NIM 027132201022
D3 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (KELAS TRANSFER)
NIM 027132201022
Setelah sidang pertama selesai, Indonesia belum mencapai kesepakatan akhir. Karena hal itu,
BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, di bawah pimpinan Soekarno,
Panitia yang diberi nama Panitia Sembilan ini, dibentuk dengan tujuan merumuskan rumusan-
rumusan yang telah dibicarakan agar menjadi kesepakatan yang lebih jelas. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diadakan sidang kedua pada 10 Juni sampai dengan 16 Juni 1945.
Setelah melewati pelbagai pertimbangan dan diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka yang diberi nama Piagam Jakarta oleh M.
Yamin yang didalamnya berbunyi:
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
4) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tantangan kedua dari pihak sekutu dan Belanda. Belanda membonceng sekutu agar
Indonesia tetap menjadi negara jajahannya. Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia
setelah proklamasi. Agresi militer ke I dilakukan 21 Juli 1947 dan Agresi ke II dilakukan 19
Desember 1948.
Tantangan dari internal muncul di saat Indonesia masih berjuang melawan Belanda,
muncullah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ingin mendirikan negara komunis di
Indonesia dengan memproklamasikan berdirinya Republik Sovyet Indonesia.
Badan Konstituante adalah sebuah badan yang bertugas melakukan penyusunan Undang-
undan Dasar. Undang-undang Dasar ini dibuat karena pada hari kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia tercatat masih menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara atau UUDS 1950.
Sejak saat itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang menganut Demokrasi Liberal. Sistem
kabinet yang digunakan di Indonesia adalah sistem Kabinet Parlementer. Kondisi tersebut
DEVI TIKA RAHMASARI
NIM 027132201022
D3 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (KELAS TRANSFER)
NIM 027132201022
nyatanya membuat pertentangan antar partai politik justru seringkali terjadi. Terdapat tiga
blok dalam Badan Konstituante. Blok terbesar yakni Blok Pancasila terdiri dari PNI, PKI,
PSI, dua partai Nasrani, dan beberapa partai nasionalis kecil lain seperti IPKI. Pertentangan
yang terjadi antar partai politik membuat situasi politik di Indonesia menjadi tidak stabil.
Selain itu terjadi kegoncangan di berbagai daerah. Contohnya, muncul Dewan Manguni di
Sulawesi Utara, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, serta Dewan Gajah di
Sumatera. Munculnya dewan-dewan tersebut kemudian membuat sebuah gerakan untuk
memisahkan diri dari Indonesia. Kondisi politik yang tidak stabil disebabkan karna
ketidakberhasilan atau gagalnya Badan Konstituante dalam menetapkan UUD baru untuk
menggantikan UUD’s atau Undang-Undang Dasar Sementara. Terjadinya hal tersebut
lantas membuat masyarakat Indonesia memiliki harapan untuk kembali pada UUD 1945.
Kemudian, tepat pada tanggal 22 April 1959, Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno pun
menyampaikan amanat di hadapan sidang konstituante untuk menganjurkan agar
Indonesia kembali pada UUD 1945.
Hingga pada akhirnya, pihak militer terutama Angkatan Darat mengetahui bahwa sidang
Konstituante tidak kunjung berhasil dalam merumuskan Undang-Undang Dasar. Hal ini
dikhawatirkan dapat membawa perpecahan bangsa. Pimpinan Angkatan Darat Letjen A.
H. Nasution kala itu pun langsung memberlakukan larangan kegiatan politik per tanggal 3
Juni 1959. Larangan ini dikeluarkan atas nama pemerintah atau peperpu (penguasa
perang pusat) sebagaimana yang tertuang dalam peraturan Nomor
PRT/PEPERPU/040/1959. Konstituante selanjutnya mengadakan reses (istirahat) yang
ternyata untuk selama-lamanya. Kegagalan dari Dewan Konstituante tersebut membuat
situasi politik dalam negeri semakin kacau, hal ini menjadi latar belakang dikeluarkannya
Dekrit Presiden. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dikeluarkan dalam rangka menjaga keamanan
sosial-politik dalam negeri. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di dalam
upacara resmi di Istana Merdeka.
Isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 secara singkat adalah meliputi ketiga hal yang
paling pokok dari isi dekrit presiden 5 juli 1959:
1. Pembubaran Konstituante
2. Pemberlakuan UUD 1945 untuk menggantikan UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS serta DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.