* Menurut pendapat saya mengenai perjanjian Kaiso yang memberikan kemerdekaan bagi
Indonesia itu hanyalah sebuah janji saja dan tentu pada saat itu pasti membuat bangsa
Indonesia senang , akan tetapi janji hanyalah sebuah janji :) Janji itu di buat agar rakyat
Indonesia tidak menuntut macam-macam dan Jepang juga sedang dalam saat-saat yang
mendesak hingga membuat janji tersebut
2. Mengapa terjadi perbedaan antara para pemuda dengan Sukarno - Hatta dan mengapa
terjadi peristiwa Rengasdengklok ?
* Terjadinya perbedaan pada saat itu di sebab kan karena golongan tua masih ingin
membaca situasi dan tidak ingin gegabah dalam mengambil suatu tindakan. Bisa jadi
golongan tua juga takut akan ancaman bangsa penjajah hingga terjadilah peristiwa
Rengasdengklok
3. Bagaimana kira-kira perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial , ekonomi , politik ,
dan budaya setelah terjadi kemerdekaan ?
* Dalam segi kehidupan sosial dan budaya tentu masih belum banyak yang berubah sejak
kemerdekaan , namun seiring berjalannya waktu pengaruh budaya asing mulai terasa bagi
rakyat Indonesia ini, Sedangkan dalam segi ekonomi dan politik sepertinya belum ada
perubahan . Indonesia masih sama hanya saja tata caranya saja yang mulai berbeda.
4. Jelaskan pentingnya NKRI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ?
* Pentingnya NKRI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah agar tidak
terpecah belah dan kembali di jajah. Indonesia juga agar dapat selalu menjadi satu bukan
terpecah-pecah
5. Lakukan identifikasi departemen dan nama-nama menterinya , serta pembagian
provinsinya !
6 . Mengapa pada awal kemerdekaan kondisi perekonomian bangsa Indonesia dikatakan
sangat memprihatinkan ?
* Karena pada masa awal kemerdekaan kondisi perekonomian bangsa Indonesia ini masih
banyak yang perlu di benahi atau di perbaiki oleh karena itu di katakan sangat
memprihatinkan.
7. Apa peran dan posisi KNIP dalam struktur ketatanegaraan Indonesia pada awal
kemerdekaan ?
* Peran dan posisi KNIP dalam struktur ketatanegaraan Indonesia pada awal kemerdekaan
adalah untuk membantu tugas presiden sementara waktu sebelum sistem pemerintahan
Indonesia di bentuk
8. Jelaskan , menagapa perlu partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia ?
* Karena bagaimana pun partai politik memiliki pengaruh yang cukup besar bagi suatu
bangsa terutama Indonesia dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara.
9. Rumuskan nilai-nilai kejuangan yang berkaitan dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia , 17 Agustus 1945 !
* Tolerasi , Patah Semangat , Rela Berkorban , Semangat Juang , Saling Menghargai , dan lain
sebagainya
10. Buatlah biogradi singkat tentang tokoh Sukarno dan Moh Hatta !
* Sukarno : Sukarno atau Bungkarno , lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901 , aktif dalam
berbagai kegiatan sejak tahun 1927 dan mendirikan PNI
* Moh Hatta : Drs. Moh Hatta , lahir di Bukitinggi tanggal 12 Agustus 1902 , Aktif dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak menjadi mahasiswa di luar negeri. Beliau aktif di
PNI bersama Sukarno , setelah di bubarkan kemudian beliau aktif di PNI Baru
akibat adanya penyerangan oleh sekutu dengan membom atom di pusat kota industri milik
jepang yg mengakibatkan kedudukan jepan yang semakin terdesak di seluruh front mulai
menurunkan moral pasukan jepang akibatnya muncul krisis ekonomi dan politik di dalm
negeri jepang sendiri.
jenderal hideki tojo MELETAKAN JABATANNYA SEBAGAI PERDANA MENTRI PADA TANGGAL 17
JULI 1994 DAN KEMUDIAN DI GANTIKAN OLEH jenderal kunaiki koiso, dalam situasi seperti ini
jenderal kunaiki koiso mempunyai tugas besar dalam memulihkan kewibawaan jepang di
3. Yang diusulkan oleh kooti/koci berjumlah 2 orang (Surakarta 1 orang dan Jogjakarta 1
orang).
Pada tanggal 15 November 1943, delegasi Chuo Sangi In yang diwakili oleh Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Bagus Hadikusumo diundang ke Jepang. Pada saat bertemu dengan Perdana
Mentei Tojo, delegasi Chuo Sangi In minta agar Indonesia diizinkan mengibarkan bendera
Sang Saka Merah Putih, diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, serta
mendesak agar Indonesia disatukan dalam satu pemerintahan.Namun permintaan tersebut
ditolak Perdana Menteri Tojo menyatakan belum dapat memberikan jaminan kepada Ir.
Soekarno kecuali Jepang sudah memenangkan perang.Pada tanggal 17 Juli 1944, Jenderal
Hideki Tojo meletakkan jabatan sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Jenderal
Kuniaki Koiso. Jenderal Koiso mempunyai tugas berat dalam memulihkan kewibawaan Jepang
di mata bangsa Asia. Salah satunya dengan menjanjikan kemerdekaan kepada sejumlah
negara termasuk Indonesia.Perdana Menteri Koiso pada tanggal 7 September 1944
mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan di kemudian hari.
Pernyataan Koiso tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Janji Koiso.Janji Koiso
tersebut dikemukakan di depan sidang Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang).Adapun tujuan
dikeluarkan Janji Kosio tersebut agar rakyat Indonesia tidak mengadakan perlawanan
terhadap Jepang. Bukti kesungguhan Janji Koiso tersebut adalah dengan diperbolehkan
mengibarkan bendera Merah Putih di kantor-kantor pemerintah, tetapi bendera Merah Putih
harus berdampingan dengan bendera Jepang (Hinomaru).
Pada tanggal 10 September 1944 pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia menambah
anggota Chuo Sangi In dari 23 orang yang diangkat oleh saiko shikikan ditambah 5 orang
lagi, sehingga menjadi 28 orang anggota.Lima orang tambahan tersebut adalah : R.
Abikusno Cokrosuyoso, R. Margono Joyoadikusumo, Mr. R.W. Sumanang, M.R. Sujono, dan R.
Gatot Mangkuprojo. Pada tanggal 17 November 1944 anggota Chuo Sangi In ditambah lagi
12 orang.
1. Bagaimana penilaian kamu tentang adanya janji Kaiso , tentang Kemerdekaan Indonesia ?
2. Mengapa terjadi perbedaan antara para pemuda dengan Sukarno - Hatta dan mengapa
terjadi peristiwa Rengasdengklok ?
Terjadinya perbedaan pada saat itu di sebab kan karena golongan tua masih ingin
membaca situasi dan tidak ingin gegabah dalam mengambil suatu tindakan. Bisa jadi
golongan tua juga takut akan ancaman bangsa penjajah hingga terjadilah peristiwa
Rengasdengklok
3. Bagaimana kira-kira perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial , ekonomi , politik ,
dan budaya setelah terjadi kemerdekaan ?
Dalam segi kehidupan sosial dan budaya tentu masih belum banyak yang berubah
sejak kemerdekaan , namun seiring berjalannya waktu pengaruh budaya asing mulai
terasa bagi rakyat Indonesia ini, Sedangkan dalam segi ekonomi dan politik
sepertinya belum ada perubahan . Indonesia masih sama hanya saja tata caranya
saja yang mulai berbeda.
Pentingnya NKRI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah agar
tidak terpecah belah dan kembali di jajah. Indonesia juga agar dapat selalu menjadi
satu bukan terpecah-pecah
Dewantara
h. Departemen Sosial dikepalai Iwa Kusumasumantri
i. Departemen Pertahanan dikepalai Supriyadi
j. Departemen Perhubungan dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
k. Departemen Pekerjaan Umum dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
l. Departemen Penerangan dikepalai Mr. Amir Syarifudin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karena pada masa awal kemerdekaan kondisi perekonomian bangsa Indonesia ini
masih banyak yang perlu di benahi atau di perbaiki oleh karena itu di katakan sangat
memprihatinkan.
7. Apa peran dan posisi KNIP dalam struktur ketatanegaraan Indonesia pada awal
kemerdekaan ?
Peran dan posisi KNIP dalam struktur ketatanegaraan Indonesia pada awal
kemerdekaan adalah untuk membantu tugas presiden sementara waktu sebelum
sistem pemerintahan Indonesia di bentuk
8. Jelaskan , menagapa perlu partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia
Karena bagaimana pun partai politik memiliki pengaruh yang cukup besar bagi suatu
bangsa terutama Indonesia dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara.
10. Buatlah biogradi singkat tentang tokoh Sukarno dan Moh Hatta !
Sukarno : Sukarno atau Bungkarno , lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901 , aktif
dalam brrbagai kegiatan sejak tahun 1927 dan mendirikan PNI
Moh Hatta : Drs. Moh Hatta , lahir di Bukitinggi tanggal 12 Agustus 1902 , Aktif dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak menjadi mahasiswa di luar negeri. Beliau
aktif di PNI bersama Sukarno , setelah di bubarkan kemudian beliau aktif di PNI Baru
Para pemuda mendesak soekarno hatta untuk segera melaksanakan kemerdekaan. mereka
juga tidak mau kemerdekaan indonesia dibantu oleh jepang. rengasdengklok terjadi karena
para tokoh membawa soekarno hatta untuk mendesak mereka dan menjauhkan mereka dari
pengaruh jepangPerbedaan terjadi karena pd awalnya tdk ada ksepaktn waktu plaksanaan
proklamasi kmerdekaan
para pmuda m'inginkn u/ sgra dilaksanakn smntra soekarno-hatta mngusulkn u/ mnunggu
jepang yg sudah mjanjikn kmrdekaan
Oleh krna itu para pemuda mbawa soekarno-hatta k rengasdengklok, tmpat yg dianggap
aman untuk mnjauhkn beliau dr pengaruh jepang
Karena pada saat terjadinya kekosongan kekuasaan terdapat perbedaan sudut pandang
antara golongan muda dan tua yang menyangkut waktu pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan indonesiaKarena pada saat itu golongan tua dan golongan muda memiliki
pendapat yang berbeda, berdasarkan pemikiran golongan tua proklamasi akan diumumkan
pada saat pemerintah jepang telah menyetujui, tetapi golongan muda berpendapat kalau
proklamasi haus segera diumumkan dibawah tangan jepang, golongan tua menolak kerena
golongan tua takut akan terjadinya pertumpahan darah antara jepang dan rakyat indonesia.
terjadinya peristiwa rengasdengklok berhubungan dengan perbedaan pendapat golongan
tua dan muda, golongan muda mengancam soekarno hatta untuk segera mencetuskan
proklamasi tetapi soekarno menolak maka dari itulah golongan muda menculik soekarno
hatta ke sebuah desa atau kota yang yaitu rengasdengklok
Perbedaan Pendapat Antara Golongan Muda Dan Golongan Tua Tentang Proklamasi
Berita tentang kekalahan Jepang diketahui oleh sebagian golongan muda melalui
radio siaran luar negeri. Pada malam harinya, Sultan Syahrir menyampaikan berita itu
kepada Moh. Hatta. Syahrir juga menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia
sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu
kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, Moh.
Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga
Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15
Agustus 1945, pukul 20:30 waktu Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh itu
menghasilkan keputusan kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain. segala ikatan dan hubungan
dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diadakan
perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam pernyataan
proklamasi.
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22:30 waktu
Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan itu
segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan
Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir. Soekarno tidak
menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu
juga disaksikan oleh golongan tua lainnya, seperti Drs. Moh Hatta, Dr. Buntaran, Dr Samsi,
Mr. Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusumasumantri.
`Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta berkata Dan kami pun tak
dapat ditarik-tarik atau didesak supaya mesti juga mengumumkan proklamasi itu. kecuali
jika saudara-saudara memang sudah siap dan sanggup memproklamasikan. Cobalah! Saya
pun ingin melihat kesanggupan Saudara-saudara! Utusan itu pun menjawab Kalau begitu
pendirian Saudara-saudara berdua, baiklah! Dan kami para pemuda-pemuda tidak dapat
menanggung sesuatu jika besok siang proklamasi belum juga diumumkan. Kami pemudapemuda akan bertindak dan menunjukkan kesanggupan yang saudara kehendaki itu!
Golongan muda yang diwakili oleh Chairul Saleh, Wikana, Sukarni, Hanafi, dll,
bertekad untuk dipercepatnya pembacaan Proklamasi oleh Bung Karno.
Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan
pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda,
sesungguhnya sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi
Kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah
Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat
perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya,
berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika
tetap bekerjasama dengan Jepang. Karena itu, untuk memproklamasikan
kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta,
dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ).
Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari
ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan
pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang.
Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi
Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur
tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekananpenekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka
melakukan aksi penculikan terhadap diri Soekarno-Hatta .
Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok
pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan
Lasmidjah Hardi ( 1984:58 ); Ahmad Soebardjo ( 1978:85-87 ) sebagai berikut:
Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi ! kata Chaerul
Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap
mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. Kita harus segera merebut
kekuasaan ! tukas Sukarni berapi-api. Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !
seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan;
Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat
terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .
Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju
Wikana sambil berkata: Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah
leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !. Hatta kemudian
memperingatkan Wikana; Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi
Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara
tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap
dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak
memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk
melakukan hal itu ?
Namun, para pemuda terus mendesak; apakah kita harus menunggu hingga
kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah
menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya !. Mengapa bukan rakyat itu sendiri
yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyatakan
kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa ?. Dengan lirih, setelah amarahnya reda,
Soekarno berkata; kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan
bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada
saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu
untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan
kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau
Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri . Demikian
jawab Bung Karno dengan tenang.
Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah
berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa
memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda
mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara
lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak
lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat
diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban
jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka
mengambil kesimpulan yang menyimpang; menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan
maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.
Perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut:
a.
Golongan Muda
Menghendaki Proklamasi Kemerdakaan Indonesia diselenggarakan secepatnya tanggal 16
Agustus 1945
b.
Golongan Tua
Menghendaki cepat atau lambat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak penting, tetapi
pada dasarnaya Proklamasi harus disiapkan secara matang
b. Para pemuda bergerak merebut senjata Jepang diberbagai markas Jepang menimbulkan
banyak jatuh korban, mempunyai 3 tujuan :
1). Untuk memperoleh senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya
2). Mencegah agar senjata tidak jatuh / dikuasai Sekutu atau Belanda
3). Mencegah agar senjata tidak digunakan Jepang untuk membunuh rakyat Indonesia.
c. Tujuan dibentuk Komite Van Aksi, ada 2 yaitu :
1). Melucuti senjata Jepang
2). Mengambilalih kekuasaan dari tangan Jepang
d. Tindakan heroik menyambut proklamasi diberbagai daerah terjadi di :
1). Jakarta ( 19 September 1945 ) :
BKR menyerbu gudng senjata Jepang di Cilandak, Jakarta.
2). Bandung :
Para pemuda berhasil merebut lapangan terbang Andir,di Bandung.
3) Surabaya :
Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut komplek penyimpanan
senjata Jepang dan pemancar radio di Embong Malang, Surabaya.
4). Surakarta :
rakyat mengepung markas Kempetai milik Jepang untuk merebut senjata , dalam
pertempuran gugur seorang pemuda bernama Arifin. Untuk mengenang jasanya
diabadikan menjadi sebuah nama jembatan di Surakarta.
5). Semarang ( 15 20 Oktober 1945 ):
Pertempuran lima hari Semarang terjadi antara para pejuang Indonesia dengan pasukan Jepang di Semarang.
peristiwa diawali dengan pemindahan tawanan tentara Jepang sebanyak 400 orang
oleh polisi Indonesia dari penjara Jatingaleh ke penjara Bulu di Semarang, tetapi
tentara Jepang melakukan perlawanan.
Sebab pertempuran lima hari di Semarang :
Terbunuhnya dr.Karyadi saat memeriksa cadangan air minum di desa Candi
daerah Semarang karena ada desas-desus diracuni Jepang.
dalam pertempuran 2000 orang Indonesia gugur dan 100 tentara Jepang tewas.
untuk mengenang peristiwa tersebut di Semarang dibangun monumen Tugu Muda
dan dr.Karyadi dijadikan nama sebuah RSU dr.Karyadi di Semarang.
6). Yogyakarta ( 26 September 1945 ) :
para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melakukan mogok kerja.
7). Bogor :
para pemuda melucuti senjata polisi Jepang
Para pemuda menyita 9 gerbong bahan pakaian milik Jepang yang akan diangkut ke luar
kota
8). Tasikmalaya :
para pemuda dapat mengusir Jepang dari lapangan terbang dan merebut beberapa
pesawat pemburu.
9). Banyumas :
Kesatuan-kesatuan tentara PETA dipimpin Daidanco Sudirman berhasil melucuti seluruh
tentara Jepang tanpa perlawanan.
10). Aceh ( 6 Okober 1945 ) :
terjadi perlucutan senjata di Sigli, Seulimeun, Langsa dan Lhokseumawe
para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk API untuk merebut dan mengambil
alih kantor-kantor pemerintahan Jepang
11). Medan ( 4 Oktober 1945 ) :
Barisan Pemuda Indonesia ( BPI ) dipimpin Ahmad Tahir mengambila alih gedunggedung pemerintahan dan merebut senjata Jepang.
12). Lampung :
BKR dan para pemuda melucuti senjata milik Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan
Menggala.
13). Bali ( 13 Desember 1945 ) :
Angkatan Muda Indonesia ( AMI ) dan Pemuda Republik Indonesia ( PPI ) merebut
kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi gagal.
14). Makassar :
para pemuda beusaha merebut gedung-gedung vital seperti studio radio,dan tangsi
pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa
jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat
PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945. Agenda pertama adalah menunjuk
presiden dan wakil presiden serta mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian
rapat terus berlanjut dengan agenda agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat
perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI
atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan
kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya
pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang
telah di canangkan.
3. Bidang sosial dan budaya
Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di
proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial
dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum
kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga pribumi hanyalah
masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau
penguasa.
Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi
bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam segala bidang.
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi
utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di
pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang
juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.
4. Bidang Pendidikan
Mengamati perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Belanda yang menduduki
Indonesia dengan misi gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan
iedeologi dengan doktrin-doktrin Barat. Akan tetapi kita sepatutnya bangga dengan
perjuangan para tokoh Muslim pada masa itu yang berupaya sekuat tenaga untuk
mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga lembaga pendidikan Islam seperti
madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah kemudian lahir
tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan
membelarisalah Islam. Materi yang dipelajari menggunakan referensi dan kitab-kitab
kuningberbahasa Arabseperti safinah, Bulughul Marom, dan sebagainya selain itu ilmujiwa,
ilmu hitung pun dipelajari. Pada saat itudisamping menuntut ilmu mereka harus berjuang
melawan penjajah. Itulah sekilas tentang pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda
dan Jepang.Setelah merdeka, bangsa Indonesia merasa mampu menghirup angin segar di
negerinya sendiri karena telah terlepas dari penjajahan. Akan tetapi, sikap, watak dan
mental bangsa yang terjajah akan menjadi kendala tersendiri bagi perkembangannegara,
khususnya pendidikan Islam di Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa Kemerdekaan ini dapat kita bagi menjadi beberapa periode:
1.Pendidikan Islam Pada Masa Orde Lama
2.Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru
3.Pendidikan Islam Pada Masa Reformasi
4.Pendidikan Islam Masa depan
Seiring dengan perkembangan zaman,persoalan yang dihadapi pun semakin bertambah
seperti sistem pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi negaraitu. Masuknya
pemikiran-pemikiran barat yang secara tidak langsung meracuni pemikiran-pemikiran Islam
dan berbagai krisis yang melanda negeri ini menjadibagian dari polemik dunia pendidikan
khususnya pendidikan Islam saat ini
5. Historiografi di Indonesia
Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai
peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini
penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia
sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung jawabkan karena menulis sejarah
adalah orang yang berada pada saat peristiwa tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat
perkembangan Indonesia-sentris yang mulai beranjak. Dan tentu saja hal ini sangat
berpengaruh bagi perkembangan sejarah itu sendiri.
Pada masa ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa penting, misalnya proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Kejadiankejadian sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang meliputi sebab-sebab serta
akibatnya bagi bangsa ini merupakan sorotan utama para penulis sejarah. Fokus penulisan
sejarah pada masa ini biasanya mengangkat tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional yang
telah berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan dan tokoh-tokoh politik yang
berpengaruh pada masa itu. Bahkan banyak biografi-biografi tokoh pahlawan nasional yang
diterbitkan misalnya saja Teuku Umar, Pangeran Diponegoro, atau Imam Bonjol. Selain
biografi tentang pahlawan nasional, banyak juga ditemui tulisan mengenai tokoh pergerakan
nasional seperti Kartini, Kiai Haji Wahid Hayim. Biografi-biografi tersebut diterbitkan
dimungkinkan karena alasan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme diantara kalangan
masyarakat. Pada kondisi dimana sebuah Negara baru berdiri, nasionalisme sangatlah
penting mengingat masih betapa rapuhnya sebuah Negara tersebut seperti bayi yang baru
lahir, sangat rentan terhadap penyakit baik dari dalam maupun dari luar. Dan nasionalisme
menjaga keutuhan sebuah Negara tersebut agar tetap tegar dan tumbuh menjadi sebuah
Negara yang makmur dikemudian hari.
Tetapi pada masa ini juga terdapat terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan
rakyat kecil atau wong cilik sebagai pelaku sejarah yang dipelopori oleh Prof. Sartono
Kartodirjo. Semenjak itu khasanah historiografi Indonesia bertambah luas.
Perkembangan yang terlihat pada penulisan sejarah Indonesia adalah kata-kata
pemberontakan yang dahulu sering ditulis oleh para sejarawan Eropa, kini berganti
menjadi perlawanan atau perjuangan. Hal tersebut logis karena sebagai bangsa yang
terjajah tentu saja harus melawan untuk mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan.
Histtoriografi pasca kemerdekaan yang Indonesia-sentris merupakan antitesis dari sejarah
Neerlandosentris. Apabila versi arus utama Belanda mengenai sejarah Hindia-Belanda
mengagung-agungkan pasifikasi dan kemajuan. Sebaliknya, narasi nasionalis berpusat pada
perjuangan untuk mewujudkan negara demokrasi sekuler yang berakar dalam identitas
bersama (dan baru). Sementara, dari sisi hal yang ditekankan dan struktur, sebenarnya
kedua perspektif sejarah itu sebagian besar identik satu sama lain. Hal yang dilukiskan
sebagai keburukan (kejahatan atau fanatik) dalam narasi Belanda menjadi kepahlawanan
dalam versi nasionalis (perjuangan tanpa pamrih). Namun, fokus utama tetap sama, yakni
negara dan pengalaman kolonial (Sutherland, 2008:40). Sebagaimana visi Neerlandosentris,
visi Indonesiasentris juga mencari legitimasi dengan cara menjanjikan pembangunan.
Wujud sejarah Indonesiasentris dalam sejarah Indonesia bermetamorfosis menjadi Sejarah
Nasional. Sejarah nasional menggunakan dekolonisasi sebagai prinsip dasar dari
Indonesiasentrisme untuk membangun wacana sekaligus perspektif yang menjadikan
historiografi sekedar sebagai alat penghujat dan menggunakan masa lalu sebagai tameng
pembenaran (Purwanto, 2006). Segala yang berbau kolonial adalah salah, dan segala yang
bercitarasa nasional adalah kebenaran.
1. Bidang Ekonomi
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami
kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup
mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang Jepang dan
mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga
dengan pajak.
Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga mata uang
sekaligus yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda dan mata uang
pemerintahan Jepang. Pemerintah Indonesia juga mengambil tindakan lain yaitu
menasionalisasikan de javasche bank dan perkebunan perkebunan asing milik swasta
asing, serta mencari pinjaman dana dari luar negeri seperti Amerika, tetapi semua itu tidak
memberikan hasil yang berarti dikarenakan adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan
menutup akses ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi sebesar 200.000.000,00.
Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah satunya adalah
perang yang dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang dilakukan oleh
pemerintah RI untuk mengatasi masalah ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi
ekonomi pada bulan februari tahun 1946. Agenda utamanya adalah usaha peningkatan
produksi pangan dan cara pendistribusiannya, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan milik swasta asing.
2. Bidang Politik
Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali
mengalami perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan
pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa
jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat
PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945. Agenda pertama adalah menunjuk
presiden dan wakil presiden serta mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian
rapat terus berlanjut dengan agenda agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat
perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI
atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan
kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya
pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang
telah di rencanangkan.
Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di
proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial
dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum
kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga pribumi hanyalah
masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau
penguasa.
Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi
bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam segala bidang.
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi
utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di
pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang
juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.
4. Bidang Pendidikan
Mengamati perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Belanda yang menduduki
Indonesia dengan misi gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan
iedeologi dengan doktrin-doktrin Barat. Akan tetapi kita sepatutnya bangga dengan
perjuangan para tokoh Muslim pada masa itu yang berupaya sekuat tenaga untuk
mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga lembaga pendidikan Islam seperti
madrasah, pesantren, majlis taklim dan sebagainya. Dari lembaga inilah kemudian lahir
tokoh-tokoh muslim yang berperan besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan
membelarisalah Islam. Materi yang dipelajari menggunakan referensi dan kitab-kitab kuning
berbahasa Arab seperti safinah, Bulughul Marom, dan sebagainya selain itu ilmu jiwa, ilmu
hitung pun dipelajari. Pada saat itu disamping menuntut ilmu mereka harus berjuang
melawan penjajah. Itulah sekilas tentang pendidikan Islam pada zaman penjajahan Belanda
dan Jepang. Setelah merdeka, bangsa Indonesia merasa mampu menghirup angin segar di
negerinya sendiri karena telah terlepas dari penjajahan. Akan tetapi, sikap, watak dan
mental bangsa yang terjajah akan menjadi kendala tersendiri bagi perkembangan negara,
khususnya pendidikan Islam di Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa Kemerdekaan ini dapat kita bagi menjadi beberapa periode:
1.Pendidikan Islam Pada Masa Orde Lama
2.Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru
3.Pendidikan Islam Pada Masa Reformasi
4.Pendidikan Islam Masa depan
Seiring dengan perkembangan zaman,persoalan yang dihadapi pun semakin bertambah
seperti sistem pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi Negara itu. Masuknya
pemikiran-pemikiran barat yang secara tidak langsung meracuni pemikiran-pemikiran Islam
dan berbagai krisis yang melanda negeri ini menjadibagian dari polemik dunia pendidikan
khususnya pendidikan Islam saat ini
5. Historiografi di Indonesia
Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai
peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini
penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia
sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung jawabkan karena menulis sejarah
adalah orang yang berada pada saat peristiwa tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat
perkembangan Indonesia-sentris yang mulai beranjak. Dan tentu saja hal ini sangat
berpengaruh bagi perkembangan sejarah itu sendiri.
Pada masa ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa penting, misalnya proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Kejadiankejadian sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang meliputi sebab-sebab serta
akibatnya bagi bangsa ini merupakan sorotan utama para penulis sejarah. Fokus penulisan
sejarah pada masa ini biasanya mengangkat tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional yang
telah berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan dan tokoh-tokoh politik yang
berpengaruh pada masa itu. Bahkan banyak biografi-biografi tokoh pahlawan nasional yang
diterbitkan misalnya saja Teuku Umar, Pangeran Diponegoro, atau Imam Bonjol. Selain
biografi tentang pahlawan nasional, banyak juga ditemui tulisan mengenai tokoh pergerakan
nasional seperti Kartini, Kiai Haji Wahid Hayim. Biografi-biografi tersebut diterbitkan
dimungkinkan karena alasan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme diantara kalangan
masyarakat. Pada kondisi dimana sebuah Negara baru berdiri, nasionalisme sangatlah
penting mengingat masih betapa rapuhnya sebuah Negara tersebut seperti bayi yang baru
lahir, sangat rentan terhadap penyakit baik dari dalam maupun dari luar. Dan nasionalisme
menjaga keutuhan sebuah Negara tersebut agar tetap tegar dan tumbuh menjadi sebuah
Negara yang makmur dikemudian hari.
Tetapi pada masa ini juga terdapat terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan
rakyat kecil atau wong cilik sebagai pelaku sejarah yang dipelopori oleh Prof. Sartono
Kartodirjo. Semenjak itu khasanah historiografi Indonesia bertambah luas.
Perkembangan yang terlihat pada penulisan sejarah Indonesia adalah kata-kata
pemberontakan yang dahulu sering ditulis oleh para sejarawan Eropa, kini berganti
menjadi perlawanan atau perjuangan. Hal tersebut logis karena sebagai bangsa yang
terjajah tentu saja harus melawan untuk mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan.
Histtoriografi pasca kemerdekaan yang Indonesia-sentris merupakan antitesis dari sejarah
Neerlandosentris. Apabila versi arus utama Belanda mengenai sejarah Hindia-Belanda
mengagung-agungkan pasifikasi dan kemajuan. Sebaliknya, narasi nasionalis berpusat pada
perjuangan untuk mewujudkan negara demokrasi sekuler yang berakar dalam identitas
bersama (dan baru). Sementara, dari sisi hal yang ditekankan dan struktur, sebenarnya
kedua perspektif sejarah itu sebagian besar identik satu sama lain. Hal yang dilukiskan
sebagai keburukan (kejahatan atau fanatik) dalam narasi Belanda menjadi kepahlawanan
dalam versi nasionalis (perjuangan tanpa pamrih). Namun, fokus utama tetap sama, yakni
negara dan pengalaman kolonial (Sutherland, 2008:40). Sebagaimana visi Neerlandosentris,
visi Indonesiasentris juga mencari legitimasi dengan cara menjanjikan pembangunan.
Wujud sejarah Indonesiasentris dalam sejarah Indonesia bermetamorfosis menjadi Sejarah
Nasional. Sejarah nasional menggunakan dekolonisasi sebagai prinsip dasar dari
Indonesiasentrisme untuk membangun wacana sekaligus perspektif yang menjadikan
historiografi sekedar sebagai alat penghujat dan menggunakan masa lalu sebagai tameng
pembenaran (Purwanto, 2006). Segala yang berbau kolonial adalah salah, dan segala yang
bercitarasa nasional adalah kebenaran.
1. Bidang Ekonomi
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami
kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup
mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang Jepang dan
mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga
dengan pajak.
Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga mata uang
sekaligus yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda dan mata uang
pemerintahan Jepang. Pemerintah Indonesia juga mengambil tindakan lain yaitu
menasionalisasikan de javasche bank, KLM, KPM, dan perkebunan perkebunan asing milik
swasta asing, serta mencari pinjaman dana dari luar negeri seperti Amerika, tetapi semua
itu tidak memberikan hasil yang berarti dikarenakan adanya blokade ekonomi oleh Belanda
dengan menutup akses ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi sebesar
200.000.000,00.
Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah satunya adalah
perang yang dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang dilakukan oleh
pemerintah RI untuk mengatasi masalah ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi
ekonomi pada bulan februari tahun 1946. Agenda utamanya adalah usaha peningkatan
produksi pangan dan cara pendistribusiannya, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan milik swasta asing.
2. Bidang Politik
Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali
mengalami perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan
pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa
jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat
PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945. Agenda pertama adalah menunjuk
presiden dan wakil presiden serta mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian
rapat terus berlanjut dengan agenda agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat
perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI
atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan
kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya
pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang
telah di canangkan.
3. Bidang sosial dan budaya
Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di
proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial
dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum
kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga pribumi hanyalah
masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau
penguasa.
Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi
bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam segala bidang.
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi
utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di
pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang
juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.
KONDISI KEHIDUPAN POLITIK EKONOMI SOSIAL BUDAYA PADA AWAL KEMERDEKAAN
1. Kondisi Politik
Setelah memeproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, kondisi politik
dan keamanan dalm negeri Indonesia masih rawan dan sangat labil. Pengambilan kekuasaan
dari tangan tangan Jepang sering menimbulkan bentrokan bersenjata. Situasi ini bertambah
parah setelah kedatangan pasukan Sekutu (AFNEI) yang diboncengi tentara NICA (Belanda).
Sementara itu, dalam sistem pemerintah dalam negeri mulai berkembang ke arah
penyimpangan UUD 1945. hal ini diawali dengan kemenangan kelompok sosialis yang
dipimpin oleh Sutan Syahrir dan Amir Syarifudin yang berhasil memebentuk Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP).
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan sangat parah, untuk mengatasi
keadaan ekonomi yang tidak menentu tersebut, pemerintah mengambil kebijaksanaan salah
satunya ialah dengan menyelenggarakan konferensi ekonomi dan berhasil menghapus
sistem autarki lokal warisan Jepang, kemudian menggantinya dengan sistem sentralisasi.
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang
dijatuhkannya pengeboman Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari
Sekutu untuk menyerah. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama
para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno,
Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Tatkala Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air, Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di
Dalat sebagai tipu muslihat Jepang. Pasalnya. Syahrir berargumen, Jepang setiap saat pasti
menyerah kepada Sekutu.
Syahrir juga menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan siap melucuti
senjata pasukan militer Jepang di Indonesia. Syahrir juga telah menyusun teks proklamasi
dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang telah menyerah. Menurut Soekarno, jika
proklamasi kemerdekaan RI dipaksakan saat itu, maka dapat menimbulkan pertumpahan
darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno juga mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak PPKI.
Di lain pihak Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang. Karena itu jika
proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh PPKI maka kemerdekaan Indonesia hanya
merupakan hadiah dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang yang berkuasa di Indonesia telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan
Indonesia ke tangan Belanda.
Setelah mendengar kabar tersebut, para pemuda Indonesia mendesak golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin
terburu-buru. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Soekarno dan Hatta
mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di
Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo lantas menemui Laksamana Maeda, di kantornya di
Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas
keberhasilan negosiasi mereka di Dalat sambil menegaskan bahwa ia masih menunggu
instruksi dari Tokyo.
Sesudah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI pada
tanggal 16 Agustus keesokan harinya di Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan UUD.Malam harinya, perwakilan pemuda yaitu Darwis
dan Wikana menemui Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta dan kembali
mendesak agar mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945.
Namun keduanya tetap menolak ide tersebut dan bersikukuh bahwa kemerdekaan harus
dibicarakan oleh PPKI. Suasana bahkan sempat tegang saat Soekarno memersilakan para
pemuda untuk membunuhnya jika ia dipaksa untuk melakukan ide tersebut.
16 Agustus 1945
Pada dini hari 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama
Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Soekarno dan Hatta
keluar dari kota Jakarta agar tidak terkena pengaruh Jepang. Saat itu pula, selepas Soekarno
dan Hatta menikmati santap sahur, mereka diculik oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan
Syodanco Singgih ke Rangasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi batal dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta
tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi penculikan terhadap keduanya.
Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo _ember jaminan bahwa selambat-lambatnya 17 Agustus
1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Syodanco Subeno
lantas (komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan Soekarno-Hatta
kembali ke Jakarta.
17 Agustus 1945
17 Agustus dini hari, Soekarno dan Hatta melakukan perundingan antara golongan
muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M
Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani
teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik.
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir para tokoh pergerakan dan Wakil Walikota Jakarta saat itu yakni Soewirjo. Acara
dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung
pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati dikibarkan, disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang mendorong percepatan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini juga menunjukkan konflik dan perbedaan
pendapat antarkelompok, terutama golongan tua dan golongan muda dalam menentukan
waktu proklamasi. Namun, konflik tersebut berakhir dengan sikap saling menghargai di
antara mereka. Tanpa peran golongan muda, Indonesia mungkin belum memproklamasikan
secepat itu. Hal itu menunjukkan bahwa para pemuda Indonesia mampu merespon keadaan
secara sigap. Para pemuda pun tetap menghormati golongan tua, dengan tetap
memerhatikan para tokoh yang perlu dihormatiPara pemuda berpendapat bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang
setelah mendengar Jepang menyerah kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan
tokoh pemuda segera menemui Moh. Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat disebut golongan tua belum bersedia. Mereka
yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tidak lagi tetap akan merdeka.Pada Rabu, 15 Agustus
1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di
belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri
oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono,
Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.
Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa "kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan
pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup
merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun
histroris. Dan jalannya hanya satu, yaitu: dengan proklamasi kemerdekaan oleh bangsa
Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga". Segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya diharapkan
diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan
menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan Syahrir belum berhasil.Untuk
menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada
pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur 56. Namun
Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno
bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti
segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para pemuda
meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah peristiwa
Rengasdengklok.Mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta (seperti
Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, dan Shodanco Singgih). Rapat memutuskan, seperti
diusulkan Djohar Nur, "Segera bertindak, Bung Karno dan Bung Hatta harus kita angkat dari
rumah masing-masing" . Chaerul Saleh yang memimpin rapat, menegaskannya sebagai
keputusan rapat dengan berkata, "Bung Karno dan Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan
mereka dari tangan Jepang dan laksanakan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945." Rencana
mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk
memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
Kronologis Peristiwa Rengasdengklok
Pada dinihari sekitar pukul 03.00 itu terjadilah sepeti yang mereka rencanakan. Peristiwa ini
kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Segera kelompok yang diberi tugas
mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut
kelompok Pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para pemuda dan
minta agar Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh. Hatta
ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju
Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan
sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa. Para pemuda memilih
Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta dengan pertimbangan
bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena ada Daidan Peta di Rengasdengklok yang
hubungannya sangat baik dengan Daidan Jakarta. Para pemuda menyadari Soekarno dan
Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga. Jarak
Rengasdengklok, sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di
Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan
Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang
merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong
berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung
Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno
tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang
menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda inipun
tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi
secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua
tokoh.Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi
Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh
tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan,
Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di
Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda
dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus
sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah
Peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok
Pembahasan Sejarah kali ini tentang sebuah peristiwa penting bersejarah yang mengawali
Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia.Mari kita mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi
tentang peristiwa ini.
Apa itu Peristiwa Rengasdengklok? Kenapa dan kapan terjadinya?untuk menjawab
pertanyaan itu, coba simak penjelasan dibawah ini tentang peristiwa Rengasdengklok.
Latar belakang
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom
oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9
Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita
kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu
mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa
syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta
oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh,
Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan
para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami
kekosongan kekuasaan (vacuum of power)
Kronologis Peristiwa
Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda
dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda
menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara
lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul
Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan
dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad
Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri.
Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi
diPegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut
dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan
muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat
Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan
dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan
dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam
menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili
kelompok muda
mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau
memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk
tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda
berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00
WIB menjelang
tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat
tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus
diamankandari pengaruh Jepang.
Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas
dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta.
Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan