Keberadaan partai politik di Indonesia membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia untuk
melihat kogruensi janji politiknya yang memberikan penyalur aspirasi kepada masyarakat. Adapun yang
menjadi fungsi dan tujuan partai politik antara lain menurut Putra, (2003:15) fungsi-fungsi Partai Politik
adalah :
Fungsi artikulasi kepentingan adalah suatu proses penginputan berbagai kebutuhan, tuntutan dan
kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar kepentingan,
tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindung dalam pembuatan kebijakan publik.
Agregasi kepentingan adalah merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh
kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternatif-alternatif pembuatan kebijakan
publik.
Fungsi sosialisasi politik adalah suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan
etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu Negara.
Fungsi rekrutmen politik adalah satu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota kelompok atau
mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik.
Fungsi komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan segala
struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan.
Adapun yang menjadi fungsi dari partai politik menurut Simon, dalam Basri (2011:120) adalah sebagai
berikut :
Fungsi Sosialisasi politik, ketika seseorang sudah mampu menilai keputusan dan tindakannya.
Fungsi Mobilisasi politik, adalah fungsi partai untuk membawa warga Negara kedalam kehidupan
publik.
Fungsi Refresentasi politik adalah partai politik yang ikut pemilihan umum dan memenangkan sejumlah
suara akan menempatkan wakilnya dalam parlemen.
Fungsi Partisipasi politik adalah dimana tugas partai politik untuk membawa warga Negara agar aktif
dalam kegiatan politik.
Fungsi Legitimasi sistem politik adalah mengacu pada kebijakan partai politik mendukung dan
mempercayai kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan publik maupun eksistensi sistem politik.
Fungsi Aktivitas dalam sistem politik adalah menjabarkan programnya dan menyiapkan anggotanya
untuk menjalankan program tersebut.
selain itu parpol juga dapat memberikan Pelayanan Publik kepada masyarakat.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor.2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (pasal 11) menyatakan
Partai Politik berfungsi sebagai sarana :
Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar
akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan
masyarakat;
Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan Negara;
Partisipasi politik warga Negara Indonesia ; dan
Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Dengan demikian dapat diketahui, bahwa partai politik memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sarana
pendidikan politik, artikulasi politik, komunikasi politik, sosialisasi politik, agregasi politik, dan
rekrutmen. sehingga partai politik mempengaruhi sistem politik untuk pencapaian Negara yang
demokratis dan warga Negara masyarakat Indonesia akan memiliki kesadaran dalam kehidupan
berpolitik.
Jadi dapat dikatakan bahwa peranan partai politik adalah sebagai sarana untuk menghimpun aspirasi,
artikulasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan publik. Selain memiliki fungsi, partai politik
juga mempunyai tujuan, dimana tujuan partai politik adalah mewujudkan cita-cita bangsa,
mengembangkan kehidupan demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya partai politik
ini masyarakat Indonesia semakin mengenal pendidikan politik yang diberikan partai politik kepada
masyarakat.
Adapun tujuan dari partai politik seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor. 2 Tahun 2008
pasal 10 Ayat 1-3 tentang Partai Politik yang menunjukkan tujuan dari partai politik yakni tujuan partai
politik tersebut dibagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum partai politik adalah :
Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara khusus tujuan dari partai politik adalah :
Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik
dan pemerintahan;
Memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Jadi fungsi dan tujuan partai politik dapat disimpulkan sebagai organisasi resmi penyalur aspirasi
masyarakat yang memiliki kekuatan politik, ikut menentukan proses pembentukan kekuasaan
pemerintah secara legal (diakui berkekuatan hukum) mempunyai hak beraktifitas merebut dan
mempertahankan kekuasaan politik.
Peranan PARTAI POLITIK dalam Demokrasi
Proses pendewasaan demokrasi di Indonesia telah melalui masa 10 tahun sejak tahun 1999, dan dalam
perjalanannya telah melewati berbagai proses yang penuh dengan dinamika kehidupan demokrasi.
Pelaksanaan Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR-RI,DPRD Provinsi,& DPRD Kab/Kota telah
dilalui sebanyak 3 kali dengan 4 Presiden yang berbeda pasca pemerintahan Presiden Soeharto. Dalam
periode 10 tahu ke belakang telah banyak perubahan yang dialami Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam menjalankan proses demokratisasi, diantaranya adalah Amandemen UUD 1945,kebebasan
pers,pemisahan yang jelas antara militer dan sipil,kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain.
Salah satu perubahan yang sangat penting sejak Reformasi adalah munculnya berbagai partai politik
sebagai salah satu wujud kebebasan mengeluarkan pendapat, berserikat,dan berkumpul yang menjadi satu
ciri utama negara yang menjalankan sistem demokrasi.
Sejak Pemilihan Umum pasca reformasi sejak tahun 1999 sampai dengan Pemilihan Umum tahun 2009
telah banyak dinamika yang dihadapi dalam melaksanakan amanat demokrasi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. Salah satu yang paling berbeda dibandingkan dengan penerapan sistem demokrasi
otoriter pada masa rezim orde baru adalah dengan munculnya berbagai macam partai politik peserta
pemilu yang setiap saat jumlahnya selalu bertambah. Pada pemilu tahun 2009, partai politik peserta
pemilu mencapai jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, yaitu sebanyak
38 parpol ditambah 6 partai politik lokal di Nangroe Aceh Darussalam.
Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di Indonesia
merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem demokrasi secara konsisten, namun di
sisi lain banyaknya jumlah partai politik tidak otomatis membuat kualitas pelaksanaan sistem demokrasi
menjadi lebih baik, bahkan cenderung menjadi semakin buruk.
Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka,semua partai politik akan berusaha untuk memperoleh
dukungan sebesar-besarnya dalam suatu pemilihan umum untuk mempengaruhi arah kebijakan negara.
Tinggal dengan cara apa partai politik akan menarik simpati rakyat untuk memperoleh dukungan rakyat
pada periode pemilihan umum berikutnya di tahun 2014, apakah akan tetap menggunakan pola-pola
pendekatan lama atau akan menggunakan pola-pola pendekatan yang baru dengan konsekuensi akan
menghadapi perjuangan yang sangat berat. Pandangan a priori masyarakat terhadap partai politik yang
dibuktikan dengan semakin berkurangnya partisipasi pemilih dalam pemilu 2009 bukan tanpa alasan,
karena memang sampai hari ini belum nampak hasil kerja nyata partai poltik yang benar-benar berdampak
positif bagi kehidupan masyarakat, khususnya setelah pelaksanaan Pemilihan Umum.
Oleh karena itu, harus ada langkah-langkah kongkret yang harus dimulai dari hari ini sampai dengan
pemilihan umum periode selanjutnya di tahun 2014.
Berikut ini adalah beberapa gagasan penulis bagi partai politik untuk memperoleh simpati
masyarakat/rakyat pada pemilu tahun 2014 :
I. PERBAIKAN FUNGSI STRUKTURAL INTERNAL PARTAI
Pengelolaan organisasi Partai Politik tidak jauh berbeda dengan oranisasi lainnya, namun yang paling
membedakan partai politik dengan organisasi lainnya adalah bahwa parpol memiliki kekuatan POLITIK
yang dapat mempengaruhi berbagai kehidupan bernegara dan bermasyarakat dalam tataran publik.
Dengan karakteristik parpol yang memiliki kekuatan politik maka sudah tentu jajaran struktural partai
harus memiliki pemahaman yg kuat mengenai tugas dan fungsi parpol dalam tingkatan administratif
strukturalnya masing-masing dalam rangka menjalankan visi dan misi masing-masing parpol.
Dalam konteks pelaksanaan Demokrasi, Partai Politik memiliki fungsi sebagai penyalur artikulasi dan
agregasi kepentingan politik yang paling mapan dalam sebuah sistem politik modern. Sifat penting dari
partai politik menjadi semakin terlihat manakala dihubungkan dengan kepentingan publik yang perlu
didengar oleh pemerintah (pelaksana kekuasaan eksekutif) dan parlemen (pemegang kekuasaan legislatif).
Alasan utama dari pentingnya keberadaan partai politik dalam proses demokrasi, khususnya demokrasi
tidak langsung adalah karena ruang geografis yang semakin luas dan populasi penduduk yang semakin
besar dalam wilayah suatu negara, sehingga dalam situasi tersebut masyarakat tidak mungkin
menyalurkan aspirasinya secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana partai
politik memiliki tugas untuk menjadi jembatan antara rakyat dan pemerintah, sehingga dengan
demikian maka partai politik merupakan salah satu pilar utama dan institusi demokrasi yang penting
selain dari lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, pemilihan umum, serta pers yang independen dalam
rangka membangun kehidupan politik yang berkualitas dan beradab.
Keberadaban dan kualitas kehidupan politik yang dimaksud adalah bahwa partai politik dengan berbagai
peran dan fungsinya diupayakan mampu meredam (bahkan menyelesaikan) berbagai persoalan yang
muncul dalam masyarakat modern seperti saat ini. Dengan demikian maka keberadaban yang akan
terbangun melalui partai politik dapat terwujud ketika perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan
konflik destruktif secara eskalatif dapat diselesaikan melalui cara-cara dialogis yang konstruktif.
Peranan partai politik yang secara sederhana dapat diartikan sebagai representation of idea, yaitu
bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan warga, memberikan jalan kompromi bagi
pendapat/tuntutan yang saling bersaing, serta menyediakan sarana kompromi bagi suksesi kepemimpinan
politik secara damai dan legitimate.
Dalam konteks parpol sebagai jembatan komunikasi antara rakyat dan pemerintah (yang berkuasa),
maka partai politik melalui jajaran struktural partai pada berbagai tingkatan administratif harus secara
aktif menjadi bagian dalam kehidupan sosial dan politik dalam suatu entitas masyarakat tertentu.
Sebagai salah satu institusi demokrasi yang memegang peranan penting dalam proses demokrasi, maka
partai politik harus dapat menempatkan posisinya secara aktif dan kreatif dalam rangka menjalankan
fungsi dan tugasnya sebagai representation of idea. Partai politik, bersama-sama dengan institusi
demokrasi lainnya seperti lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers, harus secara konsisten
melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya baik pada masa persiapan pemilihan umum (pre election)
maupun pada masa setelah pemilihan umum (post election).
Pada masa sebelum pemilihan umum sampai dengan pelaksanaan pemilihan umum partai politik bertugas
untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya untuk memperoleh jumlah kursi yang banyak di lembaga
legislatif pada semua tingkatan, mulai dari DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Sedangkan pada masa pasca pemilihan umum sampai dengan pelaksanaannya di periode selanjutnya,
partai politik idealnya tetap harus melakukan kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada tujuan organisasi
dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pemilihan umum di periode selanjutnya.
Berikut adalah salah satu gambaran mengenai tindakan/hal-hal yang harus dilakukan jajaran struktural
partai terhadap suatu fakta/kejadian/issue di masyarakat:
Di Desa A, Kecamatan B, yang menjadi wilayah Kabupaten C pada Provinsi D ditemukan salah satu
warga masyarakat yang mengalami GIZI BURUK. Terhadap situasi demikian, maka jajaran struktural di
tingkat DESA harus mengadakan komunikasi dengan jajaran pengurus Desa yang bersangkutan melalui
Kepala Desa (karena Desa merupakan walah satu wilayah yang otonom) untuk membicarakan solusi
mengenai permasalahan yang terjadi di tingkat Desa tersebut. Jika di tingkat Desa tidak menemukan
solusi berarti, maka jajaran struktural parpol di tingkat Desa/Kelurahan langsung memberikan laporan
resmi atas situasi yang terjadi di desa tersebut kepada jajaran struktural di tingkat Kecamatan, atau lazim
disebut Pengurus Anak Cabang. Di tingkat Kecamatan, pengurus PAC partai melakukan komunikasi
dengan jajaran pimpinan Kecamatan melalui Camat untuk mencari solusi atas situasi GIZI BURUK yang
dialami oleh warga Desa A yang menjadi bagian wilayah Kecamatan B. Jika di tingkat Kecamatan dicapai
suatu penyelesaian, maka penyelesaian tidak dilanjutkan pada tingkat Kota/Kabupaten, namun proses
penyelesaian tetap dilaporkan kepada jajaran pengurus di tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi. Namun
jika pada tingkat Kecamatan tidak ditemukan solusi atas permasalahan tersebut, maka penyelesaian
dilanjutkan ke tingkat Kota/Kabupaten melalui Walikota/Bupati beserta jajaran instansi yang terkait di
tingkat administrasi pemerintahan Kota/Kabupaten, dan seterusnya sampai tingkat Provinsi atau bahkan
sampai tingkat nasional.
Kegiatan-kegiatan parpol di atas harus dilakukan oleh :
1. Seluruh jajaran struktural partai politik pemenang pemilu legislatif dan/atau pemilihan presiden
(beserta koalisi parpol pendukungnya);dan bahkan
2. Seluruh jajaran struktural Partai politik yang kalah dalam pemilu legislatif dan pilpres sehingga
menempatkan diri menjadi OPOSISI.
Bagi parpol yang menang, maka seluruh jajaran struktural partai menjadi pendukung utama dari
Pelaksana Fungsi Eksekutif (pemerintah) yang berasal dari parpolnya, dengan kata lain menjadi pengawas
dan pendorong pelaksanaan program-program pemerintah yang notabene berasal dari kader-kader
partainya.
Sedangkan bagi parpol yang berkedudukan sebagai OPOSISI, maka jajaran struktural partai di berbagai
tingkatan menjadi lembaga penyeimbang dan bahkan menjadi kelompok penekan yang mengawasi
kinerja pemerintah (eksekutif) yang berkuasa dalam suatu periode tertentu. Menjadi OPOSISI bukan
hanya terdapat di dalam Lembaga Legislatif saja, namun juga dilakukan dalam konteks pelaksanaan
kekuasaan eksekutif.
Sebagai suatu unsur utama dalam kehidupan demokrasi,maka OPOSISI merupakan TUGAS bagi parpol
yang berbeda haluan dan pandangan dengan parpol pemenang pemilu. Karena merupakan suatu
tugas,maka OPOSISI harus secara LOYAL dan AKTIF melakukan PENGAWASAN dan dalam situasi
yang memang memungkinkan harus menjadi pendukung utama dari program pemerintah berkuasa bila
suatu program atau kebijakan publik tersebut memang layak atau harus untuk didukung.
Dalam konteks ini sebenarnya PARTAI POLITIK memiliki fungsi yang sangat luas dan seharusnya
mempengaruhi kehidupan sosial politik di suatu negara demokrasi. Partai politik dengan kekuatan warga
partai/konstituen dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah (pemerintah dalam arti sebagai pemegang
kekuasaan eksekutif, salah satu fungsi dalam trias poilitica yang dikemukakan Rosseau), dan bahkan
kebijakan lembaga legislatif melalui kader-kader partai yang duduk di dalamnya, selama hal tersebut
masyarakat, untuk itu maka proses rekrutmen jajaran pimpinan parpol menjadi salah satu UNSUR
PENTING dalam upaya pembesaran dan penguatan partai.
Dalam catatan berikutnya akan dibahas mengenai strategi-strategi pemenangan pemilu untuk tahun 2014
dalam konteks pengelolaan TERITORIAL dan PERSONIL bagi parpol
Deskripsi[sunting | sunting sumber]
Kegiatan para anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia. Beberapa dari mereka
berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik yang
besar memiliki pengikut yang lebih besar. Akan terlihat anggota partai yang telah mengikuti pengkaderan
dan yang belum. Partai politik diseleksi untuk mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan Umum,
lalu Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.
Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan
politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan
politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut
menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.
Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen infrastruktur politikdalam negara,
berikut beberapa pengertian mengenai partai politik, yakni:
Carl J. Friedrich: partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.
R.H. Soltou: partai Politik adalah sekelompok warga negarayang sedikit banyaknya terorganisir, yang
bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan
menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.
Sigmund Neumann: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongangolongan lain yang tidak sepaham.
Miriam Budiardjo: partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakankebijakan mereka.