Anda di halaman 1dari 16

PERISTIWA MENJELANG PROKLAMASI

Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Perjuangan kemerdekaan Indonesia


tidak lepas dari perkembangan politik dunia pada pertengahan tahun 1945. Jepang yang saat itu
berkuasa di Indonesia mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II (Perang Pasifik/Perang Asia Timur
Raya). Kekalahan Jepang tersebut berdampak positif bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain
peristiwa kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.

a. Janji Koiso
Memasuki 1944, sikap pemerintah Jepang terhadap Indonesia melunak. Perubahan sikap
tersebut tampak ketika Perdana Menteri Kuniaki Kolso menyampaikan sebuah pernyataan
dalam sidang ke-85 Teikoku Ginkai (parlemen Jepang) di Tokyo, Jepang pada 7 September 1944.
Dalam sidang tersebut, Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan wilayah Indonesia
diperkenankan merdeka kelak pada kemudian hari. Pernyataan Kolso yang dikenal sebagai “janji
kemerdekaan di kemudian hari” atau janji Koiso tersebut disebarkan melalui surat kabar Soeara
Muslimin Indonesia pada 15 September 1944. Adapun isi janji Koiso yang dimuat oleh surat
kabar Soeara Muslimin tersebut sebagai berikut.

“Di daerah Hindia Timoer, pada tahoen jang baroe laloe, Keradjaan Dai Nippon telah mengambil bagian
dalam pemerintahan negeri oleh pendoedoek di daerah jang bersang koetan, jakni sesoeai keinginan
segenap pendoedoek. Semendjak itoe pendoedoek seloeroeh daerah itoe telah melandjoetkan oesaha
Jang maha besar oentoek toeroet menjelesaikan peperangan Asia Timoer Raja dengan tidak beroebah
sikap semendjak bermoela hingga waktoe ini serta dengan insjaf-seinsjafnja akan maksoed dan
toedjoean dengan Dat Nippon jang sebenarnja dan di samping itoe pekerdjaan bersama segenap
pendoedoek oentoek memegang pemerintahan bala tentara di setiap daerah jang bersangkoetan, pada
saat meloeasnja.

Berhoeboeng dengan keadaan terseboet itoe, maka di sini dioemoemkan, bahwa Keradjaan Dai Nippon
memperkenankan kemerdekaan bangsa Indonesia kelak di kemudian hari, soepaja dengan djalan
demikian moga-moga kemakmoeran bangsa Indonesia jang kekal dan abadi dapat dipertahankan
sepenoeh-penoehnja.”

Janji kemerdekaan diberikan kepada bangsa Indonesia karena sejak 1943 kedudukan Jepang dalam
Perang Dunia II makin terdesak. Satu per satu wilayah kekuasaan Jepang dikuasai oleh Sekutu. Oleh
karena itu, kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia melunak. Janji kemerdekaan diberikan untuk
menarik simpati bangsa Indonesia agar tidak melakukan perlawanan dan

Membantu kepentingan Jepang dalam menghadapi Sekutu.

Para tokoh Islam Indonesia menyambut baik janji Koiso. Pada 13-14 September 1944 para tokoh Islam
mengadakan rapat besar di Taman Raden Saleh, Jakarta untuk membicarakam langkah-langkah tepat
guna menyambut janji kemerdekaan tersebut. Sementara itu, di Semarang para pemuda Islam
mengadakan rapat untuk meningkatkan semangat pembelaan tanah air sehubungan dengan janji
kemerdekaan yang diberikan Jepang.
Untuk menindak lanjuti janji Koiso, pemerintah Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan
yang ditetapkan Jepang tersebut dinilai menguntungkan bangsa Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut
sebagai berikut.

1.Pemerintah Jepang mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih berdampingan dengan Bendera
Jepang Hinomaru.

2.Pemerintah Jepang mengizinkan bangsa Indonesia mengumandangkan lagu “Indonesia raya” setelah
lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.

3.Pemerintah Jepang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah, kantor
pemerintahan, dan media massa.

B. Pembentukan BPUPKI

pemerintah Jepang menindaklanjuti janji Koiso dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Coosakai. Pada 1 Maret 1945 Letnan
Jenderal Kumakici Harada selaku Kepala Pemerintahan Militer Jepang di Jawa mengumumkan
pembentukan BPUPKI. BPUPKI dibentuk dengan tujuan menyelidiki dan mempelajari hal-hal penting
yang berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI bertugas mempersiapkan
pembentukan negara Indonesia seperti dasar negara, perundang-undangan, wilayah negara, usaha
membela tanah air, serta perekonomian dan keuangan negara.

Pengaruh Jepang dalam BPUPKI masih cukup kuat. Pengaruh ini tampak pada komposisi keanggotaan
BPUPKI yang terdiri atas seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang lin atau
anggota Ketua BPUPKI adalah Radjiman Wediodiningrat dibantu ketua muda R.P. Soeroso dan
Ichibangase Yosio (wakil Jepang). Anggota yang berasal dari Indonesia berjumlah 59 orang termasuk 4
orang dari golongan Tionghoa, 1 orang golongan Arab, dan 1 orang peranakan Belanda. Selain itu,
terdapat 7 orang Jepang yang berstatus pengurus istimewa. Ketujuh orang tersebut memiliki tugas
menghadiri setiap perundingan tanpa memiliki hak suara dalam persidangan.

Pengangkatan seluruh anggota BPUPKI diumumkan pada 29 April 1945. Selanjutnya, pada 28 Mei 1945
upacara peresmian BPUPKI diadakan di bekas gedung Chuo Sangi In atau sekarang dikenal sebagai
gedung Pancasila.

Gedung Pancasila menjadi salah satu saksi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Gedung yang dibangun
pada 1830 ini pernah digunakan sebagai gedung volksraad (Dewan Rakyat). Selanjutnya, pada masa
pendudukan Jepang gedung ini menjadi tempat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) menyelenggarakan sidang.

BPUPKI merupakan lembaga bentukan Jepang untuk menindaklanjuti janji kemerdekaan yang
disampaikan Perdana Menteri Koiso. Dalam upacara tersebut dikibarkan bendera Hinomaru oleh A.G.
Pringgodigdo dan bendera Merah Putih oleh Toyohito Masuda.

BPUPKI adalah panitia persiapan kemerdekaan yang dibentuk oleh Jepang, diketuai oleh Dr. KRT
Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945 dan dibubarkan tanggal 7 Agustus 1945.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan atau BPUPKI adalah badan yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang, ketika masa penjajahan di Indonesia. BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945.

Tugas BPUPKI adalah memberi bantuan dan dukungan proses kemerdekaan Indonesia. Tujuan
dibentuknya BPUPKI ini untuk mempelajari dan menyelidiki hal yang berhubungan dengan
pembentukan negara Indonesia.

Latar belakang pembentukan BPUPKI dimuat dalam Maklumat Gunseikan Nomor 23 tanggal 29 Mei
1945. Penyebab pembentuan BPUPKI karena kedudukan semakin terancam oleh sekutu. Tujuan lain
karena Jepang ingin memikat hati rakyat Indonesia untuk mempertahan kekuasaan. upacara peresmian
BPUPKI dilakukan pada 28 mei 1945, di gedung gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (Sekarang gedung
Departemen Luar Negeri), Jakarta. Sidang BPUPKI berlangsung selama dua kali. Dalam sidang tersebut,
membahas tentang rumusan dasar negara, pembentukan PPKI, sampai membahas mengenai rancangan
UUD.

A.Susunan organisasi bpupki

Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut Dokuritsu Junbii Chosakai. BPUPKI berjumlah 62 orang yang
diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat. Wakil ketua adalah Raden Pandji Soeroso dan
perwakilan Jepang, Ichibangase Yosio. Sedangkn kepala sekretariat adalah Toyohito Masuda dan Mr. AG.
Pringgodigdo.

Sidang BPUPKI berlangsung selama dua kali yang melahirkan panitia sembilan. Tugas dari panitia
sembilan yaitu memeriksan usul yang masuk dan menentukan kebulatan pendapat.

Berikut Susunan Organisasi Panitia Sembilan:

1. Ir. Soekarno (ketua)

2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)

3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)

4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)

5. K.H. Abdul Wahid Hasjim (anggota)

6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)

7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)

8. H. Agus Salim (anggota)

9. Mr.Alexander Andries Maramis (anggota)

B.Anggota BPUPKI
Anggota terdiri dari 62 orang Indonesia, 8 orang istimewa dari Jepang yang tugasnya mengamati, dan
tambahan 6 anggota dari Indonesia. Pembentukan anggota ini ditentukan oleh Jepang, sementara
tambahan enam orang diangkat anggota BPUPKI sendiri.

Perumusan Dasar Negara dan UUD 1945

Pada era kemerdekaan Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan fundamental bagi
Indonesia. Pancasila merupakan unsur pokok dalam pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945. Dasar negara dan UUD 1945 dirumuskan oleh
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Sidang pertama BPUPKI diselenggarakan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Radjiman Wediodiningrat membuka
sidang tersebut dan memberi pengarahan serta pandangan agar peserta sidang memfokuskan pada
perumusan dasar negara Indonesia. Permintaan Radjiman Wediodiningrat ini ditanggapi oleh empat
tokoh

Yang menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara Indonesia. Keempat tokoh tersebut sebagai
berikut.

1. Muhammad Yamin mengemukakan lima “asas dasar kebangsaan Republik Indonesia” pada 29 Mei
1945. Kelima asas tersebut sebagai berikut.

a.Peri Kebangsaan

b. Peri Kemanusiaan

c. Peri Ketuhanan

d. Peri Kerakyatan

e. Kesejahteraan Rakyat

2. Ki Bagus Hadikusumo menyampaikan gagasannya pada 30 Mei 1945. Menurut Ki Bagus Hadikusumo,
dasar negara yang sesuai untuk Indonesia diambil dari ajaran Islam karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam.

3. Soepomo menyampaikan dasar negara integralistik merupakan pilihan yang sesuai semangat bangsa
Indonesia. Gagasan ini disampaikan pada 31 Mei 1945. Menurut Soepomo, dasar negara yang dimiliki
Indonesia harus memuat nilai persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, serta keadilan
rakyat.

4. Soekarno menyampaikan gagasannya pada 1 Juni 1945, bertepatan dengan hari terakhir sidang.

5.Soekarno menyampaikan rumusan dasar negara yang diberi nama Pancasila (lima dasar). Oleh
karenaItu, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Lima dasar negara yang diajukan
Soekarno sebagai berikut.

a. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia.


b. Internasionalisme atau perikemanusiaan.

C. Mufakat atau demokrasi.

D Kesejahteraan sosial.

e. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan yang berkebudayaan).

. Sidang pertama BPUPKI berakhir pada 1 Juni 1945 tanpa menghasilkan kesimpulan atau rumusan
yang pasti mengenai dasar negara Indonesia. Setelah itu BPUPKI dinyatakan memasuki masa reses
selama lima minggu. Sebelum masa reses, BPUPKI membentuk suatu panitia yang disebut Panitia Kecil.
Panitia ini bertugas membahas lebih lanjut gagasan-gagasan rumusan dasar negara. Panitia kecil
diketuai Soekarno dengan anggotanya Mohammad Hatta, Soetardjo Hadikoesoemo, Wachid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Muhammad Yamin, dan A.A. Maramis. Panitia Kecil juga
bertugas menampung saran, usul, dan konsepsi dari para anggota BPUPKI.

Pada 22 Juni 1945 Panitia Kecil mengundang 38 anggota BPUPKI untuk membahas hasil sidang BPUPKI
sebelumnya. Pertemuan tersebut dihadiri Panitia Kecil dan anggota-anggota BPUPKI untuk membahas
dasar negara. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membuat panitia kecil yang
anggotanya berjumlah sembilan orang atau dikenal dengan Panitia Sembilan. Kesembilan tokoh tersebut
yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar
Muzakir, Wachid Hasyim, Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso.

Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar negara dan tujuan pembentukan negara Indonesia
merdeka yang tertuang dalam Piagam Jakarta. BPUPKI menyelenggarakan sidang kedua pada 10-16 Juli
1945. Sidang tersebut membahas rancangan Undang-Undang Dasar. Perumusan UUD dilakukan Sumber:
Album Perang oleh Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Soekarno. Anggota
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yaitu A.A. Maramis,

Otto Iskandardinata, Poerbojo, Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Soepomo, Maria Ulfah Santoso, Wachid
Hasyim. Parada Harahap, J. Latuharhary, Susanto Tirtoprojo, Sartono, Wongsonegoro, Wuryaningrat,
R.P. Singgih, Tan Eng Hoat, Hoesein Djajadiningrat, dan Sukiman. Panitia tersebut menyepakati
Pembukaan UUD diambil dari Piagam Jakarta.

Sidang kedua BPUPKI membentuk kembali panitia kecil perancang undang-undang Panitia yang dipimpin
oleh Soepomo ini bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan undang-undang dasar
hasil keputusan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Untuk menjalankan tugasnya. Panitia
Perancang Undang Undang Dasar dibantu oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Hoesein
Djajadiningrat, Soepamo, dan Agus Salim. Hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
disampaikan oleh Soekarno kepada BPUPKI pada 14 Juli 1945. Rumusan undang-undang dasar yang
dihasilkan panitia ini sebagai berikut.

1.Pernyataan Indonesia merdeka. Konsep ini diambil dari alinea pertama Piagam Jakarta.

2 Pembukaan undang-undang dasar. Konsep ini hampir seluruhnya diambil dari Piagam Jakarta alinea
Keempat.
3.Batang tubuh undang-undang dasar.

PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 bertugas melanjutkan pekerjaan PPKI. Jumlah anggota PPKI
sebanyak 27 orang.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang dibentuk oleh Jepang setelah
BPUPKI dibubarkan. BPUPKI dibubarkan karena berhasil menyelesaikan rancangan undang-undang dasar
Indonesia. Kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada PPKI.

PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI
adalah Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat sebagai wakil ketua.

PPKI diresmikan secara simbolis pada tanggal 9 Agustus 1945. Pelantikan berlangsung di kota Saigon,
Vietnam dekat sungai Mekong. Jenderal Terauchi membawa Ir. Soekarno, Muhammad Hatta dan Dr.
Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat untuk pembentukan PPKI.

Tujuan Pembentukan PPKI

Tujuan dibentuknya PPKi adalah untuk melanjutkan tugas BPUPKI, yaitu:

1. Meresmikan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

2. Melanjutkan kerja BPUPKI.

3. Persiapan pemindahan kekuasaan oleh pemerintah militer Jepang ke Indonesia.

4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah ketatanegaraan bagi negara
Indonesia.

Anggota PPKI bertambah menjadi 6 orang, sehingga total menjadi 27 orang. Anggota tambahan antara
lain Wiranatakoesoema, Ki Hajar Dewantara, Bpk. Kasman Singodimedjo, Mohammad Ibnu Sayuti Melik,
Iwa koesoemasoemantri, dan Bpk. Raden Ahmad Soebardjo.

d. Pembentukan PPKI

Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI melaporkan semua rancangan dasar negara dan undang undang kepada
pemerintah Jepang. Keberhasilan BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tersebut
dinilai pemerintah Jepang terlalu cepat. Oleh karena itu, pemerintah Jepang memutuskan untuk
membubarkan BPUPKI. Sebagai gantinya, pemerintah membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi linkai.

PPKI dibentuk bersamaan dengan pembubaran BPUPKI. PPKI bertugas mempersiapkan segala sesuatu
berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada
Indonesia. Selain itu, PPKI bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang mencakup masalah
ketatanegaraan dan pemerintahan setelah Indonesia merdeka. Dengan kata lain, PPKI melanjutkan
tugas BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
PPKI beranggotakan 21 orang yang terdiri atas 12 orang dari Jawa, 3 orang dan Sumatra. 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang dari Maluku, dan 1
orang dari keturunan Cina. Ketua PPKI adalah Soekarno dan Mohammad Hatta berkedudukan sebagai
wakil ketua dan penasehat yang ditunjuk, Bpk. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerdjo.

E. Kekalahan jepang dalam perang dunia ll dan kekosongan pemerintahan di indonesia

Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Terbentuknya NKRI 125 Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour pada tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat seakan-akan lumpuh. Dalam kenyataannya
Jepang tidak dapat melumpuhkan Amerika Serikat, bahkan Amerika bangkit dan menjadi musuh yang
paling berat bagi Jepang. Melihat fenomena ini muncul pertanyaan apakah serangan Jepang terhadap
Pearl Harbour itu bukan langkah yang keliru Lihat Onghokham, 1989: 163. Lebih-lebih setelah lima bulan
Perang Asia Timur Raya berkorbar, Amerika Serikat telah dapat memukul balik Jepang. Dalam perang
laut Karang 4 Mei 1942 dan disusul dengan perang di Guadacanal 6 Nopember 1942, Jepang secara
berturut-turut menderita kekalahan. Kekalahan yang paling besar dialami Jepang dalam pertempuran
laut di dekat Kepulauan Bismarck 1 Maret 1943. Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6
Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari
kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan
saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang
menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus
dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi.
Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Pada 10 Agustus
1945 Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu Berita menyerahnya Jepang telah
mengudara melalui siaran-siaran radio gelap Meskipun demikian. Ernyataan menyerahnya Jepang
kepada Sekutu secara resmi dan akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat ini disampaikan oleh Kaisar
Hirohito dalam pidato berjudul The Voice of the Crane kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Menurut rencana, dengan mengambil tempat di atas geladak kapal perang Amerika Serikat “Missouri”
yang berlabuh di teluk Tokyo ditandatangani kapitulasi penyerahan Jepang antara Jenderal Douglas Mc
Arthur dengan Hirohito pada tanggal 2 September 1945. Sebagai tindak lanjut dari penyerahan itu,
Sekutu mulai mengadakan perlucutan senjata, memulangkan tentara Jepang dan mengadili penjahat
perang.

Untuk mencegah tersebarnya berita kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Jepang melakukan
pengawasan ketat terhadap radio-radio di Indonesia. Meskipun demikian, golongan. Muda mampu
mengetahui berita kekalahan Jepang tersebut. Golongan muda berpendapat kekalahan Jepang menjadi
momentum tepat bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan) kemerdekaan. Pada saat itu
Indonesia berada dalam kondisi vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Jepang tidak dapat
melakukan tindakan apa pun terhadap Indonesia karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Sementara itu, pasukan Sekutu belum tiba di Indonesia.

F. Pertemuan dalat

Setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu. Para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia
berupaya untuk memerdekakan bangsanya. Salah satunya dengan menemui Jenderal Terauchi Hisaichi
di Dalat, Vietnam.
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom pertamanya di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Kemudian pada
hari berikutnya, bom atom kembali dijatuhkan di Nagasaki. Kondisinya semakin memanas setelah Uni
Soviet menyerbu Manchuria dan menyatakan perang kepada Jepang.

Kondisi inilah yang mendorong Jenderal Terauchi Hisaichi mengundang Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan
Radjiman Wediodiningrat untuk datang ke Markas Besar Tentara Wilayah Selatan di Dalat, Vietnam. Inti
dari pertemuan ini ialah untuk membahas perihal kemerdekaan Indonesia.

Ir. Soekano, Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat berangkat ke Dalat pada 9 Agustus 1945. Dalam
perjalanannya, Ir. Soekarno beserta rombongannya menginap satu malam di Singapura dan di Saigon.
Pada pagi buta, rombongan tersebut berangkat dari Saigon menuju Dalat. Pertemuan rombongan
dengan Jenderal Terauchi dijadwalkan pukul 10.00 waktu setempat.

Pada pertemuan 11 Agustus 1945, Jenderal Terauchi mengatakan jika Pemerintah Jepang di Tokyo
memutuskan untuk memberi kemerdekaan pada seluruh daerah di Hindia Belanda. Namun, wilayah
tersebut tidak termasuk Malaya serta bekas jajahan Inggris di Kalimantan.

Pada pertemuan tersebut pula, Jenderal Terauchi mengatakan jika awalnya kemerdekaan Indonesia
akan diberikan pada 24 Agustus 1945. Namun, ternyata pemberian kemerdekaan ini dipercepat setelah
peristiwa penjatuhan bom di Hiroshima dan Nagasaki.

Selain membahas perihal kemerdekaan, ada beberapa hasil lainnya dari pertemuan antara Ir. Soekarno
dengan Jenderal Terauchi.

Apa sajakah hasilnya?

1. Pembentukan PPKI sebagai BPUPKI

Setelah menyelesaikan tugasnya, yakni menetapkan dasar negara dan menyusun rancangan Undang-
Undang Dasar, BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Tentunya tugas PPKI lebih tertuju atau berfokus pada persiapan kemerdekaan Indonesia.

2. Pemerintah Jepang memberikan kemerdekaan kepada Indonesia

Jenderal Terauchi mengatakan jika Indonesia akan diberikan kemerdekaan pada 24 Agustus 1945, tetapi
dipercepat setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh sekutu.

3. Wilayah kemerdekaan Indonesia

Jepang akan memberi kemerdekaan pada seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Namun, tidak termasuk
Malaya serta bekas jajahan Inggris di Kalimantan.

4. Pemberian kemerdekaan dilakukan secara berangsur-angsur

Jepang memberikan kemerdekaan berangsur-angsur, dimulai dari Pulau Jawa dan disusul pulau-pulau
lainnya. Pemberian kemerdekaan ini akan dilakukan secara langsung setelah semua persiapan selesai.
Setelah pertemuan antara Jenderal Terauchi dengan Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman
Wediodiningrat selesai dilakukan, pada 14 Agustus 1945, ketiga tokoh ini kembali ke tanah air dari Dalat,
Vietnam. Golongan muda segera menemui kedua to sentral dalam perjuangan bangsa Indonesia
tersebut. Dalam pertemuan tersebut, golong muda menginformasikan berita kekalahan Jepang dan
mendesak Soekarno-Hatta untuk seg memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, Soekarno-Hatta
menolak permintaan golong muda karena perlu memastikan berita kekalahan Jepang tersebut dan
membahas pelaksa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bersama PPKI.

G. Peristiwa rengasdengklok

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui
PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui
PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan
Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang
sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan
pemberian dari Jepang. Oleh karena itu, golongan muda mengambil inisiatif untuk mengamankan
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok agar keduanya tidak mendapat pengaruh Jepang Pada masa
pendudukan Jepang Rengasdengklok termasuk wilayah Keresidenan

Purwakarta (pada masa kini termasuk wilayah administratif Karawang). Rengasdengklok menjadi pilihan
golongan muda untuk mengamankan Soekarno dan Mohammad Hatta dari pengaruh Jepang setidaknya
didorong tiga faktor berikut.

1) Letak Rengasdengklok cukup terpencil sekitar 15 km ke arah utara dari pertigaan


Kedunggede(Karawang).
2) Di Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta. Kekuatan Peta di wilayah tersebut
sangat mendukung tindakanGolongan muda.
3) Gerakan tentara Jepang yang akan menuju Rengasdengklok dapat dipantau melalui pos
penjagaan tersebut.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 15-16 Agustus 1945. Hampir sehari penuh Soekarno Hatta berada
di Rengasdengklok. Meskipun golongan muda menginginkan kemerdekaan segera diproklamasikan,
golongan muda tetap tidak berani memaksakan kehendak kepada kedua tokoh tersebut.

sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi
di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar
pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari
Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh
Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain
Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31” terhadap Soekarno dan
Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa
ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno
dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di
Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang
telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana
tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta
pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas)
atau di rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Akhirnya, dipilihlah rumah Bung Karno karena
di Lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga
tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton
saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah
dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk
proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-
pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr.
Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput
Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta
berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pada tanggal 16
Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan
teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang
“dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Golongan tua

- ir soekarno

- Mohammad hatta

- Ahmad soebardjo

- mohammad yamin

- iwa kusuma
- Dr syamsi

Golongan muda

- sukarni

- wikana

- adam malik

- chaerul saleh

- darwis

- jusuf kunto

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Usaha golongan muda untuk meyakinkan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok membuahkan hasil. Atas
jaminan Ahmad Soebardjo, golongan muda mengizinkan kedua tokoh tersebut kembali ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, Soekarno menemui Mayor Jenderal Nishimura, kepala urusan umum
pemerintah Jepang di Indonesia untuk menyampaikan rencana persiapan kemerdekaan Indonesia. Akan
tetapi, permintaan tersebut tetap ditolak. Mayor Jenderal Nishimura menyatakan sejak 16 Agustus
1945, Jepang sudah harus tunduk pada perintah Sekutu sehingga kebijakan mengenai Indonesia harus
menunggu kedatangan Sekutu. Penolakaan tersebut menyadarkan Soekarno untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan dan lepas dari pengaruh Jepang

Setelah bertemu dengan Mayor Jenderal Nishimura, Soekarno menyadari bahwa kemerdekaan harus
diupayakan sendiri oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno sepakat dengan golongan
muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Upaya memproklamasikan kemerdekaan
tersebut dimulai dengan perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di kediaman Laksamana Tadashi
Maeda. Kronologi peristiwa perumusan naskah dan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
sebagai berikat.

1.Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Setelah pertemuan di kediaman Nishimura, Soekarno-Hatta menuju ke kediaman Laksamana Tadashi


Maeda di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta, Laksamana Tadashi Maeda merupakan tokoh Jepang
yang mendukung segala persiapan kemerdekaan Indonesia dan bersedia menjamin keselamatan semua
orang yang berada di kediamannya. Di sekitar kediaman Laksamana Tadashi Maeda telah hadir anggota
PPKI dan golongan muda yang ingin menyalesikan dan menunggu hasil perumusan naskah proklamasi
kemerdekaan. Perumusan naskah proklamasi melibatkan tiga tokoh yaitu Soekarno, Mohammad Hatta,
dan Ahmad Soebardjo. Dalam perumusan naskah proklamasi tersebut, Ahmad Soebardjo mengusulkan
kalimat pertama harus berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Soekarno dan Hatta setuju kalimat
pertama diambil dari Piagam Jakarta alinea ketiga yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Selanjutnya, Hatta mengusulkan kalimat kedua yang berkaitan
dengan pernyataan pengalihan kekuasaan. Kalimat yang diusulkan Hatta tersebut berbunyi “Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara yang saksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

Usulan Ahmad Soebardjo dan Mohammad Hatta tersebut ditulis oleh Soekarno pada secarik kertas.
Setelah naskah selesai disusun, Soekarno membacakan naskah rumusan tersebut di depan orang-orang
yang hadir di kediaman Laksamana Tadashi Maeda. Dalam perkembangannya, muncul perdebatan
mengenai bahasa dan isi naskah proklamasi tersebut. Chairul Saleh sebagai perwakilan golongan muda
menyatakan keberatan karena naskah proklamasi kemerdekaan tersebut dinilai kurang revolusioner.
Selain itu, golongan muda menghendaki tidak ada unsur Jepang dalam naskah proklamasi kemerdekaan.
Unsur Jepang yang dimaksud adalah anggota PPKI yang merupakan lembaga bentukan Jepang.

Chairul Saleh juga menolak naskah proklamasi kemerdekaan ditandatangani oleh seluruh anggota PPKI
Menanggapi perdebatan tersebut, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani
Soekarno dan Mohamad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah naskah proklamasi disepakati,
Soekarno meminta Sayuti Melik mengetik naskah tersebut. Pada naskah yang diketik Sayuti Melik
terdapat beberapa perubahan sebagai berikut.

A Kata tempoh diganti menjadi tempa.

b. Kata wakil-wakil bangsa Indonesia diganti Atas nama bangsa Indonesia dengan menambahkan
Soekarno-Hatta.

c. Djakarta, 17-8-05 diganti Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Angka 05 adalah singkatan 2605 tahun
Showa Jepang yang sama dengan tahun 1945.

Setelah mengalami beberapa perubahan, naskah proklamasi kemerdekaan ditandatangani oleh


Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

1. Pembacaaan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Pada awalnya pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan akan dilakukan di lapangan Ikada. Akan
tetapi, rencana tersebut gagal karena Sudiro sebagai perwakilan golongan muda melaporkan keadaan di
lapangan Ikada pada pagi hari telah dijaga ketat oleh tentara Jepang bersenjata lengkap. Muwardi
kemudian meneruskan laporan Sudiro tersebut kepada Soekarno. Akhirnya, proklamasi kemerdekaan
dilaksanakan di depan kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta
Upacara pembacaan naskah proklamasi dilaksanakan pada Jumat, 17 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00
WIB. Sebelum pembacaan naskah proklamasi dimulai, berbagai persiapan telah dilakukan Muwardi
memerintahkan Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan selama upacara berlangsung. Latief
Hendraningrat dibantu Arifin Abdurrahman mengantisipasi gangguan Jepang dengan menempatkan
beberapa tentara Peta di sekitar kediaman Soekarno. Sementara itu, Suwirjo memerintahkan Wilopo
dan Nyonoprawoto mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Wilopo kemudian meminjam pengeras
suara ke toko elektronik milik Gunawan, sedangkan Suhud mempersiapkan tiang bendera. Bendera yang
telah dijahit oleh Fatmawati telah disiapkan dalam baki. Adapun Mohammad Hatta tiba di kediaman
Soekarno pada pukul 09.55.

Upacara pembacaan naskah proklamasi dilaksanakan tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba
aba siap kepada semua barisan pemuda. Pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh
Soekarno didampingi Mohammad Hatta. Sebelum membacakan naskah proklamasi kemerdekaan,
Soekarno menyampaikan pidato mengenai keberanian bangsa. Indonesia untuk menentukan nasibnya
sendiri dan akan berdiri menjadi bangsa yang kuat. Setelah pernyataan proklamasi kemerdekaan, Latief
Hendraningrat dan Suhud sebagai pengibar bendera menaikkan bendera Merah. Putih diiringi hadirin
menyanyikan lagu “Indonesia Raya Setelah pengibaran bendera, upacara ditutup dengan sambutan
Wakil Wali Kota Suwirjo dan Muwardi. Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung selama satu jam.
Upacara tersebut dilakukan secara sederhana dan khidmat. Meskipun demikian, peristiwa tersebut
memiliki makna penting dalam perjalanan sejarah Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat.

KEPERANGKATAN NEGARA

1. Sidang Pertama PPKI

Sidang pertama PPKI diadakan pada 18 Agustus 1945. Sidang pertama ini membahas mengenai
pengesahan undang-undang dasar serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Agar lebih jelas,
perhatikan pembahasan berikut.

a. Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang dasar merupakan landasan utama bagi sebuah negara. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia berupaya menyusun undang-undang dasar. Upaya ini telah dimulai sejak sidang pertama
BPUPKI pada 10-16 Juli 1945. Sidang tersebut berhasil menetapkan rancangan undang-undang dasar
negara Indonesia atau yang disebut Piagam Jakarta. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya
pada 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan

Sidang pertama untuk merumuskan undang-undang dasar. Dalam sidang tersebut, rancangan

Undang-undang mengalami penyesuaian sebelum dijadikan konstitusi Republik Indonesia

Secara sah. Perubahan tersebut menyangkut perubahan Pancasila sila pertama hingga dicapai

Kesepakatan dan disempurnakan sebagai Pembukaan UUD 1945.

Piagam Jakarta disempurnakan dengan penambahan beberapa bagian. Dalam sidang PPKI muncul
perdebatan mengenai bagian Pembukaan UUD 1945 pada kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Untuk menghindari perpecahan bangsa,
Soekarno-Hatta berdiskusi dengan para tokoh Islam agar bersedia mempertimbangkan kalimat tersebut.
Setelah berdiskusi selama lima belas menit, para tokoh bangsa tersebut sepakat untuk mengubah
kalimat tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Rancangan Undang-Undang Dasar BPUPKI mengalami perubahan dalam sidang PPKI. Perubahan
tersebut dilakukan untuk menghindari perpecahan antargolongan sehingga dasar hukum Indonesia tidak
memihak suatu golongan dan mampu menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. pemilihan presiden dan alasannyaa

SOEKARNO

Ia dipilih secara aklamasi oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Soekarno dianggap
memiliki karakter pemimpin yang sangat dibutuhkan pada masa perjuangan.

SOEHARTO

Adalah saat ia berhasil menumpas Gerakan 30 September dan menyatakan Partai Komunis Indonesia
sebagai organisasi terlarang.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Karena menggantikan posisi SOEHARTO karena sebuah alasan yaitu ada beberapa demonstrasi,
kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan meletusnya
ketidakstabilan di Indonesia

ABDURRAHMAN WAHID

Karena menganggap Pemerintahan Gus Dur dikenal penuh dengan kontroversi. Salah satunya, Gus Dur
sempat mengeluarkan dekrit pembubaran DPR. Namun Mahkamah Agung memutuskan dekrit yang
dikeluarkan Gus Dur bertentangan dengan hukum.

Gus Dur juga sempat menyebut DPR seperti taman kanak-kanak. Hal ini memicu kemarahan DPR
sehingga terjadi perseteruan hebat dengan Gus Dur.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Dipilih MPR sebagai presiden setelah Gus Dur dilengserkan.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Alasan pertama, SBY telah membangun perekonomian kokoh dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata
6 persen dan mampu menahan badai krisis global.

-IR. H. JOKO WIDODO

Jokowi memiliki kemampuan memainkan simbol politik yang sangat mumpuni. Kemampuan
mengonstruksi simbol ini juga disebut menjadi pembeda Jokowi dengan pemimpin di Asia Tenggara
lainnya

2. Sidang Kedua Ppki

Pembentukan Alat Kelengkapan Negara

Setelah melaksanakan sidang penetapan Undang-Undang Dasar dan pemilihan presiden/wakil presiden,
PPKI mengadakan sidang kedua pada 19 Agustus 1945. Agenda sidang kedua adalah pembahasan
pembentukan alat kelengkapan negara. Dalam pelaksanaannya, PPKI berhasil membentuk dua belas
lembaga kementerian/ departemen, pengangkatan empat menteri negara, dan pembagian wilayah
provinsi Indonesia. Berikut lembaga kementerian/departemen dan menteri yang dibentuk oleh PPKI.

Selain membentuk dua belas departemen, sidang kedua PPKI berhasil menetapkan empat menteri
negara. Tokoh yang diangkat menjadi menteri negara yaitu Wachid Hasyim, M. Amir, Otto
Iskandardinata, dan R.M. Sartono. Keempat menteri negara tersebut dibantu oleh pejabat tinggi negara
yang ditetapkan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh yang diangkat untuk menjalankan tugas
tersebut adalah Kusumah Atmaja sebagai ketua Mahkamah Agung, Gatot Tarunamihardja sebagai jaksa
agung, A.G. Pringgodigdo sebagai sekretaris negara, dan Soekarjo Wirjopranoto sebagai juru bicara
negara.

Wilayah Republik Indonesia. Sebelum membentuk


Sidang kedua PPKI ini juga menetapkan pembagian pemerintah daerah, Presiden Soekarno membentuk
panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata. Anggota panitia kecil tersebut, yaitu Ahmad
Soebardjo, Soetardjo Kartohadikoesoemo, dan Kasman Singodimedjo. Panitia ini bertugas merumuskan
pembagian pemerintahan daerah dan pembentukan departemen. Otto Iskandardinata menegaskan
pembentukan pemerintahan daerah bertujuan menjalankan roda pemerintahan dan menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan. Berdasarkan hasil rapat panitia kecil,
wilayah Republik Indonesia dibagi menjadi delapan provinsi. Kedelapan provinsi yang dibentuk pasca
proklamasi kemerdekaan beserta gubernurnya dapat Anda perhatikan pada tabel berikut.

PPKI telah menjalankan tugasnya membentuk perangkat kenegaraan dengan penuh pertimbangan.
Dengan dibentuknya perangkat kenegaraan, tugas PPKI dinyatakan berakhir: Sejak 23 Agustus 1945
tugas PPKI dilanjutkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pembentukan perangkat
kenegaraan pasca-proklamasi kemerdekaan disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia pada masa
itu. Dalam

Perkembangannya, perangkat kenegaraan Indonesia mengalami berbagai perubahan.

Anda mungkin juga menyukai