Anda di halaman 1dari 43

A.

Peristiwa Seputar Proklamasi 17


Agustus 1945
B. Kebijakan Pemerintah Indonesia
Pada Masa Awal Kemerdekaan
C. Gejolak Sosial di Berbagai Daerah
Pada Awal Kemerdekaan
D. Perkembangan Situasi Politik dan
Kenegaraan Indonesia di Awal
Kemerdekaan
Peristiwa
Seputar Proklamasi

17 Agustus 1945
●Peristiwa Rengasdengklok
●Perumusan Teks Proklamasi
●Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa Rengasdengklok
Malam hari, pertemuan para pemuda dan mahasiswa di Laboratorium
Bakteriologi, di jalan Pegangsaan Timur.
Pertemuan dipimpin oleh Chairul Saleh, dan dihadiri oleh Darwis, Djohar, Nur,
Tanggal 16- 8-1945

Kusnandar, Subadio, Erie Sudewo, Margono, Wikana, dan Armansyah.


Mereka sepakat untuk menolak segala hadiah kemerdekaan dari Jepang dan
kemerdekaan harus segera diproklamasikan.

Pukul 21.00, Wikana dan Darwis segera menemui Bung Karno di kediamannya
yang didampingi oleh Bung Hatta, Mr. Iwa Kusumasumantri, dr. Samsi, dr.
Buntaran, Sudiro, Subardjo.
Lewat tengah malam, para pemuda mengadakan pertemuan kembali di Asrama
Baperpi, di jalan Cikini no. 71.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh dr. Muwardi, Sukarni, Jusuf Kunto, dan Cudanco
Singgih
Pada pukul 04.00, para pemuda mengamankan Soekarno – Hatta dan dibawa
menuju Markas Peta (Cudanco Subeno) di Rengasdengklok, agar segera
Tgl 17 – 8-1945

memproklamasikan kemedekaan Indonesia.


Pukul 17.00, Ahmad Soebardjo ditemani Jusuf Kunto, Sudiro, dan Sulaeman tiba
di Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.
Pukul 23.00, Rombongan tiba di Jakarta. Setelah singgah sebentar ke rumah
masing-masing, mereka langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda.
Dasar perbedaan antara golongan muda dan golongan tua pada
dasarnya terletak pada momentum kapan harus
dilaksanakannya Proklamasi dan cara pelaksanaannya

GOLONGAN TUA GOLONGAN MUDA


Soekarno, Moh. Hatta, Chairul Saleh, Djohar Nur,
Ahmad Soebardjo, Iwa Subadio, Subadio, Subianto,
Kusumasumantri, dr. Kusnandar, Margono,
Buntaran, dr. Samsi Wikana, Armansyah
Proses Proklamasi Proklamasi kemerdekaan
sebaiknya dilaksanakan harus dilaksanakan dengan
atas dasar perhitungan kekuatan bangsa sendiri
politik untuk menghindari tanpa harus melalui PPKI
pertikaian dengan Jepang. yang dianggap sebagai
Kemerdekaan sebaiknya hadiah Jepang.
melalui PPKI.
Perumusan Teks Proklamasi
●17 Agustus 1945, Pukul 01.30, Perundingan di rumah
Laksamana Tadashi Maeda dimulai. Terjadi perdebatan
antara Soekarno, Hatta, dan anggota-anggota PPKI
dengan perwakilan pemuda (Sukarni dan Chaerul Saleh).
●Bung Karno yang dibantu Bung Hatta dan Ahmad
Soebardjo, kemudian menyiapkan teks yang ditulis dengan
judul “Maklumat Kemerdekaan”. Atas usul Mr. Iwa
Kusumasumantri, kata maklumat diganti dengan
proklamasi.
●Setelah teks Proklamasi disetujui, muncul pertentangan
baru tentang siapa yang akan menandatanganinya. Atas
usul Sukarni, hanya Soekarno dan Hatta yang akan
menandatangani.
●Sayuti Melik kemudian mengetik teks ini dengan
memperbaiki beberapa kata
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
●Pengumuman tentang Proklamasi
kemerdekaan dicetak dengan cepat
menggunakan peralatan seadanya dan
disebarkan masyarakat.
●Awalnya Proklamasi Kemerdekaan
akan dilaksanakan di lapangan IKADA,
namun demi alasan keamanan kemudian
dipindahkan ke kediaman Soekarno di
jalan Pegangsaan Timur no. 56.
●Susunan acara pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah sebagai berikut:
- Pembacaan Proklamasi
- Pengibaran bendera Merah Putih yang
dijahit
oleh Ibu fatmawati, dengan diiringi oleh
lagu
Indonesia Raya.
- Sambutan walikota Suwiryo dan dr.
Muwardi
PENAIKAN BENDERA MERAH
PUTIH, 17 AGUSTUS 1945
Proklamasi
●Berita tentang proklamasi segera disebarkan ke
Kemerdekaan
seluruh Indonesia
penjuru tanah air dan dunia.
●Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi hari teks
proklamasi telah sampai ke tangan Waidan B.
Palenewan (kepala Radio Domei), kemudian
memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkannya 3 kali
berturut-turut.
●Pemancar radio kemudian disegel oleh Jepang. Berita
proklamasi tetap terus disebarkan oleh para pemuda
dengan merakit pemancar baru di Menteng 31 yang
berkode panggil DJK I.
●Selain melalui radio, berita proklamasi juga
disebarkan lewat surat kabar dan selebaran. Hampir
semua surat kabar di Jawa yang terbit 20 Agustus 1945
memberitakan tentang proklamasi dan UUD RI.
Kebijakan Pemerintah Indonesia Pada
Masa Awal Kemerdekaan
● Kebijakan Ekonomi – Keuangan
● Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
● Kebijakan Ekonomi – Keuangan Internasional
● Kebijakan Birokrasi Pemerintahan
● Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
● Bidang Militer
● Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
● Bidang Hubungan Pusat dan Daerah
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
●Dalam penerapan kebijakan
perekonomian dan keuangan
domestik, Pemerintah RI
menghadapi berbagai
tantangan berat antara lain:
■ Tingginya tingkat inflasi
karena beredarnya mata
uang Jepang secara tidak
terkendali.
■ Kondisi kas negara yang
masih kosong.
■ Perdagangan ekspor
yang macet akibat dari
blokade laut Belanda.
■ Adanya maklumat dari
Panglima AFNEI yang
tetap memberlakukan
mata uang NICA di
wilayah yang dikuasai
Sekutu.
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik

Pembentukan ■BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946


berdasarkan Perpu No. 2 Tahun 1946.
Bank Negara ■BNI 1946 menjadi bank umum pertama milik
Indonesia RI yang dikepalai oleh Margono
Djojohadikusumo.
Pemberlakuan ●ORI dikeluarkan oleh pemerintah pada tanggal
1 Oktober 1946 berdasarkan UU No. 17 tahun
Oeang 1946.
Republik ●ORI diperkuat lagi dengan UU No. 19 tahun
Indonesia 1946, tentang pengaturan penukaran mata uang
(ORI) Jepang terhadap ORI.
Kebijakan a.Menekan inflasi yang
Pemerintah RI disebabkan beradarnya mata
mengeluarkan uang asing.
ORI memiliki 2 a.Menstabilkan harga-
signifikansi harga barang yang tidak
utama tercapai oleh daya beli
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
Pinjaman Dikeluarkannya peraturan tentang kewajiban menabung
oleh Menkeu Ir. Surachman, sesunggahnya masyarakat
Nasional telah memberi pinjaman kepada pemerintah.
Pada tahap pertama, dana yang didapat dari Bank
Tabungan Pos dan Pegadaian berhasil mencapai Rp.
500 juta.

Nasionalisasi Hasil kinerja Panitia Nasionalisasi de Javasche terlihat


de Javasche pada 12 Juli 1951 dengan pemberhentian Dr. Houwink
Bank dan diganti oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Pada 15 Desember 1951, dikeluarkannya UU. No. 24
tahun 1951 tentang nasionalisasi de Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dan
bank sirkulasi di Indonesia.
Undang-undang tersebut diperkuat dengan UU. No. 11/
1953 dan Lembaran Negara No. 40 tentang
restrukturisasi tatanan birokrasi pejabat keuangan dan
moneter Indonesia
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
Badan Lembaga ini diresmikan pada 19 Januari 1947
Perancang dan berada di bawah Kementrian Kemakmuran
Ekonomi yang bertugas menyusun rencana pembangunan
perekonomian selama 2 sampai 3 tahun.
Hasilnya adalah diajukannya draf Rencana
Pembangunan 10 tahun.

Kasimo I.J. Kasimo sebagai Menteri Urusan Bahan


Plan Pangan menggulirkan sebuah rencana untuk
melakukan swasembada pangan beras.
Panitia Pada Bulan April 1947, Badan Perancang
Pemikir Ekonomi diperluas menjadi Panitia Pemikir
Siasat Siasat Ekonomi yang betugas memberikan saran
Ekonomi atas kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh
Pemerintah.
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

●Program Benteng yang digagas oleh Dr. Sumitro


Djojohadikusumo (pada masa Kabinet Natsir)
merupakan sebuah penataan kondisi ekonomi
Indonesia harus diawali dengan mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
●Dalam hal ini para pengusaha nasional harus diberi
prioritas untuk lebih berkembang dengan pemberian
bantuan modal dan pelatihan yang dilaksanakan sejak
April 1950 hingga 1953.
●Program ini tidak berhasil, karena para pengusaha
ternyata justru semakin bergantung kepada
pemerintah tanpa berusaha secara mandiri.
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Domestik
Kebijakan Indonesianisasi
●Di bawah Kabinet Ali Sastroamidjojo, Menteri
Perekonomian Mr. Iskaq Tjokroadisuryo berusaha
mendorong kembali pengusaha-pengusaha kecil untuk
berkembang. Upaya-upaya yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
● Pemerintah mewajibkan perusahaan asing untuk
melatih tenaga-tenaga Indonesia.
● Pemerintah mendirikan perusahaan negara.
● Pemerintah memberikan kredit bagi pengusaha
nasional.
● Pemerintah memberikan perlindungan hukum yang
jelas
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Internasional

Untuk mengatasi blokade laut yang dilakukan oleh


Belanda, maka pemerintah Indonesia menerapkan
strategi diplomasi melalui jalur politik dan ekonomi.
Melalui jalur politik, strategi Melalui jalur
diplomasi yang digunakan oleh ekonomi, pemerintah
pemerintah adalah dengan cara Indonesia menerapkan
memberikan bantuan berupa strategi untuk
500 ribu ton beras terhadap membuat sebuah
India yang sedang dilanda kontak dagang
bencana kelaparan yang langsung dengan
berkepanjangan. negara asing.
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Internasional
●Makna politis dari strategi diplomasi ini terletak pada
2 hal, yaitu:
● Indonesia telah menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa secara politis, blokade laut
Belanda tidak memiliki implikasi apa-apa.
● Indonesia ternyata memiliki strategi yang jitu
untuk mendapatkan dukungan India dalam
berbagai forum dunia internasional.

●Perkembangan dari strategi diplomasi tersebut,


Indonesia mendapatkan dukungan India di forum-
forum internasional untuk memaksa Belanda agar
mencabut aksi blokade lautnya terhadap Indonesia.
Kebijakan Ekonomi – Keuangan Internasional
●Melalui jalur ekonomi, pemerintah RI menerapkan strategi
untuk membuat sebuah kontak dagang langsung negara asing,
seperti dengan AS, Malaya, dan Singapura.
●Indonesia kemudian mendirikan Banking and Trading
Corporation (BTC) yang dipimpin oleh Dr. Soemitro dan Dr.
Oeng Eng Die.
●1947, Indonesia juga membentuk lembaga perwakilan dagang di
Singapura yang bernama Indonesia Office (Indoff).
●Strategi Ekonomi dinilai cukup efektif karena dua hal utama:
● Negara-negara yang berinteraksi dagang langsung
dengan Indonesia merasa tidak nyaman dengan adanya
blokade laut Belanda. Seperti kasus ditahannya kapal
dagang AS Martin Behrman.
● Negara-negara partner dagang Indonesia akan secara
langsung mendukung Indonesia untuk mencabut
blokade laut Belanda.
Kebijakan Birokrasi Pemerintahan
Hasil Sidang I PPKI Hasil Sidang II PPKI
(18 Agustus 1945) (19 Agustus 1945)
●Menetapkan dan ●Membentuk 12
mengesahkan UUD 1945 departemen dan 4
●Memilih dan menteri negara
mengangkat Ir. Soekarno tanpa portofolio
sebagai Presiden dan Moh. ●Membagi
Hatta sebagai Wapres secara
wilayah
aklamasi.
●Membentuk Komite administrasi
Nasional MPR dan DPR pemerintahan atas
untuk membantu tugas-tugas 8 provinsi
Presiden.
SIDANG PPKI
Kebijakan Birokrasi Pemerintahan
Susunan Kabinet Pertama Hasil Sidang PPKI
Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranata Kusumah
Menteri Luar Negeri Mr. Achmad Subardjo
Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis
Menteri Kehakiman Prof. Dr. Mr. Supomo
Menteri Keamanan Rakyat Supriyadi
Menteri Kemakmuran Ir. Surachman T. Adisurjo
Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmojo
Menteri Pengajaran Ki Hadjar Dewantara
Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin
Menteri Pekerjaan Umum Abikusno Cokrosujoso
Menteri Sosial Mr. Iwa Kusuma Sumantri
Menteri Perhubungan (ad interim) Abikusno Cokrosujoso
4 Menteri Negara Tanpa Portofolio Dr. Amir
Wachid Hasjim
Mr. R.M. Sartono
Otto Iskandardinata
Kebijakan Birokrasi Pemerintahan

Susunan Pembagian Wilayah Administrasi


(Hasil PPKI)
Provinsi Sumatera Teuku Muhammad Hasan
Provinsi Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusmo
Provinsi Jawa Tengah R. Panji Suroso
Provinsi Jawa Timur R.M. Suryo
Provinsi Sunda Kecil Mr. I Gusti Ketut Puja
(Nusa Tenggara)
Provinsi Maluku Mr. J. Latuharhary
Provinsi Sulawesi Dr. G.S.SJ. Ratulangi
Provinsi Borneo Ir. Pangeran Muhammad
Noer
Kebijakan Birokrasi Pemerintahan
Maklumat Maklumat Politik 3 November 1945
Wakil Presiden Ditandatangani oleh Wapres Moh. Hatta
Moh. Hatta atas desakan Sutan Sjahrir (Ketua BP-
bersama KNIP KNIP)
(16 Oktober 1945) ●Pemerintah RI menghendaki
Menetapkan munculnya partai-partai politik untuk
bahwa KNIP menjadi media dalam menyalurkan dan
memiliki merefresentasikan seluruh aliran dan
kewenangan paham.
eksekutif dan ●Pemerintah RI menetapkan bahwa
legislatif, serta pembentukan partai-partai politik telah
memiliki hak tersusun sebelum pemilu pada 1946.
menyusun GBHN.
Kebijakan Birokrasi Pemerintahan
●Keputusan – keputusan yang dihasilkan dalam
Rapat Pleno KNIP (25-26 November 1945)

● Eksistensi dan Kedudukan dari Komite Nasional


● Pembentukan partai-partai politik sebagai wujud dari
proses demokratisasi bangsa.
● Penetapan secara bersama ruang lingkup kebijakan politik
dalam negeri dan luar negeri RI
● Usulan tentang proses perubahan pemerintahan lama yang
disertai dengan adanya proses pertanggungjawaban
kementrian dan pembentukan susunan dewan kementrian
baru.
● Ketetapan tentang penyusunan dan penyempurnaan
terhadap susunan KNIP yang berperan untuk
menjalankan kuasanya pada MPR. Perjalanan kekuasaan
ini berlangsung dari sistem pemerintahan presidensil
hingga sistem parlementer.
Kebijakan Pemerintah Indonesia
dalam Bidang Militer
Angkatan Pemuda Indonesia (API)
Badan-Badan Barisan Rakyat Indonesia (BARA)

Perjuangan Barisan Buruh Indonesia (BBI)


Barisan Banteng
yang tergabung Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS)

dalam Komite Pemuda Indonesia Maluku (PIM)


Hizbullah dan Sabilillah
Van Aksi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia)
BPRI (Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia)

Kesatuan Militer Pelajar Tentara Pelajar (TP)


dan Mahasiswa Tentara Genie Pelajar (TGP)
Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP)
API (Angkatan Pemuda Indonesia)
Aceh BPI (Barisan Pemuda Indonesia) berubah menjadi PRI (Pemuda Republik Indonesia)
Pemuda Republik Andalas
Sumatera Pemuda Andalas
Pemuda Republik Indonesia Andalas Barat
PPNI (Pusat Pemuda Nasional Indonesia)
Sulawesi
Kebijakan Pemerintah Indonesia
dalam Bidang Militer
Pemerintah membentuk BKR (badan Keamanan Rakyat) sebagai Dibentuk pula BKR Laut
bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dan BKR Oedara (BKRO)
Pemerintah memanggil Mayor KNIL Oerip Soemohardjo Untuk menyusun
ketentaraan nasional
5 Oktober 1945 Pemimpinnya Supriyadi,
Dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pembentukan Tentara namun menghilang.
Keamanan Rakyat (TKR)
20 Oktober 1945
Oerip Soemohardjo diangkat sebagai Kepala Staf Umum TKR
12 November 1945 Kol. Soedirman dipilih
Diadakan Konferensi TKR di Yogyakarta. sebagai Panglima TKR.
18 Desember 1945 Oerip Soemohardjo
Pemerintah secara resmi mengangkat Panglima Besar TKR Soedirman berpangkat Letnan Jenderal
dengan pangkat Jenderal
Januari 1946
TKR berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI)
3 Juni 1947
TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)
28 Juni 1947 Di Yogyakarta
Jend. Soedirman dilantik sebagai Panglima TNI
Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
Bidang Hubungan Pusat dan Daerah
●Selain harus merumuskan dasar negara, bentuk
kepemimpinan, dan perangkat negara lainnya, para
pendiri negara juga harus memikirkan cara untuk
mengintegrasikan keanekaragaman bangsa ke dalam satu
integrasi, yaitu negara Indonesia.
●Struktur birokrasi terdiri dari pemerintah pusat dan
pemerintah-pemerintah daerah. Pemerintah pusat
berperan sebagai pengontrol pemerintahan daerah dan
pengawasan pemerataan pembangunan.
●Struktur birokrasi pada masa awal kemerdekaan masih
memiliki beberapa kelemahan diantaranya adanya distorsi
dalam efektivitas penyampaian aspirasi yang bersifat
bertingkat (bottom up) serta distorsi dalam pelaksanaan
birokrasi bersifat top-down.
Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
Bidang Hubungan Pusat dan Daerah
●Para pejabat birokrasi pada
masing-masing level
Pemerintah Nasional
pemerintahan harus
Pusat
melaksanakan fungsi agrerasi
kepentingan dan artikulasi Gubernur Propinsi
kepentingannya dengan optimal. Bupati Kabupaten
●Struktrur birokrasi pada masa Camat Kecamatan
awal kemerdekan ini cukup
Lurah/ Kelurahan/
efektif dalam menyusun sebuah
Kepala Desa Desa
strategi ekonomi dan hankam
antara 1945-1950.
Gejolak Sosial di Berbagai Daerah
Pada Awal Kemerdekaan
●Berbagai Gerakan Gangguan Keamanan di
Dalam Negeri
● Gerakan Darul Islam / Tentara Islam
Indonesia (DI / TII)
● Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil
● Pemberontakan Andi Aziz
● Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
● Gerakan PRRI / PERMESTA (Pemerintah
Revousioner Republik Indonesia / Perjuangan
Rakyat Semesta)
● Pemberontakan PKI Madiun 1948
Gerakan Darul Islam /
Tentara Islam Indonesia (DI / TII)
Lokasi Pemimpin Latar Belakang Penanganan

Jawa Barat S.M. Menolak persetujuan Operasi Brata


Kartosuwiryo Renville untuk hijrah ke Yudha (1962)
Jawa Tengah dan tidak dengan taktik
mengakui lagi RI. Pagar Betis.
Jawa Tengah Amir Fatah & 23 Agustus 1949, bergabung Operasi Guntur,
Kyai bersama DI/ TII 1954.
Somolangu Kartosuwiryo.
Aceh Daud Beureuh Kekecewaan akibat Musyawarah
penurunan status Aceh Kerukunan Rakyat
menjadi keresidenan di Aceh (Desember
provinsi Sumatera Utara. 1962).
Sulawesi Kahar Banyaknya eks laskar yang Penumpasan
Selatan Muzakar gagal dalam nasionalisasi memerlukan
laskar-laskar menjadi APRIS. waktu 14 tahun
hingga 1965.
Kalimantan Ibnu Hadjar 1959, melalui operasi militer, Ibnu Hadjar
Selatan ditangkap dan dihukum mati (22-3-1965).
Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil

Pemimpin Kapten Raymond Westerling


Tujuan/ Latar Mempertahankan kepentingan Belanda
Belakang melalui negara boneka ciptaannya dalam
sistem negara federal

Pada 23 Januari 1963, 800 pasukan APRA menyerang Bandung.

Penanggulangan Pemerintah RI menghubungi pimpinan


pasukan Belanda.
Sore hari pasukan APRA berhasil
dilumpuhkan oleh APRIS .
Westerling berhasil lolos
Pemberontakan Andi Aziz
Pemimpin Kapten KNIL Andi Aziz
Tujuan/ Latar Di Makassar terjadi pro-kontra tentang pembubaran
Belakang (NIT) Negara Indonesia Timur.
Muncul Kekhawatiran bahwa kedudukan Andi Aziz
dan pengikutnya akan terdesak akibat oleh
datangnya pasukan APRIS dari Jawa.

Pagi hari, 5 April 1950 Andi Aziz dan pasukannya menyerang markas
APRIS dan menguasai Makassar.
Pasukan Andi Aziz diberi ultimatum oleh pemerintah pusat namun
ditolak.
Penanggulangan Pengerahan Pasukan gabungan APRIS dipimpin oleh
Kol. A.E. Kawilarang dibantu oleh Letkol Soeharto,
Mayor H.V. Worang, Andi Mattalata, dan Letnan S.
Sukowati.
Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemimpin Mr. Dr. Christian Robert Steven
Soumokil (bekas Jaksa Agung NIT)
Tujuan/ Latar Setelah NIT bubar, ingin membentuk
Belakang pemerintahan sendiri dan lepas dari
negara RI
RMS diproklamasikan pada tanggal 24 April 1950.
Penanggulangan ●Misi damai yang dipimpin oleh dr.
Leimena ditolak RMS
●APRIS melakukan serangan atas 3
Grup pasukan:
I.Mayor Achmad
Wirahadikusumah
II.Letkol. Slamet Riyadi
III.Mayor Surjo Subandrio
Gerakan PRRI / PERMESTA (Pemerintah
Revousioner Republik Indonesia / Perjuangan
Rakyat Semesta)
Pemimpin Letkol Achmad Husein (Dewan Banteng)
Letkol Ventje Sumual (PERMESTA)

Tujuan/ Latar Keprihatinan terhadap situasi dan kondisi bangsa yang teramat
Belakang kacau.
Kecewa terhadap pemerintah pusat yang sentralistisdan tidak adil.

20 Desember 1956, Achmad Husein mengambil alih Sumatera Tengah.


2 Maret 1957, Ventje Sumual memproklamasikan Piagam PERMESTA (Perjuangan Rakyat
Semesta).
15 Februari 1958, Achmad Husein memproklamasikan PRRI (Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia) dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri.
17 Februari 1958, Kol. D.J. Somba (Komandan KDMSUT) menyatakan wilayah Sulawesi
Utara dan Tengah bergabung dengan PRRI.

Penanggulangan Dilakukan MUNAS dan MUNAP (1957), namun tidak berhasil.


PRRI-PERMESTA dilumpuhkan pada Agustus 1958 dan sisa-sisanya
pada 1961.
22 Juni 1961, pemerintah memberikan amnesti dan abolisi.
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemimpin Amir Syarifuddin (Pemimpin FDR/
Front Demokrasi Rakyat)
Musso
Tujuan/ Latar Adanya ketidakpuasan terhadap
Belakang Kabinet Hatta sehingga ingin
melakukan revolusi dan mendirikan
negara Sosialis di Indonesia.
Di Solo terjadi bentrokkan antara simpatian PKI/FDR
dengan TNI.
Pada 18 Septeber 1948, FDR/ PKI menguasai Madiun
dan memproklamasikan berdirinya Republik Soviet
Indonesia
Penanggulangan Dilakukan operasi penumpasan oleh
TNI yang dipimpin oleh Kol. A.H.
Nasution.
Perkembangan Situasi Politik dan
Kenegaraan Indonesia di Awal Kemerdekaan

●Keragaman Ideologi Partai Politik di


Indonesia
●Hubungan antara Keragaman Partai
Politik dan Perubahan Otoritas Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
●Hubungan antara Keragaman Ideologi
dan Pembentukan Lembaga
Kepresidenan
Keragaman Ideologi Partai Politik di
Indonesia
Golongan Partai Politik Berhaluan Nasionalis

●Napas pergerakan kelompok-kelompok nasionalisme


pada dasarnya berfokus pada perjuangan kebebasan
intelektual yang akan membawa suatu negara kepada
kemakmuran dan kesejahteraan.
●Gerakan nasionalisme di Indonesia diwakili oleh PNI
(Partai Nasional Indonesia) yang berdiri pada 29
Januari 1946.
●PNI adalah gabungan Partai Rakyat Indonesia (PRI),
Serikat Rakyat Indonesia dan Gerakan Republik
Indonesia dengan dipimpin oleh Sidik Djojosukarto.
Keragaman Ideologi Partai Politik di
Indonesia
Golongan Partai Politik Berhaluan Agama
Islam Majelis Syuro Muslimin Indonesia/ Masyumi
(7 November 1945)
Pemimpin: Dr. Soekiman Wirjosandjojo

Nahdlatul Ulama (NU), 1926


Kristen Partai Kristen Indonesia/ Parkindo
(Protestan) (10 November 1945)
Pemimpin Ds. Probowinoto

Katolik Partai Katolik Republik Indonesia/ PKRI (8


Roma Desember 1945)
Pemimpin: I.J. Kasimo
Keragaman Ideologi Partai Politik di
Indonesia
Golongan Partai Politik Berhaluan Sosialis-Komunis

Nama Partai Waktu Pendirian Pemimpin


Partai Komunis Indonesia 7 November 1945 Mr. Moh. Yusuf
(PKI)
Persatuan Rakyat Marhaen 17 Desember 1945 J.B. Assa
Indonesia (Permai)
Partai Sosialis Indonesia 10 November 1945 Mr. Amir Syarifuddin
(PSI)
Partai Buruh Indonesia 8 November 1945 Nyono
(PBI)
Partai Rakyat Sosialis (PRS) 20 November 1945 Sutan Sjahrir
Partai Rakyat Jelata 8 November 1945 Sutan Dewanis
Hubungan antara Keragaman Partai
Politik dan Perubahan Otoritas
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
●Kinerja BP-KNIP kemudian menghasilkan Maklumat
Politik 3 November 1945 tentang pembentukan partai-
partai politik.
●Maklumat inilah yang menjadi awal dari adanya otoritas
mutlak KNIP untuk membentuk sebuah kebijakan yang
efek cakupannya bersifat nasional, dan setara dengan
kebijakan yang dibuat oleh Presiden.
●Otoritas KNIP yang pada awalnya hanya bertugas untuk
membantu kinerja presiden, telah beralih kepada
kekuasaan mutlak untuk mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yang selayaknya dimiliki oleh Presiden RI
menurut UUD 1945.
Hubungan antara Keragaman Ideologi dan
Pembentukan Lembaga Kepresidenan

■Terdapatnya keragaman ideologi Ir. Soekarno,


yang terbagi ke dalam golongan
Nasionalis
nasionalis, agama, dan sosialis- Achmad
komunis pada awal kemerdekaan Subardjo,
mengandung implikasi yang
signifikan terhadap struktur
kepemimpinan negara. Wachid Hasyim,
■Perubahan otoritas KNIP dan Agama
munculnya berbagai partai politik di Abikusno
Indonesia menjadi dua katalisator Cokrosujoso
utama terhadap perubahan struktur
kekuasaan pemerintahan.
■Susunan kabinet pertama yang
dibentuk pada 2 September 1945 Sosialis- Sutan Sjahrir,
pada dasarnya mencerminkan Komunis Amir Sjarifuddin
komposisi yang mewakili keragaman
ideologi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai