Anda di halaman 1dari 2

Upaya Penyelamatan Perekonomian Indonesia

Pemerintah Indonesia berupaya menghentikan krisis perekonomian yang


terjadi pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Keadaan darurat pada masa
itu memotivasi pemerintah Indonesia untuk berjuang keluar dari karut marut
perekonomian. Sejak 1946 Menteri Keuangan, Ir. Surachman berupaya mengatasi
permasalahan ekonomi di Indonesia. Adapun upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mengatasi masalah perekonomian pada masa awal kemerdekaan sebagai
berikut.
1. Mengatasi Masalah Keuangan
Upaya pemerintah mengatasi masalah keuangan dilakukan dengan
cara menetapkan tiga mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu mata uang
De Javasche Bank, mata uang Hindia Belanda, dan mata uang Jepang.
Selain itu, pada 1 Oktober 1946 pemerintah mengeluarkan uang kertas Ir. Surachman, Menteri Keuangan
Indonesia pada masa awal
yang disebut Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Penetapan mata uang ini kemerdekaan
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1946 yang disahkan Sumber: https://web.archive.org/
pada 1 Oktober 1946. Selanjutnya, pemerintah menetapkan Undang- w e b / 2 0191123080319/
https://www.kemenkeu.
Undang Nomor 19 Tahun 1946 untuk mengatur nilai tukar mata uang ORI. go.id/profil/daftar-menteri/
Pada 1 November 1946 pemerintah membentuk Bank Negara Indonesia raden-mas-pandji-
soerachman-tjokrodisoerjo/,
(BNI) yang bertugas mengatur nilai tukar ORI terhadap valuta asing yang diunduh 2 Maret 2021
ada di Indonesia. Pada awalnya BNI merupakan Yayasan Pusat Bank yang
didirikan pada Juli 1946 dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo.
2. Menembus Blokade Ekonomi Belanda
Pemerintah menerapkan beberapa strategi untuk menembus blokade ekonomi Belanda. Strategi
pemerintah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Melakukan Operasi POPDA dan APWI
Peran Indonesia dalam Operasi POPDA (Panitia Oeroesan Pemulang Djepang (POPDA) dan
Allied Prisoners of War and Internees (APWI) sangat penting. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan Sekutu untuk melaksanakan tugas-tugasnya, mengingat kamp-kamp Jepang dan kaum
interniran berada di daerah pedalaman wilayah Republik Indonesia.
b. Melakukan Diplomasi ke India
Salah satu strategi diplomasi yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia adalah memberikan
bantuan beras kepada India yang saat itu sedang dilanda kelaparan. Pada malam hari tanggal
19 Mei 1946 Perdana Menteri Sjahrir menyerahkan keranjang penuh berisi padi ditutupi bendera
Merah Putih kepada perwakilan India, K.L. Punjabi, sebagai simbol bantuan Indonesia kepada India.
Pada 14 Agustus 1946 dunia mendengar kabar bahwa Indonesia telah mengadakan perjanjian
bilateral dengan India.
c. Membentuk Banking and Trading Corporation (BTC)
Pada 1945 Ong Eng Die kembali dari studinya di Amsterdam University kemudian bekerja
di Bank Pusat Indonesia di Yogyakarta. Ia merupakan salah seorang tokoh yang memimpin BTC
bersama Sumitro Djojohadikusumo. BTC merupakan suatu badan perdagangan semipemerintah
yang didirikan atas prakarsa Bank Negara Indonesia (BNI). BTC bertugas mengadakan hubungan
dagang langsung dengan luar negeri, salah satunya dengan perusahaan swasta di Amerika Serikat.
d. Membentuk Indonesia Office (Indof)
Indonesia Office (Indof) adalah perwakilan resmi Indonesia di Singapura yang didirikan pada
1947. Perwakilan ini bertugas memperjuangkan kepentingan politik bangsa Indonesia di luar
negeri, menembus blokade ekonomi Belanda, dan melakukan perdagangan barter. Perwakilan ini
dipimpin oleh Oetojo Ramelan dan dibantu oleh beberapa staf, yaitu Soejono Daroesman, Zairin
Zain, Tharuddin Rahmat, Soeroso, dan Tamtono.
e. Membentuk Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN)
Kementerian Pertahanan menempatkan perwakilannya di luar negeri yang disebut Kementerian
Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN) dan dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Lembaga ini
bertugas membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang serta memasukkannya ke Indonesia.
Ali Jayengprawiro didukung oleh beberapa tokoh berpengalaman seperti John Lie, O.P. Koesno,
Ibrahim Saleh, dan Chris Tampenawas.
3. Menyelenggarakan Konferensi Ekonomi
Konferensi ekonomi pada masa awal kemerdekaan dilaksanakan pada 1946. Konferensi ini diadakan
dalam dua tahap berikut.
a. Konferensi Ekonomi I pada Februari 1946 yang membahas pemerataan bahan makanan.
b. Konferensi Ekonomi II pada 6 Mei 1946 yang membahas masalah program ekonomi pemerintah,
masalah keuangan negara, pengendalian harga, serta distribusi dan alokasi tenaga manusia.
4. Membentuk Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)
Badan Perancang Ekonomi (Planning Board) dibentuk
pada 19 Januari 1947. Badan ini bertugas membuat
rencana pembangunan ekonomi jangka waktu dua sampai
tiga tahun. Planning Board terbentuk atas inisiatif Menteri
Kemakmuran A.K. Gani. Badan ini memiliki beberapa
rencana pembangunan ekonomi. Akan tetapi, rencana
tersebut mengalami kegagalan karena situasi politik tidak
memungkinkan akibat disetujuinya hasil perundingan
Renville.
5. Melaksanakan Kasimo Plan
Menteri Persediaan Makanan Rakyat I.J. Kasimo
menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal A.K. Gani, Menteri Kemakmuran yang mencetuskan
dengan Kasimo Plan (Rencana Kasimo). Rencana Kasimo Planning Board
meliputi Rencana Produksi Tiga Tahun (1948–1950) Sumber: https://web.archive.org/web/20201126074524/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/msp/
mengenai usaha swasembada pangan. Beberapa upaya deskripsi-a-k-gani/, diunduh 4 Maret 2021
I.J. Kasimo dalam mewujudkan swasembada pangan sebagai
berikut.
a. Menanami tanah kosong (tidak terurus) seluas 281.277 hektare di Sumatra Timur.
b. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul.
c. Mencegah penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
d. Membentuk kebun-kebun bibit di setiap desa.
e. Melakukan transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa. Penduduk tersebut dipindahkan ke
Pulau Sumatra dalam jangka waktu 10–15 tahun.
6. Membentuk Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE) dibentuk di Jakarta pada September 1945. Pembentukan PTE
merupakan hasil permusyawaratan Kaum Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan di Bandung, pada
20 Juli 1945. PTE diketuai oleh B.R. Motik. Pembentukan PTE bertujuan menggalang dan melenyapkan
individualisme di kalangan organisasi pedagang untuk memperkukuh ekonomi bangsa.
7. Melaksanakan Program Pinjaman Nasional
Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman atas persetujuan
BP-KNIP. Pinjaman nasional akan dibayar kembali selama jangka waktu empat puluh tahun. Pada Juli 1946
direncanakan pinjaman sebesar Rp1.000.000.000,00. Dalam pelaksanaannya, rakyat Indonesia sangat
mendukung upaya pemerintah tersebut. Rakyat berbondong-bondong mendatangi Bank Tabungan
Pos dan rumah pegadaian untuk menyetorkan uangnya. Pada tahun pertama berhasil dikumpulkan
uang sejumlah Rp500.000.000,00. Keberhasilan ini menunjukkan besarnya dukungan, partisipasi, dan
kepercayaan rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai