Anda di halaman 1dari 8

Kamis 04 Maret 2021

Tugas Sejarah Indonesia

Nama : Nanda Siti Fauziah

Kelas : XI 3 (IPA)

Sidang Parlemen Jepang atau Teikoku Ginkai di Tokyo pada 7 September 1944 berlangsung dalam
suasana yang kurang kondusif. Dai Nippon kian terdesak oleh pasukan Sekutu akibat serentetan
kekalahan di Perang Asia Timur Raya. Tindakan darurat wajib dilakukan sesegera mungkin, termasuk
wilayah-wilayah yang terkait pendudukan Jepang, salah satunya Indonesia.

Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso akhirnya naik podium. Raut muka kusut tersirat pada wajah
kepala pemerintahan yang baru kurang dari 3 bulan itu. Di depan, Koiso. Dai Nippon harus menentukan
nasib Indonesia yang cepat atau lambat pasti akan menjadi sasaran terkam Sekutu.

Koiso berpendapat, Jepang memberikan kemerdekaan untuk Indonesia “kelak di kemudian hari" (Ben
Anderson, Some Aspects of Indonesian Politics under Japanese Occupation 1944-1945 , 1961: 2). Entah
apa yang dimaksud Koiso dengan ungkapan “kelak di kemudian hari" itu . Yang jelas, Jepang tidak mau
Kehilangan Indonesia begitu saja, apalagi menyerahkannya kepada pihak musuh.

Jepang setidaknya kemerdekaan kemerdekaan kepada Indonesia sambil menunggu situasi membaik.
Dengan janji itu, Koiso berharap tidak terjadi pemberontakan. Malah, rakyat Indonesia justru bisa
dikerahkan untuk menghadang Sekutu jika benar-benar terdesak, apalagi Jepang sudah membentuk
barisan Pembela Tanah Air (PETA) di sana.

Sempat terjadi terombang-ambing atas Koiso kendati diterima. Maka, pada 1 Maret 1945, Kumakichi
Harada selaku Jenderal Dai Nippon yang membawahi Jawa, mengumumkan akan membentuk suatu
badan baru dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai (George S. Kanahele, The Japanese Occupation of
Indonesia , 1967: 184).

Dokuritsu Junbi Cosakai inilah nama lain dari Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
serbuan janji yang menjadi sesi awal akal-akalan Jepang terhadap Indonesia, meski yang terjadi nanti
ternyata tidak sesuai yang diharapkan pemerintah pendudukan Jepang.

Pemerintah Jepang telah menawarkan janji kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI karena
posisi mereka yang sudah terdesak. Bermula dari kekalahan dalam pertempuran laut di Coral Sea, dekat
Australia, disusul jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Sekutu pada Juli 1944. Itu membuat kekuatan
Jepang di Perang Asia Timur Raya semakin melemah.

Pembentukan BPUPKI

Kendati sudah diumumkan sebelumnya, Pemesanan Dokuritsu Junbi Cosakai alias BPUPKI baru
diresmikan pada 29 April 1945, sedangkan pelantikan para anggotanya dilakukan hampir sebulan
kemudian, 28 Mei 1945.

Secara garis besar, BPUPKI dibentuk untuk "masalah hal-hal yang penting sekaligus menyusun rencana
mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia," demikian seperti yang termaktub dalam Maklumat
Gunseikan (Kepala Pemerintahan merangkap Kepala Staf) Nomor 23.

Maklumat yang sama memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal penting yang berkaitan
dengan politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan
bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha pesanan negara Indonesia ( Asia Raya , 29 April 1945).

Pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk pada komposisinya yang
terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota (RMAB
Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 , 2004 : 10).

Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico . Ia adalah tokoh yang dituakan, priyayi Jawa
berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut menggagas Boedi Oetomo pada 1908. Sedangkan
sebagai ketua muda adalah Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (wakil Jepang).
Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia, termasuk 4 orang dari golongan Cina, 1 orang
golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda. Selain itu, ada pula tokubetu iin (anggota kehormatan),
termasuk 8 orang Jepang. Mereka berhak memilih sidang tapi tidak punya hak suara (Marwati Djoened
Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI , 1984: 67).

Memperdebatkan Pancasila

BPUPKI dalam periode kinerjanya, yang hanya beberapa bulan, telah menggelar 2 kali sidang resmi: 29
Mei sampai 1 Juni, dan 10-17 Juli 1945. Ada satu sidang lagi yang dilakukan kendati tidak resmi dan
hanya diikuti beberapa anggota pada masa reses, antara 2 Juni hingga 9 Juli

1945.

Setidaknya ada 12 anggota yang berpidato di sidang pertama, salah satunya M. Yamin. Ia memaparkan
kelengkapan negara yang dibutuhkan Indonesia jika merdeka nanti. Di sinilah M. Yamin merumuskan 5
asas dasar negara, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat.

Pada hari ketiga sidang pertama itu, Bapak Soepomo juga mengungkapkan rumusan serupa, yang diberi
nama "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi,
Musyawarah, serta Keadilan Sosial.

Di hari terakhir, pada 1 Juni 1945, tepat hari ini 74 tahun lalu, Sukarno memperkenalkan 5 sila, yang
terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah hari lahir Pancasila.

Hingga sidang usai, belum ada kesepakatan yang dicapai. Ada perbedaan pendapat yang cukup tajam
antara kubu nasionalis dan kubu agamis, salah satunya tentang bentuk negara, antara negara
kebangsaan atau negara Islam, meskipun hal ini merupakan masalah yang baru (Bernhard Dahm,
Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan , 1987: 232).

Makalah dibentuk Panitia Sembilan untuk menemukan jalan tengah dalam perumusan dasar negara.
Panitia terdiri dari Sukarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, M. Yamin, Wahid Hasjim, Abdoel
Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, Haji Agus Salim, dan AA Maramis.

Setelah melalui pelbagai kapal sengit dalam perundingan alot pada sidang Panitia Sembilan tanggal 22
Juni 1945, lahirlah rumusan dasar negara RI yang dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter
yang terdiri dari:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat di dalam permusyawaratan perwakilan


5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setelah menyepakati rumusan dasar negara, meskipun masalah ini sebenarnya belum tuntas dan
memuaskan semua pihak (termasuk perubahan sila pertama menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa"),
sidang BPUPKI selanjutnya membahas tentang perangkat-perangkat negara merdeka lain, salah satu
yang terpenting adalah Undang-Undang -Undang Dasar (UUD).

Poin-poin penting yang dibahas dan disepakati adalah pernyataan tentang Indonesia Merdeka,
Pembukaan, dan Batang Tubuh UUD 1945, Ia termasuk: wilayah negara Indonesia; bentuk negara
(kesatuan); bentuk pemerintahan (republik); bendera nasional (Merah Putih); dan bahasa nasional
(Bahasa Indonesia).

Tugas BPUPKI selesai dan dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Selanjutnya, dibentuklah Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Berlanjut ke PPKI

Pada hari yang sama pembubaran BPUPKI, berbentuk badan baru bernama PPKI atau Dokuritsu Junbi
Inkai. Jepang mau tidak mau harus melanjutkan melanjutkan-janjinya karena keadaan janji yang semakin
gawat.

Jepang nyaris lebur setelah Hiroshima dibom oleh Amerika Serikat atas persetujuan Sekutu pada 6
Agustus 1945. Bahkan, beberapa hari berselang, 9 Agustus 1945, Jepang kena menggulung telak lagi
menyusul bom atom di Nagasaki.

Berbeda dengan BPUPKI yang masih melibatkan orang Jepang, seluruh anggota PPKI adalah orang
Indonesia. Bedanya lagi, jika gereja BPUPKI berdasarkan latar belakang ideologis, orang-orang yang
mengisi formasi PPKI dipilih dengan dasar kedaerahan (Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa , 2006:
342).

Anggota awal PPKI ada 21 orang, terdiri dari 12 orang Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang
Kalimantan, 1 orang Nusa Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang peranakan Tionghoa, dengan Sukarno
sebagai ketuanya. Namun, tanpa sepengetahuan Jepang, PPKI ditambah 6 orang lagi sehingga totalnya
menjadi 27 anggota.

Tujuan PPKI dibentuk untuk “mempercepat semua persiapan bagi pesanan dan sebuah pesanan di
Indonesia merdeka". Sementara tugasnya, antara lain: meresmikan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945 yang telah disepakati di tingkat BPUPKI; mempersiapkan upaya pemindahan kekuasaan dari
Jepang; dan menyusun segala sesuatu yang terkait tata cara negara setelah Indonesia merdeka nanti.

Hasil Sidang PPKI

Hasil sidang perdana PPKI hanya sedikit sedikit Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi: “Presiden adalah
orang Indonesia asli dan beragama Islam" diganti menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli."
Perubahan itu terjadi setelah tiga pimpinan PPKI, yakni Sukarno, Hatta, dan Radjiman, diundang ke Dalat
(Vietnam) untuk bertemu Marsekal Terauchi pada 8 Agustus 1945. Saat itu pemerintah Jepang
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia (St Sularto & Dorothea Rini Yunarti ,
Konflik di Balik Proklamasi , 2010: 98).

Jepang akhirnya benar-benar kalah dari Sekutu. Dan, atas desakan kaum muda, Indonesia
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan itu dilakukan tanpa menunggu
persetujuan Jepang sehingga apa yang selama ini direncanakan Dai Nippon tidak dapat dicapai.

Sidang PPKI berikutnya digelar pada 18 dan 19 Agustus 1945 yang menghasilkan pengesahan UUD 1945,
memilih Sukarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, membentuk 12 Kementerian dan 4
Menteri Negara, serta membentuk pemerintahan daerah yang terdiri dari 8 provinsi.

Selain itu, dirumuskan pula resepnya Komite Nasional Indonesia untuk membantu presiden dan wakil
presiden. Komite ini diresmikan dalam sidang berikutnya pada 22 Agustus 1945. Ia juga memberikan
resep Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai angkatan perang Republik Indonesia, cikal-bakal TNI dan
Polri.

Misi akal-akalan Jepang akhirnya gagal meskipun telah direncanakan matang dengan pesanan BPUPKI.
PPKI yang dibentuk setelahnya justru menjadi penegas bahwa Jepang harus menyerah pada kekuatan
pemuda dan pergerakan dalam perkara kemerdekaan bangsa Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) - Dokuritsu Junbi Cosakai
dibentuk pada 29 april 1945. Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan
penting tentang ekonomi, politik, dan tatanan pemerintahan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia.
diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, R.P Suroso sebagai wakil ketua.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) - Dokuritsu Junbi Inkai dibentuk pada tanggal 7 Agustus
1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Ketuanya. Tugas PPKI
diantaranya yaitu Mengesahkan Undang-Undang 1945, Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai
Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.

Peran Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yaitu membentuk dasar negara
yang kemudian disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pembentukan dasar negara dan perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan oleh Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Yaitu melalui sidang resmi
pertama BPUPKI yang diadakan pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945.

Yang dalam sidang tersebut dihasilkan beberapa gagasan mengenai dasar negara Indonesia oleh para
tokoh nasional. Yang diantaranya dikemukakan oleh :

- Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. pada tanggal 29 Mei 1945. Beliau mengemukakan gagasan mengenai
rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu:

1. Peri Kebangsaan;

2. Peri Kemanusiaan;

3. Peri Ketuhanan;

4. Peri Kerakyatan; dan

5. Kesejahteraan Rakyat.

- Prof. Mr. Dr. Soepomo. Pada tanggal 31 Mei 1945. Beliau mengemukakan gagasan mengenai rumusan
lima dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu:

1. Persatuan;

2. Kekeluargaan;

3. Mufakat dan Demokrasi;

4. Musyawarah; dan

5. Keadilan Sosial.

- Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945. Beliau mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila
dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Pancasila", yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia;

2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan;


3. Mufakat atau Demokrasi;

4. Kesejahteraan Sosial; dan

5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebelum sidang BPUPKI yang pertama berakhir, dibentuk suatu panitia kecil yang beranggotakan 9
orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan" yang diketuai oleh Ir. Soekarno, tugasnya adalah untuk
mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.

Pada tanggal 22 Juni1945, panitia 9 menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter". Yang didalamnya berisi lima dasar
negara Indonesia (Pancasila) yaitu :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, karena melihat kondisi Indonesia yang majemuk (banyak agama), pada tanggal 18 agustus 1945
dalam sidang PPKI, Kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya dalam piagam jakarta, diubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Yang kemudian disahkan
dalam suatu Undang-Undang Dasar 1945.

Peran BPUPKI :

1. Mempersiapan segala kebutuhan yang bersangkutan dengan kemerdekaan

Indonesia

2. Pembentuakan anggota perumusan dasar negara

3. Menetapkan dan mengubah dasar negara untuk di sesuaikan

4. Merumuskan Pancasila dan Dasar Negara

Peran PPKI :

1. Memilih presiden dan wakil presiden RI

2. Mengesahkan dasar negara

3. Membentuk mentri untuk membantu tugas presiden

Anda mungkin juga menyukai