Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

KEHIDUPAN MASYARAKAT
INDONESIA SEJAK MASA
KEMERDEKAAN HINGGA
REFORMASI

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah


kemerdekaan dicapai, setiap warga negara memiliki kewajiban untuk mengisinya dengan
kegiatan yang bermanfaat. Pada bab ini akan mempelajari dinamika kehidupan bangsa
Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga reformasi.

A.Masa Awal Kemerdekaan ( 1945 – 1950 )


Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan
oleh Soekarno didampingi Mohammad Hatta. Pembacaan proklamasi kemerdekaan tidak
serta merta membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Indonesia masih harus
berjuang mempertahankan kemerdekaan.

1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


a. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Pada 7 September 1944 Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengeluarkan


pernyataan mengenai janji kemerdekaan Indonesia. Pernyataan ini dikenal dengan
“Janji Koiso “. Untuk merealisasikan janji tersebut, jepang melakukan Langkah –
Langkah sebagai berikut :

1) Membentuk Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI )

Dokuritsu Junbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) dibentuk pada 1 Maret 1945 oleh Letnal
Jenderal Kumakici Harada yang di ketuai oleh Radjiman Wediodiningrat.
BPUPKI bersidang sebanyak dua kali. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1
Juni 1945 membahas rumusan dasar negara. Siding kedua berlangsung pada 10 –
16 Juli 1945 membahas rancangan undang – undang dasar negara Indonesia.
Dalam sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945,
Radjiman Wedjodiningrat menekankan dasar negara Indonesia bersumber dari
nilai – nilai yang sudah berakar kuat dari hati dan pikiran rakyat. Pada sidang ini
Radjiman Wedjodiningrat meminta anggota BPUPKI untuk menyampaikan usul
mengenai rancangan dasar negara Indonesia. Empat tokoh yang menyampaikan

1
rancangan dasar negara adalah Muhammad yamin, Ki Bagus Hadikusumo,
Soepomo, dan Soekarno.
Untuk menampung saran, kritik, dan konsepsi terkait usulan rancangan
dasar negara Indonesia Radjiman Wedjodiningrat membentuk panita Sembilan
yang diketuai Soekarno. Tugas panitia Sembilan selesai tangga 22 Juni 1945
setelah rumusan dasar negara berhasil disepakati. Hasil rumusan dasar negara
dari panita Sembilan oleh Muhammad Yamin disebut “ Piagam Jakarta “ atau “
Jakarta Charter“. Rancangan tersebut di terima secara bulat dan sepakat untuk
dimatangkan pada siding kedua BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945.
Untuk mempercepat proses siding, BPUPKI membentuk panitia perancang
undang – undang dasar yang diketuai oleh Soekarno dengan delapan belas
anggota. Dalam siding pada 11 Juli 1945 panitia perancang undang – undang
dasar menyepakati preambule atau pembukaan undang – undang dasar diambil
dari Piagam Jakarta. Radjiman Wedjodiningrat menutup siding kedua BPUPKI
pada tanggal 16 Juli 1945. Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan
oleh pemerintah Jepang.

2). Membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


( PPKI )

Pada 7 Agustus 1945 dibentuk Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) untuk menggantikan BPUPKI. PPKI
diketuai oleh Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai wakil ketua. Ahmad
Soebardjo sebagai penasehat PPKI. Tugad PPKI adalah melanjutkan tugas
BPUPKI, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada
Indonesia. Selain itu tugas PPKI mempersiapkan segala sesuatu yang
mencangkup ketatanegaraan setelah Indonesia merdeka.

b. Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945. Peristiwa ini terjadi


karena perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan antara
golongan tua dan golongan muda. Pada peristiwa ini golongan muda mengamankan
Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Golongan muda tidak ingin
Soekarno dan Mohammad Hatta terpengaruh pemerintah Jepang. Golongan muda
terus mendesak untuk segera dilaksanakan proklamasi kemerdekaan.

c. Perumusan dan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perumusan naskah proklamasi dilakukan di kediaman Laksamana Tadashi


Maeda. Naskah proklamasi dirancang oleh golongan tua, yaitu Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Soekarno menuliskan konsep naskah
proklamasi. Mohammad Hatta dan Ahmad Soebarjo menyumbangkan pikiran secara
lisan. Golongan Muda yang hadir adalah Sukarni, Sudiro, Sayuti Melik, dan B.M.
Diah.
Pada pukul 10.10 WIB Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan
naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya dilakukan pengibaran
bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat. Serta menyanyikan
Lagu “ Indonesia Raya “ untuk mengiringi pengibaran bendera.

2
2. Dukungan Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Setelah pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan
Mohammad Hatta, berita tersebut langsung menyebar ke seluruh Indonesia dan dunia.
Dukungan rakyat Indonesia terhadap proklamasi kemerdekaan mengalir dari berbagai
daerah, salah satu bentuk dukungan tersebut dilakukan melalui pelaksanaan rapat Ikada
pada 19 September 1945. Acara ini diadakan oleh para pemuda dan mahasiswa yang
tergabung dalam Committee van Active yang dilaksanakan di lapangan Ikada. Tujuan
rapat raksasa ini adalah memperingati satu bulan proklamasi kemerdekaan dan
memberikan dukungan terhadap Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri.

3. Pembentukan Pemerintah Republik Indonesia

Salah satu unsur terbentuknya sebuah negara adalah pemerintah yang berdaulat.
Setelah Soekarno dan Mohammad Hatta memprokalmasikan kemerdekaan, para tokoh
bangsa segera mengadakan rapat untuk membentuk struktur pemerintahan. Melalui
siding PPKI para tokoh bangsa Menyusun struktur pemerintahan. PPKI mengadakan
tiga kali siding, yaitu tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945. Ketiga sidang tersebut
menghasilkan keputusan berikut :
a) Pengesahan UUd 1945
Sidang pertama PPKI pada 18 Agustus 1945 menetapkan UUD 1945 sebagai
undang – undang dasar negara Indonesia. Rancangan UUD 1945 telah
dibahas dalam sidang BPUPKI pada 10 – 16 Juli 1945. Dengan pengesahan
UUD 1945, Indonesia telah memiliki landasan konstitusional untuk
menjalankan pemerintahan.
b) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Sidang pertama PPKI membahas pemilihan presiden dan wakil presiden.
Salah satu anggota PPKI Bernama Otto mengusulkan pemilihan presiden dan
wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Otto mengajukan Soekarno dan
Mohammad Hatta sebagai calon presiden dan wakil presiden. Semua anggota
PPKI menerima usulan tersebut. Sehingga Soekarno dan Mohammad Hatta
ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden.
c) Pembentukan Pemerintahan Daerah
Sidang PPKI 19 Agustus 1945 membagi wilayah Indonesia menjadi 8
Provinsi yang dikepalai oleh seorang gubenur. Provinsi tersebut adalah
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
d) Pembentukan Departemen / Kementerian
Sidang kedua PPKI membahas pembentukan kementerian. Kedua belas
departemen / kementerian yang dibentuk dalam sidang tersebut adalah
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen
Kehakiman, departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen
Kesehatan, Departemen Pengajaran, Departemen Sosial, Departemen
Pertahanan, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan, dan
Departemen Pekerjaan Umum.
e) Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP )
Pada 22 Agustus 1945 pada sidang ke tiga PPKI salah satunya mengahsilkan
Pembentukann Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP ). Pada 29 Agustus
1945 anggota KNIP dilantik. Pelantikan KNIP dilaksanakan di Gedung
Kesenian, Jakarta. KNIP diketuai oleh Kasman Singodimedjo dan Suwirjo
sebagai sekretaris. Selain di Jakarta pembentukan Komite Nasional di

3
lakukan di setiap Provinsi dengan sebutan Komite Nasional Indonesia Daerah
( KNID ). Tugas KNID adalah membantu tugas pemerintah daerah.
f) Pembentukan Badan Keamanan Rakyat ( BKR )
Pada tanggal 23 Agustus 1945 presiden Soekarno mengesahkan pembentukan
Badan Keamanan Rakyat ( BKR ). BKR bertujuan memelihara keselamatan
dan keamanan masyarakat. Pada awal pembentukkannya BKR dipimpin oleh
Kolonel Soedirman. Pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR berganti nama
menjadi Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ). TKR menjadi cikal bakal Tentara
Nasional Indonesia ( TNI ).

4. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia belum dapat dinikmati oleh
seluruh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia masih terus berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang dicapai. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu,
Belanda berkeinginan menguasai Kembali kekuasaannya di Indonesia dengan
membonceng tantara Sekutu. Kondisi ini mendorong Pemerintah dan rakyat Indonesia
Bersatu untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan tersebut dilakukan
du acara, yaitu perjuangan fisik dan diplomasi.

a. Perlawanan Mempertahankan Kemerdekaan

1) Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran ini berlangsung pada 15 – 19 Oktober 1945. Pertempuran yang


diawali dengan Langkah dr. karyadi sebagai Kepala Rumah Sakit Purusara yang
berusaha memeriksa sumber air minum di Candi Lama, akan tetapi usaha dr.
Karyadi mendapat halangan dari pasukan Jepang. Akhirnya, dr. Karyadi di
tembak pasukan Jepang. Peristiwa ini memicu pertempuran antara pemuda
Semarang dan pasukan Kidobutal. Pertempuran berakhir setelah terjadi
perundingan antara pihak Indonesia yang diwakili Kasman Singodimedjo dan
Sartono dengan pihak Jepang yang di wakili Letnan Kolonel Nomura.

2) Pertempuran Ambarwa

Pertempuran Ambarwa diawali dari kedatangan tantara Sekutu di Semarang


tanggal 20 Oktober 1945 yang ternyata diboncengi oleh pasukan NICA.
Pertempuran mulai terjadi Ketika tantara NICA membebaskan dan
mempersenjatai tawanan perang di Magelang. Di Ambarawa pasukan Sekutu
dikepung pasukan TKR di bawah pimpinanan Kolonel Soedirman. Melalui
strategi supit urang, pasukan TKR berhasil memukul mundur pasukan sekutu ke
Semarang pada 15 Desember 1945.

3) Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu pada 25


Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby. Selanjutnya pada 30
Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank Internasional di Jembatan
Merah. Pemuda – pemuda mengepung gedung tersebut dan meminta pasukan
Mallaby menyerah. Dalam pertempuran ini Brigjen Mallaby terbunuh.

4
Terbunuhnya Mallaby menyebabkan kemarahan Sekutu. Kemudian, Letnal
Jendral Christison, selaku panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada rakyat
Surabaya menyerahkan senjata paling lambat 9 November 1945 pukul 18.00.
Oleh karena ultimatum tidak dihiraukan rakyat Surabaya, pada 10 November
1945 pasukan Sekutu menyerang Surabaya.Pada perkembangannya, pemerintah
menetapkan tanggal 10 November sebagai hari Pahlawan.

4) Pertempuran Bandung Lautan Api

Bandung Lautan Api diawali dari kedatangan pasukan Sekutu di Bandung pada
Oktober 1945, selanjutnya pada 21 November 1945 Sekutu mengultimatum
rakyat Bandung agar mengosongkan wilayah Bandung Utara dan menyerahkan
senjata yang mereka miliki. Rakyat tidak menghiraukan sehingga memicu
pertempuran dengan Sekutu. Pada 23 Maret 1946 Sekutu Kembali
mengultimatum rakyat Bandung agar mengosongkan wilayah Bandung Selatan.
Atas inisiatif Kolonel A.H. Nasution, ultimatum tersebut dijawab rakyat
Bandung dengan membumihanguskan Kota Bandung agar sekutu tidak
memanfaatkan infrastruktur di Kota Bandung.

5) Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area berawal dengan kedatangan Sekutu di bawah


pimpinan Brigjen T.E.D kellypada 9 Oktober 1945 di Medan. Pertempuran ini
diawali oleh insiden antara pasukan Belanda dan pemuda setempat di daerah
Medan pada 13 Oktober 1945. Pemuda setempat merasa dilecehkan oleh
perilaku tantara NICA ( Belanda ) yang menginjak – injak lencana merah putih
yang dikenakan para pemuda setempat. Insiden ini meluas menjadi pertempuran.
Dalam perkembangannya, Belanda memasang patok – patok bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area untuk menandai wilayah pertempuran dengan
masyarakat setempat.

b. Perjuangan Diplomasi

Selain perlawanan fisik, perjuangan memperoleh pengakuan kedaulatan dilakukan


melalui jalur Diplomasi.

1) Perundingan Linggajati

Perundingan Linggajati dilaksankan pada 10 – 15 November 1946. Dalam


perundingan ini mempertemukan Indonesia dan Belanda. Perundingan
Linggajati di prakarsai oleh Lord Killearn ( Inggris ), pemerintah Indonesia
mengirimkan delegasi yang dipimpin Sutan Sjahrir. Perundingan Linggajati
menghasilkan kesepakatan antara lain :
 Pengakuan kedaulatan Republik Indonesia secara de facto oleh Belanda
meliputi wilayah Jawa, Sumatera, dan Madura.
 Pembentukan Uni Indonesia – Belanda
 Wacana mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat ( RIS )

2) Perundingan Renville

5
Perundingan Renville berlangsung pada 8 Desember 1947. Delegasi Indonesia
dalam perundingan Renville dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin Abdulkadir Widjojoatmodjo. Hasil perundingan
antara lai :
 Persetujuan gencatan senjata
 Ditariknya pasukan TKR yang berada di Kawasan garis demarkasi van
Mook
 Pengakuan kedaulatan wilayah Indonesia meliputi Jawa dan Sumatera
 Enam pasal tambahan dari KTN yang berisi kedaulatan Indonesia berada
di tangan Belanda sampai masa penyerahan kedaulatan

3) Perundingan Roem - Royen

Perundingan Roem – Royen dilaksanakan pada 14 April – 7 Mei 1949. Dalam


perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin Moh.Roem, sedangkan delegasi
Belanda dipimpin J.H. van Royen. Perundingan Roem – Royen menghasilkan
beberapa keputusan anatar lain :
 penghentian tembak menembak
 Dikembalikannya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
 Segera dilaksanakan Konferensi Meja bundar di Den Haag, Belanda

4) Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar dilaksankan di Den Haag, Belanda pada 21 Agustus – 2


November 1949. Pada pelaksanaan Konferensi Meja Bundara da tiga pihak yang
hadir, yaitu Indonesia, BFO, dan Belanda.
Konferensi Meja Bundar resmi dibuka pada 23 Agustus 1949. Pada 2 November
1949 dihasilkan keputusan antara lain :
 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat ( RIS ) sebagai
negara merdeka dan berdaulat,
 Masalah Irian Barat akan diselesaikan satu tahun setelah pengakuan
kedaulatan,
 Akan dibentuk Uni Indonesia – Belanda yang bersifat longgar
berdasarkan kerja sama secara sederajat.

c. Pengakuan Kedaulatan

Salah satu hasil keputusan Konferensi Meja Bundar ( KMB ) adalah


pembentukan Republik Indonesia Serikat ( RIS ). RIS berbentuk federasi dengan
beberapa negara bagian, termasuk Republik Indonesia.Pada perkembangannya,
pembentukan negara serikat tidak memuaskan rakyat Indonesia. Beberapa tokoh
bangsa menginginkan Indonesia Kembali ke bentuk negara kesatuan. Pada 15
Agustus 1950 Soekarno selaku presiden RIS membacakan piagam terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rapat gabungan parlemen dan senat
RIS. Indonesia Kembali ke bentuk negara kesatuan.

5. Gangguan Keamanan pada Awal Kemerdekaan


6
Kemerdekaan yang diraih Indonesia tidak lepas dari berbagai pemberontakan dan
pergolakan yang mengancam integrasi bangsa dan negara. Sejarah mencatat berbagai
pemberontakan dan pergolakan pernah mengancam keutuhan bangsa dan negara
Indonesia. Beberapa pemberontakan dan pergolakan pada masa ini sebagai berikut :

a. Pemberontakan PKI di Madiun pada 1948

Pada 18 September 1948 Muso dan PKI memproklamasikan berdirinya


pemerintah Soviet Indonesia di Madiun. Salah satu tujuannya adalah mengganti
Pancasila dengan ideologi komunis. PKI juga mempersenjatai orang – orang yang
tersingkir akibat kebijakan Rekontruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang
( RERA ).
Tindakan PKI memicu pemerintah Republik Indonesia melancarkan operasi
militer di Madiun. Setelah dua minggu melakukan serangan, pada 30 September
1948 pasukan Divisi Siliwangi berhasil merebut Kota Madiun. Dua bulan kemudian,
operasi militer dinyatakan selesai. Beberapa tokoh PKI, seperti D.N. Aidit dan M.H.
Lukman berhasil meloloskan diri ke Tiongkok dan Vietnam. Adaupun Muso
terbunuh oleh tantara Indonesia. Sementara Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dan dihukum mati pada 20 Desember 1948.

b. Pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia ( DI / TII )

Pemberontakkan DI/TII muncul sebagai bentuk kekecewaan terhadap hasil


Perundingan Renville. Pemberontakan Di/TII dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo,
seorang mantan anggota Laskar Hizbullah. Kartosuwiryo menentang rencana
keluarnya pasukan Siliwangi dari Jawa Barat. Kondisi tersebut sama seperti
menyerahkan wilayah Jawa Barat kepada Belanda. Pada 7 Agustus 1949
Kartosuwiryo mendirikan negara Islam Indonesia ( NII ) dan menyatakan tidak lagi
menjadi bagian dari NKRI. Kartosuwiryo juga menyerang setiap pasukan TNI yang
memasuki wilayah Jawa Barat yang tidak mengakui keberadaan NII.
Pemerintah menggunakan cara damai melalui perundingan untuk meredakan
pemberontakan. Cara ini menemui kegagalan. Akhirnya, pemerintah memutuskan
menggunakan cara operasi militer. Pemberontakan DI / TII di tumpas melalui
operasi militer dan berakhir Ketika pemimpin tertangkap dan dijatuhi hukuman
mati. Sementara, Kartosuwiryo tertangkap pada 4 Juni 1962 di Gunung Beber
melalui strategi Pagar Betis dalam Operasi Baratayuda.

6. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Awal Kemerdekaan


Kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa Indonesia membawa perubahan sangat
besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari
kondisi ekonomi, social, Pendidikan, dan budaya masyarakat. Berbagai kondisi
masyarakat Indonesia pada masa kemerdekaan tersebut dijelaskan sebagai berikut ;

a. Kehidupan Ekonomi

7
Permasalahan di bidang ekonomi menyebabkan stabilitas nasional terganggu,
kondisi ekonomi negara terganggu. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia
tidak mempunyai kas negara. Kondisi ini diperburuk dengan meningkatnya
inflasi dan blockade ekonomi yang dilakukan Belanda. Kondisi yang tidak
menentu pada awal kemerdekaan mendorong pemerintah melakukan beberapa
upaya menstabilkan perekonomian. Pemerintah kemudian mengeluarkan
kebijakan untuk menata perekonomian bangsa antara lain :
 Malakukan program pinjaman nasional
 Melakukan diplomasi beras dengan India
 Mengadakan hubungan dagang langsung dengan negara lain

b. Kehidupan Sosial

Kemerdekaan yang diperoleh Indonesia berpengaruh besar bagi


kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Pada masa penjajahan bangsa asing
terjadi dikriminasi sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesi. Masyarakat
Indonesia ditempatkan pada lapisan social yang rendah. Kondisi menyebabkan
timbulnya perbedaan hak yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Setelah
Indonesia merdeka, berbagai diskriminasi social dihapus.

c. Kehidupan Pendidikan

Kondisi Pendidikan bangsa Indonesia pada masa penjajahan sangat


memprihatinkan. Memasuki masa kemerdekaan pemerintah Indonesia berusaha
memperbaiki sistem Pendidikan. Usaha yang dilakukan antara lain :
 pertama dengan membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran
Republik Indonesia yang di ketuai oleh Ki Hajar Dewantara.
Tujuannya adalah meneliti dan merumuskan masalah pengajaran.
 Menyusun sistem Pendidikan baru yang disebut Pendidikan
merdeka. Tujuan umu Pendidikan merdeka adalah mendidik anak
– anak menjadi warga negara yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuannya kepada negara.
Adapun sistem Pendidikan pada awal kemerdekaan ada empat tingkatan, yaitu
sekolah rakyat ( dasar ), sekolah lanjutan, sekolah industry, serta perguruan
tinggi.

d. Kehidupan Budaya

Seni Lukis dan seni sastra merupakan perekmbangan budaya yang


menonjol pada awal kemerdekaan. Berdrinya Balai Pustaka pada awal
kemerdekaan menjadi pendorong perkembangan Bahasa dan sastra Indonesia.
Pada awal kemerdekaan telah muncul karya sastra Angkatan ‘ 45 yang Sebagian
besar bercerita tentang berjuangan merebut kemerdekaan. Sastrawan Angkatan
’45 antara lain Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Rival Apin, Utuy Tatang Sontani,
dan Trisno Sumardjo.

B.Masa Demokrasi Liberal ( 1950 – 1959 )

8
Pada tanggal 17 Agustus 1950 bangsa Indonesia resmi Kembali ke bentuk negara
kesatuan. Setelah Kembali ke bentuk negara kesatuan, Indonesia menerapkan sistem
Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer.

1. Perkembangan Politik

Setelah Kembali ke bentuk negara kesatuan pada 1950, Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer. Selain itu, Konstitusi RIS diganti dengan Undang – Undang
Dasar Sementara 1950 ( UUDS 1950 ). Ciri – ciri perkembangan politik pada masa
Demokrasi Liberal sebagai berikut :

a. Sistem Pemerintahan

Dalam Demokrasi Liberal kedudukan presiden hanya sebagai kepala


negara. Adapun kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri yang
sekaligus memimpin kabinet. Pada Demokrasi Liberal sering terjadi pergantian
kabinet. Kondisi ini terjadi karena kabinet dibangun dari kekuatan koalisi partai –
partai peserta pemilu. Hal ini disebabkan kabinet jatuh karena mosi tidak percaya
dari parlemen.
Pada masa pemberlakuan Demokrasi Liberal tercatat ada tujuh kali
pergantian kabinet. Ketujuh kabinet tersebut sebagai berikut :
1) Kabinet Natsir ( September 1950 – Maret 1951 )
2) Kabinet Sukiman ( April 1951 – Februari 1952 )
3) Kabinet Wilopo ( April 1952 – Juni 1953 )
4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I ( Juli 1953 – Agustus 1955 )
5) Kabinet Burhanuddin Harahap ( Agustus 1955 – Maret 1956 )
6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II ( Maret 1956 – Maret 1957 )
7) Kabinet Djuanda ( Maret 1957 – Juli 1959 )

b. Sistem Kepartaian dan Pemilu 1955

Pada masa Demokrasi Liberal sistem kepartaian yang berlaku adalah


sistem multipartai, yang artinya terdapat banyak partai politik. Partai – partai
yang muncul pada Demokrasi Liberal antara lain : Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI,
PRJ, Parkindo, PRS, Permai, dan PKRI.
Banyaknya partai pada masa ini menyebabkan terjadinya persaingan antar
partai. Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya pergantian kabinet yang
menyebabkan program – program kerja tidak berjalan sebagai mestinya. Kondisi
ini menyebabkan stabilitas politik, sosial, ekonomi, serta keamanan terganggu.
Pembentukan partai – partai politik ditindaklanjuti dengan pelaksanaan
pemilihan umum. Pemilihan umum pertama terjadi pada tahun 1955 dilaksanakan
pada masa pemerintahan kabinet Burhanuddin Harahap.. Pemilu dilaksanakan
pada dua tahap, tahap pertama pada 29 September 1955 untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat atau parlemen. Tahap kedua pada 15 Desember 1955
untuk memilih anggota Dewan Konstituante ( Dewan pembentuk Undang –
Undang Dasar ). Dalam pemilu 1955 empat partai muncul sebagai pemenang
yaitu : Partai Nasional Indonesia ( PNI ), Masyumi, Nahdatul Ulama ( NU ), dan
Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Kabinet yang terbentuk setelah pemilu adalah
kabinet Ali Sastroamidjojo II ( Maret 1956 ).
c. Konferensi Asia – Afrika ( KAA )
9
Konferensi Asia – Afrika merupakan konferensi antara negar – negara di
Kawasan Asia dan Afrika. Peserta konferensi Asia – Afrika Sebagian besar
merupakan negara yang baru memperoleh kemerdekaan. KAA berlangsung pada
18 – 24 April 1955 di Bandung, Indonesia dan dihadiri 29 negara. Beberapa
negara di Kawasan Asia dan Afrika mulai memperjuangkan kemerdekaannya
setelah KAA berakhir. KAA juga menjadi awal lahirnya organisasi Gerakan Non
– Blok ( GNB ). Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan KAA menyebabkan
Indonesia mendapat respon positif di dunia internasional. Selain itu, Indonesia
mendapat dukungan bagi pembebasan Irian Barat yang saat itu masih diduduki
Belanda.

d. Deklarasi Djuanda

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi


Hindia Belanda 1939 ( Ordonantie 1939 ). Isi dari Ordonansi 1939 disebutkan
laut teritorial Indonesia lebarnya tiga mil dari garis pantai. Dengan peraturan ini
kapal asing bebas mengarungi lautan Indonesia yang berjarak lebih dari 3 mil
dari garis pantai. Kondisi ini mendorong pemerintah Kabinet Djuanda
mendeklarasikan hukum teritorial yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda.
Berdasarkan Deklarasi Djuanda, Indonesia menganut prinsip – prinsip negara
kepulauan ( archipelago state ). Menurut sistem ini, lautan di sekitar Indonesia
menjadi bagian wilayah Republik Indonesia dan bukan Kawasan bebas.

2. Gerakan Disintergrasi Bangsa


Kondisi keamanan di Indonesia tidak begitu stabil, penyebab utamanya adalah
terjadinya beberapa Gerakan disintegrasi yang mengarah pada aksi pemberontakan
terhadap NKRI. Beberapa pemberontakan yang terjadi pada periode 1950-an sebagai
berikut :

a. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil ( APRA )

Pemberontakan APRA terjadi di kota Bandung pada 23 Januari 1950 di


bawah pimpinan Kapten Westerling. Pemberontakan APRA dilatarbelakangi oleh
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ). Kondisi ini
diperkeruh dengan pertentangan politik antara golongan federalis yang ingin
mempertahankan keberadaan negara bagian dan golongan unitaris yang
menginginkan negara kesatuan.
Untuk mengatasi pemberontakan APRA, pemerintah RIS mengambil
Tindakan antara lain mengirimkan bantuan kesatuan – kesatuan polisi dari Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta mengadakan perundingan dengan Belanda. Hasil
perundingan adalah Mayor Jenderal Engels sebagai Komandan Tentara Belanda
di Bandung mendesak Kapten Westerling meninggalkan kota bandung.

b. Pemberontakan Republik Maluku Selatan ( RMS )

Pemberontakan Republik Maluku Selatan ( RMS ) dipimpin Christian


Robert Steven Soumokil. Ia menolak penyatuan Negara Indonesia Timur dengan
Republik Indonesia. Penyebab utama munculnya pemberontakan adalah tidak

10
meratanya pembagian dana pembangunan daerah. Pemberontakan ini dapat
diatasi melalui operasi militer yang dipimpin Kolonel A.E. Kaliwarang.

c. Pemberontakan Andi Aziz

Latar belakang terjadinya pemberontakan adalah berkaitan dengan


pembentukan APRIS. Pada 30 Maret 1950 Kapten Andi Aziz menolak
kedatangan pasukan TNI dari Jakarta yang dipimpin Mayor H.V. Worang dan
membentuk “ pasukan bebas “ yang dipimpin sendiri oleh Andi Aziz.
Oleh karena Tindakan Andi Aziz tersebut, pada 8 April 1950 pemerintah
RIS mengeluarkan ultimatum yang berisi dalam waktu 4X24 jam, Andi Aziz
harus datang ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Andi
Aziz tidak menghiraukan ultimatum tersebut sehingga pemerintah mengirim
pasukan yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kaliwarang. Pada 15 April 1950 Andi
Aziz berangkat ke Jakarta atas desakan Presiden Negara Indonesia Timur ( NIT ),
Sukawati, Meskipun kedatangan Andi Aziz sudah terlambat dari batas waktu
yang ditentukan, sebagai konsekuensinya Andi Aziz dihadapkan di pengadilan
militer dan divonis lima belas tahun penjara.

d. Pemberontakan PRRI / Permesta

Pemberontakan PRRI / Permesta terjadi di Sumatera dan Sulawesi.


Munculnya pemberontakan ini karena adanya kecemburuan pemerintah di daerah
terhadap pemerintah pusat. Pemberontakan PRRI dimulai dengan pembentukan
dewan – dewan daerah. Dewan daerah tersebut seperti Dewan Banteng di
Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein, Dewan Gajah di
Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon, dan Dewan Garuda di
Sumatera Selatan yang dipimpin Letkol Barlian.
Pada 10 Februari 1958 Letkol Husein mengeluarkan ultimatum agar
Kabinet Djuanda mundur, akan tetapi tidak dihiraukan oleh pemerintah pusat.
Oleh karena itu, pada 15 Februari 1958 Letkol Ahmad Husein
memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
( PRRI ) di Bukit Tinggi. Selanjutnya, Permesta menyatakan bergabung dengan
PRRI.
Untuk menumpas pemberontakan PRRI / Permesta, pemerintah
melancarkan operasi militer dan melakukan berbagai perundingan. Pada 29 Mei
1961vAhmad Husein menyerahkan diri kepada pemerintah.

3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal

Berbagai permasalahan ekonomi dan politik yang dialami Indonesia


mempengaruhi kehidupan masyarakat pada masa Demokrasi Liberal. Adapun
kehidupan ekonomi, sosial, Pendidikan, dan budaya pada masa Demokrasi liberal
sebagai berikut :
11
a. Kehidupan Ekonomi

Pemerintah mengalami beberapa permasalahan ekonomi, yaitu


mengalami defisit anggaran sebesar Rp 5,1 milliar, tingkat perekonomian
penduduk masih rendah, dan kesulitan menggaji pegawai karena kas negara yang
kosong. Untuk mengatasi permasalahan ekonomi tersebut, pemerintah Indonesia
menetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut :
 Memberlakukan sistem ekonomi Ali-Baba
 Menerapkan sistem ekonomi Gerakan Benteng
 Menasionalisasi De Javasche Bank
 Melaksanakan pemotongan nilai mata uang ( sanering )
 Melakukan persetujuan ekonomi dengan Belanda melalui Forum
Finansial Ekonomi ( Finek )
 Melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun ( RPLT )

b. Kehidupan Sosial

Perkembangan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal tidak


menunjukkan arah stabil. Pemerintah mengalami beberapa permasalahan
ekonomi, yaitu mengalami defisit anggaran sebesar Rp 5,1 milliar, tingkat
perekonomian penduduk masih rendah, dan kesulitan menggaji pegawai karena
kas negara yang kosong

c. Kehidupan Pendidikan

Kondisi Pendidikan pada masa Demokrasi Liberal tidak beda jauh dari
masa sebelumnya. Menteri Pendidikan Abu Hanifah, Menyusun konsepsi
Pendidikan yang menitikberatkan pada spesialisasi. Garis besar dari konsepsi
Pendidikan tersebut mencankup Pendidikan umum dan Pendidikan teknik dengan
perbandingan 3 : 1, artinya, setiap ada tiga sekolah umum, dibuka satu sekolah
teknik. Sekolah teknik diperuntukkan siswa tamatan sekolah dasar. Sekolah
teknik, juga memiliki sekolah teknik lanjutan, yaitu sekolah teknik menengah dan
sekolah teknik atas.

d. Kehidupan Budaya

Pada 1950 gelanggang sastra Indonesia masih memiliki ciri sama


dengan tahun sebelumnya. Sebagian besar pengarangnya berasal dari tokoh –
tokoh sastra periode sebelumnya. Karya sastra Indonesia periode 1950-an
ditandai dengan munculnya tema – tema tentang kegetiran pada zaman revolusi
dan perang kemerdekaan. Sastrawan pada era 1950 antara lain Pramoedya Ananta
Toer dengan karyanya Keluarga Gerilya, Mochtar Lubis dengan karyanya Tak
Ada Esok, Abdul Muis dengan karyanya Salah Asuhan
C.Masa Demokrasi Terpimpin ( 1950 – 1966 )
Presiden Soekarno menganggap pelaksanaan sistem Demokrasi Liberal belum
mampu memberikan stabilitas bagi bangsa Indonesia. Atas dasar ini, Prseiden Soekarno
menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin. Pada masa Demokrasi Terpimpin, segala
kekuasaan berpusat pada presiden Soekarno.

12
1.Perkembangan Politik
Pembacaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menandai berlakunya sistem Demokrasi
Terpimpin. Dinamika politik bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin sebagai
berikut :

a. Dekret Presiden 5 Juli 1959

Presiden Soekarno pada 5 Juli 1959 membacakan Dekret Presiden yang isinya
sebagai berikut :
1) Pembubaran Konstituante
2) Pemberlakuan Kembali Undang – Undang Dasar 1945
3) Tidak berlakunya UUDS 1950
4) Pembentukkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ( MPRS ) dan
Dewan Pertimbangan Agung Sementara ( DPAS )

b. Perkembangan Politik Nasional

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin bertujuan untuk menata Kembali


kehidupan politik dan pemerintahan yang tidak stabil pada masa Demokrasi Liberal.
Demokrasi Terpimpin ditandai dengan penerapan Kembali UUD 1945. Pada
perkembangannya, muncul berbagai penyimpangan terhadap UUD 1945, hal ini
dikarenakan kekuasaan yang dimiliki presiden sangat besar sehingga pemerintahan
cenderung bersifat otoriter.
Menurut UUD 1945 kedudukan presiden dibawah MPR, namun
kenyataan yang terjadi MPRS tunduk kepada presiden. Presiden juga mengangkat
pimpinan MPRS. Keadaan ini diperparah dengan pengangkatan Soekarno sebagai
presiden seumur hidup pada Mei 1963 oleh MPRS. Kuatnya kedudukan presiden
pada masa itu juga terlihat dari beberapa kebijakan seperti pembentukan MPRS oleh
presiden ; pembubaran DPR oleh presiden dan pembentukan DPR-GR ;
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara ; serta pembentukan Front
Nasional.
Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden Soekarno menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara melalui ajaran
Nasionalis, Agama, dan Komunis. Kebijakan ini bertujuan untuk menggalang
persatuan dan kesatuan. Pada 17 Agustus 1961 presiden Soekarno menyampaikan
pidato mengenai ajaran Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional
( Resopim ). Inti dari ajaran ini menyatakan melalui revolusi, dijiwai oleh
sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima
Besar Revolusi, cita – cita bangsa dan negara Indonesia dapat tercapai.
Kekuatan politik pada masa Demokrasi Terpimpin terpusat antara tiga
kekuatan politik, yaitu presiden, Partai Komunis Indonesia ( PKI ), dan TNI
Angkatan Darat
c. Politik Luar Negeri

Sistem politik luar negeri Indonesia pada mas Demokrasi Terpimpin


adalah bebas aaktif. Penyimpangan politik luar negeri bebas aktif pada masa itu
adalah sebagai berikut :

1) Oldefo dan Nefo


13
Presiden Soekarno membagi kekuatan politik dunia menjadi dua bagian, yaitu
New Emerging Force ( Nefo ) dan Old Established Force ( Oldefo ). Nefo
terdiri dari negara – negara komunis yang anti imperalisme dan anti
kolonialisme. Oldefo terdiri dari negara – negara kapitalis, neokolonialis, dan
imperalis ( Nekolim ). Presiden Soekarno menempatkan Indonesia pada
kelompok Nefo yang ditunjukkan dengan pembentukan poros Jakarta –
Phnom Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang.

2). Politik Mercusuar

Politik mercusuar berlandaskan pada keinginan presiden Soekarno untuk


menjadikan Indonesia sebagai mercusuar bagi negara – negara nefo.
Indonesia memprakarsai Games of the New Emerging Forces ( Ganefo ).
Program ini diikuti dengan pembangunan beragam gedung dan hotel. Politik
mercusuar meninggalkan warisan beberapa bangunan megah seperti
Monumen Nasional ( Monas ), Hotel Indonesia, dan Kompleks Olahraga
Senaya.

3). Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Semangat Dasasila Bandung dalam Konferensi Asia-Afrika menjadi


dasar pemikiran negara-negara non-blok untuk membentuk organisasi
pergerakan Bernama Non-Aligned Movement atau Gerakan Non-Blok
( GNB ). Gerakan Non-Blok resmi berdiri melalui Konferensi Tingkat Tinggi
pada 1 September 1961 di Beograd, Yugoslavia. Tokoh pendiri Gerakan
Non-Blok ( GNB ) antara lain Soekarno ( Indonesia ), Joseph Broz Tito
( Yugoslavia ), Gamal Abdul Nasser ( Mesir ), Pandit Jawaharlal Nehru
( India ), Kwame Nkrumah ( Ghana ).

d. Konfrontasi dengan Malaysia

Pembentukan federasi Malaysia dianggap sebagai proyek


neokolonialisme Inggris yang membahayakan eksistensi Indonesia dan negara-
negara Nefo. Maka dari itu, presiden Soekarno menjalankan politik konfrontasi
dengan Malaysia. Pada 3 Mei 1963 presiden Soekarno mengumunkan Dwi
Komando Rakyat ( Dwikora ), yaitu perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan
bantu perjuangan rakyat malayia untuk membebaskan diri dari Nekolim IInggris.

e. Indonesia Keluar dari PBB

Pada 7 September 1965 Indonesia keluar dari PBB karena Malaysia


diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia
mengganggap Malyasia sebagai agen neokolonialisme.

2. Pembebasam Irian Barat


14
Salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar ( KMB ) adalah Belanda akan
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
Akan tetapi, keputusan itu tidak pernah ditepati oleh Belanda. Kondisi ini mendorong
pemerintah Indonesia berjuang segala cara untuk merebut Kembali Irian Barat dari
Belanda. Usaha tersebut antara lain :
a) Melakukan upaya diplomasi bilateral dengan Belanda, akan tetapi usaha
tersebut gagal
b) Pada 4 Januari 1958 pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan
Irian Barat ( FNPIB ) untuk melakukan konfrontasi politik dan ekonomi
untuk melawan Belanda terkait masalah Irian Barat
c) Pada 17 Agustus 1960 presiden Soekarno memutuskan hubungan diplomatik
dengan Belanda
d) Pada 19 Desember 1961 presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando
Rakyat ( Trikora ) sebagai usaha menggerakkan rakyat untuk mendukung
usaha pengembalian Irian Barat
e) Presiden Soekarno mengangkat Mayor Jenderal Soeharto sebagai Panglima
Komando Mandala Pembebasan Irian Barat

Setelah memalui perdebatan Panjang dalam Perundingan New York, akhirnya


Belanda bersedia menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Secara umum isi
persetujuan New York adalah Belanda menyerahkan Irian Barat kepada United Nation
Temporary Executive Authority ( UNTEA ) selambat – lambatnya pada 1 Oktober 1962.
Pada 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar disamping bendera PBB dan
selambat – lambatnya 1 mei 1963 UNTEA atas nama PBB menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia.

3. Gerakan 30 September 1965 / PKI

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, sekelompok tantara pro-PKI di bawah pimpinan
Letkol Untung Sutopo menculik dan membunuh sejumlah petinggi TNI-AD yang
dianggap anggota “ Dewan Jenderal” di Jakarta dan Yogyakarta. Perwira Angkatan
Darat menjadi korban G 30 S/PKI di Jakarta yaitu :
 Letjen Ahmad Yani
 Mayjen R. Soeprapto
 Mayjen M.T. Harjono
 Mayjen S. Parman
 Brigjen D.I. Pandjaitan
 Brigjen Soetojo Siswomihardjo
 Lettu Pierre Andreas Tendean
 Inspektur polisi Bernama Karel Satsuit Tubun
 Putri bungsu Jenderal A.H. Nasution Bernama Ade Irma Suryani
Para perwira militer yang diculik dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke
sebuah sumur tua. PKI tidak hanya bergerak di Jakarta, di Yogyakarta PKI juga
melakukan penculikan dan pembunuhan, korbannya adalah Kolonel Katamso dan
Letkol Sugiono Mangunwiyoto.
Setelah aksi penculikan dan pembunuhan petinggi TNI-AD, Letkol untung
Sutopo mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi yang akan memegang
pemerintahan hingga diadakan pemilihan umum. Tidak lama kemudian sejumlah
perwira TNI-AD yang antikomunis melancarkan serangan balik yang dipimpin oleh
Panglima Kostrad Mayjen Soeharto dan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie

15
Wibowo. Dalam beberapa hari, pasukan Kostrad dan PPKAD berhasil mendesak
kekuatan PKI.

4. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi


Terpimpin

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin belum


menunjukkan perkembangan signifikan dibandingkan masa sebelumnya. Kehidupan
masyarakat pada masa Demokrasi Terpimpin dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Kehidupan Ekonomi

Pembangunan proyek – proyek mercusuar pada masa Demokrasi Terpimpin


menghabiskan biaya besar. Kebijakan tersebut berdampak pada penurunan
kegiatan ekonomi dan defisit anggaran. Inflasi pada masa ini juga sangat tinggi,
yaitu mencapai 400 – 700 %. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
menetapkan beberapa kebijakan ekonomi sebagai berikut :
 Membentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional ( Bappenas )
yang diketuai oleh Muh. Yamin
 Melakukan devaluasi mata uang rupiah
 Menyelenggarakan Deklarasi Ekonomi ( Dekon )
 Membentuk Komando Tertinggi Operasi Ekonomi ( Kotoe ) dan Kesatuan
Operasi ( Kesop ) dalam usaha perdagangan

b) Kehidupan Sosial

Pemerintah pada masa Demokrasi Terpimpin dianggap gagal menyediakan


kebutuhan pakaian dan makanan bagi masyarakat. Biaya kebutuhan hidup juga
semakin meningkat, akan tetapi tidak semua masyarakat terkena dampak
permasalahan ini. Kondisi tersebut disebabkan sebagian penduduk Indonesia
pada masa itu masih melakukan perdagangan barter.

c) Kehidupan Pendidikan

Peningkatan jumlah sekolah pada masa Demokrasi Liberal mengakibatkan


murid – murid sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan atas
melimpah. Mereka berharap dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi. Menanggapi permasalahan tersebut pemerintah mendirikan universitas
baru di setiap ibu kota provinsi.
Sejak 1959 dibawah koordiansi Menteri Pendidikan dan kebudayaan
Prof.Dr. Prijono, Pemerintah Menyusun suatu rencana pengajaran. Kebijakan ini
disebut Sapta Usaha Tama. Kebijakan ini meliputi penertiban aparatur dan usaha-
usaha Departemen P dan K, meningkatkan kegiatan seni dan olahraga,
mengharuskan usaha halaman, mengharuskan penabungan, mewajibkan usaha
koperasi, mengadakan kelas masyarakat, serta membentuk regu kerja tingkat
SLTP/SLTA dan universitas.

d) Kehidupan Kebudayaan
16
Kondisi kesastraan yang semarak mengalami perubahan Ketika memasuki
masa Demokrasi Terpimpin. Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden Soekarno
mulai membatasi kebebasan berkreasi dalam bidang budaya. Kebijakan ini
ditetapkan atas dasar program nation and character building sebagai uapay
pencarian jati diri bangsa. Selain itu, kepentingan politik pada masa Demokrasi
Terpimpin terlalu jauh mencampuri bidang kebudayaan, baik kesenian ataupun
kesastraan.
Pada masa Demokrasi Terpimpin organisasi kesenian atau kebudayaan
terikat dengan pihak-pihak politik, salah satunya Lembaga Kebudayaan Rakyat
( Lekra ). Organisasi ini dengan tegas menyatakan diri sebagai organisasi
kebudayaan yang mendukung Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Menanggapi ini
budaya Indonesia yang mulai condong kea rah komunis, tiga belas seniman
antara lain H.B. Jassin, Wiratmo Sukito, dan Trisno Sumardjo mengumumkan
pembentukan Manifes Kebudayaan. Manifes Kebudayaan dibentuk sebagai
respons atas kegiatan yang dilakukan Lekra.

D.Masa Orde Baru ( 1966 – 1998 )


Masa Orde Baru biasanya diidentikkan dengan masa pemerintahan Soeharto sebagai
presiden dengan masa pemerintahan terpanjang di Indonesia yaitu selama lebih kurang 32
tahun.

1. Lahirnya Orde Baru


17
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966
( Supersemar ). Dengan Supersemar, Presiden Soeharto mengawali masa
pemerintahannya di Indonesia. Kronologi lahirnya pemerintah Orde Baru sebagai
berikut.

a. Pengukuhan Supersemar

Supersemar merupakan surat perintah yang dibuat Presiden Soekarno pada 11


Maret 1966. Surat tersebut diberikan kepada Letjen Soeharto untuk mengambil
segala tindakan yang dianggap perlu guna mengatasi situasi politik dan ekonomi.
Tindakan pertama yang dilakukan Letjen Soeharto adalah membubarkan PKI dan
ormas – ormasnya. Selanjutnya, Letjen Soeharto mengangkat lima menteri
koordinator ad interim menjadi presidium kabinet . Kelima tokoh yang terpilih
menjadi menteri koordinator yaitu :
 Sultan Hamengku Buwono IX
 Adam Malik
 Roeslan Abdulgani
 Idham Chalid
 J. Leimana

Pada Juni 1966 MPRS mengeluarkan Ketetapan Nomor IX/MPRS/1966 untuk


mengukuhkan kedudukan Supersemar. Ketetapan Supersemar menyebabkan
Presiden Soekarno tidak bisa mencabut mandatnya kepada Soeharto. Selain itu,
MPRS mencabut ketetapan Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno
sebagai Presiden Seumur Hidup. MPRS juga mengeluarkan Ketetapan Nomor
XIV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan, kedudukannya
digantikan oleh pemegang mandat Supersemar.

b. Pembentukan Kabinet Ampera

Presiden Soekarno mencoba memenuhi salah satu tuntutan tritura, yaitu


melakukan reshuffle kabinet. Reshuffle kabinet ternyata belum mampu
mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Melalui ketetapan Nomor
XIII/MPRS/1966, MPRS memberikan tugas kepada pengemban mandate
Supersemar, yaitu Letjen Soeharto untuk membentuk kabinet Ampera. Dalam
kabinet Ampera, Presiden Soekarno menjadi pemimpin kabinet, sedangkan Letjen
Soeharto sebagai kepala pelaksana pemerintahan.

c. Penolakan Pidato Pertanggungjawaban Presiden Soekarno

Kondisi politik dan ekonomi yang kacau pada 1966 mendorong MPRS
meminta pertanggungjawaban Presiden Soekarno. Pada Juni 1965 Presiden
Soekarno menyampaikan pidato pertanggungjawabannya dalam sidang umum
MPRS. Pidato tersebut dikenal sebagai pidato Nawaksara. Pidato
pertanggungjawaban Presiden Soekarno ditolak MPRS melalui ketetapan Nomor
V/MPRS/1966, MPRS meminta Presiden Soekarno melengkapi Nawaksara.

18
Pada 10 Januari 1967 Presiden Soekarno menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya dihadapan MPRS dan DPR-GR. Pidato tersebut dituangkan
dalam Surat Presiden RI Nomor 1/Pres/1967 dan diberi nama “ Pelengkap
Nawaksara”. Pidato tersebut ditolak Kembali oleh MPRS melalui Keputusan
Pimpinan MPRS Nomor 13/B/1967.

d. Penetapan Soeharto Sebagai Pejabat Presiden

Pada 22 Februari 1967 Presiden Soekarno secara resmi mengundurkan diri


dari jabatannya. Pada 7-12 Maret 1967 MPRS mengadakan sidang istimewa yang
menghasilkan Ketetapan Nomor XXXIII/MPRS/1967 yang berisi MPRS menarik
mandat Presiden Soekarno atas segala kekuasaannya dalam pemerintahan Indonesia.
MPRS selanjutnya mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden. Pelantikan
Soeharto sebagai pejabat presiden dilakukan ketua MPRS, Jenderal A.H. Nasution,
pada 12 Maret 1967.
Tugas pertama Soeharto sebagai presiden adalah Menyusun kabinet baru yang
disebut dengan Kabinet Pembangunan. Kabinet Pembangunan memiliki program
yang disebut Pancakrida. Isi program Pancakrida yaitu :
 Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
 Penyusunan dan pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun ( Repelita )
tahap pertama
 Pelaksanaan pemilihan umum
 Pengikisan habis sisa-sisa G 30 S/PKI
 Pembersihan aparatur negara dari pengaruh PKI

Setelah setahun menjabat presiden, Soeharto dilantik menjadi presiden


Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan Nomor XLIV/MPRS/1968 pada tanggal
27 Maret 1968. Pelantikan presiden Soeharto menandai dimulainya periode Orde
Baru.

2. Perkembangan Politik

Masa Orde Baru kurang lebih berlangsung 32 tahun ( 1966 – 1998 ). Selama periode
tersebut terjadi berbagai dinamika dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Dinamika
politik pada masa Orde Baru ditandai dengan berbagai kondisi berikut :

a. Penataan Stabilitas Politik

Stabilitas politik merupakan kondisi yang ingin dicapai pada masa Orde Baru
guna mendukung pembangunan nasional. Berbagai upaya pemerintah Orde Baru
untuk mencapai stabilitas politik sebagai berikut :

1) Normalisasi Hubungan Indonesia-Malaysia


Pada 11 Agustus 1966 pemerintah Orde Baru menginisiasi normalisasi
hubungan antara Indonesia dan Malaysia berhasil dicapai melalui Perundingan
Bangkok. Perundingan ini dilakukan oleh wakil Perdana Menteri/Menteri Luar
Negeri Malaysia, Tun Abdul Razak dan Menteri Utama/ Menteri Luar Negeri
Indonesia, Adam Malik.
19
2) Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Pada 7 Januari 1965 Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Keluarnya


Indonesia dari PBB sebagai bentuk protes Indonesia atas diterimanya Federasi
Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Kemanan PBB. Indonesia Kembali
menjadi anggota PBB pada 3 Mei 1966. Keputusan Indonesia Kembali menjadi
anggota PBB karena Indonesia menyadari banyaknya menfaat yang diperoleh
selama menjadi anggota PBB. Manfaat tersebut antara lain PBB turut berperan
dalam mempercepat proses pengakuan de facto maupun de jure kemerdekaan
Indonesia oleh dunia Internasional.

3) Pembentukan ASEAN

Pemerintah Indonesia berupaya membangun stabilitas politik dengan


menciptakan kerja sama antar negara di Kawasan Asia Tenggara. Kerjasama
tersebut diwujudkan melalui pembentukkan Association of Southeast Asian
Nations ( ASEAN ) atau perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara ( Perbara )
pada 8 Agustus 1967. ASEAN adalah organisasi regional yang diprakarsai lima
menteri luar negeri negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Kelima menteri
antara lain :
 Adam Malik dari Indonesia
 Narsisco Ramos dari Filipina
 Thanat Khoman dari Thailand
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 S. Rajaratnam dari Singapura

Kelima menteri luar negeri tersebut menandatangani naskah pembentukan


ASEAN yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok.

b. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI

Dwifungsi ABRI merupak usaha membentuk hubungan harmonis antara militer


dengan sipil. Peran anggota ABRI dalam bidang militer harus seimbang dengan
peran sebagai warga negara dalam bidang sosial dan politik. Pemikiran inilah yang
melahirkan konsep dwifungsi ABRI. Pada masa Orde Baru anggota militer banyak
yang menjabat sebagai pejabat sipil, seperti kepala daerah atau anggota DPR/MPR.
Hal inilah merupakan salah satu dampak pelaksanaan dwifungsi ABRI pada masa
Orde Baru.

c. Penyederhanaan Partai Politik

Sejak awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia menerapkan sistem multipartai.


Dalam sistem ini muncul partai politik dengan berbagai ideologi di Indonesia. Pada
masa Orde Baru pemerintah berusaha menyederhanakan partai politik menjelang
pemilihan umum 1977. Penyerdehanaan ini dilakukan melalui penggabungan partai –
partai yang memiliki kesamaan ideologi. Penggabungan partai pada masa ini
menghasilkan tiga partai baru yaitu :
20
1) Partai yang berlatar belakang Islam, seperti NU, Parmusi, PSII, dan Perti
digabung dalam Partai Persatuan Pembangunan ( PPP )
2) Partai yang mengusung ideologi nasionalis dan partai-partai non-Islam, seperti
PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Murba, dan IPKI disatukan dalam wadah
Partai Demokrasi Indonesia ( PDI )
3) Golongan Karya ( Golkar )

d. Pelaksanaan Pemilu

Pelaksanaan pemilu Masa Orde Baru sebanyak enam kali. Pemilu masa Orde
Baru terselenggara pada periode 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Sejak
pemilu 1977 pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan penyederhanaan
partai.Pemilu pada masa Orde Baru selalu dimenangkan oleh Golkar.

e. Pelaksanaan Program P4 dan BP7

Pemerintah Orde Baru berupaya menerapkan Pancasila secara murni dengan


konsekuen dengan diwujudkan melalui pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila melalui Ekaprasetya Pancakarsa. Ekaprasetya Pancakarsa adalah janji setia
untuk melaksanakan lima cita-cita dalam Pancasila. Gagasan tersebut diajukan
kepada MPR sehingga menjadi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
( P4 ).
Setelah P4 disyahkan MPR, dibentuklah Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan P4 ( BP7 ) yang bertugas mengoordinasi pelaksanaan penataran P4.
Penataran P4 wajib diikuti masyarakat dan bertujuan membentuk pemahaman sama
mengenai Demokrasi Pancasila.

3. Perkembangan Ekonomi

Salah satu kondisi yang melatarbelakangi lahirnya Orde Baru adalah krisis ekonomi,
kondisi ini mendorong Presiden Soeharto membenahi kondisi ekonomi yang terpuruk.
Pada awal Orde Baru inflasi Indonesia sangat tinggi mencapai 65 % per tahun. Langkah
pertama yang diambil Presiden Soeharto adalah mengendalikan inflasi dari 65%
menjadi di bawah 15% setahun. Pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan sebagai
berikut :

a) Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi

Program stabilitasi dan rehabilitasi ekonomi merupakan program jangka pendek


yang dilaksanakan pada awal masa Orde Baru. Program ini berprioritas pada
pengendalian inflasi, pencukupan kebutuhan pangan, rehabilitasi prasarana ekonomi,
dan peningkatan kegiatan ekspor. Pada Oktober 1966 pemerintah mengeluarkan
beberapa peraturan penting yang memuat pokok usaha sebagai berikut :
21
1) Perimbangan anggaran belanja untuk menghilangkan salah satu penyebab
inflasi, yaitu defisit anggaran belanja
2) Pengekangan perluasan kredit usaha-usaha produktif meliputi pangan, ekspor,
prasarana, dan industry
3) Penundaan pembayaran utang-utang luar negeri serta usaha untuk mendapatkan
kredit baru
4) Penanaman modal asing guna memberikan kesempatan kepada investor dari luar
negeri untuk mengeksplorasi alam Indonesia guna membuka kesempatan kerja
dan membantu usaha peningkatan pendapatan nasional

b). Kerja Sama dengan Luar Negeri

Pada periode awal Orde Baru hamper semua aturan dan kebijakan ekonomi
dirancang oleh lembaga-lembaga ekonomi internasional, seperti IMF, Bank Dunia,
IGGI, dan konsultan asing. Kondisi ini menyebabkan modal asing mengalir deras ke
Indonesia dan banyak perusahan asing yang didirikan di Indonesia. Investor baru
bermunculan di berbagai bidang usaha. Perekonomian Indonesia tercatat mengalami
pertumbuhan hingga 7% per tahun. Kondisi ini merupakan prestasi besar bagi Orde
Baru mengingat sebelumnya perekonomian Indonesia nyaris bangkrut.

Sisi negatif dari keberhasilan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah


program pembangunan di Indonesia dikendalikan oleh Inter-Governmental Group on
Indonesia ( IGGI ) yang memiliki anggota inti Amerika Serikat, kanada, Eropa,
Australia, serta Dana Moneter Internasional ( IMF )dan Bank Dunia. Pintu masuk
kehadiran kekuatan ekonomi asing adalah persetujuan utang pemerintah Indonesia
secara terus-menerus. Akibatnya, utang luar negeri Indonesia semakin bertambah
besar.

c). Pelaksanaan pembangunan Nasional

Pembangunan nasional pada masa Orde Baru bertujuan menciptakan masyarakat


yang adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional
berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti kedua
pedoman tersebut adalah mencapai kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat
dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil.

Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan secara bertaha, yaitu jangka


pendek dan jangka Panjang. Tahap pembangunan nasional jangka paanjang
mencangkup periode 25 hingga 30 tahun. Adapun tahap pembangunan nasional
jangka pendek mencangkup periode lima tahun sehingga disebut Pembangunan Lima
Tahun ( Pelita ). Pembangunan tersebut menjadikan perekonomian Indonesia
mencapai kemajuan.

4. Kehidupan pad Masa Orde Baru


Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru secara umum sebagai
berikut :

a. Sosial Ekonomi

22
Pemerintah Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan menciptakan rasa
aman bagi masyarakat. Keadaan perekonomian Indonesia mengalami
perkembangan signifikan. Kondisi ini mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Peningkatan kesejahteraan pada masa ini terlihat dari penurunan angka
kemiskinan, penurunan angka kematian bayi, dan peningkatan partisipasi
Pendidikan dasar. Pemerintah Orde Baru menerapkan beberapa kebijakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui :

1. Transmigrasi

Trasmigrasi adalah program pemerintah yang bertujuan meratakan penduduk


Indonesia . Pemerintah memindahkan penduduk di daerah padat penduduk ke
daerah yang jarang penduduknya. Daerah tujuan trasmigrasi antara lain
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

2. Keluarga Berencana ( KB )

Program keluarga berencana adalah kebijakan pemerintah untuk mengatasi laju


pertumbuhan penduduk Indonesia. Program ini menganjurkan tiap keluarga di
Indonesia hanya memiliki dua anak. Melalui program KB, laju pertumbuhan
penduduk Indonesia berhasil ditekan.

3. Puskesmas dan Posyandu

Pemerintah Orde Baru berupaya memberikan layanan Kesehatan kepada


masyarakat. Upaya itu ditunjukkan dengan membangun fasilitas Kesehatan,
yaitu puskesmas dan pos pelayanan terpadu ( posyandu ).

b. Pendidikan

Pemerintah Orde Baru melaksanakan pembangunan bidang Pendidikan yang


diarahkan untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas dan diimbangi
dengan peningkatan mutu Pendidikan. Menteri Pendidikan dan kebudayaan
( P&K ) masa Orde Baru , Mashuri S.H membuat sebuah konsepsi Pendidikan
yang dikenal dengan sekolah pembangunan yang mengenalkan para siswa
tentang jenis – jenis pekerjaan dan lingkungan kerja. Konsepsi ini bertujuan agar
peserta didik dapat melihat kemungkinan untuk memberikan jasa melalui
karyanya.
Pada 1983 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr.. Nugroho
Notosusanto, menetapkan mata pelajaran Pendidikan sejarah perjuangan bangsa
menjadi bagian dari Pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila memiliki
komponen Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P-4 ), Pendidikan
moral Pancasila ( PMP ), dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa ( PSPB ).
Selama Orde Baru terjadi beberapa perubahan kurikulum. Kurikulum yang
berlaku pada masa Orde Baru, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1984, dan
Kurikulum 1994.

c. Budaya

23
Pada masa Orde Baru muncul istilah Angkatan ‘’66 dalam dunia kesastraan
Indonesia. Kelahiran Angkatan ‘’66 diawali adanya kemelut dalam segala bidang
kehidupan akibat peristiwa G 30 S/PKI. Penamaan Angkatan ‘’66 pertama kali
dilakukan oleh H.B. Jassin dalam artikelnya “ Angkatan ‘6 ; Bangkitnya Satu
Generasi” yang dimuat dalam majalah Horison, Nomor 2, Tahun I, Agustus 1966
pimpinan Mochtar Lubis. Sastrawan periode ini memiliki cita-cita memurnikan
Kembali Pancasila. Semangat pembaruan sangat menonjol pada Angkatan ini.

E.Masa Reformasi ( 1998 – Sekarang )


Reformasi memeiliki arti perbaikan dalam berbagai bidang. Masa reformasi muncul sebagai
evaluasi masa pemerintahan sebelumnya.

1. Lahirnya Gerakan Reformasi


Sikap kritis rakyat Indonesia yang menganggap pemerintah Orde Baru gagal
menjalankan pemerintahan memunculkan kesadaran untuk melakukan perbaikan. Atas
kesadaran itu, rakyat yang dimotori mahasiswa dan cendikiawan mengadakan suatu
Gerakan yang dikenal dengan nama reformasi. Reformasi merupakan Gerakan
perubahan tatanan kehidupan lama menjadi tatanan kehidupan baru yang lebih baik.
Beberapa minggu setelah Soeharto terpilih sebagai presiden untuk keenam kalinya,
kekuatan oposisi Kembali muncul ke permukaan. Kecaman terhadap presiden Soeharto
tumbuh subur yang ditanai dengan lahirnya beragam demostrasi mahasiswa sejak awal
1998. Demontrasi tersebut didukung staf akademis dan pimpinan universitas. Reformasi
yang digulirkan memiliki enam agenda yaitu sebagai berikut :
a). Penegakan supremasi hukum
b). Pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme ( KKN )
c). Pengadilan presiden Soeharto dan kroni-kroninya
d). Amandemen konstitusi
e). Pencabutan dwifungsi TNI/Polri
f). Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya

Aksi mahasiswa menuntut presiden Soeharto mundur dari kursi kepresidenan terjadi
di berbagai daerah. Para mahasiswa berdemonstrasi di berbagai kampus di Jakarta dan
gedung DPR/MPR, Jakarta. Puncak demonstrasi mahasiswa terjadi pada 19-21 Mei 1998
di depan gedung DPR/MPR. Demontrasi berakhir sampai muncul pernyataan
pengunduran diri presiden Soeharto dari jabatannya pada 21 Mei 1998.

2. Perkembangan Politik
Dalam periode Reformasi terjadi banyak peristiwa penting di Indonesia. Berbagai
peristiwa tersebut menandai perkembangan politik di Indonesia. Adapun peristiwa
tersebut sebagai berikut :

a. Pencabutan Pembatasan Partai Politik


24
Pada masa Orde Baru jumlah partai di Indonesia dibatasi. Akan tetapi, pada masa
pemerintah presiden B.J. Habibie kebijakan mengenai partai politik diubah. Presiden
B.J. Habibie menetapkan undang-undang multipartai dalam pemilu yang diatur
melalui Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999. Kebijakan ini menyebabkan
berdirinya banyak partai di Indonesia. Menjelang pemilu 1999, terdapat 141 parpol
yang terdaftar sebagai peserta pemilu. Akan tetapi, hanya 48 parpol yang lolos
verifikasi. Pemilu pertama pada masa reformasi dilaksanakan pada 7 Juni 1999 untuk
memilih anggota legeslatif. Pemilu 1999 dinilai paling jujur dan bersih setelah
pemilu 1955.
b. Penghapusan Dwifungsi ABRI

Pada masa orde Reformasi konsep dwifungsi ABRI dihapuskan dengan cara
membubarkan fraksi ABRI dalam DPR. Pada masa pemerintahan presiden
Abdurrahman Wahid, polisi dipisahkan dari militer sehingga ABRI tidak lagi menjadi
entitas tunggal. Pemisahan dilakukan agar kepolisian fokus sebagai pelayan
masyarakat dalam bidang keamanan. Pemisahan bertujuan melakukan reformasi TNI
sebagai penjaga pertahanan sehingga secara bertahap tidak terilibat dalam kegiatan
politik. Pada 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Sementara, ABRI berubah menjadi Tentara Nasional
Indonesia ( TNI ).

c. Penyelenggaraan Pemilu

Pemilu pertama pada masa reformasi pada tahun 1999. Pada pemilu 1999 suara
terbanyak diraih oleh partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ). Dalam sidang
umum MPR pada 20 Oktober 1999, K.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai
presiden Republik Indonesia dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.
Pada 2004 Indonesia menyelenggarakan pemilu pertama untuk memilih presiden
dan wakil presiden secara langsung. Pemilu 2004 dibagi menjadi dua tahap, yaitu
pemilu legeslatif ( 5 April 2004 ) dan pemilu presiden ( 5 Juli 2004 ). Pemilu
presiden pada periode ini diadakkan dua putaran karena putaran pertama belum ada
pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapatkan 50% suara. Pemilu
putaran kedua diadakan pada 20 September 2004. Pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Jusuf Kalla berhasil memenangi pemilu presiden ini.
Pada tahun 2009 pemerintah melakukan pemilihan umum. Pemilu tahap pertama
diselenggarakan pada 9 April 2009 untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Pemilu diiukuti 38 partai nasional dan 6 partai local khusus Aceh. Pemilu tahap II
diselenggarakan pada 8 Juli 2009 untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Pemilihan presiden kali ini hanya dilakukan satu tahap karena pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Boediono berhasil memperoleh suara lebih dari 50%.
Pada 9 April 2014 pemerintah menyelenggarakan pemilu untuk memilih
presiden dan wakil presiden. Dalam pemilu 2014, pasangan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla dinyatakan sebagai pemenang.
Selanjutnya pada tahun 2019 diselenggarakan pemilu untuk memilih anggota
legeslatif dan presiden serta wakil presiden. Pemilu 2019 diselenggarakan pada 17
April 2019. Pemenang dalam pemilu ini adalah Joko Widodo dengan Ma’ruf Amin.

3. Perkembangan Ekonomi

25
a. Periode Pemerintahan Presiden B.J. Habibie ( 1998-1999)

Presiden B.J. Habibie menetapkan beberapa kebijakan seperti menjalin kerja


sama dengan IMF, menerapkan independensi Bank Indonesia, melikuidasi beberapa
bank yang bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, serta
membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.

b. Periode Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ( 1999 – 2001 )

Pemerintahan kabinet Persatuan Nasional sebenarnya sudah mewarisi kondisi


perekonomian yang relative stabil dari pemerintahan sebelumnya. Pada masa ini
pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Kondisi
perekonomian Indonesia sudah mulai stabil. Pada 2001 perekonomian Kembali
menurun setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah.

c. Periode Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri ( 2001 – 2004 )

Pada awal masa jabatannya, presiden Megawati mengatasi masalah utang luar
negeri dengan meminta penundaan pembayaran utang. Selain itu, mengakhiri kerja
sama dengan IMF dan membubarkan Badan Penyehatan Perbankan Nasional /
BPPN. Untuk menekan laju inflasi, presiden Megawati mengeluarkan kebijakan
privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan kebijakan menjual sebagian atau seluruh
saham perusahaan negara di tengah periode krisis dengan tujuan melindungi
perusahaan negara dari intervensi kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang
luar negeri.
Pada 2002 Indonesia pernah mencapai swasembada beras. Pada saat Indonesia
mengalami surplus dan lebih baik darpada tahun – tahun sebelumnya. Kondisi
perekonomian Indonesia yang baik, tercipta swasembada beras pada masa ini
didukung kebijaka larangan impor beras pada 2003 melalui Instruksi Presiden Nomor
9 Tahun 2002.

d. Periode Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla


( 2004-2009)

Pada periode ini perekonomian Indonesia lebih stabil. Indonesia berhasil


melunasi utang IMF. Pada Mei dan Oktober 2005 pemerintah mengambil kebijakan
untuk menaikan harga BBM yang disambut aksi demostrasi mahasiswa. Kebijakan
ini menyebabkan kenaikan laju inflasi, biaya transportasi, dan harga-harga kebutuhan
pokok.
Pada 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan revitalisasi pertanian dengan target
swasembada gula pada 2008, swasembada daging pada 2010, dan swasembada
kedelai 2015. Kebijakan ini tidak dapat terlaksana karena krisis yang melanda dunia
dan melonjaknya harga minyak dunia.
Keinaikan harga minyak dunia menyebabkan pemerintah Kembali menaikkan
harga BBM pada 1 Juni 2008. Meskipun kebijakan di protes, pemerintah
memberikan solusi untuk mengurangi beban masyarakat dengan memberikan
bantuan langsung tunai ( BLT ) kepada masyarakat keluarga miskin.
26
e. Periode Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono
( 2009 – 2014 )

Pada serratus hari pemerintahan, Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono


sudah menerima banyak kritik, Masalah ketahanan pangan dan energi nasional,
banyaknya angka pengangguran tercatat bulan Agustus 2013 sebesar 7,39 juta masih
menjadi ancaman Indonesia. Pada periode ini terjadi kelangkaan BBM dan elpiji.

f. Periode Pemerintahan Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla ( 2014 –


2019 )

Pada awal pemerintahan ini, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan


BBM. Kebijakan ini diikuti demontrasi di berbagai daerah di Indonesia. Demonstran
mengganggap kenaikan BBM pada saat yang tidak tepat karena saat itu harga minyak
dunia mengalami penurunan.
Kerana harga minyak dunia makin turun hingga April 2016, pemerintah telah
menurunkan harga BBM sebanyak tiga kali. Pada pertengahan 2015 nilai tukar
rupiah sempat melemah. Untuk itu pemerintah meluncurkan paket kebijakan
ekonomi. Kebijakan tersebut berhasil memperkuat nilai tukar rupiah hingga
pertengahan 2016. Pada Agustus 2017 pemerintah meluncurkan paket kebijakan
ekonomi jilid XIV. Paket tersebut berisikan upaya percepatan penerbitan izin usaha
dari tingkat pusat hingga daerah. Pemerintah mempercepat pembangunan
infrastruktur di berbagai daerah seperti pembangunan jalan trans-Papua dan trans-
Jawa.

g. Periode Pemerintahan Presiden Joko Widodo – Ma’ruf Amin ( 2019 –


Sekarang )

Pemerintah membuka seluas – luasnya investasi. Badan Koordinasi Penanaman


Modal ( BKPM ) menargetkan pencapaian investasi pada 2020 sebesar lebih dari
Rp880 triliun atau sekitar 11% lebih tinggi dibanding 2019. Agar perekonomian di
daerah makin kuat pemerintah membuka investasi di sector manufaktur dan investasi
di Kawasan industry atau Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ).
Pada periode ini pemerintahan presiden Joko Widodo mengambil keputusan rencana
pemimdahan ibu kota negara dari ibu kota Jakarta menuju Provinsi Kalimantan
Timur. Pemindahan ibu kota ini ditargertkan akan selesai pada 2024. Untuk
mewujudkan rencana tersebut, presiden Joko Widodo membentuk Badan Otorita
Pemindahan Ibu Kota untuk mengurus segala keperluan terkait pemindahan ibu kota
negara.

4. Kehidupan pada Masa Reformasi

a. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial pada masa reformasi terjadi konflik – konflik sosial yang
mengandung unsur suku, ras, agama, dan antargolongan ( SARA ). Konflik ini

27
mengakibatkan disintegrasi sosial sehingga menganggu stabilitas nasional. Beberapa
konflik sosial yang menyita perhatihan antara lain konflik yang terjadi di Ambon,
konflik Poso, konflik Sampit, dan konflik Lampung. Selain konflik sosial,
pemerintah pada masa reformasi diwarnai dengan bertambahnya angka
pengangguran.
Masa reformasi juga ditandai dengan adanya pengakuan terhadap agama
Konghucu dan perayaan Imlek. Pengakuan ini muncul pada periode pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
6/2000 dan mencambut Instruksi Presiden Nomor 14/1967 tentang Agama,
Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa.

b. Kehidupan Pendidikan

Kehidupan Pendidikan pada masa reformasi ditandai dengan pergantian


kurikulum yang berlaku pada awal reformasi hingga saat ini sebagai berikut :

1) Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 dikenal dengan sebutan Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK ). Kurikulum ini menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh
lulusan suatu jenjang Pendidikan. Tujuan kurikulum ini adalah menghasilkan
lulusan yang mampu berkompetesi secara global.

2) Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 merupakan program Pendidikan pada masa pemerintahan


Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla. Kurikulum 2006 disebut dengan
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan ( KTSP ). Sistem Pendidikan KTSP
bersifat desentralisasi.

3) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi berdasarkan sikap,


ketrampilan, pengetahuan, dan menekankan pada keaktifan peserta didik.
Peserta didik dituntut aktif melakukan pengamatan, bertanya, menalar,
menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi dalam kegiatan pembelajaran.

Selain pergantian kurikulum masa reformasi ditandai dengan


penyelenggaraan program pemerataan Pendidikan dan Pendidikan usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) muncul sebagai salah satu jurusan di
perguruan tinggi sejak masa pemerintahan SBY-JK, selain itu pemerintah
menggalakkan program Sarjana Mengajar di daerah Terluar, terdepan, dan
Tertinggal ( SM3T )untuk memeratakan Pendidikan di Indonesia.

c. Kehidupan Budaya

Tata pergaulan antarbangsa dan antarbudaya yang makin bebas dan terbuka
( globalisasi ) menjadi faktor pendorong perubahan budaya. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan masuknya berbagai budaya asing dalam masyarakat khususnya
28
kalangan remaja. Pemrintah juga mendorong upaya pelestarian budaya Indonesia,
salah satunya dengan mendaftarkan budaya-budaya asli Indonesia ke UNESCO agar
tidak diklaim oleh negara lain.

29

Anda mungkin juga menyukai