Anda di halaman 1dari 5

MATERI PPKN

BPUPKI 29 APRIL 1945


Pada tanggal 29 April 1945, BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) mengadakan pertemuan yang sangat penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan ini dikenal sebagai Rapat Tonggak atau Pertemuan Raksasa BPUPKI. Pertemuan ini diadakan di
Gedung Balai Rakyat, Jakarta, dan dihadiri oleh lebih dari 60 anggota BPUPKI. Rapat tersebut digelar untuk
membahas konsep dasar negara dan pandangan-pandangan tentang pembentukan negara Indonesia yang
merdeka. Beberapa hasil penting dari pertemuan ini adalah pidato dari Soekarno, yang memberikan sebuah
konsep dasar negara yang dikenal sebagai “Pancasila”. Soekarno menyampaikan ide-idenya tentang negara
Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, seperti kebangsaan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi,
dan keadilan sosial. Selain itu, pertemuan ini juga membahas konsep-konsep negara, hak-hak asasi manusia,
dan tujuan negara. Diskusi dan perdebatan yang terjadi di pertemuan ini menjadi landasan dalam
pembentukan Piagam Jakarta, yang kemudian menjadi dasar bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan ini sangat penting karena menandai langkah awal dan konsolidasi perjuangan Indonesia menuju
kemerdekaan. Ide-ide dan rumusan dasar negara yang dihasilkan dari pertemuan ini menjadi pijakan utama
dalam proses pembentukan negara Indonesia yang merdeka setelah Perang Dunia II berakhir.

PERESMIAN BPUPKI 29 MEI 1945


BPUPKI resmi didirikan pada 29 Mei 1945. Pada tanggal tersebut, Jepang mengeluarkan Dekrit
Pemerintah No. 23, yang mengatur pembentukan BPUPKI.Pada tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI secara resmi
mulai beroperasi dengan tujuan untuk menyelidiki persiapan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI terdiri dari
62 orang anggota, yang terdiri dari berbagai latar belakang dan tokoh nasional Indonesia yang terkemuka
saat itu, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, Muhammad Yamin, dan tokoh-tokoh
lainnya. BPUPKI bergerak maju dalam melakukan penyelidikan dan penelitian, serta membahas konsep
dasar negara Indonesia yang akan menjadi dasar bagi kemerdekaan yang akan datang. Salah satu hasil
penting dari BPUPKI adalah Piagam Jakarta, yang menjadi landasan bagi pembentukan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia. Jadi, peresmian BPUPKI terjadi pada tanggal 29 Mei 1945, dan itu adalah tanggal
penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

SIDANG PERTAMA BPUPKI


Sidang pertama BPUPKI diadakan pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945di Gedung Balai Rakyat, Jakarta.
Sidang pertama ini merupakan tonggak awal dalam upaya menyusun dasar-dasar negara Indonesia yang
merdeka. Sidang pertama BPUPKI dihadiri oleh lebih dari 60 anggota yang terdiri dari berbagai latar
belakang dan tokoh nasional Indonesia yang terkemuka, seperti :
- Ir. Soekarno
- Mohammad Hatta
- Ki Hadjar Dewantara
- Muhammad Yamin, dll
Selama sidang pertama BPUPKI, beberapa hal penting dibahas, antara lain:
1. Pembacaan Dekrit Pemerintah No. 23
2. Pidato Soekarno: Soekarno memberikan pidato yang penting di sidang pertama BPUPKI. Dalam
pidatonya, ia menyampaikan konsep dasar negara yang menjadi pondasi bagi kemerdekaan Indonesia, yang
kemudian dikenal sebagai Pancasila.
3. Komite Pekerja: Sidang pertama juga membentuk Komite Pekerja yang bertugas untuk mempersiapkan
rancangan konstitusi dan menyelenggarakan sidang pleno berikutnya.
Sidang pertama BPUPKI merupakan awal dari serangkaian pembahasan yang mengarah pada
penyusunan dasar negara Indonesia yang akan dibahas lebih lanjut dalam sidang-sidang berikutnya. Sidang-
sidang BPUPKI yang berlangsung setelah sidang pertama ini terus melakukan penyelidikan dan perumusan
untuk menyusun dasar negara yang akan menjadi landasan bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

PANITIA DELAPAN 1 JUNI 1945


Pada tanggal 1 Juni 1945, BPUPKI membentuk Panitia Delapan yang bertugas untuk menyusun satu
naskah dasar negara yang akan menjadi dasar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Panitia Delapan terdiri
dari delapan orang yang dipilih dari anggota BPUPKI. Panitia Delapan terdiri dari tokoh-tokoh nasional
yang terkemuka pada saat itu, di antaranya adalah :
1. Ir. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Prof. Muhammad Yamin
4. Syahrir
5. Agus Salim
6. Abikoesno Tjokrosoejoso
7. Wahid Hasyim
8. Radjiman Wedyodiningrat.
Tugas utama Panitia Delapan adalah menyusun naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menyusun
tata cara pembentukan pemerintahan setelah proklamasi dilakukan. Selama beberapa hari, Panitia Delapan
bekerja keras untuk menyusun dan merumuskan naskah proklamasi yang nantinya akan diumumkan sebagai
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Proses penyusunan naskah proklamasi
ini melibatkan diskusi dan perundingan intensif antara anggota Panitia Delapan. Hasil dari kerja Panitia
Delapan melahirkan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis oleh Soekarno dan Mohammad
Hatta. Panitia Delapan memainkan peran penting dalam menyiapkan dasar-dasar kemerdekaan Indonesia.
Karya mereka menuntun langkah selanjutnya dalam perjuangan untuk merdeka, yang kemudian
menghasilkan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

PANITIA SEMBILAN 22 JUNI 1945


Panitia Sembilan terdiri dari sembilan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang dipilih oleh pihak
Jepang adalah :
1. Ahmad Subardjo
2. Muhammad Yamin
3. Ir. Soekarno
4. Ki Hadjar Dewantara
5. Mohammad Hatta
6. Abdul Wahid Hasjim
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. Haji Agus Salim
9. Sam Ratulangi

Tugas utama Panitia Sembilan BPUPKI adalah menyusun Rancangan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia (RUDNRI) yang nantinya akan menjadi dasar bagi negara merdeka Indonesia. Panitia
ini bekerja secara intensif selama beberapa bulan dan akhirnya berhasil menyelesaikan naskah RUDNRI
pada 18 Agustus 1945.
Naskah RUDNRI yang disusun oleh Panitia Sembilan BPUPKI kemudian menjadi dasar bagi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945. Melalui Panitia Sembilan BPUPKI, tokoh-
tokoh tersebut ikut berperan penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.
SIDANG KEDUA BPUPKI
Sidang kedua BPUPKI berlangsung dari tanggal 10-17 Juli 1945. Sidang kedua ini diadakan sebagai
bagian dari persiapan untuk merumuskan dasar negara yang akan menjadi landasan bagi kemerdekaan
Indonesia. Selama sidang kedua BPUPKI, sejumlah isu dan topik penting dibahas. Beberapa isu yang
dibahas antara lain:
1. Sistem Pemerintahan: Pada sidang ini, terjadi perdebatan mengenai sistem pemerintahan yang akan
diadopsi oleh negara merdeka Indonesia. Terdapat pendapat yang beragam, dari sistem monarki hingga
sistem presidensial.
2. Sumber Hukum: Isu mengenai sumber hukum yang akan digunakan sebagai landasan hukum negara
juga dibahas. Pilihan yang diajukan termasuk hukum Islam, hukum adat, dan hukum positif.
3. Hubungan dengan Belanda: Dalam konteks hubungan dengan pemerintah penjajah Belanda, BPUPKI
juga membahas perjanjian yang akan dibuat serta cara mengatasi konflik yang berkaitan dengan
kemerdekaan Indonesia.

Sidang kedua BPUPKI membahas sejumlah isu kompleks dan memberikan ruang bagi para anggota
untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai bentuk dan dasar negara yang diinginkan. Hasil dari
sidang kedua ini menjadi landasan penting dalam menyusun Rancangan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia yang akan diputuskan dalam sidang selanjutnya.

BPUPKI BUBAR
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) secara resmi dibubarkan pada
tanggal 7 Agustus 1945. Pembubaran ini terjadi setelah BPUPKI berhasil menyelesaikan tugas utamanya,
yaitu merumuskan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (RUDNRI) yang akan
menjadi dasar bagi negara merdeka Indonesia. Setelah BPUPKI dibubarkan, langkah selanjutnya adalah
menyampaikan naskah RUDNRI kepada pemerintah Jepang yang saat itu masih menguasai Hindia Belanda.
Rancangan ini kemudian dijadikan landasan oleh pemimpin pergerakan nasional untuk mendeklarasikan
kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikian, BPUPKI memainkan
peran yang sangat penting dalam proses persiapan dan perumusan dasar negara Indonesia pada saat menuju
kemerdekaan.

JEPANG KALAH DR SEKUTU 15 AGSTS 1945


Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, dengan penandatanganan
Instrumen Penyerahan Jepang. Penyerahan ini menandai berakhirnya Perang Dunia II di Asia Pasifik dan
terjadi setelah Jepang dinyatakan kalah dalam perang tersebut. Setelah penyerahan Jepang, Sekutu
bertanggung jawab untuk membangun kembali Jepang dan mengawasi proses demilitarisasi serta reformasi
di negara itu. Selain itu, penyerahan Jepang juga memungkinkan memberontaknya berbagai wilayah di Asia,
termasuk Indonesia, untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Meskipun Jepang secara resmi menyerah
pada tanggal 15 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan dua hari setelahnya, yaitu pada
tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini disebabkan oleh keinginan para pemimpin pergerakan nasional Indonesia
untuk memperoleh kemerdekaan sesegera mungkin, serta adanya usaha menjaga agar kekuasaan kolonial
Belanda tidak memulihkan kendali atas Indonesia dengan alasan Jepang yang dalam keadaan kacau secara
politik dan militer setelah penyerahan.
RENGASDENGKLOK 16 AGSTS 1945
merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada 16 Agustus 1945. Peristiwa ini
merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda Indonesia yang tergabung dalam
organisasi pemuda yang dikenal sebagai “Pemuda Indonesia”. Tujuan utama dari Rengasdengklok adalah
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang
Dunia II. Mereka khawatir bahwa Jepang yang saat itu menduduki Indonesia akan mencoba mengendalikan
proses kemerdekaan. Pada pukul 10.00 pagi, tokoh-tokoh pemuda seperti :
1. Soekarni
2. Sutomo
3. Lukas Kustario
berkumpul di Rengasdengklok, sebuah tempat di luar kota Jakarta. Mereka mengadakan pertemuan dan
menyepakati untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah pertemuan, mereka berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan Soekarno dan Hatta, yang saat itu
sedang ditahan oleh Belanda. Dalam perjalanan mereka ke Jakarta, mereka disergap oleh pasukan Belanda
di Desa Pegangsaan Timur, dan beberapa dari mereka ditangkap. Meskipun demikian, peristiwa
Rengasdengklok menjadi titik awal bagi gerakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang selanjutnya
dilakukan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945


Momen penting dalam sejarah Indonesia yang menandai kemerdekaan Indonesia dari penjajahan
Belanda. Pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno dan
Mohammad Hatta di Jakarta. Proklamasi tersebut secara resmi melahirkan negara Indonesia sebagai negara
merdeka dan berdaulat. Meskipun proklamasi tersebut merupakan awal menuju kemerdekaan, Indonesia
harus melalui perjuangan panjang untuk mempertahankan dan mengamankan kemerdekaannya. Proklamasi
tersebut dibacakan dengan latar belakang situasi pasca-Perang Dunia II, saat Jepang sudah kalah kepada
Sekutu. Pada saat Jepang menyerah, Belanda berkeinginan untuk kembali menguasai Indonesia sebagai
koloni mereka, namun rakyat Indonesia telah menyatakan tekad untuk mendapatkan kemerdekaan. Dalam
teks proklamasi, Soekarno dan Hatta menyatakan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia dan niat
untuk membangun negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Proklamasi ini menjadi
dasar bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan yang seutuhnya. Proklamasi 17
Agustus 1945 juga menjadi tonggak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, dan setiap tahun diperingati
sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Peringatan ini menjadi momen untuk mengenang perjuangan para
pahlawan dalam memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang kita nikmati saat ini.

SIDANG PERTAMA PPKI


Merupakan kegiatan penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI
merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang bertugas merumuskan dasar-
dasar negara dan konstitusi untuk Indonesia yang baru merdeka. Sidang pertama PPKI diadakan di Gedung
Sapta Pesona, Jakarta, dan dipimpin oleh Soekarno sebagai ketua. Pada sidang ini, PPKI membahas
beberapa hal penting, antara lain:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan: PPKI membaca dan membahas teks proklamasi yang telah
diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini bertujuan untuk menguatkan dan melegitimasi
kemerdekaan Indonesia di hadapan dunia.
2. Pembentukan komite untuk menyusun teks UUD: PPKI membentuk Komite Naskah Proklamasi yang
bertugas untuk menyusun naskah Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia yang akan menjadi
landasan negara Indonesia.
3. Penentuan wilayah kedaulatan: PPKI membahas dan menetapkan wilayah kedaulatan Indonesia. Hal ini
termasuk penentuan wilayah geopolitik, batas-batas wilayah, dan pendudukan tentara Jepang di Indonesia.
Sidang pertama PPKI merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.
Melalui sidang ini, langkah awal menuju pembentukan negara Indonesia modern telah ditempuh.

SIDANG KEDUA PPKI


Pada Sidang Kedua PPKI, 19 agustus 1945 terdapat beberapa hal penting yang dibahas, antara lain:
1. Penyusunan Rancangan Konstitusi: Sidang kedua PPKI fokus pada penyusunan rancangan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar untuk Negara Indonesia merdeka. Rancangan ini menjadi landasan bagi negara yang
baru saja merdeka.
2. Pembentukan Komite Naskah PPKI: Sidang ini membentuk Komite Naskah PPKI yang dipimpin oleh
Soepomo. Komite ini bertugas menyusun naskah Konstitusi Republik Indonesia yang nantinya akan
diadopsi oleh PPKI.
3. Pembahasan Pokok-Pokok Perjuangan: Sidang kedua PPKI juga membahas dan menyepakati Pokok-
Pokok Perjuangan yang menjadi dasar ideologi negara, yang meliputi Pancasila, UUD, dan Garuda
Pancasila.
4. Diskusi Peralihan Kedaulatan: Pada sidang ini, dibahas tentang bagaimana proses peralihan kedaulatan
dari pemerintahan Jepang ke pemerintah Indonesia yang baru dibentuk.
Sidang kedua PPKI menjadi landasan penting dalam proses pembentukan konstitusi dan negara
Indonesia yang merdeka. Keputusan-keputusan yang diambil dalam sidang ini berpengaruh langsung
terhadap arah dan struktur negara Indonesia yang kita kenal saat ini.

SIDANG KETIGA PPKI


pada tanggal 22 Agustus 1945. Sidang ini sangat penting dalam proses perumusan dasar negara
Indonesia yang baru merdeka. Pada sidang ketiga PPKI, beberapa hal penting yang dibahas antara lain:
1. Pembahasan tentang rancangan Undang-Undang Dasar (UUD): PPKI membahas rancangan UUD yang
disusun oleh Komite Naskah PPKI sebelumnya. Sidang ini bertujuan untuk melihat dan mengklarifikasi
rancangan UUD sebelum mengesahkannya.
2. Pemilihan Ketua PPKI dan Perdana Menteri: Sidang ketiga PPKI juga mencakup pemilihan Ketua PPKI
yang baru, yang pada akhirnya dipilih Dr. Soepomo. Selain itu, dilakukan juga pemilihan Perdana Menteri
pertama Indonesia yang jatuh pada Ir. Sutan Sjahrir.
3. Pembentukan Panitia Kecil Sidang PPKI: Pada sidang ini, PPKI membentuk Panitia Kecil yang bertugas
mengatur dan mempersiapkan agenda-agenda sidang berikutnya serta mengecek dan menyebarluaskan hasil-
hasil keputusan sidang sebelumnya.
Sidang Ketiga PPKI menjadi salah satu tonggak penting dalam merealisasikan kemerdekaan Indonesia.
Pembahasan rancangan UUD dan pemilihan pimpinan merupakan langkah penting dalam membangun dasar
negara yang kokoh. Sidang demi sidang PPKI kemudian terus dilakukan untuk membentuk landasan
konstitusi dan membangun institusi negara yang dibutuhkan untuk mengatur dan menyelenggarakan negara
Indonesia secara mandiri. Terima kasih telah memperjelasnya, dan mohon maaf atas kesalahan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai