Anda di halaman 1dari 23

Indonesia pada Awal

Kemerdekaan sampai 1950

Proklamas i.flv

A. Upaya mempersiapkan
kemerdekaan

Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi


bangsa-bangsa yang dikuasainya
termasuk Indonesia agar mereka
membantu Jepang melawan Sekutu
Untuk mempelajari dan menyelidiki halhal penting yang berhubugan dengan
pembentukan negara Indonesia
merdeka, Jenderal Kumakichi Harada
mengumumkan pembentukan BPUPKI
pada 28 Mei 1945

Dalam sidang pertama 29 Mei 1945 BPUPKI


merumuskan dasar negara yang diusulkan
oleh Moh. Yamin, Soepomo dan Soekarno
1 Juni 1945 Soekarno mengusulkan
Pancasila yang kemudian diperingati
sebagai Hari Lahir Pancasila
Sidang I BPUPKI tidak menghasilkan suatu
kesimpulan atau rumusan, maka
dibentuklah Panitia Kecil yang kemudian
berhasil membuat rumusan gambaran
maksud dan tujuan pembentukan
Indonesia merdeka yang disebut dengan
Jakarta Charter pada 22 Juni 1945

Pada 10 Juli 1945 BPUPKI mengadakan sidang II


merumuskan rancangan UUD negara. Jakarta
Charter menjadi mukadimah UUD negara tetapi
ada perubahan pada sila pertama karena
keanekaragaman masyarakat Indonesia.
7 Agustus 1945 dibentuklah PPKI menggantikan
BPUPKI dan diresmikan pada 9 Agustus 1945.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia memiliki
landasan dasar agar kelak di kemudian hari dapat
dipertahankan.
Landasan dasar nasional: Pembukaan UUD 1945:
landasan dasar internasional: Atlantic Charter dan
Piagam San Fransisco.
Dengan landasan dasar tersebut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia memiliki kedudukan yang
kuat baik secara nasional maupun internasional.

B. Peristiwa seputar
proklamasi

14 Agustus 1945 setelah Hirosima dan


Nagasaki dibom atom Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu.
Mendengar berita tersebut para pemuda
segera bereaksi agar proklamasi
dilaksanakan secepatnya.
Terjadi perbedaan pendapat antara
golongan tua dan golongan pemuda
mengenai mekanisme kemerdekaan
Indonesia.

Golongan Pemuda berpendapat bahwa


kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan
masalah rakyat Indonesia yang tidak perlu
bergantung pada negara/bangsa lain
Golongan Tua berpendapat bahwa
kemerdekaan harus dilaksanakan melalui
revolusi secara terorganisir, untuk itu perlu
dibicarakan dalam rapat PPKI 18 Agustus 1945.
Perbedaan pendapat inilah yang mendorong
golongan pemuda membawa Soekarno-Hatta
ke Rengasdengklok karena golongan tua tidak
bersedia segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia sesuai desakan
golongan muda.

Soekarno-Hatta terpaksa dibawa ke


Rengasdengklok untuk mengamankan mereka
dari pengaruh Jepang.
Rengasdengklok dipilih untuk mengamankan
mereka karena letaknya yang terpencil dan
meruupakan markas tentara PETA
Golongan Tua akhirnya sepakat dengan golongan
pemuda untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tetapi dengan syarat
mereka kembali dulu ke Jakarta.
Atas jaminan dari Ahmad Subardjo dari golongan
tua bahwa kemerdekaan akan diproklamasikan
pada esak hari 17 Agustus 1945 akhirnya
mereka kembali ke Jakarta dan merumuskan teks
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda
di Jl. Imam Bonjol No. 1

Dengan bantua Moh. Hatta dan Ahmad Subardjo,


Soekarno menyiapkan teks yang ditulis dengan
pensil pada sehelai kertas. Setelah melalui
perdebatan kecil antara golongan tua dan golongan
pemuda akhirnya disepakati teks proklamasi yang
kemudian diketik oleh Sayuti Melik.
Atas usul Sukarni teks proklamasi ditandatangani
oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Direncanakan proklamasi akan dibacakan di
Lapangan Ikada (Lap. Monas) tetapi karena rencana
tersebut sudah terdengar oleh Jepang dan mereka
menjaga ketat Lapangan Ikada maka untuk
menghindari bentrokkan fisik akhirnya proklamasi
dibacakan di depan kediaman Soekarno Jl.
Pegangsaan Timur No. 56 jakarta pusat.

Berita proklamasi disebarkan ke seluruh


penjuru tanah air dan dunia melalui
berbagai media seperti:
Surat kabar (Djahaja dan Soeara Asia)
Selebaran
Stasiun kereta
Radio
Utusan dari daerah-daerah yang
menghadiri sidang PPKI dan menyaksikan
langsung pelaksanaan proklamasi

C. Kebijakan pemerintah Indonesia


pada awal kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan pemerintah Indonesia
menghadapi berbagai permasalahan domestik
dalam penerapan kebijakan perekonomian dan
keuangan, diantaranya:
Tingginya inflasi karena masih beredarnya mata
uang Jepang secara tak terkendali
Kondisi kas negara yang kosong karena belum
dapat ditarik pajak dan bea masuk
Status perdagangan ekspor yang macet karena
blokade laut Belanda dan maklumat panglima
AFNEI yang tetap memberlakukan mata uang NICA
di wilayah yang diduduki Sekutu.

Untuk menghadapi berbagai


permsalahan ekonomi dan keuangan
tersebut pemerintah mengeluarkan
kebijakan:

Pada 5 Juli 1946 menetapkan peraturan


tentang pembentukan Bank Negara
Indonesia (BNI46). Berdasarkan PP
pengganti UU No. 2 tahun 1946, Bank Negara
1946 menjadi bank umum pertama milik
pemerintah RI.
Pada 1 Oktober 1946 mengeluarkan UU No.
17 tahun 1946 tentang pemberlakuan ORI
yang diperkuat dengan UU No. 19 tahun
1946 tentang penukaran mata uang Jepang
terhadap ORI

Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang


kewajiban menabung bagi seluruh penduduk Jawa
dan Madura
Pada 15 Desember 1951 pemerintah
mengeluarkan UU No. 24 tahun 1951 tentang
nasionalisasi de Javasche Bank N.V. menjadi Bank
Indonesia (BI) yang berfungsi sebagai bank sentral
dan bank sirkulasi di Indonesia. UU ini diperkuat
dengan UU No. 11/1953 dan Lembaran Negara No.
40 yang berisi tentang restrukturisasi tatanan
pejabat keuangan dan moneter Indonesia.
Pada 19 Januari 1947 Pemerintah meresmikan
pembentukan Badan Perancang Ekonomi yang
bertugas menyusun rencana pembangunan
perekonomian selama dua sampai 3 tahun.

Menteri Urusan Bahan Pangan menggulirkan


rencana untuk melakukan swasembada
beras pangan beras yang dikenal dengan
Kasimo Plan.
Pemerintah menyusun kebijakan
perekonomian Sistem Ekonomi Gerakan
Benteng yang digagas oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dan diterapkan pada masa
Kabinet Natsir. Program ini dimaksudkan
untuk menghidupkan industri-industri kecil
sebagai kekuatan utama ekonomi nasional.
Program Benteng tidak berhasil mencapai
tujuannya dilanjutkan dengan kebijakan
Indonesianisasi

Kebijakan ekonomi-keuangan
internasional

Pada awal kemerdekaan permasalahan


utama yang dihadapi pemerintah
Indonesia dalam menerapkan kebijakan
ekonomi-keuangan internasional adalah
adanya blokade laut oleh Belanda yang
membuat aktivitas ekonomi dan diplomasi
internasional menjadi terhambat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah menerapkan strategi
diplomasi melalui jalur politik dan
ekonomi

Melalui jalur politik pemerintah Indonesia


memberikan bantuan kepada India yang
sedang dilanda bencana kelaparan.
Strategi ini memiliki makna politis, yaitu
telah menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa blokade laut Belanda
tidak memiliki implikasi apa-apa terhadap
jalur lalu-lintas pelayaran internasional
Indonesia. Selain itu juga menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki strategi yang
jitu untuk mendapatkan dukungan dari
India dalam berbagai forum internasional
untuk memaksa Belanda mencabut aksi
blokade lautnya terhadap Indonesia.

Melalui jalur ekonomi, pemerintah membuat


sebuah kontak dagang langsung dengan negara
asing seperti Singapura, Malaya dan Amerika
Serikat
Indonesia mendirikan badan perdagangan Banking
and Trading Corporation (BTC)
Indonesia membentuk sebuah lembaga perwakilan
dagang di Singapura yang bernama Indonesia
Office (Indoff) yang bertugas menjalankan
diplomasi ekonomi untuk kepentingan luar negeri
Indonesia
Dengan strategi ekonomi ini Indonesia
mendapatkan dukungan dari negara-negara patner
dagang untuk mencabut blokade laut Belanda
dengan alasan kelancaran kepentingan ekonomi
dan perdagangan mereka

Kebijakan Birokrasi Pemerintahan


Hal pertama yang dilakukan oleh pemerintah pada
awal kemerdekaan di bidang birokrasi adalah
membentuk sistem birokrasi Indonesia agar dapat
menjalankan good govermance.
Maka pada 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang
yang pertama dan menghasilkan kesepakatan:
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD RI 1945 (UUD
1945) yang berisi 37 pasal.
2. Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai Presiden
RI dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia (MPR & DPR)
untuk membantu tugas Presiden.

Pada keesokan harinya, 19 Agustus 1945 PPKI


melaksanakan sidang yang kedua dan berhasil
membentuk 12 departemen dan 4 menteri
negara tanpa portofolio sebagai badan
eksekutif, serta membagi wilayah administratif
pemerintahan menjadi 8 propinsi beserta
gubernurnya.
Kebijakan lainnya adalah dikeluarkannya
maklumat pada 16 Oktober 1945 yang
menetapkan bahwa KNIP memiliki kewenangan
eksekutif dan legislatif, serta memiliki hak
menyusun GBHN
Pemerintah kemudian mengeluarkan Maklumat
Politik 3 November 1945 tentang pembentukan
partai-partai politik di Indonesia.

Kebijakan dalam Bidang Militer

Untuk memelihara keselamatan negara dan


bangsa, pemerintah membentuk Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang beranggotakan
mantan pasukan rekrutan Jepang seperti Heiho,
Peta, Seinendan dan Keibodan.
Karena dinilai BKR tidak cukup solid menghadapi
provokasi pasukan Belanda, pada 5 Oktober 1945
pemerintah mengeluarkan maklumat tentang
berdirinya TKR.
Pada Januari 1946 TKR diubah menjadi TRI dan
kemudian pada 3 Juni 1947 dirubah lagi menjadi
TNI dengan Jend. Sudirman sebagai Panglima
Tertingginya.

D. Perkembangan situasi politik dan


kenegaraan Indonesia di awal kemerdekaan

Perkembangan politik Indonesia pada awal


kemerdekaan sangat dipengaruhi oleh pembentukan
KNIP dan dikeluarkannya Maklumat Politik 3 Nopember
1945
Dikeluarkannya Maklumat Politik 3 Nopember 1945
mendorong munculnya partai-partai politik dengan
berbagai ideologi yang mempunyai arah dan metode
pergerakan yang berbeda-beda.
Partai politik berhaluan nasionalis: PNI, SRI dan GRI
Partai politik berhaluan agama: Masyumi, NU, Parkindo
dan PKRI.
Partai politik berhaluan sosial-komunis: PKI, Permai,
PBI, PSI, PRS dan PRJ.

4 januari 1946 ibu kota negara untuk sementara


waktu dipindah ke Yogyakarta karena Jakarta rawan
teror dan intimidasi pihak asing. Yogyakarta dipilih
karena terdapat markas besar tentara pasukan
Laskar Hizbullah Sabilillah dan Laskar Mataram
pimpinan Sri Sultan HB IX yang siap tempur bila
keadaan genting. Selain itu Yogyakarta juga
memiliki letak strategis untuk perjuangan diplomasi
dan bersenjata.
Tugas KNIP adalah membantu dan menjadi
pengawas kinerja Presiden dalam melaksanakan
tugas pemerintahan dan mempunyai wewenang
memberikan usulan kebijakan kepada Presiden.
KNID bertugas membantu dan mengawasi jalannya
kinerja pemerintahan di tataran yang lebih rendah
dari presiden seperti gubernur dn bupati.

See u at
www.asmarahistory.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai