Anda di halaman 1dari 3

Resensi Cerpen Pada Pembotakan Terakhir

A. Identitas Cerpen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Judul Cerpen
: Pada Pembotakan Terakhir
Nama Pengarang
: A.A. Navis
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku
: v + 142 halaman
Cetakan
: ke-16
Tahun Terbit
: November 1986
Cerpen yang diresensi
: halaman 75-86
Harga Buku
: Rp.25.000

B. Pendahuluan
A.A. Navis lahir 17 November 1924 di Padang Panjang, Sumatera
Barat. Ia mendapat pendidikan di Perguruan Kayutanam. Pernah
menjadi Kepala Bagian Jawatan Kebudayaan Provinsi Sumatera Tengah
di Bukittinggi (1952-1955), pemimpin redaksi harian Semangat di
Padang (1971-1982), dan sejak 1969 menjadi Ketua Yayasan Pendidik
INS Kayutanam.
Karya-karyanya adalah Hujan Panas (1964), Kemarau (1967), Di
Lintasan Mendung (1983), Dialektika Minangkabau (1983), Alam
Terkembang Jadi Guru (1984), Bertanya Kerbau pada Pedati (2002),
dan Saraswati, Si Gadis dalam Sunyi (2002).
C. Isi Cerpen (Sinopsis)
Setiap bertambahnya umur setahun, Ibu Upik selalu membotaki
kepala anaknya, Upik, sebagai hadiah. Pembotakan ini selalu dilakukannya
sejak bayi sampai pembotakan terakhir saat berumur tujuh tahun. Di kala
usianya tujuh tahun, perayaan ulang tahunnya sengaja tak dirayakan.
Hanya tiga orang saja yang hadir yaitu Kakek Montok, Maria, dan ia
sendiri. Maria merupakan teman sepermainannya dimana ia seorang
yatim piatu yang hidup dengan etek-nya, Mak Pasah. Maria membantu
Mak Pasah berjualan kue. Tak perlu berteriak, cukup hanya mendatangi
rumah orang, tentu kuenya akan dibeli walaupun hanya sebuah. Tetapi
sedikit saja Maria lalai dan lengah terhadap tugasnya, ia akan dipukuli dan
disiksa oleh Mak Pasah hingga Maria meninggal karena siksaannya.
D. Analisis Unsur Intinsik
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.

1. Tema
: Pertentangan paham antara anak dan orang tua
Latar
: Rumah Upik, Rumah Maria.
Alur
: Maju Mundur
Tokoh
: Upik (Aku), Maria, Ibu, Mak Pasah, Kakek Montok
Perwatakan :
Upik (Aku) : Polos, Ramah
Maria : Baik, Pasrah
Ibu : Penyayang, Tegas

d. Mak Pasah : Kejam, Egois


e. Kakek Montok : Dewasa
6. Sudut Pandang : Orang pertama sebagai pengamat
7. Gaya Bahasa : Non-Baku
8. Amanat
: Setiap manusia memiliki hak yang tidak
diperbolehkan mendapat tekanan dan kekerasan oleh orang lain
termasuk orang tua kita. Kita boleh membela diri dan meminta
hak kita pada orang tua namun ada batasnya.
E. Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Sosial : Tiba-tiba Maria datang dengan wajah bekas dipukul.
Ketika ditanya oleh Kakek Montok yang sedang mencukuri kepala
Upik, Maria hanya membalas bahwa ia baik-baik saja.
2. Nilai Moral
: Jika Maria lalai dalam mengerjakan tugasnya,
dia selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Maria tak pernah melawan
ataupun membela dirinya.
3. Nilai Budaya : Kebiasaan untuk setiap anak lelaki yang umurnya
bertambah setahun, mereka dibotaki kepalanya untuk
membuang sial.
F. Kekurangan dan Kelebihan
1. Kekurangan
Cerita ini memiliki alur yang cukup rumit yaitu, maju, mundur,
dan maju. Sehingga untuk orang awam sulit untuk memahami
jalan ceritanya. Juga terdapat beberapa kata daerah yang jarang
diketahui oleh kebanyakan orang. Sehingga, pembaca harus
menerka kata tersebut.
2. Kelebihan
Walaupun judul cerpennya singkat tetapi sangat menarik
pembaca untuk membaca lebih lanjut dari awal hingga akhir.
Akhir cerita yang dibuat pun tidak terduga sehingga inilah yang
membuat ciri khas cerpen.
G. Penutup
Cerpen ini merupakan bacaan yang dapat dibaca oleh semua usia.
Judul dan cover bukunya yang dimilikinya menarik pembaca untuk
membaca lebih lanjut. Harganya pun terjangkau. Walaupun memiliki
alur yang agak rumit, tetapi isi ceritanya bisa menjadi inspirasi bagi
pembaca.

Aspek Penilaian
Kelengkapan bagian-bagian
laporan

Skor
maksimal

Nilai
Guru

Teman

Ketepatan isi laporan


Keefektifan kalimat
Ketepatan ejaan/tanda baca
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai