, keadaan ekonomin Indonesia sangat kacau. Inflansi yang sangat parah menimpa
negara Republik Indonesia yang baru berusia beberapa bulan. Inflansi terjadi karena
mata uang penduduk Jepangberedar secara tidak terkendali. Dalam pewrekonomian
negara sengkin memburuk,Pemerintah Republik Indonesia tidak menyatakan bahwa
mata uang penduduk Jepang tidak berlaku. Pada saat itu, Negara Republik Indonesia
belum memilikimata uang sendiri sebagai mata uang pengganti. Kas negara kosong,
kondisi perekonomianyang cukup buruk di dukung oleh keadaan dimana pajak dan bea
masuk lainya sangat kecil. Sebaliknya pengeluaran negara semangkin bertambah.
Menghadapi situasi demekian pemerintah mengambil kebijaksanaan – kebijakasaaan
tertentu dengan menyatakan bahwa beberapa mata uang masih tetap berlaku sebagai
pembayaran yang sah diwilayah Republik Indonesia . Mata uang itu adalah mata uang
De Javasche Bank, mata uang Hindia Belanda dan mata ungang penduduk Jepang.
Inflansi menimbulkan penderitaan hidup yang cukup berat bagi bangsa Indonesia,
terutama dikalangan petani. Hal ini di sebabkan pada zaman pendudukan Jepang petani
adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Disanping itu
keadaan ekonomi Indonesia semangkin memburuk setelah terjadi blokade-blokade laut
yang dilakukan oleh Belanda. Blokade itu menutupi pintu perdagangan Republik
Indonesia. Tindakan blokade ini di lakukan sejak bulan Novenber 1945. Akibatnya
barang-barang milik pemerintah Republik Indonesia tidak dapat di ekspor. Alasan
Belanda melakukan blokade adalah sebagai berikut 1. Mencegah masuknya senjata
dan peralatan militer ke Indonesia 2. Mencegahnya keluar hasil-hasil perkebunan milik
Belanda dan milik pengusaha asing lainya 3. Melindungi bangsa indonesia dari
tindakan-tindakan dan perbuataan-perbuataan yang di lakukan oleh bukan bangsa
Indonesia. Tujuan blokade -blokade ini adalah untuk menjatuhkan republic Indonesia
yang baru berdiri dengan snjata ekonomi. Perekonomian banga Indonesia pun
memburuk. Bangsa Indonesia juga kekurangan bahan-bahan inpor yang sangat
dibutuhkan. Disamping itu inflnsi tidak dapat dikendalikan. Pada saat kesulitan ekonomi
menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 maret 1946, Panglima AFNEI yang baru
Letnan Jendral Sir Mantago Stopfrod mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-
daerah yang diduduki sekutu. Uang NICA dimaksudkan sebagai pengganti uang jepang
yang nilainya sudah sangat turun. Sehubung dengan hal itu pada bulan Oktober 1946
Pemerintah RI juga melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan uang kertas baru,
yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang jepang. Untuk
mlaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan pemerintah
membentuk Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946. Usaha Menembus
Blokade Ekonomi Pemerintah Republik Indonesia berusaha untuk menembus blockade
ekonomi musuh dengan cara memetahkan isolasi ekonomi. Untuk itu pemerintah
melakukan usaha-usaha sebagai berikut. 1. Diplomasi beras ke India Pemerintah
Republuk Indonesia bersedia membantu india yang sedang ditimpa kelaparan dengan
meengirim 500.000 ton beras. Segagai imbalanya, pemerintah india menjanjikan
mengirimkan bahan pakayan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Usaha
peemerintah dalam bidang politik ini ternyata berhasil dengan baik. india menjadi
Negara asia yang paling aktif membantu Indonesia dalam perjuangan diplomatic
diforum-forum internasional. 2. Mengadakan hubungan dagang langsung keluar negeri.
Pemerintah mengadakan hubungan dagang langsung dengan pihak luar negeri. Usaha
itu dirintis oleh Banking and Tranding Coperation (BTC). Banking and Tranding
Coperation (BTC) atau perseroan bank dan perdagangan, merupakan usaha
prdagangan swasta yang membantu usaha ekonomi pemerintah. BTC berhasil
mengadakan kontak dengan pengusaha swasta Amerika Serikat (Isbrantsen Inc). dalam
transaksi pertama, Amrika Serikat bersedia member barang-barang ekspor seperti gula,
the, karet dan lain-lain. Kapal yang pertama kali masuk ke wilayah Indonesia menuju
plabuha Cirebon bernama Martin Behrman yang mengangkut barang-barang ekspor
Indonesia. Tetapi kapal itu dicegat oleh angkatan laut Belanda dan diarak ke pelabuhan
Tanjung Periuk. Barang-barang muatannya di sita pemerintah Indonesia berusaha untuk
menembusnya melalui Sumatera tujuan utamanya adalah Singapur dan Malaysia.
Usaha ini dilakukan dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Pelaksanaan
penembusan blockade dilakukan oleh angkatan laut Republik Indonsia dengan bantuan
dari pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Sejak tahun 1947, Indonesia
membentuk perwakilan resmi di Singapur dengan diberi nama Indonesia Office (Indoff).
Secara resmi Indoff memperjuangkan kepentingan politik luar negri Indonesia. Akan
tetapi secara rahasia indoff mengendalikan penembusan blokade belanda dan usaha
perdagangan barter. Di samping Indoff, kementrian pertahanan juga membentuk
Kementrian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN). Tugas pokok badan ini adalah
untuk membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang serta usaha untuk
memasukknya ke Indonesia Usaha Indonesia dalam Mengatasi Kesulitan Ekonomi
Pada awalnya perekonomian Republik Indonesia mengalami kekacauan akibat
penduduk Jepang. Pemerintah tidak sempat melakukan tindakan-tindakan secara
konsepsional. Namun, di bawah bayangan konflik Indonesia dan Belanda pada bulan
Februari 1946 pemerintah memprakarsai usaha-usaha untuk memecahkan masalah
ekonomi yang mendesak. Prakarsa itu diwujudkan dalam pengadaan masalah
ekonomiyang dihadiri oleh cendekiawan, gubernur serta pejabat-pejabat yang secara
langsung terikat dan bertanggung jawab langsung dalam masalah ekonomi di pulau
Jawa. Namun usaha ini merintis pemecahan masalah ekonomi secara menyeluruh.
Tujuan konferensi ekonomi adalah mencari kesepakatan untuk menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang sangat mendesak yang dihadapi oleh pemerintah.
Masalah-masalah itu adalah sebagai berikut : · Masalah produksi dan distribusi bahan
makan · Masalah sandang · Status dan administrasi Konferensi ekonomi kedua
diselenggarakan di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Konferensi ini memiliki ruang lingkup
lebih luas dibandingkan dengan konferensi yang pertama. Acara yang dibahas
menyangkut program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian
harga, distribusi dan alokasi tenaga manusia. Dalam konferensi ini, wakil Presiden
Mohammad Hatta menyarankan agar dilakukan rehabilitas pabrik-pabrik gula. Gula
merupakan bahan ekspor yang penting, pengusahaannya harus dikuasai oleh Negara,
sehingga hasil ekspor dapat dibelikan atau ditukarkan dengan barang-barang
dibutuhkan oleh Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Januari 1947 atas inisiatif Menteri
Kemakmuran, Dr. A. K. Gani dibentuk Badan Perancang Ekonomi (Planning Board).
Badan ini bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi selama jangka waktu 2-3
tahun. Badan tersebut adalah untuk mengkoordinasi dan merasionalisasi semua cabang
produksi dalam bentuk badan hukum seperti yang dilakukan pada BPPGM (Badan
Penyelenggara Perusahaan Gula Negara) dan PPN (Perusahaan Perkebunan Negara).
Menteri Gani menyampaikan rencana pembangunan sepuluh tahun, yang dikemukakan
sebagai langkah pertama adalah sebagai berikut: · Semua bangunan umum,
perkebunan dan industri yang telah ada sebelun perang menjadi milik Negara. Hal ini
baru terlaksana pada tahun 1957. · Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan
dengan pembayaran ganti rugi. · Perusahaan milik Jepang akan di sita sebagai ganti
rugi terhadap RI. · Perusahaan modal asing lainya di kembalikan kepada yang berhak
sesudah diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda. Untuk membiayai
Rencana Pembangunan, menurut Dr Gani, Indonesia terbuka untuk penanaman modal
asing,serta pinjaman dari dalam dan luar negeri. Pemikiran-pemikiran itu di nilai positif
oleh pemerintah. Sayangnya pemikiran ini tidak dapat dilaksanakan karena kondisi
polotik dan militer yang tidak memungkinkan. Aksi mileter Belanda pertama telah
mengakibatkan sebagian besar daerah Republik yang sangat potensial didalam
pengnbangan ekonomi jatuh ketangan Belanda. Kesulitan ekonomi yang di alami oleh
pihak Republik Indonesia semangkin bertambah parah. Ole karena itu, pemerintah yang
di pimpin oleh Drs. Moh Hatta melakukan tindakan yang realitis. Pemerintah
mengadakan rasionalisasi yang meliputi perencanaan admistrasi Negara, angkata
perang dan aparat ekonomi Pada awal kemerdekaan, dasar konomi kita tergantung
pada produksi pertanian maka bidang ini digiatkan kembali. Melalui Menteri Urusan
Bahan Makanan, Kasimo, diturunkan rencana produksi tiga tahun (1948- 1950) yang
terknal dengan sebutan Plan Kasimo. Plan Kasimo adalah usaha suasembada pangan
dengan petunjuk pelaksanaan yang praktis. Kasimo juga menyarankan agar
dilaksanakan trasmigrasi. Pada bulan Apri 1947, Badan Perancang di perluas menjadi
Panitia Pemikirn Siasat Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengmpulkan data dan
memberikan bahan bagi kebijaksanaan pmerintah guna merencanakan pembagunan
ekonomi, serta nasehat-nasehat kepada pemeritah didalam rangka perundingan dengan
Belanda. Semua hasil pemikiran panitia ini belum smpat diwujudkan karena situasi
politik dan militer tidak stabil.
Jumlah itu terus bertambah setelah kedatangan tentara Sekutu. Mereka menguasai bank-bank
yang ada dan mengedarkan sekitar 2,3 milyar rupiah untuk membiayai kegiatan operasi
militernya. Akibatnya jumlah uang yang beredar menjadi tak terkendali. Perekonomian negara
mengalami kekacauan yang luar biasa.
Pemerintah Indonesia sendiri tidak dapat melarang beredarnya mata uang rupiah Jepang karena
belum ada penggantinya. Kas negara kosong, sedangkan pemasukan dari pajak dan bea masuk
lainnya terbatas. Sebaliknya, pengeluaran sangat besar. Keadaan itu semakin diperparah
dengan blokade ekonomi yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Akibat blokade itu, Indonesia tidak dapat mengekspor barang-barang senilai Rp200.000.000.
Blokade ekonomi itu bertujuan agar pemerintah Indonesia kehilangan kepercayaan rakyatnya
sehingga memudahkan Belanda untuk kembali menguasai Indonesia.
Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima Tentara Sekutu mengumumkan berlakunya uang NICA
Netherland Indies Civil Administration) di daerah-daerah yang diduduki Sekutu sebagai
pengganti mata uang rupiah Jepang. Tindakan Panglima Tentara Sekutu itu diprotes oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir. Ia menyatakan bahwa uang tersebut tidak berlaku di wilayah
Republik Indonesia.
Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan uang kertas Republik Indonesia pada bulan Oktober
1946 yang disebut Oeang Republik Indonesia (ORI). Uang itu dikeluarkan untuk menggantikan
mata uang Rupiah Jepang yang semakin merosot nilainya. Nilai tukar mata uang Rupiah Jepang
dengan ORI adalah Rp 1000 mata uang Jepang, ditukar dengan Rp 1 Oeang Republik Indonesia
(ORI). Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai
kebijakan:
1. Pinjaman Nasional
Menteri Keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional. Pinjaman akan dikembalikan
selama 40 tahun. Karena himbauan pemerintah itu, pada bulan Juli tahun 1946 penduduk Pulau
Jawa dan Madura mulai menyetorkan uangnya kepada pemerintah. Pada tahun pertama saja
uang yang terkumpul mencapai Rp500.000.000. Dengan terkumpulnya uang sebanyak itu
dalam waktu singkat, menunjukkan besarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya.
3. Konferensi Ekonomi
Sistem autarki lokal warisan Jepang akan diganti secara berangsur-angsur dengan
sistem sentralisasi.
Bahan makanan akan ditangani oleh pemerintah secara sentral dalam wadah Badan
Pengawasan Makanan Rakyat.
Semua perkebunan, tanpa kecuali, akan diawasi oleh pemerintah untuk meningkatkan
produksi.
Rencana Kasimo itu tidak berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik yang tidak
stabil dan adanya Agresi Militer Belanda II. Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan
Ekonomi Nasional, Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE) yang dipimpin B.R. Motik merupakan
wadah bagi pengusaha swasta yang telah terbentuk pada masa pendudukan Jepang. Semuanya
diaktifkan dan berpartisipasi dalam upaya menegakkan ekonomi pada masa awal kemerdekaan.
Pemerintah melalui Menteri Keuangan Ir. Soerachman berupaya mengatasi krisis ekonomi dan
keuangan yang berkepanjangan dengan melakukan penataan terhadap lembaga-lembaga
keuangan negara. Untuk itu, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan
Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 1946 pada tanggal 5 Juli 1946.
Perpu itu berisi tentang pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) melalui proses nasionalisasi
salah satu bank milik Belanda, yaitu de Javasche Bank. Sejak saat itu pemerintah Republik
Indonesia memiliki bank negara. Bank itu kemudian dikenal dengan nama Bank Negara
Indonesia (BNI) 1946. Pemimpin pertama Bank Negara Indonesia (BNI) adalah Margono
Djojohadikoesoemo.
Banyak di antara para pengusaha Indonesia belum mampu memanfaatkan kredit yang
diperoleh.
Pengusaha-pengusaha pribumi belum mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha
nonpribumi dalam sistem ekonomi liberal.
Mentalitas pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif. Pada tahun 1951 kebijakan
ekonomi dan keuangan ditinjau kembali. Untuk menaikan pendapatan negara, biaya
ekspor diturunkan dan diadakan penghematan secara drastis.
Pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I diperkenalkan sistem ekonomi baru vang disebut
Sistem Ekonomi Ali-Baba: Sistem ini diprakarsai oleh Mr. Isqak Tjokrohadisoerjo. Sistem
Ekonomi Ali-Baba dimaksudkan pula untuk memajukan pengusaha pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi, sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha
nonpribumi, terutama Cina. Sistem Ali-Baba bertujuan agar pengusaha pribumi belajar dari
pengusaha-pengusaha Cina. Dalam pelaksanaannya, pengusaha-pengusaha pribumi hanya
dijadikan alat oleh pengusaha-pengusaha Cina untuk memperoleh kredit guna memajukan
usahanya.