kepentingan perang
dalam rangka memenuhi kebutuhan selama Perang
Dunia II.
• Kekurangan Sumber Daya Manusia yang dapat
mengelola sistem usaha swasta ( Pengusaha Swasta )
yang dapat menggerakan roda perekonomian Indonesia
pada awal kemerdekaan.
• Tidak meratanya distribusi bahan makanan akibat
sistem ekonomi etatisme bersifat desentralisasi yang
diterapkan oleh pemerintah pendudukan Jepang ,
mengakibatkan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
pangan di daerah-daerah di Indonesia
2 . Upaya untuk mengatasi kondisi ekonomi
2.1. Penataan Moneter
Tanggal 1 Oktober 1945 untuk sementara sebelum
pemerintah mengeluarkan mata uang sendiri yang
akan berlaku di wilayah republik Indonesia,
pemerintah menetapkan pemberlakuan tiga jenis
mata uang yang sudah beredar di masyarakat
sebagai alat bayar yang sah.
Bulan Juli 1946 : Menkeu Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP melaksanakan program
pinjaman nasional, penduduk menyetor ke Bank
Tabungan Pos dan rumah pegadaian untuk di
pinjamkan kepada Negara, sebagai gantinya mereka
menerima surat obligasi.
Sebagai realisasi dari rencana membuat uang
sendiri di perlukan adanya pengaturan dan
koordinasi melalui lembaga perbankan:
– 10 April 1946 di bentuk BRI dengan menasionalisasi
bank Syomin Ginko
– 5 Juli 1946 : di bentuk BNI melalui peraturan pemerintah
pengganti UU No. 2 tahun 1946. Sebagai Bank sentral
dan Bank sirkulasi
Bulan Oktober 1946 : pemerintah mengeluarkan
ORI berdasarkan UU no. 17 tahun 1946, dengan
demikian mata uang yang beredar di masyarakat
dapat ditarik dengan tata cara diatur berdasarkan
UU No. 19 tahun 1946 dengan ketentuan sebagai
berikut:
• Di Jawa dan Madura : setiap Rp.50 mata uang
jepang sama dengan Rp.1 ORI
• Di luar Jawa dan Madura : setiap Rp. 100 mata uang
Jepang sama dengan Rp. 1 ORI
• Jaminan nilai tukar rupiah setiap Rp 10 ORI = 5 gram
emas murni
2.2 Penataan Ekonomi Makro
periode 1945-1959
• Upaya mengatasi berbagai permasalahan ekonomi
secara keseluruhan dilakukan melalui langkah-
langkah :
• Bulan Februari 1946 diadakan Konferensi Ekonomi I
dengan tujuan untuk memecahkan masalah-
masalah ekonomi yang semakin mendesak.
Masalah-masalah yang di bahas diantaranya :
• Masalah Ekonomi dan distribusi bahan pangan
• Masalah sandang
• Status dari administrasi perkebunan.
Hasil dari konferensi I ini adalah:
• Penghapusan secara berangsur sistem
ekonomi perang Jepang yang bersifat
desentralisasi diganti dengan system
sentralisasi
• Dibentuk badan persediaan dan
pembagian bahan makanan (BPPBM)
yang kelak menjadi cikal bakal BULOG.
• Penghapusan larangan pengiriman bahan-
bahan makanan antara keresidenan
kecuali beras yang harus mendapat ijin
dari jawatan kemakmuran.
• Bulan Mei 1946 : Konferensi Ekonomi II di Solo
• Masalah yang dibahas dalam konfrensi ini : - Rehabilitasi
dan rasionalisasi pabrik dan perkebunan gula.
Hasil : - Drs. Hatta mengusulkan perubahan administrasi
perusahaan gula.
Realisasi :
• Peraturan pemerintah No.3 tahun 1946 tanggal 21 Mei
1946 tentang pembentukan Badan Penyelenggara
Perusahaan Gula Negara (BPPGN) dengan status
peruasahaan negara.
• Peraturan pemerintah No. 4 tahun 1946 tanggal 6 Juni 1946
mengenai pembentukan perusahaan perkebunan-
perkebunan Negara dengan status perusahaan Negara
• Tanggal 19 Januari 1947 mentri kemakmuran A.K
Gani berinisiatif membentuk Planning Board (Badan
Perancang Ekonomi) tugas : membuat rencana
pembangunan ekonomi jangka 2-3 tahun.
• Hasil :
rencana pembangunan 10 tahun
• Pemerintah mengambil alih semua bangunan umum,
industri dan perkebunan.
• Bangunan vital milik asing di Nasionalisasikan dengan
ganti rugi.
• Perusahaan milik Jepang di sita sebagai ganti rugi.
• Perusahan modal asing lainnya akan dikembalikan
kepada yang berhak.
KASIMO PLAN
Badan Perancang Ekonomi diperluas menjadi Panitia
Pemikir Siasat Ekonomi (PPSE) yang menghasilkan
rancangan ekonomi Indonesia. Rancangan ekonomi
Indonesia kemudian meghasilkan program ekonomi jangka
panjang yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian yang di realisasikan dalam rencana produksi 3
tahun (1948-1950) yang di kenal dengan Plan
Kasimo yang berisi :
1. Mengadakan program intensifikasi di jawa yaitu
penenaman padi bibit unggul
2. Menyediakan kebun padi bibit unggul
3. Menanam tanah-tanah yang kosong terutama di Sumatra
melalui program transmigrasi.
4. Pemeliharaan hewan secara baik,pencegahan
penyembelihan hewan pertanian.
• Pada tanggal 15 Maret 1950 kabinet Hatta melalui
menteri keuangan Syafruddin Prawiranegara
mengambil langkah pemotongan uang atau
shanering ( Gunting Syafruddin ), dengan cara
mengubah nilai mata uang Rp. 2.50 keatas menjadi
separuhnya. Tujuannya untuk mengoptimalkan nilai
rupiah.
PROGRAM EKONOMI GERAKAN
BENTENG
Pada masa kabinet Natsir tahun 1951 menteri
perdagangan Dr. Soemitro Djojohadikusumo
 Tujuan :
untuk menumbuhkan kelas pengusaha dalam
masyarakat Indonesia.
 Cara :
memberikan bantuan kredit kepada pengusaha
Indonesia.
Hasil : gagal, penyebab
1. Kalah bersaing dengan pengusaha non pribumi.
2. Mentalitas cenderung konsumtif.
3. Pengusaha Indonesia tidak dapat melaksanakan
program dengan baik, disalahgunakan.
PROGRAM EKONOMI ALI BABA
• Pada masa kabinet Ali sastroamijoyo I atas prakarsa
Mr. Ishaq Cokrohadisuryo (menteri perekonomian)
dicanangkan sistem ekonomi Ali-
Baba dengan tujuan untuk memajukan
pengusaha pribumi. Dengan cara menanamkan
kerjasama antara pengusaha pribumi dengan
nonpribumi dalam memajukan perekonomian
Indonesia.
• Hasil : gagal, karena pengusaha pribumi kalah
bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Hal
tersebuat akibat pada saat itu Indonesia menganut
Sistem Liberal sehingga terjadi persaingan bebas.
• Selama periode 1950-1959, pemerintah Indonesia
banyak melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-
perusahaan Belanda.
• Pada tahun 1951 pemerintah menasionalisasikan De
Javasche bank menjadi Bank Indonesia sebagai
Bank sentral dan Bank Sirkulasi. (masa kabinet
Sukiman)
• Untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi
dengan Belanda akibat adanya ketentuan tentang
pembentukan Uni Indonesia-Belanda tanggal 13
Februari 1956, kabinet Burhanudin Harahap
melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda
disusul tanggal 3 Mei 1956 presiden Soekarno
menandatangani Undang-Undang pembatalan KMB
• Tahun 1958 nasionalisasi bank Escompto,
Netherlands handle maatschapij. N.V, percetakan
de Uni, Batavsche Petroleum Maatschapij. Yang di
atur dalam PP no. 23 tahun 1958
• Pada masa Liberal, masing-masing kabinet
umumnya hanya menekankan program jangka
pendek. Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo
II,pemerintah membentuk badan Perencana
Pembangunan Nasional di sebut Biro Perancang
Negara yang bertugas merancang program
pembangunan untuk jangka panjang. Mei 1956 Biro
ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT) tahun 1956-1961. Namun tidak
berjalan karena beberapa faktor :
• Depresi ekonomi di AS dan Eropa tahun
1957
• Ketegangan antara pusat dan daerah
sehingga banyak daerah melakukan
kebijakan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai