Anda di halaman 1dari 31

Sidang Parlemen Jepang atau Teikoku Ginkai di Tokyo pada 7

September 1944 berlangsung dalam suasana yang kurang kondusif. Dai


Nippon kian terdesak oleh pasukan Sekutu akibat serentetan kekalahan
di Perang Asia Timur Raya. Tindakan darurat wajib dilakukan sesegera
mungkin, termasuk terkait wilayah-wilayah pendudukan Jepang, salah
satunya Indonesia. Perdana Menteri Jepang, Kuniaki Koiso, akhirnya
naik podium. Raut muka kusut tersirat pada wajah kepala pemerintahan
yang baru menjabat kurang dari 3 bulan itu. Di depan parlemen, Koiso
menegaskan Dai Nippon harus bergegas untuk menentukan nasib
Indonesia yang cepat atau lambat pasti akan menjadi sasaran terkam
Sekutu. Koiso berpendapat, Jepang sebaiknya memberikan
kemerdekaan untuk Indonesia “kelak di kemudian hari” (Ben Anderson,
Some Aspects of Indonesian Politics under Japanese Occupation 1944-
1945, 1961:2). Entah apa yang dimaksud Koiso dengan ungkapan
“kelak di kemudian hari” itu. Yang jelas, Jepang tidak mau kehilangan
Indonesia begitu saja, apalagi menyerahkannya kepada pihak musuh.
Jepang setidaknya menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia sambil
menunggu situasi membaik. Dengan janji itu, Koiso berharap tidak
terjadi pemberontakan. Sebaliknya, rakyat Indonesia justru bisa
dikerahkan untuk menghadang Sekutu jika benar-benar terdesak,
apalagi Jepang sudah membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA)
di sana. Sempat terjadi perdebatan atas usulan Koiso kendati akhirnya
diterima. Maka, pada 1 Maret 1945, Kumakichi Harada selaku Jenderal
Dai Nippon yang membawahi Jawa, mengumumkan akan dibentuk
suatu badan baru dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai (George S.
Kanahele, The Japanese Occupation of Indonesia, 1967:184). Dokuritsu
Junbi Cosakai inilah nama lain dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), institusi seribu janji yang menjadi
sesi awal upaya akal-akalan Jepang terhadap Indonesia, meski yang
terjadi nanti ternyata tidak sesuai yang diharapkan pemerintah Sidang
Parlemen Jepang atau Teikoku Ginkai di Tokyo pada 7 September 1944 berlangsung dalam
suasana yang kurang kondusif. Dai Nippon kian terdesak oleh pasukan Sekutu akibat
serentetan kekalahan di Perang Asia Timur Raya. Tindakan darurat wajib dilakukan
sesegera mungkin, termasuk terkait wilayah-wilayah pendudukan Jepang, salah satunya
Indonesia. Perdana Menteri Jepang, Kuniaki Koiso, akhirnya naik podium. Raut muka kusut
tersirat pada wajah kepala pemerintahan yang baru menjabat kurang dari 3 bulan itu. Di
depan parlemen, Koiso menegaskan Dai Nippon harus bergegas untuk menentukan nasib
Indonesia yang cepat atau lambat pasti akan menjadi sasaran terkam Sekutu. Koiso
berpendapat, Jepang sebaiknya memberikan kemerdekaan untuk Indonesia “kelak di
kemudian hari” (Ben Anderson, Some Aspects of Indonesian Politics under Japanese
Occupation 1944-1945, 1961:2). Entah apa yang dimaksud Koiso dengan ungkapan “kelak
di kemudian hari” itu. Yang jelas, Jepang tidak mau kehilangan Indonesia begitu saja,
apalagi menyerahkannya kepada pihak musuh. Jepang setidaknya menjanjikan
kemerdekaan kepada Indonesia sambil menunggu situasi membaik. Dengan janji itu, Koiso
berharap tidak terjadi pemberontakan. Sebaliknya, rakyat Indonesia justru bisa dikerahkan
untuk menghadang Sekutu jika benar-benar terdesak, apalagi Jepang sudah membentuk
barisan Pembela Tanah Air (PETA) di sana. Sempat terjadi perdebatan atas usulan Koiso
kendati akhirnya diterima. Maka, pada 1 Maret 1945, Kumakichi Harada selaku Jenderal Dai
Nippon yang membawahi Jawa, mengumumkan akan dibentuk suatu badan baru dengan
nama Dokuritsu Junbi Cosakai (George S. Kanahele, The Japanese Occupation of
Indonesia, 1967:184). Dokuritsu Junbi Cosakai inilah nama lain dari Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), institusi seribu janji yang menjadi sesi
awal upaya akal-akalan Jepang terhadap Indonesia, meski yang terjadi nanti ternyata tidak
sesuai yang diharapkan pemerintah pendudukan Jepang. Pemerintah Jepang terpaksa
menawarkan janji kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI karena posisi
mereka yang sudah terdesak. Bermula dari kekalahan dalam pertempuran laut di Coral Sea,
dekat Australia, disusul jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Sekutu pada Juli 1944. Itu
membuat kekuatan Jepang di Perang Asia Timur Raya semakin melemah. Pembentukan
BPUPKI Kendati sudah diumumkan sebelumnya, pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai
alias BPUPKI baru diresmikan pada 29 April 1945, sedangkan pelantikan para anggotanya
dilakukan hampir sebulan kemudian, 28 Mei 1945. Secara garis besar, BPUPKI dibentuk
untuk "menyelidiki hal-hal yang penting sekaligus menyusun rencana mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia," demikian seperti yang termaktub dalam Maklumat Gunseikan
(Kepala Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23. Maklumat yang sama
memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal penting terkait politik, ekonomi, tata
usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain
yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia (Asia Raya, 29 April 1945).
Pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk pada
komposisi keanggotaannya yang terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua
muda), dan 59 orang iin atau anggota (R.M. A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar
1945, 2004:10). Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico. Ia adalah tokoh yang
dituakan, priyayi Jawa berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut menggagas Boedi
Oetomo pada 1908. Sedangkan sebagai ketua muda adalah Raden Pandji Soeroso dan
Ichibangase Yoshio (wakil Jepang). Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia,
termasuk 4 orang dari golongan Cina, 1 orang golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda.
Selain itu, ada pula tokubetu iin (anggota kehormatan), terdiri 8 orang Jepang. Mereka
berhak menghadiri sidang tapi tidak punya hak suara (Marwati Djoened Poesponegoro &
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984:67). Memperdebatkan
Pancasila BPUPKI dalam periode kinerjanya, yang hanya beberapa bulan, telah menggelar
2 kali sidang resmi: 29 Mei sampai 1 Juni, dan 10-17 Juli 1945. Ada satu sidang lagi yang
dilakukan kendati tidak resmi dan hanya diikuti beberapa anggota pada masa reses, antara
2 Juni hingga 9 Juli 1945. Setidaknya ada 12 anggota yang berpidato di sidang pertama,
salah satunya M. Yamin. Ia memaparkan kelengkapan negara yang dibutuhkan Indonesia
jika merdeka nanti. Di sinilah M. Yamin merumuskan 5 asas dasar negara, yaitu Peri
Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Pada hari ketiga sidang pertama itu, Mr. Soepomo juga mengungkapkan rumusan
serupa, yang diberi nama "Dasar Negara Indonesia Merdeka”, yaitu Persatuan,
Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, serta Keadilan Sosial. Di hari terakhir,
pada 1 Juni 1945, tepat hari ini 74 tahun lalu, Sukarno memperkenalkan 5 sila, yang terdiri
dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah hari lahir
Pancasila. Hingga sidang usai, belum ada kesepakatan yang dicapai. Ada beda pendapat
yang cukup tajam antara kubu nasionalis dan kubu agamis, salah satunya tentang bentuk
negara, antara negara kebangsaan atau negara Islam, meskipun hal ini bukanlah persoalan
yang baru (Bernhard Dahm, Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, 1987:232). Maka
dibentuklah Panitia Sembilan untuk menemukan jalan tengah dalam perumusan dasar
negara. Panitia ini terdiri dari Sukarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, M. Yamin,
Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, Haji Agus Salim, dan A.A.
Maramis. Setelah melalui pelbagai perdebatan sengit dalam perundingan alot pada sidang
Panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945, lahirlah rumusan dasar negara RI yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang terdiri dari: 1. Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil
dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia Setelah menyepakati rumusan dasar negara, meskipun masalah ini sebenarnya
belum tuntas dan memuaskan semua pihak (termasuk nantinya perubahan sila pertama
menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa"), sidang BPUPKI selanjutnya membahas tentang
perangkat-perangkat negara merdeka lain, salah satu yang terpenting adalah merancang
Undang-Undang Dasar (UUD). Poin-poin penting yang dibahas dan disepakati adalah
pernyataan tentang Indonesia Merdeka, Pembukaan, dan Batang Tubuh UUD 1945, Ia
meliputi: wilayah negara Indonesia; bentuk negara (kesatuan); bentuk pemerintahan
(republik); bendera nasional (Merah Putih); dan bahasa nasional (Bahasa Indonesia). Tugas
BPUPKI selesai dan dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Selanjutnya, dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berlanjut ke PPKI Pada hari yang sama
pembubaran BPUPKI, langsung dibentuk badan baru bernama PPKI atau Dokuritsu Junbi
Inkai. Jepang mau tidak mau harus terus melanjutkan janji-janjinya karena keadaan yang
semakin gawat. Jepang nyaris lebur setelah Hiroshima dibom oleh Amerika Serikat atas
persetujuan Sekutu pada 6 Agustus 1945. Bahkan, beberapa hari berselang, 9 Agustus
1945, Jepang kena pukulan telak lagi menyusul bom atom di Nagasaki. Berbeda dari
BPUPKI yang masih melibatkan orang Jepang, seluruh anggota PPKI adalah orang
Indonesia. Bedanya lagi, jika keanggotaan BPUPKI didasarkan atas latar belakang
ideologis, orang-orang yang mengisi formasi PPKI dipilih dengan dasar kedaerahan (Yudi
Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa, 2006:342). Anggota awal PPKI ada 21 orang, terdiri
dari 12 orang Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang
Nusa Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang peranakan Tionghoa, dengan Sukarno
sebagai ketuanya. Namun, tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan PPKI ditambah 6
orang lagi sehingga totalnya menjadi 27 anggota. Tujuan PPKI dibentuk untuk
“mempercepat semua upaya persiapan terakhir bagi pembentukan sebuah pemerintahan
Indonesia merdeka”. Sementara tugasnya, antara lain: meresmikan Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945 yang telah disepakati di level BPUPKI; mempersiapkan pemindahan
kekuasaan dari Jepang; dan menyusun segala sesuatu terkait tata negara setelah Indonesia
merdeka nanti. Hasil Sidang PPKI Hasil sidang perdana PPKI hanya sedikit mengubah
Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi: “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama
Islam” diganti menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli.” Perubahan itu terjadi setelah
tiga pimpinan PPKI, yakni Sukarno, Hatta, dan Radjiman, diundang ke Dalat (Vietnam) untuk
bertemu Marsekal Terauchi pada 8 Agustus 1945. Di momen itu pemerintah Jepang
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia (St Sularto & Dorothea
Rini Yunarti, Konflik di Balik Proklamasi, 2010:98). Jepang akhirnya benar-benar kalah dari
Sekutu. Dan, atas desakan kaum muda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan itu dilakukan tanpa menunggu persetujuan Jepang
sehingga apa yang selama ini direncanakan Dai Nippon tidak tercapai. Sidang PPKI
berikutnya digelar pada 18 dan 19 Agustus 1945 yang menghasilkan pengesahan UUD
1945, memilih Sukarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, membentuk 12
Kementerian dan 4 Menteri Negara, serta membentuk pemerintahan daerah yang terdiri dari
8 provinsi. Selain itu, dirumuskan pula gagasan pembentukan Komite Nasional Indonesia
untuk membantu presiden dan wakil presiden. Komite ini diresmikan dalam sidang
berikutnya pada 22 Agustus 1945. Ia juga menghasilkan pembentukan Badan Keamanan
Rakyat (BKR) sebagai angkatan perang Republik Indonesia, cikal-bakal TNI dan Polri. Misi
akal-akalan Jepang akhirnya gagal meskipun telah direncanakan cukup matang dengan
pembentukan BPUPKI. PPKI yang dibentuk setelahnya justru menjadi penegas bahwa
Jepang memang harus menyerah pada kekuatan pemuda dan kaum pergerakan dalam
perkara kemerdekaan bangsa Indonesia. ========== Artikel ini pertama kali ditayangkan
pada 1 Juni 2017 dengan judul "Peran BPUPKI dan PPKI di Seputar Hari Lahir Pancasila"
dan merupakan bagian dari laporan mendalam tentang pidato Pancasila Bung Karno. Kami
melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Sejarah Hari Lahir Pancasila: Peran BPUPKI
dan PPKI", https://tirto.id/sejarah-hari-lahir-pancasila-peran-bpupki-dan-ppki-cpMp.

Follow kami di Instagram: tirtoid | Twitter: tirto.id


pendudukan Jepang. Pemerintah Jepang terpaksa menawarkan janji
kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI karena posisi
mereka yang sudah terdesak. Bermula dari kekalahan dalam
pertempuran laut di Coral Sea, dekat Australia, disusul jatuhnya
Kepulauan Saipan ke tangan Sekutu pada Juli 1944. Itu membuat
kekuatan Jepang di Perang Asia Timur Raya semakin melemah.
Pembentukan BPUPKI Kendati sudah diumumkan sebelumnya,
pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai alias BPUPKI baru diresmikan
pada 29 April 1945, sedangkan pelantikan para anggotanya dilakukan
hampir sebulan kemudian, 28 Mei 1945. Secara garis besar, BPUPKI
dibentuk untuk "menyelidiki hal-hal yang penting sekaligus menyusun
rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia," demikian seperti
yang termaktub dalam Maklumat Gunseikan (Kepala Pemerintahan
Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23. Maklumat yang sama
memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal penting terkait
politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan
negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha
pembentukan negara Indonesia (Asia Raya, 29 April 1945). Pengaruh
Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk
pada komposisi keanggotaannya yang terdiri dari seorang kaico (ketua),
2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota (R.M.
A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, 2004:10).
Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico. Ia adalah tokoh yang
dituakan, priyayi Jawa berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut
menggagas Boedi Oetomo pada 1908. Sedangkan sebagai ketua muda
adalah Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (wakil Jepang).
Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia, termasuk 4 orang
dari golongan Cina, 1 orang golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda.
Selain itu, ada pula tokubetu iin (anggota kehormatan), terdiri 8 orang
Jepang. Mereka berhak menghadiri sidang tapi tidak punya hak suara
(Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI, 1984:67). Memperdebatkan Pancasila BPUPKI
dalam periode kinerjanya, yang hanya beberapa bulan, telah menggelar
2 kali sidang resmi: 29 Mei sampai 1 Juni, dan 10-17 Juli 1945. Ada satu
sidang lagi yang dilakukan kendati tidak resmi dan hanya diikuti
beberapa anggota pada masa reses, antara 2 Juni hingga 9 Juli 1945.
Setidaknya ada 12 anggota yang berpidato di sidang pertama, salah
satunya M. Yamin. Ia memaparkan kelengkapan negara yang
dibutuhkan Indonesia jika merdeka nanti. Di sinilah M. Yamin
merumuskan 5 asas dasar negara, yaitu Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Pada hari ketiga sidang pertama itu, Mr. Soepomo juga
mengungkapkan rumusan serupa, yang diberi nama "Dasar Negara
Indonesia Merdeka”, yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan
Demokrasi, Musyawarah, serta Keadilan Sosial. Di hari terakhir, pada 1
Juni 1945, tepat hari ini 74 tahun lalu, Sukarno memperkenalkan 5 sila,
yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah hari lahir Pancasila. Hingga sidang
usai, belum ada kesepakatan yang dicapai. Ada beda pendapat yang
cukup tajam antara kubu nasionalis dan kubu agamis, salah satunya
tentang bentuk negara, antara negara kebangsaan atau negara Islam,
meskipun hal ini bukanlah persoalan yang baru (Bernhard Dahm,
Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, 1987:232). Maka dibentuklah
Panitia Sembilan untuk menemukan jalan tengah dalam perumusan
dasar negara. Panitia ini terdiri dari Sukarno, Mohammad Hatta,
Achmad Soebardjo, M. Yamin, Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir,
Abikusno Tjokrosoejoso, Haji Agus Salim, dan A.A. Maramis. Setelah
melalui pelbagai perdebatan sengit dalam perundingan alot pada sidang
Panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945, lahirlah rumusan dasar negara
RI yang dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang
terdiri dari: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3.
Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia Setelah menyepakati rumusan dasar
negara, meskipun masalah ini sebenarnya belum tuntas dan
memuaskan semua pihak (termasuk nantinya perubahan sila pertama
menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa"), sidang BPUPKI selanjutnya
membahas tentang perangkat-perangkat negara merdeka lain, salah
satu yang terpenting adalah merancang Undang-Undang Dasar (UUD).
Poin-poin penting yang dibahas dan disepakati adalah pernyataan
tentang Indonesia Merdeka, Pembukaan, dan Batang Tubuh UUD 1945,
Ia meliputi: wilayah negara Indonesia; bentuk negara (kesatuan); bentuk
pemerintahan (republik); bendera nasional (Merah Putih); dan bahasa
nasional (Bahasa Indonesia). Tugas BPUPKI selesai dan dibubarkan
pada 7 Agustus 1945. Selanjutnya, dibentuklah Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berlanjut ke PPKI Pada hari yang sama
pembubaran BPUPKI, langsung dibentuk badan baru bernama PPKI
atau Dokuritsu Junbi Inkai. Jepang mau tidak mau harus terus
melanjutkan janji-janjinya karena keadaan yang semakin gawat. Jepang
nyaris lebur setelah Hiroshima dibom oleh Amerika Serikat atas
persetujuan Sekutu pada 6 Agustus 1945. Bahkan, beberapa hari
berselang, 9 Agustus 1945, Jepang kena pukulan telak lagi menyusul
bom atom di Nagasaki. Berbeda dari BPUPKI yang masih melibatkan
orang Jepang, seluruh anggota PPKI adalah orang Indonesia. Bedanya
lagi, jika keanggotaan BPUPKI didasarkan atas latar belakang ideologis,
orang-orang yang mengisi formasi PPKI dipilih dengan dasar
kedaerahan (Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa, 2006:342).
Anggota awal PPKI ada 21 orang, terdiri dari 12 orang Jawa, 3 orang
Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa
Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang peranakan Tionghoa, dengan
Sukarno sebagai ketuanya. Namun, tanpa sepengetahuan Jepang,
keanggotaan PPKI ditambah 6 orang lagi sehingga totalnya menjadi 27
anggota. Tujuan PPKI dibentuk untuk “mempercepat semua upaya
persiapan terakhir bagi pembentukan sebuah pemerintahan Indonesia
merdeka”. Sementara tugasnya, antara lain: meresmikan Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945 yang telah disepakati di level BPUPKI;
mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari Jepang; dan menyusun
segala sesuatu terkait tata negara setelah Indonesia merdeka nanti.
Hasil Sidang PPKI Hasil sidang perdana PPKI hanya sedikit mengubah
Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi: “Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam” diganti menjadi “Presiden ialah orang
Indonesia asli.” Perubahan itu terjadi setelah tiga pimpinan PPKI, yakni
Sukarno, Hatta, dan Radjiman, diundang ke Dalat (Vietnam) untuk
bertemu Marsekal Terauchi pada 8 Agustus 1945. Di momen itu
pemerintah Jepang memutuskan untuk memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia (St Sularto & Dorothea Rini Yunarti, Konflik di Balik
Proklamasi, 2010:98). Jepang akhirnya benar-benar kalah dari Sekutu.
Dan, atas desakan kaum muda, Indonesia menyatakan
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan itu
dilakukan tanpa menunggu persetujuan Jepang sehingga apa yang
selama ini direncanakan Dai Nippon tidak tercapai. Sidang PPKI
berikutnya digelar pada 18 dan 19 Agustus 1945 yang menghasilkan
pengesahan UUD 1945, memilih Sukarno dan Hatta sebagai Presiden
dan Wakil Presiden RI, membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri
Negara, serta membentuk pemerintahan daerah yang terdiri dari 8
provinsi. Selain itu, dirumuskan pula gagasan pembentukan Komite
Nasional Indonesia untuk membantu presiden dan wakil presiden.
Komite ini diresmikan dalam sidang berikutnya pada 22 Agustus 1945.
Ia juga menghasilkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
sebagai angkatan perang Republik Indonesia, cikal-bakal TNI dan Polri.
Misi akal-akalan Jepang akhirnya gagal meskipun telah direncanakan
cukup matang dengan pembentukan BPUPKI. PPKI yang dibentuk
setelahnya justru menjadi penegas bahwa Jepang memang harus
menyerah pada kekuatan pemuda dan kaum pergerakan dalam perkara
kemerdekaan bangsa Indonesia. ========== Artikel ini pertama kali
ditayangkan pada 1 Juni 2017 dengan judul "Peran BPUPKI dan PPKI di
Seputar Hari Lahir Pancasila" dan merupakan bagian dari laporan
mendalam tentang pidato Pancasila Bung Karno. Kami melakukan
penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Sejarah Hari Lahir


Pancasila: Peran BPUPKI dan PPKI", https://tirto.id/sejarah-hari-lahir-
pancasila-peran-bpupki-dan-ppki-cpMp.

Follow kami di Instagram: tirtoid | Twitter: tirto.id


~WAWANCARA~

 Sudah daftar berapa kali ?

 Jawab :

 Kmaren gagal di apa ?

 Jawab :

 Agama kamu apa ?

 Jawab : Siap, Islam

 . Apakah kamu tau Rukun Islam ?

 Jawab : Siap Tau

 . Coba Sebutkan Rukun Islam

 Jawab : Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Naik Haji

 . Apakah kamu tau Rukun Iman ?

 Jawab : Siap Tau

 . Coba sebutkan Rukun Iman

 Jawab : Iman Kepada ( Allah, Malaikat, Rosul, Kitab, Hari kiamat, Qodo dan
Qodar )

 . Apakah kamu bisa baca Al-Qur’an ?

 Jawab : Siap bisa

 . Coba baca
 Jawab : Siap ( Terkadang ada testor menyediakan Al-Qur’an)
 DAN terkadang kita suruh baca Surat Pendek (hafalkan minimal 10)

 Apa yang kamu lakukan ketika keluarga tetanggamu (Non Muslim)


mengalami musibah (meninggal) ?

 Jawab : Siap, saya tetap ikut takziah dan mendoakan sesuai agama saya

 Ketika Hari Natal, apakah kamu mengucapkan kepada temenmu (non


muslim) ??

 Jawab :

 (jika jawab iya) meskipun itu di larang di agamamu (nomer 11) apakah
tetap kamu lakukan ? beserta alasannya

 Jawab :

 Apa yang kamu lakukan ketika di ajak menyimpang dari agamamu oleh
atasanmu (non muslim) ? jelaskan

 Jawab :

 Pasal berapakah dan ayat berapa tentang kebebasan memeluk agama ?

 Jawab : 29 ayat 2 (hafalkan bunyi nya )

 Bagaimana pendapatmu ketika kamu di paksa masuk agama lain ?

 Jawab : siap tidak setuju, karena saya sudah punya agama sendiri sesuai dengan
keyakinan saya

 Bagaimana jika kamu di ajak untuk mengantar emanmu ke gereja ?

 Siap mau, karena tidak boleh membeda-bedakan, saling menghargai sesama


agama lain ( Toleransi )

 UUD 1945 terdiri dari berapa alenia ?


 Jawab : 3 alenia ( Pembuka, Batang tubuh, Penutup)

 Coba baca Pembukaan UUD 1945 ?

 Jawab : siap

 Apa pendapat kamu tentang di lakukan nya amandemen batang tubuh


UUD 1945 ? beserta alasan nya

 Jawab :

 Apa dasar negara indonesia ?

 Jawab ; Siap, Pancasila

 Apa lambang pancasila ?

 Jawab : Siap, burung Garuda

 Terdiri dari berapa Sila dalam Pancasila ? sebutkan

 Jawab : Siap ada 5 (sebutkan secara urut dan hafalkan lambang setiap Sila serta
pengamalan nya )

 Apa pendapatmu tentang kenaikan BBM ? jelaskan

 Jawab : Siap setuju, karena untuk menambah devisa negara


 Devisa negara : pendapatan negara

 Apa yang kamu ketahui tentang PKI ?

 Jawab : Siap, PKI adalah Partai Komunis Indonesia yang tidak mengenal adanya
Tuhan (Ideologi Komunis)

 Berapa kali pemberontakan PKI di indonesia ?

 Jawab :

 Apa Tujuan PKI ?


 Jawab : Siap, ingin mendirikan negara komunis dengan beridiologi
komunisme/tidak mengenal adanya tuhan Dan ingin memisahkan NKRI

 Bagaimana pendapatmu jika TAP MPRS no. XXV/MPRS/1966 di cabut ?


( UU ini adalah tentang larangan keras menyebarkan dan mengembangkan
ajaran komunis seperti di MI Tulis )

 Jawab : siap tidak setuju, karena ...

 Apa DI TII itu ?

 Jawab :

 Tujuan DI TII ?

 Jawab :

 Apa itu GAM ?

 Jawab : Siap, Gerakan Aceh Merdeka

 Apa tujuan GAM ?

 Jawab : siap. Ingin memisahkan dari NKRI

 Apa itu OPM ?

 Jawab : Organisasi Papua Merdeka

 Apa tujuan OPM ?

 Jawab : Siap, ingin memisahkan dari NKRI

 Apa itu FPI ?

 Jawab : Siap, Forum Pembela Islam

 Apakah kamu setuju dengan FPI ?


 Jawab :

 Apakah kamu setuju ketika Bulan Suci Ramadhan anggota FPI melakukan
swiping tempat malam, miras, perjudian dan sejenisnya ? jelaskan

 Jawab : Siap setuju, asalkan sesuai prosedur yang berlaku dan mendapat ijin dari
aparat penegak hukum dan pihak berwajib

 Apa itu GAFATAR ?

 Jawab : Siap, Gerakan Fajar Nusantara

 Apa tujuan GAFATAR ?

 Jawab :

 Apa itu syiah ?

 Jawab : siap, syiah adalah ajaran sesat

 Siapakah tokoh idolamu ? (dalam dan luar negeri, minimal 2 beserta


alasannya )

 Jawab :

 Sebutkan media yang kamu sukai ? (cetak, elektronik, sosmed)

 Jawab :

 Siapakah Pencipta Lagu Indonesia Raya ? (persiapkan jika di suruh


menyanyikan lagu)

 Jawab : Siap, Bapak Wage Rudolf Supratman

 Coba baca teks Proklamasi

 Jawab : siap

 Sebutkan 7 pahlawan revolusi


 Jawab :

 Apa saja organisasi yang pernah kamu ikuti ?

 Jawab : siap, Karag Taruna, Osis, dst

 Kapan Hari lahirnya Pancasila ?

 Jawab : siap, 1 Juni

 Kapan Kesaktian pancasila ?

 Jawab : siap, 1 oktober

 Kapan hari lahir nya TNI AU ?

 Jawab :
1. PENDAHULUAN

Bapak, Ibu sekalian, pada awal bulan kemaren yaitu 01 Juni telah diperingati
hari lahirnya Pancasila yang ke 66.
Kata Pancasila berasal dari kata Sansekerta (Agama Buddha) yaitu untuk
mencapai Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.
2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman keras.
Kemudian diadaptasi oleh orang jawa menjadi Molimo atau 5 M =
Madat/Mabok, Maling/Nyuri, Madon/Berzinah, Maen/Judi, Mateni/Bunuh
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 66 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali
bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang
benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. PANCASILA SBG ALAT PEMERSATU BANGSA

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila


itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila
itu mengandung toleransi, dan siapa yang menentang Pancasila berarti dia menentang
toleransi.Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan
diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-
norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta
norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan

3
segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang
berTuhan dan beragama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berperikemanusiaan dan berusaha
untuk berbudi luhur. Kolonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan
kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati
sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak
bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap memahami dan meyakini
bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia sehingga integritas
bangsa tetap terjaga kelestarianya.
Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima
silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila
dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah
dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara
terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang
Pancasila. Semoga saja 45 Butir Pengamalan Pancasila ini dapat mengingatkan kita
akan nilai – nilai kebaikan yang patut kita amalkan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4

4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.


5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

3. Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan


kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap


dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
2) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3) Menghormati hak orang lain.
4) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
5) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
8) Suka bekerja keras.
9) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
10) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Bagaimana membuat nilai-nilai ini bisa kembali menjadi pedoman dan
pengamalan dalam keseharian kehidupan kita? Saya rasa perlu suatu pemerintahan
otoriter di Indonesia untuk memprogram ulang otak bangsa kita dengan suatu dokrin
nilai – nilai sosial dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
di negara Indonesia yang nyata – nyata sangat plural ini. Pemerintahan otoriter sangat
diperlukan ketika berhadapan dengan masyarakat yang tak bermoral, tak terkendali,
tak mau diatur, dan merasa dirinya adalah kebenaran itu sendiri tanpa sadar bahwa
mereka hidup bersama dengan orang lain.

3. KONDISI BANGSA INDONESIA SAAT INI

Bapak, Ibu sekalian yang berbahagia, mari kita lihat kondisi bangsa Indonesia
saat ini yang telah terjadi krisis multidimensi melanda seluruh kehidupan bangsa ini
yang berakibat goyahnya 4 pilar kebangsaan yaitu : Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika, maka kita sebagai warga Negara, sebagai prajurit wajib untuk
menegakkan 4 pilar kebangsaan yang merupakan bagian dari tugas pokok TNI untuk
tetap menjaga eksistensi bangsa tercinta ini.
Adapun yang menyebabkan kondisi bangsa Indonesia seperti ini diantaranya adalah :

a. Pendegradasian Pancasila karena kurangnya pemahaman dan


pengamalan Pancasila dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari hari.
Hari ini adalah Hari Lahir Pancasila, dan saya yakin sebagian dari kita tidak bisa
menyebutkan dengan benar kelima sila dari Pancasila. Apalagi disuruh menyebutkan
45 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978.
Seandainya saja Bangsa Indonesia benar-benar meresapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat
diminimalisir. Kenyataannya sekarang yaitu setelah era reformasi, para reformator
alergi dengan semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 sehingga terkesan
meninggalkannya begitu saja.atau trauma dan phobi dengan istilah P4. Mengapa kita
yang masih hidup kehilangan semangat juang, kehilangan kebanggaan dan
nasionalismenya? ..mengapa Pancasila dilupakan? Apa salahnya Pancasila?...justru
Pancasila lah yang dikhianati, disalah gunakan dan di selingkuhi oleh para pemimpin
bangsa ini…

b. Kepentingan kelompok tertentu yang ingin mengganti Pancasila


sebagai dasar Negara. Belum lagi saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika
sekelompok pihak mulai mementingkan dirinya sendiri untuk kembali menjadikan
negara ini sebagai negara berideologi agama tertentu. Berkeinginan menghidupkan
kembali Pancasila sesuai Piagam Jakarta yang tentunya justru akan membahayakan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang berbhineka tunggal ika dan
bersendikan Pancasila.

c. Konflik Vertikal dan Horisontal, dengan adanya OTDA yg dicetuskan


oleh Prof Dr.Risjard Rasid dan system demokrasi yang kebablasan telah menjadikan
pemerintahan daerah dan provinsi sebagai Raja-raja kecil yg memiliki kekuasaan
Otoritas dalam mengelola pemerintahan sehingga sulit dikontrol secara langsung
sehingga menimbulkan perseteruan atau konflik antara pemerintah pusat dan daerah
terutama dalam kebijakan bagi hasil kekayaan alam yang dimiliknya. Bahkan ada
upaya untuk membenturkan TNI dengan pemerintah pusat karena berkaitan
kebijakan pemerintah dalam menangani sengketa perbatasan dengan Malaysia
maupun dengan Negara lainnya dan penanganan kejahatan transnasional seperti
perompak Somalia.
Sedang konflik horizontal sering kita lihat sehari-hari ditayangan di Televisi
maupun media cetak, dimana antar anak sekolah SMU melakukan tawuran, antar
mahasiswa dengan mahasiswa atau dengan aparat kepolisian, bahkan antar kampung
dan kelurahan terjadi saling serang, sungguh bangsa ini dalam kondisi mengingkari
Pancasila sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup dan sebagai Ideologi bangsa
Indonesia. Penghayatan dan pengamalan pancasila sudah dilupakan dan tidak
diterapkan dalam pola kehidupan rakyat Indonesia lagi, Indonesia yang dulu dikenal
sebagai bangsa yang ramah tamah, murah senyum telah berubah menjadi bangsa yang
pendendam, gampang marah, beringas, lupa akan peradabannya yang telah
diwariskan oleh leluhur dan nenek moyang kita sejak dulu kala.

d. Sebagian masyarakat masih pemikirannya mengacu luar negeri, sedikit-


dikit Amerika yang dijadikan acuan berdemokrasi yang sudah merdeka ratusan tahun,
padahal ada Negara dekat seperti Korea Selatan dan jepang yang patut ditiru dalam
menghadapi krisis moneter 1997 dimana masyarakat Korsel mampu keluar dari
krismon yang melanda dunia khususnya di Asia karena masyarakatnya mau bergotong
royong, rela berkorban dengan memberikan bantuan kepada pemerintah berupa
uang, emas dan barang berharga lainnya demi mendongkrak nilai mata uang Won
terhadap dollar yang akhirnya dengan cepat perekonomian Korsel kembali pulih dan
bangkit menjadi Negara industry yang maju, pun demikian dengan rakyat Jepang
yang begitu tabah tanpa mengeluh dlam menghadapi bencana alam Tsunami, tidak
ada yang terlihat diwajah rakyat yang mengungsi mengeluh mereka tabah, pasrah,
dan percaya kepada pemerintahannya mampu mengurus dengan baik, cepat dan
benar, tidak ada yang teriak-teriak di media cetak maupun elektronik semua
diserahkan kepada pemerintah inilah sikap yang patut diteladani sebagai masyarakat
yang cinta atas tanah airnya.
Hal-hal yang terjadi dalam Negara Indonesia inilah yang membuat prihatin para
petinggi bangsa sehingga Presiden Republik Indonesia SBY mengajak dalam buku yang
ditulis berjudul “Menata kembali Bangsa dengan Pancasila” inilah saatnya keberadaan
pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia masih sangat diperlukan.

4. ANCAMAN TERHADAP PANCASILA

a. Ancaman Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, berupa :

1) Radikal Kanan yaitu kelompok garis keras kususnya dari pemahaman


tentang agama yang kurang mendalam hanya sepenggal penggal dalam tafsir kitab
sucinya sehingga yang terjadi adalah hukum agama dan merasa agamanya yang paling
benar. Seperti DI TII yang diproklamirkan oleh Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo pada
tahun 1949 karena menganggap pemerintahan Republik Indonesia gagal denga
adanya agresi militer dari Belanda, JIL (Jamaah Islam Liberal), Bom JW Marriot, dan
yang teraktual yaitu bom buku dan NII KW-9 serta JAT.

2) Radikal Kiri Pancasila sebagai ideologi Negara senantiasa


mengalami upaya pendegradasian dari berbagai pihak yang berlandaskan kepada
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Radikal kiri sebagai suatu sikap dan
perilaku individu atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang berdasarkan pada
ajaran Marxisme-Leninisme (Skep Panglima TNI No. Skep/201/VI/2006 tgl 1 Juni
2006 tentang Juklak Litpers di lingkungan TNI) merupakan salah satu yang masih eksis
hingga saat ini. Meskipun PKI telah dibubarkan dan pengembangan ajaran
Komunisme, Marxisme-Leninisme telah dilarang, namun simpatisan dan pendukung
PKI tetap berupaya untuk membangkitkan kembali komunisme, bahkan aksinya
cenderung semakin berani dan transparan.

Mari kita mengingat kembali tentang perkembangan Radikal Kiri kususnya PKI
yang telah membuat sejarah kelam bangsa Indonesia diwaktu lalu.
Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI).
Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi
ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh
sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila
maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI dan tanggal 1 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila,
adalah sakti, tak tergantikan.

Perkembangan Radikal Kiri diawali dari :

1) Tahun 1965 – tanggal 21 Mei 1998


Pemberontakan G30S/PKI 1965 berhasil ditumpas dan mencapai
puncaknya dengan diterbitkannya TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 yang
menyatakan pembubaran PKI dan larangan penyebaran ajaran
komunisme. Upaya penindakan terhadap pelaku pemberontakan tersebut
dilakukan oleh Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (KOPKAMTIB) yang
telah dibentuk pada tanggal 10 Oktober 1965. Lembaga ini melakukan
pembersihan terhadap sisa-sisa G30S/PKI dari tubuh Pemerintahan dan Negara serta
masyarakat, penindakan dilakukan dengan mengajukan ke Pengadilan, penahanan,
pemberian dan sanksi administratif. Meskipun pada akhirnya mereka yang ditahan
di Pulau Buru dibebaskan, namun aktivitas eks PKI dan keluarganya di masyarakat
diawasi dan dibatasi diantaranya melaluiScreening dengan menggunakan istilah
“bersih diri” dan “bersih lingkungan”.
Seiring dengan semakin membaiknya situasi kemanan, Pemerintah menghapus
KOPKAMTIB dan membentuk Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabiltas
Nasional (Bakorstanas) pada tahun 1998. Pada massa ini penindakan terhadap sisa-
sisa G30S/PKI dan keluarganya tetap dilakukan namun cenderung lebih
lunak. Dengan menggunakan mekanisme Penelitian Khusus (Litsus) menggantikan
Screening, eks PKI dan keluarganya diberi kesempatan untuk mengabdi kepada
Negara meskipun dengan pembatasan tertentu, seperti yang berklasifikasi C dan
penggunaan istilah “keterpengaruhan” selain “keterlibatan” serta dijinkannya eks PKI
di luar negeri untuk kembali ke Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku.
Melunaknya sikap pemerintah, diduga dimanfaatkan oleh eks PKI dan
keluarganya untuk melakukan konsolidasi dan mengembangkan pengaruhnya secara
tertutup di kalangan pemuda dan mahasiswa. Akibatnya muncul berbagai
perlawanan rakyat terhadap Pemerintah/Pengusaha yang diorganisir kelompok
pemuda dan mahasiswa yang membidani lahirnya organisasi Perhimpunan Rakyat
Demokratik (PRD) pada tahun 1994, yang disinyalir sebagai bentuk komunisme gaya
baru, dan menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada tahun 1996. Melalui SK
Menteri Dalam Negeri No. 210-221/1997 tanggal 29 September 1997, PRD beserta
onderbouwnya (SMID, PPBI, Jaker, STN, SRI dan Serikat Rakyat Solo/SRS) dinyatakan
sebagai organisasi terlarang.

2) Tanggal 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999


Era reformasi menjadi momentum penting bagi perkembangan
Raki. Dengan dalih demokratisasi dan penegakkan HAM, situasi politik di Indonesia
mengalami perubahan yang drastis khususnya dalam hal kebebasan mengemukakan
pendapat, sehingga dimanfaatkan Pok. Raki untuk menunjukkan eksistensinya
kembali dan menuntut hak-haknya. Pada masa ini, Presiden BJ Habibie memberikan
Amnesti kepada anggota PRD yang ditahan di LP Cipinang dan PTUN DKI Jakarta
memutuskan pelarangan terhadap PRD batal demi hukum sehingga PRD dapat
menjadi Parpol peserta Pemilu 1999. Selain itu, pencabutan UU No. II/PNPS/1963
tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi secara tidak langsung membatasi
kewenangan Apkam dalam menindak kegiatan Pok. Raki. Meskipun diterbitkan UU
No. 27/1999 tentang perubahan KUHP yang berkaitan dengan kejahatan terhadap
keamanan negara, namun dalam perkembangannya UU tersebut belum pernah
diterapkan terhadap aktivitas Pok. Raki.

3) Tanggal 20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001


Sikap moderat dan pluralisme Presiden Gur Dur cenderung menjadikan
kebijakannya menguntungkan Pok. Raki, diantaranya adalah permintaan maaf kepada
keluarga eks PKI atas perlakuan umat NU di masa lalu, yang disampaikannya dalam
wawancara di TVRI. Kebijakan lain yang menguntungkan Raki adalah
dihapuskannya Bakorstanas dan Litsus. Oleh karenannya, pada masa ini Pok. Raki
terus berupaya menjalin kedekatan dengan penguasa sesuai dengan doktrin dari
komunis.

4) Tahun 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004


Pada masa ini Pok. Raki juga berhasil menggalang Pemerintah untuk
kepentingan kelompoknya. Temu Raya Eks Tapol/Napol di Jakarta tahun 2002
yang didukung oleh Taufik Kiemas menjadi momentum penting bagi eks PKI dan
keluarganya untuk berani tampil dan membentuk organisasi secara terbuka. Selain
itu, Pemerintah mengakomodir tuntutan pelurusan sejarah dari Pok Raki dengan
membentuk Tim Sejarawan yang bertugas mengkaji materi sejarah Indonesia untuk
diajarkan kepada siswa sekolah dasar dan menengah. Hal itu diduga menjadi dasar
munculnya Kurikulum 2004 dimana dalam pelajaran sejarah untuk SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA tidak mencantumkan peristiwa Madiun 1948 dan tidak mencantumkan
PKI pada peristiwa gerakan 30 September 1965. Pemerintah juga mengakomodir
tuntutan rekonsiliasi melalui UU No. 27/2004 tentang KKR. Meskipun UU tersebut
akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK), namun telah memberi
pengakuan terhadap eksistensi Raki agar diterima di masyarakat. Di sisi lain MK
membatalkan Pasal 60 huruf (g) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu, sehingga
eks PKI dapat menjadi Caleg dalam Pemilu 2004.

5) Tahun 20 Oktober 2004 – sekarang


Pada masa ini secara politis kedudukan Pok. Raki semakin menguat yang
diindikasikan dengan meningkatnya kader Raki di Legislatif dan lingkaran
Eksekutif. Oleh karenanya aktivitas Pok. Raki semakin berani dan transparan dalam
memperjuangkan kepentingannya. Meskipun Raki menentang Pemerintahan SBY
10

yang dinilai Neolib, namun hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan Sosialisme
sebagai solusi mengatasi permasalahan bangsa. Selain itu, PRD telah mengubah
asasnya menjadi Pancasila yang diduga merupakan strategi untuk meraih dukungan
publik dalam Pemilu 2014, sedangkan arti Pancasila yang sesungguhnya akan
dibiaskan sesuai kepentingan Raki. Sementara, kewenangan Jaksa Agung untuk
melarang peradaran buku yang dapat menganggu ketertiban umum menjadi hilang,
karena MK membatalkan dasar kewenangan tersebut (UU No. 55/1969 tentang
pernyataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-
Undang jo Penetapan Presiden RI No. 4/1963 tentang pengamanan terhadap barang-
barang cetakan yang isinya dapat menganggu ketertiban umum). Hal itu
menjadikan buku-buku tentang komunisme diperkirakan akan semakin marak beredar
di masyarakat.

b. Ancaman Sila Kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, berupa :

1) Masih maraknya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme juga Diktatorisme serta


Neokolonialisme yang tentunya semua itu sangat bertentangan dengan sila kedua
tidak berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
2) Keadilan masih belum bisa ditegakkan karena rasa keadilan belum dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, keadilan baru bisa dimiliki oleh sebagian
orang yang berduit, dan oleh penguasa.

c. Ancaman Sila Ketiga Persatuan Indonesia, berupa :


1) Adanya provokasi konflik Vertikal
OTDA yg dicetuskan oleh Prof Dr.Risjard Rasid dan system demokrasi yang
kebablasan telah menjadikan pemerintahan daerah dan provinsi sebagai Raja-raja
kecil yg memiliki kekuasaan Otoritas dalam mengelola pemerintahan sehingga sulit
dikontrol secara langsung sehingga menimbulkan perseteruan atau konflik antara
pemerintah pusat dan daerah terutama dalam kebijakan bagi hasil kekayaan alam
yang dimiliknya.

2) Adanya provokasi konflik Horisontal


Terjadinya Konflik horizontal sering kita lihat sehari-hari ditayangan di Televisi
maupun media cetak, dimana antar anak sekolah SMU melakukan tawuran, antar
mahasiswa dengan mahasiswa berkelahi atau dengan aparat kepolisian, bahkan antar
kampung dan kelurahan terjadi saling serang, sungguh bangsa ini dalam kondisi
mengingkari Pancasila sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup dan sebagai
Ideologi bangsa Indonesia. Sungguh menyedihkan mau dibawa kemana bangsa ini?

11

d. Ancaman Sila Keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan berupa :
1) Adanya politik uang untuk memenangkan berbagai kasus persidangan dan
perkara
2) Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
3) Praktek Individu dan kepentingan kelompok

e. Ancaman Sila Kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, berupa :
1) Adanya praktek monopoli menjamur dimana-mana, baik dalam
perdagangan, dalam mendapat proyek, bahkan dalam jabatan dan sekolahpun terjadi
monopoli tidak ada kesamaan hak secara adil.
2) Masih terjadi kekerasan terhadap sesama rakyat Indonesia, kekerasan
kepada bawahan oleh atasan dan kekerasan dalam rumah tangga.
3) Terjadi penindasan kepada yang lemah, ada pameo senang kalau
melihat orang lain susah, bila ada bawahan yang mapan pasti dicurigai bahkan bila
perlu dipindahkan ketempat lain supaya usahanya jadi macet dan berakibat hidupnya
susah.
4) Adanya kesewenang wenangan oleh pejabat dalam memperlakukan
wong cilik, bahkan kesewenangan tersebut diwujudkan dengan menyalahgunakan
kekuasaan untuk menindas, menghabisi bawahan dan sesamanya.

5. IMPLEMENTASI PENGAMALAN PANCASILA UTK PRAJURIT, PNS.


Kualitas pengamalan Pancasila saat ini. Kondisi pengamalan dan pemahaman
prajurit terhadap Pancasila saat ini pada umumnya ada kecenderungan penurunan
pengamalan terhadap sila-sila pada Pancasila sebagai berikut:

a. Sila KeTuhanan Yang Maha Esa :


1) Masih ada prajurit TNI yang disusupi rasa kefanatikan yang sempit yaitu
memandang bahwa agama yang paling benar dan menganggap bahwa agama yang
lain atau yang bertentangan harus disingkirkan, hal ini sangat bertentang dengan
ideologi Pancasila dimana-mana kedudukkan suatu agama di Indonesia adalah sama.
2) Masih banyak dijumpai pelaksanaan suatu ajaran agama yang menyimpang dari
aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam suatu ajaran agama yang menyimpang
dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam suatu kitab suci, dimanan ajaran
tersebut kaidah-kaidah yang sudah baku/sesuai dengan aturan. Hal ini pasti dapat
menjerumuskan prajurit sehingga nantinya dapat dengan mudah diperintah untuk
melaksanakan kegitan-kegiatan yang bertentangan dengan norma dan aturan yang
sudah ada.
3) Masih banyak kasus perzinahan dikalangan oknum TNI dan PNS.

12

b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab :


1) Adanya anggota TNI/PNS yang melakukan tindakan melanggar hukum yaitu
penganiayaan terhadap masyarakat.
2) Adanya anggota TNI/PNS yang melakukan pembunuhan.
3) Adanya anggota TNI/PNS yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

c. Sila Persatuan Indonesia :


1) Adanya anggota TNI/PNS yang melakukan perkelahian antara TNI dengan TNI,
TNI dengan Polisi dan TNI dengan Masyarakat.
2) Kebanggan Corp yang berlebihan yang mengakibatkan timbulnya arogansi seakan-
akan Corp-nya yang paling baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan :
1) Adanya pemaksaan kehendak terhadap masyarakat. Misalnya adanya pemaksaan
kehendak disaat melaksanakan program kerja Satuan.
2) Adanya prajurit/PNS yang tidak melaksanakan perintah atasan.
3) Kurangnya rasa tanggung jawab prajurit/PNS dalam melaksanakan tugas

e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia :


1) Kurangnya rasa kepedulian didalam diri prajurit terhadap rekannya.
2) Adanya oknum prajurit/PNS yang dalam melaksanakan tugas malas-malasan.
3) Masih adanya oknum prajurit/PNS yang tidak menghargai hak orang lain.

Pada akhirnya marilah kita mengingat kata-kata Panglima Besar kita Jenderal
Soedirman ketika memberikan amanat kepada pasukan hijrah di halaman Candi
Borobudur bulan Januari 1948 yang berbunyi :
“ Anak-anakku Tentara Indonesia, kalian bukanlah serdadu sewaan, tetapi tentara
yang berideologi, yang sanggup menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu,
percaya dan yakinlah,….saya tetap memimpin kamu sekalian….”
Karena itu teladanilah nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologimu.
Begitu menyejukkan kata-katanya masuk dalam hati sanubari anak buahnya,
Pak Dirman patut diteladani kepemimpinannya baik sebagai Komandan, Bapak, Guru,
dan Teman seperjuangan, namun dewasa ini para pemimpin TNI tidak ada lagi yang
sanggup seperti Jenderal Soedirman dalam kesederhanaannya, dalam
kepemimpinannya, dalam kejuangannya yang rela berkorban dan tanpa pamrih.
Tidak ada lagi terdengar kata-kata Hai..anak-anakku Tentara Indonesia,...yang sering
kita dengar adalah Hai..Monyet,..Hai..Anjing,..Hai Babi...hampir semua kebun
binatang dipanggil semua, apakah hal seperti ini yang diwariskan turun-temurun
kepada generasi TNI sampai sekarang ini. Semoga sadar bahwa kata-kata itu tidak
baik, tidak pantas dan bila perlu dilarang karena bila pimpinan mengucapkan kata-

13

kata kotor tersebut telah berbalik kepada dirinya sendiri yaitu menjadi bapaknya
Monyet.

6. PENUTUP

Dari uraian diatas maka dapatlah diambil suatu pelajaran bagi segenap Prajurit,
Pns sekalian yaitu :

a. Kesimpulan

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:

1) Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-


dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

2) Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
a) Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
b) Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
c) Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

3) Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut


dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di
dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
a) Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
b) Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945
alinea IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal
dengan sebutan Piagam Jakarta).
c) Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d) Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)
tanggal 27 Desember 1945, alinea IV.
e) Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS
RI) tanggal 17 Agustus 1950.
f) Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden
RI tanggal 5 Juli 1959.
g) Raki terus mengembangkan paham dan pengaruhnya di
masyarakat, sementara landasan hukum atas pelarangan komunisme tidak efektif
untuk mencegah dan menindak kegiatan Raki.
h) Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
i) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan
kita serta memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
14
j) Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila
memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia
k) dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia.
l) dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap
sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-
bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
m) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu
masyarakat adil dan makmur
n) yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram,
o) tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
p) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-
wakil rakyat Indonesia
q) menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia
r) ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita
bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena
Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah
perjuangan bangsa.

b. Saran

1) Kita semua yang mencintai Pancasila harus memberikan suri


tauladan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengimplementasikan sila-sila dari
Pancasila, dengan cara setiap unsur pimpinan rumah tangga, sekolah, perusahaan, RT,
RW, Kota, Kabupaten, dst harus mengimplementasikan…kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia…dengan berpegang teguh kepada prinsip “Ketuhanan yang maha esa”
Dengan demikian sebenarnya kalau semua pemimpin di Negara Indonesia ini mulai
dari pemimpin keluarga sampai pemimpin dinegara mau melakukan seluruh tugas
tanggung jawab pekerjaan dan jabatannya dengan selalu berprinsip kepada
“Ketuhanan Yang Maha Esa” maka otomatis Pancasila sudah menjadi Ideologi,
falsafah dan dasar Negara…sehingga semua penataran P4 versi orde baru yang
doktriner tapi tidak dilakukan secara murni dan konsekwen oleh para pemimpin
Negara..tidak diperlukan lagi!!
Lebih tajam lagi yang diperlukan sekarang sebenarnya adalah penataran “Kecerdasan
Spiritual” bagi seluruh bangsa Indonesia…karena kalau kecerdasan spiritualnya baik
maka pola piker dan pola tindaknya juga baik akan ber”Ketuhana Yang Maha
Esa”..maka Pancasila akan kembali menjadi Ideologi bangsa Indonesia secara nyata

15

dan efektif…akhirnya akan tervapailah tujuan nasional Indonesia yaitu masyarakat


adil dan makmur…gemah ripah loh jinawi..toto tentrem kerto raharjo.
Sekarang kita semua mulai dari bawah dari masing-masing kepala keluarga/rumah
tangga untuk member contoh dan suri tauladan kepada anak isterinya.

2) Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang


hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai
menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai
dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat
diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia
ini.
Sebelum mengakhiri pembinaan ini mari kita menyanyikan bersama Garuda
Pancasila supaya nilai-nilai dalam setiap sila Pancasila bisa menggugah dan
mengungatkan kita untuk berperlaku sebagai manusia berpancasilais.
Garuda Pancasila juga merupakan dan nama sebuah lagu nasional Indonesia yang
diciptakan lagu dan liriknya oleh Sudharnoto.
Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentausa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, melindungi, melimpahkan hidayahnya,


kesadaran, keyakinan serta keinsyafan kepada Prajurit, Pns Kodam XVII/Cenderawasih
sekalian dimanapun berada dan bertugas, selamat bertugas.........
Wasalamualaikum wr wb, Salam Sejahtera dan Om Swasti Yastu.

Anda mungkin juga menyukai