Anda di halaman 1dari 26

“INDONESIA DARI MASA KEMERDEKAAN HINGGA REFORMASI”

Oleh : Mujiati, S.Pd

A. Masa Kemerdekaan (1945–1950)


Setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia
yang kita cintai. Tahukah kalian kenapa kita selalu melakukan peringatan itu? Peringatan hari
kemerdekaan merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
menganugrahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Peringatan ini juga merupakan
ungkapan terima kasih kepada pahlawan bangsa yang telah dengan Ikhlas mengorbankan
harta, jiwa dan raga demi tercapainaya kemerdekaan.
Kemerdekaan telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan bangsa
Indonesia diberbagai bidang, baik dibidang Pendidikan, ekonomi, politik maupun sosial.
Pada bab ini kita akan belajar perkembangan Masyarakat Indonesia mulai Kemerdekaan
hingga reformasi.

1. Proklamasi Kemerdekaan

Sumber: https://images.app.goo.gl/FMHzhWNPYbiyzAT26

Hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 diproklamirkan oleh Presiden pertama


Indonesia Ir. Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta atas nama bangsa Indonesia.
Proklamasi Indonesia memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Proklamasi
ini merupakan hasil perjalanan panjang dan merupakan puncak dari serangkaian perjuangan
melawan penjajah. Kemerdekaan berarti bangsa Indonesia memperoleh kebebasan yang
seutuhnya, bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa asing. Usaha untuk
meraih kemerdekaan Indonesia secara tidak langsung mengajarkan pentingnya pendidikan
bagi generasi penerus bangsa. Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
menandakan kelahiran sumber hukum di Indonesia yang mengatur ketatanegaraan secara
menyeluruh. Cita-cita bangsa yang tercantum dalam proklamasi kemerdekaan menjadi arah
tujuan bangsa.
Untuk memperluas wawasan tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia, kalian simak uraian
di berikut ini!

a. Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Akhir tahun 1944, kondisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik semakin terdesak. Satu per satu
daerah jajahannya dikuasai Sekutu. Untuk itu, Jepang mencari dukungan kepada bangsa-
bangsa yang diduduki. Untuk menarik simpati Indonesia pada tanggal 7 September 1944
Perdana Mentri Jendral Kuniaki Koiso didepan Parlemen Jepang ia menjanjikan
Kemerdekaan kepada Indonesia.
Sebagai pembuktiannya, ia mengijinkan pengibaran bendera merah putih di kantor kantor,
tetapi harus berdampingan dengan bendera Jepang.
1) Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)
Langkah kongkrit janji yang diucapkan Perdana Mentri Jendral Kuniaki Koiso, pada1 Maret
1945, diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI). BPUPKI terdiri 63 orang, yang diketuai Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
Dalam kegiatannya BPUPKI mengadakan sidang dua kali. Sidang pertama dilaksanakan pada
29 Mei–1 Juni 1945 dan sidang kedua dilaksanakan pada 10–17 Juli 1945.
a). Sidang Pertama BPUPKI
Sidang pertama BPUPKI membahas tentang rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Untuk
memperoleh rumusan dasar negara yang tepat, maka agenda dalam sidang ini adalah
mendengarkan pidato dari tiga tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yaitu Mr.
Mohammad Yamin, Mr Soepomo, dan Ir Soekarno.
Mr. Mohammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 mengemukakan 5 dasar Indonesia
Merdeka yaitu:
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.
Mr Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 mengemukakan 5 dasar Indonesia Merdeka yaitu:
1. Persatuan;
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;
4. Musyawarah;
5. Keadilan Rakyat.
Ir Soekarno pada tanggal 1 Juli 1945 mengemukakan 5 dasar Indonesia Merdeka yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan;
3. Mufakat atau Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan lima sila dasar Indonesia Indonesia Merdeka yang diuraiakan oleh Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 dikenal dengan nama Pancasila. Peristiwa ini diperingati dengan
ditetapkannya tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.
Sampai akhir sidang pertama ini, belum ada titik temu rumusan dasar negara Republik
Indonesia yang tepat. Oleh karena itu, dibentuklah panitia kecil yang beranggota Sembilan
orang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini dinamakan ‘Panitia Sembilan’.Tugasnya adalah
mengolah usulan dari anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.
Pertemuan Panitia Sembilan menghasilkan rumusan yang disebut Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta, yang disetujui secara bulat dan ditandatangani pada 22 Juni 1945.
b). Sidang Kedua BPUPKI
Sidang kedua membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD). Sidang ini mayoritas
peserta menyepakati bentuk negara dengan bentuk Republik. Selanjutnya BPUPKI
membentuk panitia kecil yang beranggotakan 19 orang untuk mempercepat kerja sidang.
Panitia ini bernama Panitia Perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno. Panitia ini
menyetujui Piagam Jakarta menjadi inti pembukaan UUD. Panitia Perancang UUD juga
menyusun panitia lebih kecil beranggotakan 7 orang yang diketuai oleh Soepomo untuk
merumuskan batang tubuh UUD. Pada tanggal 14 Juli 1945 Panitia Perancang UUD yang
diketuai Soekarno melaporkan hasil kerja panitia yaitu:
• Pernyataan Indonesia Merdeka.
• Pembukaan Undang-Undang Dasar.
• Batang Tubuh UUD.
Dengan demikian, Panitia Perancang UUD telah selesai dalam tugasnya. Pada tanggal 16 Juli
1945, BPUPKI menerima dengan bulat naskah Undang-Undang Dasar yang dibentuk Panitia
Perancang UUD.
2). Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya,
yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia. Selanjutnya
dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ketua PPKI adalah Ir.
Soekarno dan wakilnya
Drs. Mohammad Hatta, sebagai penasihat diangkat Mr. Achmad Subardjo. Pada awal
pembentukannya, jumlah anggota PPKI terdiri atas 21 orang, kemudian ditambah 6 orang,
jadi jumlahnya 27 orang. Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan
dengan hal-hal pergantian kekuasaan dari pihak Jepang kepada bangsa Indonesia.

Sumber: https://upload.wikimediaorg
Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945

Secara simbolis, PPKI dikukuhkan oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945
dengan menghadirkan tiga tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs.Mohammad Hatta, dan Dr.
Radjiman Wiedyodiningrat ke Saigon/Dalat, Vietnam untuk menerima kabar tentang
kemerdekaan Indonesia. Kabar tersebut, berupa pelaksanaan kemerdekaan dapat
dilaksanakan dengan segera dan wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan
Hindia Belanda.
b. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini dilatarbelakangi peristiwa menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu pada
tanggal 14 Agustus 1945. Berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu diketahui oleh Sutan
Syahrir dan beberapa tokoh pemuda. Para pemuda berpendapat bahwa dengan menyerahnya
Jepang kepada Sekutu, Wilayah Indonesia dalam kondisi Vacum of Power (kekosongan
kekuasaan) Kemudian Sutan Syahrir dan beberapa tokoh pemuda segera menemui
Mohammad Hatta yang saat itu baru tiba dari Dalat, Vietnam. Bersama Mohammad Hatta,
Sutan Syahrir dan beberapa pemuda menemui Soekarno di rumahnya. Mereka mengusulkan
Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI karena
Sekutu akan menggangap kemerdekaan Indonesia sebagai suatu kemerdekaan hasil
pemberian Jepang. Usulan tersebut tidak mendapat persetujuan Soekarno-Hatta. Mereka
berpendapat proklamasi kemerdekaan harus melalui PPKI sesuai dengan konteks maklumat
Jepang, yaitu pada tanggal 24 Agustus 1945. Mereka beranggapan meskipun Jepang telah
kalah, namun kekuatan militernya di Indonesia harus dipertimbangkan untuk menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan. Perbedaan sikap ini mendorong para pemuda kembali bermusyawarah,
pada pukul 24.00 menjelang 16 Agustus 1945. Hadir dalam musyawarah tersebut, Sukarni,
Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Syudanco Singgih, dan dr. Sucipto. Hasil
musyawarah menyepakati untuk mengamankan Soekarno-Hatta ke luar kota agar jauh dari
pengaruh Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Soekarno-Hatta dibawa para pemuda Rengasdengklok,
Karawang, Jawa Barat. Di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan rombongannya disambut
baik oleh pasukan Peta yang dipimpin Syudanco Subeno. Para pemuda mendesak Soekarno-
Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan tidak berhasil. Kedua tokoh golongan tua
tersebut mempunyai wibawa yang cukup besar. Soekarno-Hatta tetap pada pendapatnya
untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum ada pernyataan resmi menyerahnya
Jepang kepada Sekutu. Selain itu, kemerdekaan tetap harus dibicarakan dulu dalam sidang
PPKI. Di tengah suasana tersebut, dating Ahmad Soebardjo dan sekretaris pribadinya, Sudiro
pada pukul 17.30 WIB. Ahmad Soebardjo memberitahukan kebenaran berita menyerahnya
Jepang kepada Sekutu. Mendengar berita itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia
memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta. Ahmad Soebardjo menjaminkan nyawanya
sendiri kepada para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari
paling lambat jam 12.00 WIB. Dengan jaminan tersebut, Syudanco Subeno bersedia
membebaskan Soekarno-Hatta.
c. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Malam hari, 16 Agustus 1945, pukul 23.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan tiba di
Jakarta., lalu menuju rumah kediaman Laksamana Maeda. Tempat ini dianggap aman dari
ancaman militer Jepang, karena Laksamana Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung
Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Maeda rumusan teks
proklamasi disusun. Ir. Soekarno menulis konsep teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
yang akan baca esok harinya. Moh. Hatta danAhmad Subardjo menyumbangkan pikirannya
secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi adalah ide Ahmad Subardjo sedangkan
kalimat terakhir merupakan ide dari Muh. Hatta. Kalimat pertama merupakan kehendak
Bangsa Indonesia untuk merdeka, dan kalimat kedua berisi mengenai pemindahan kekuasaan.
Pada pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan hasil rumusan tersebut. Akhirnya, seluruh
tokoh yang hadir menyetujui secara bulat konsep proklamasi tersebut. Permasalahan muncul
mengenai siapa yang harus menandatangani teks proklamasi. Hatta mengusulkan agar teks
proklamasi itu ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia.
Sukarni dari golongan muda mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu
ditandatangani oleh semua yang hadir, tetapi cukup oleh Soekarno dan Hatta saja atas nama
bangsa Indonesia. Sukarni juga mengusulkan agar Soekarno yang membacakan teks
proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni disetujui, kemudian Soekarno meminta kepada
Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan beberapa perubahan yang telah
disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah hasil ketikan Sayuti Melik, yaitu:
1) Kata “tempoh” diganti menjadi “tempo”.
2) Kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”.
3) Penulisan tanggal yang tertera “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen ‘05”.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakukan di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Usulan itu diterima. Pertemuan kemudian bubar setelah
penentuan waktu upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus
1945 pukul 10.00 WIB.

d. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Proklamasi merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan bangsa
Indonesia merupakan langkah awal untuk menata diri agar diakui keberadaannya oleh dunia
internasional.
Sejak pagi tanggal 17 Agustus 1945, persiapan upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan
dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Halaman kediaman Soekarno sudah dipadati
oleh massa menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi memerintahkan kepada
Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara. Latif dalam
melaksanakan pengamanan dibantu oleh Arifin Abdurrahman untuk mengantisipasi gangguan
tentara Jepang.
Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai. Setelah pidato
dan pembacaan proklamasi selesai, kemudian dilakukan pengibaran bendera Merah Putih
oleh Latief Hendraningrat dan S.Suhud. Rakyat yang hadir serentak mengumandangkan lagu
kebangsaan Indonesia Raya. Upacara proklamasi ditutup oleh sambutan Wali Kota Jakarta,
Suwiryo dan dr. Muwardi.
Peristiwa Proklamasi yang sangat bersejarah tersebut berlangsung secara sederhana dan
hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Namun peristiwa tersebut membawa pengaruh yang
luar biasa hebatnya bagi bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan ini merupakan tonggak
berdirinya negara Republik Indonesia yang Merdeka dan berdaulat.
e. Sambutan Rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan Puncak perjuangan bangsa dari
belenggu penjajahan Sebagian besar rakyat Indonesia dapat dengan cepat menanggapi makna
dari proklamasi itu. Namun demikian, ada juga yang menanggapi kemerdekaan adalah bebas
dari segala-galanya, sehingga mereka bersikap melawan kekuatan yang selama ini
membelenggunya. Sikap inilah yang pada gilirannya memunculkan perlawanan-perlawanan
baik terhadap tentara Jepang maupun kepada penguasa pribumi yang pada zaman kolonial
Belanda maupun Jepang berpihak kepada penjajah.
1). Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Proklamasi Indonesia didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Para pemuda yang dipelopori
oleh Komite van Aksi Menteng 31, di pusat, dalam hal ini Jakarta menginginkan pemimpin
perjuangan kemerdekaan bersedia bertemu dengan rakyat dan berbicara di hadapan mereka
mengenai kemerdekaan Indonesia sebagai puncak perjuangan bangsa. Rencana ini dilakukan
dengan dua cara yaitu persiapan pengerahan massa dan menyampaikan aksi itu kepada
presiden. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta yang terpilih secara aklamasi
oleh PPKI, menyetujui rencana tersebut, demikian juga dengan para menteri yang telah
dilantik.
Masalah yang menjadi perhatian adalah sikap tentara Jepang dengan rencana tersebut.
Presiden harus mempertimbangkan rencana tersebut dengan matang agar tidak terjadi
bentrokan dengan massa. Presiden memutuskan untuk mengadakan sidang kabinet di
kediaman presiden. Sidang kabinet diselenggarakan pada tanggal 9 September 1945 dan
berlangsung sampai tengah malam, sehingga sidang ditunda sampai pukul 10.00 pagi
keesokan harinya. Pada pagi harinya sidang dilanjutkan lagi di Lapangan Banteng Barat dan
dihadiri oleh para pemimpin pemuda atau para pemimpin Badan Perjuangan. Para pemimpin
pemuda menghendaki agar pertemuan antara pemimpin bangsa dengan rakyatnya tidak
dibatalkan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan rapat menyetujui rencana itu. Presiden
dan wakil presiden serta para menteri kemudian menuju ke Lapangan Ikada. Ternyata
lapangan Ikada telah dipenuhi oleh massa yang lengkap dengan senjata tajam. Tampak pula
tentara Jepang bersiap siaga senjata lengkap dan tank-tanknya. Melihat kondisi ini tampaknya
bentrokan antara pasukan Jepang dengan massa dapat terjadi sewaktu-waktu. Mobil presiden
dan wakil presiden diberhentikan sebentar oleh komandan jaga sebelum dipersilahkan masuk
ke Lapangan Ikada. Soekarno menuju panggung dan menyampaikan pidato singkat setelah
memasuki Lapangan Ikada. Soekarno meminta dukungan dan kepercayaan kepada seluruh
rakyat Indonesia untuk mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaannya, patuh, dan disiplin dalam
pidatonya. Soekarno juga memerintahkan massa untuk bubar dengan tertib. Imbauan tersebut
ternyata dipatuhi oleh massa yang memadati Lapangan Ikada. Melihat fenomena ini, rapat
raksasa di Lapangan Ikada ini adalah manifestasi pertama dari kewibawaan pemerintah
Republik Indonesia kepada rakyatnya. Sekalipun rapat ini berlangsung singkat, tetapi telah
berhasil mempertemukan rakyat dengan para pemimpinnya dan sekaligus memberikan
kepercayaan rakyat kepada para pemimpinnya.
2). Tanggapan di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi
Berita proklamasi secara singkat menyebar ke pelosok daerah di Indonesia. Pekik merdeka
menjadi salam masyarakat Indonesia di setiap gang, pasar, Lembaga pendidikan, dan
berbagai tempat umum lainnya. Rasa syukur atas proklamasi kemerdekaan dilakukan dengan
berbagai cara. Doa syukur berkumandang di tempat-tempat ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinannya. Rasa syukur terhadap kemerdekaan bukan hanya diucapkan dengan lisan,
tetapi juga dibuktikan dengan perbuatan. Semangat kemerdekaan telah membakar keberanian
rakyat Indonesia di berbagai daerah.

2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia


Langkah yang diambil para pemimpin bangsa sehari setelah proklamasi kemerdekaan, adalah
segera membentuk lembaga pemerintahan dan kelengkapan negara. PPKI segera
menyelenggarakan rapat-rapat yang menghasilkan beberapa keputusan penting yaitu sebagai
berikut:
a. Pengesahan UUD 1945
Rapat PPKI menyetujui Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta
yang dibuat oleh BPUPKI menjadi rancangan awal, dan dengan sedikit perubahan disyahkan
menjadi UUD yang terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan.
Dengan demikian, Indonesia memiliki landasan hukum yang kokoh dalam hidup bernegara
dengan menentukan arah tujuanya sendiri.

b. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden


Soekarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik
Indonesia yang dipilih secara aklamasi dalam musyawarah untuk mufakat. Lagu kebangsaan
Indonesia Raya mengiringi penetapan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
c. Pembagian Wilayah Indonesia
Tanggal 19 Agustus 1945 Rapat PPKI memutuskan pembagian wilayah Indonesia menjadi
delapan propinsi di seluruh bekas jajahan Hindia Belanda. Kedelapan provinsi tersebut adalah
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan
Kalimantan.
d. Pembentukan Kementerian
Hasil rapat Panitia Kecil yang dipimpin Mr. Ahmad Subarjo mengajukan adanya 13
kementerian. Pada 2 September 1945, dibentuk susunan kabinet RI yang pertama. Kabinet ini
merupakan kabinet presidensial yang bertanggung jawab kepada presiden. Anggotanya
diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Tugasnya membantu presiden dalam menjalankan
pemerintahan sesuai yang diamanatkan UUD 1945.
Susunan kabinet RI yang pertama adalah sebagai berikut.
N Kementerian Pejabat
O
1. Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri Soebardjo
3. Menteri Keuangan A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman Soepomo
5. Menteri Kemakmuran Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat Supriyadi
7. Menteri Kesehatan dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran Ki Hajar Dewantara
9. Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin
10. Menteri Sosial Iwa Kusumasumantri
11. Menteri Pekerjaan Umum Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan a.i. Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara Hasyim
14. Menteri Negara Otto Iskandardinata
15. Menteri Negara Mr. R.H. Sartono
16. Menteri Negara M. Amir

Selain itu, diangkat pula empat pejabat negara yang mengepalai lembaga negara, antara lain:
Kusumahatmaja (Mahkamah Agung), Gatot Tarunamiharja (Jaksa Agung), A.G.
Pringgodigdo (Sekretaris Negara), dan Sukarjo Wiryopranoto (Juru Bicara Negara).
e. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Tanggal 22 Agustus 1945 PPKI juga menyelenggarakan rapat untuk membentuk KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) untuk mengantikan PPKI. Soekarno dan Hatta
mengangkat 135 orang anggota KNIP yang merupakan cerminan keadaan masyarakat
Indonesia. Semua anggota PPKI selain Soekarno dan Hatta menjadi anggota KNIP. KNIP
dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. KNIP mempunyai tugas dan wewenang menjalankan
fungsi pengawasan dan ikut serta dalam menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
f. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Tanggal 23 Agustus, Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai badan kepolisian yang
bertugas menjaga keamanan disahkan secara resmi oleh Presiden Soekarno. Sebagian besar
anggota BKR terdiri dari eks anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Pada tanggal 5 Oktober BKR
berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Supriyadi (tokoh perlawanan tentara
PETA terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar itu, Oerip
Sumihardjo membentuk Markas Besar TKR yang berpusat di Yogyakarta.

3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia ternyata harus
menghadapi Belanda yang masih ingin kembali berkuasa di Indonesia. Dalam
mempertahankan kemerdekaan,itu bangsa Indonesia melakukan berbagai Upaya diantaranya:.
a. Perjuangan Fisik
1). Insiden Hotel Yamato
Sumber: https://iwandahnial.files.
wordpress.com/
2009/08/oranye.jpg
Suasana Pertempuran Insiden Hotel Yamato

Insiden Hotel Yamato merupakan moment perobekan bendera merah-putih-biru (bendera


Belanda) menjadi merah-putih (bendera Indonesia). Insiden ini terjadi pada tanggal 19
September 1945 di Hotel Yamato, Surabaya. Kronologi insiden ini diawali oleh tindakan
beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera merah-putih-biru (bendera Belanda) di
tiang bendera Hotel Yamato. Tindakan ini menyulut emosi rakyat Surabaya. Mereka
berbondong-bondong ke hotel itu dan berusaha untuk menurunkan bendera tersebut.
Akhirnya, bendera Belanda berhasil diturunkan dan bagian bendera yang berwarna biru
dirobek. Kemudian bendera merah- putih dikibarkan kembali (sebagai bendera Indonesia).
Pengibaran bendera Merah Putih diiringi dengan pekik ‘Merdeka’ berulang-ulang
2). Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya adalah rangkaian peristiwa pertempuran yang terjadi antara tentara
Indonesia dan tentara Sekutu yang berlansung sejak tanggal 27 Oktober sampai 20 November
1945. Puncak pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 November 1945.
Pada 25 Oktober 1945 di Surabaya kedatangan Brigade 49/Divisi India ke-23 tentara Sekutu
di bawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Tugas pasukan ini menyelamatkan
para tahanan perang Sekutu di Indonesia dan melucuti tentara Jepang.
Awalnya pihak Indonesia menyambut baik kedatangan Sekutu. Tetapi setelah diketahui
bahwa NICA ikut bersama rombongan tentara sekutu, muncullah perlawanan rakyat
Indonesia melawan tentara Sekutu.
Pada peristiwa bentrokan yang terjadi pada tanggal 30 Oktober 1945, antara tentara
Indonesia dengan tentara Inggris. Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas. Hal ini memicu
tentara Sekutu mendatangkan pasukan besar-besarn ke Surabaya. Pasukan tersebut dipimpin
Mayor Jenderal R.C. Mansergh.
Pada tanggal 9 November 1945, pihak sekutu mengultimatum rakyat Surabaya agar
pembunuh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby menyerahkan diri paling lambat pukul 06.00
tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut sengaja diabaikan karena dianggap menghina
pejuang Indonesia.
Pada tanggal 10 November 1945, tentara Inggris mengadakan serangan besar-besaran yang
melibatkan lebih dari 30.000 pasukan, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Tentara Inggris beranggapan perlawanan rakyat Surabaya dapat dilumpuhkan dengan singkat.
Di luar dugaan tentara Inggris, para pelopor pemuda seperti Bung Tomo dan tokoh-tokoh
agama yang terdiri dari para kyai dan ulama terus menyerukan semangat perlawanan pejuang
Surabaya hingga perlawanan terus berlanjut hingga beberapa minggu.
Walaupun kota Surabaya akhirnya berhasil dikuasai tentara Sekutu, namun Pertempuran
Surabaya ini menjadi simbol nasional atas perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.
Untuk mengingat peristiwa heroik di Surabaya tersebut, tanggal 10 November diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
3). Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi di Semarang, antara rakyat Indonesia di Semarang dengan tentara.
Peristiwa ini bermula saat para tawanan veteran angkatan laut Jepang dipindahkan dari
Cepiring ke Bulu. Pemindahan ini dikawal ketat oleh polisi Indonesia. Di tengah jalan
mereka memberontak dan melarikan diri. Kemudian mereka bergabung dengan batalyon
Jepang yang dipimpin oleh Mayor Kido yang masih bersenjata di Jatingaleh, Semarang. Pada
tanggal 14 Oktober 1945, tersebar isu bahwa Jepang meracuni cadangan air minum di Candi,
Semarang. Selaku kepala laboratorium pusat Rumah Sakit Rakyat Dr Karyadi memberanikan
diri untuk memeriksa air minum tersebut. Namun, ketika hendak memeriksa, Jepang
menembaknya hingga tewas. Gugurnya Dr Karyadi membuat para pemuda marah dan
menyerang Jepang. Pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat yang dibantu Barisan
pemuda dengan tentara Jepang tersebut berlangsung tanggal 15 sampai dengan 20 Oktober
1945. Untuk mengakhiri pertempuran ini Kasman Singodimedjo dan Mr. Sartono sebagai
wakil Indonesia dan Letnan Kolonel Nomura mengadakan sebuah perundingan.
4). Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel
tiba di Semarang. Kedatangan mereka bertujuan untuk mengurus tawanan perang tentara
Jepang yang ada di Jawa Tengah dan melucuti senjata tentara Jepang. Awalnya Gubernur
Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro menyambut kedatangan mereka dengan baik, bahkan
menyepakati menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas tersebut
asalkan tentara sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Indonesia. Tanpa disadari
pihak Indonesia, ternyata tentara NICA.berada diantara tentara Sekutu. Ketika mereka
membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan Ambarawa, para tawanan tersebut
dipersenjatai sehingga menjadikan kemarahan dari pihak Indonesia. Kemudian terjadilah
insiden pertempuran terbuka di Magelang dan Ambarawa. Ketika tentara Sekutu ingin
menduduki dua desa di sekitar Ambarawa, pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol
Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas berusaha membebaskan dua desa tersebut. Letkol
Isdiman gugur dalam insiden ini. Gugurnya Letkol Isdiman membuat Panglima devisi
Banyumas terjun langsung memimpin pertempuran. Tanggal 12 Desember 1945, Kolonel
Sudirman mengadakan perundingan dengan para Komandan TKR dan Laskar. Pada tanggal
12 Desember 1945 pasukan Indonesia mengadakan serangan terhadap tentara Sekutu di
Ambarawa. Pertempuran berlangsung sengit, pasukan Indonesia menggunakan taktik gelar
supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga tentara Sekutu benar-benar
terkepung.
Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan Indonesia berhasil menguasai kota Ambarawa
mengalahkan tentara Sekutu. Untuk mengenang kemenagan dalam pertempuran ini
didirikannya Monumen Palagan di Ambarawa.
5). Bandung Lautan Api
Peristiwa ini diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu yang dipimpin Brigadir Mac Donald
di kota Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945 yang tujuannya adalah membebaskan
tawanan perang melucuti senjata tentara Jepang. Sejak awal kedatangan pasukan sekutu tidak
disambut dengan baik karena pihak Sekutu menuntut rakyat Bandung untuk menyerahkan
senjata yang dirampasnya dari tentara Jepang. Tuntutan tersebut diabaikan oleh rakyat
Bandung sehingga menimbulkan bentrokan. Pertentangan keduanya semakin meruncing,
pada tanggal 23 Maret 1946 meletus pertempuran antara rakyat Bandung melawan di Desa
Dayeuhkolot, sebelah selatan kota Bandung yang merupakan Gudang amunisi besar milik
tentara sekutu. Dalam pertempuran ini, dua orang pejuang Indonesia bernama Muhammad
Toha dan Ramdan gugur dalam usaha meledakkan gudang senjata Sekutu. Akhirnya Adanya
insiden ini keadaan kota Bandung semakin tidak aman. Akhirnya pemerintah Republik
Indonesia memerintahkan kota Bandung dikosongkan dan mengungsi didaerah pegunungan.
Sebelum meninggalkan Bandung, TRI dan rakyat membakar kota Bandung. Peristiwa ini
dikenang sebagai Bandung Lautan Api.
6). Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area merupakan sebuah peristiwa perlawanan rakyat Medan, Sumatra
Utara terhadap tentara Sekutu. Pada tanggal 9 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly
memimpin pasukan sekutu tiba di kota Medan. Kedatangan pasukan Sekutu ini ternyata
diboncengi oleh tentara NICA yang bermaksud untuk mengambil alih pemerintahan. tersebut
memicu perlawanan rakyat di kota Medan.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara para pemuda dengan pasukan
Sekutu. Para pemuda menyerbu gedung-gedung pemerintahan yang dikuasai Sekutu.
Pertempuran ini kemudian menjalar kota lainnya, seperti Pematang Siantar dan Brastagi.
Agar tidak terjadi insiden yang terlalu sering maka 18 Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan
larangan agar rakyat tidak membawa senjata dan senjata yang ada harus diserahkan,
Selanjutnya untuk menunjukkan daerah kekuasaan Sekutu pada 1 Desember 1945, tentara
sekutu mereka memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Areas di
pinggiran Kota Medan. Pemasangan papan-papan itu mengkaibatkan istilah Medan Area
menjadi terkenal. Seringnya pemuda melakukan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA,
menyebabkan kota Medan menjadi tidak aman. .
Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu mengadakan operasi militer besar-besaran terhadap
para Pejuang Indonesia dengan menyertakan pesawat-pesawat tempurnya. Para pejuang
membalas serangan sehingga menimbulkan berbagai bentrokan di seluruh kota yang menelan
banyak korban dari kedua pihak.
7). Pertempuran Puputan Margarana.
Pertempuran Pertempuran Puputan Margarana ini terjadi di Bali diawali dengan kedatangan
pasukan Belanda berjumlah sekitar 2000 tentara beserta tokoh-tokoh yang akan bekerja sama
dengan Belanda. Tujuan kedatangan Belanda ke Bali adalah untuk membantu pendirian
sebuah negara boneka yaitu Negara Indonesia Timur. Belanda membujuk Letkol I Gusti
Ngurah Rai agar bergabung. Namun, Letkol I Gusti Ngurah Rai menolaknya. Pada 18
November 1946, I Gusti Ngurah Rai menyerbu kedudukan Belanda di daerah Tabanan. Satu
detasemen polisi bersenjata lengkap berhasil dilumpuhkan. Untuk menghadapi pasukan I
Gusti Ngurah Rai, Belanda memobilisasi pasukan yang berada di Bali dan Lombok.
Pada tanggal 20 November 1945 pasukan I Gusti Ngurah Rai melakukan pertempuran
‘puputan’ atau pertempuran habis-habisan. Mereka bertekad pantang mundur sampai titik
darah penghabisan. Pertempuran berakhir dengan gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai
bersama 96 orang pasukannya. Sedangkan di pihak Belanda, kurang lebih sebanyak 400
tentara Belanda tewas dalam pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa pertempuan ini,
didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa di daerah medan pertempuran.
8). Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan ini terjadi pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan ini untuk menunjukkan kepada
dunia internasional bahwa Republik Indonesia cukup tangguh dalam mempertahankan
kemerdekaan, walaupun ibu kotanya telah diduduki oleh Belanda. Serangan Umum 1 Maret
1949 dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade 10/Wehkreise III yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Soeharto, yang sebelumnya mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengku
Buwono IX (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta). Malam hari menjelang 1 Maret 1949,
pasukan- TNI telah merapat di kota dan sedikit demi sedikit mulai disusupkan ke dalam kota.
Pagi harinya sekitar pukul 06.00 WIB sewaktu sirine berbunyi yang menandakan jam malam
berakhir, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Pasukan Belanda tidak mengira akan
ada serangan mendadak tersebut, sehingga dalam waktu singkat pasukan TNI berhasil
memukul mundur pasukan Belanda keluar Yogyakarta.
Dalam Serangan ini TNI berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Peristiwa ini
mampu mematahkan anggapan Belanda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah
tidak ada. Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 mengundang dukungan internasional
kepada bangsa Indonesia. Peristiwa ini juga menjadi pendorong berubahnya sikap pemerintah
Amerika Serikat terhadap Belanda. Pemerintah Amerika Serikat yang awalnya berpihak pada
Belanda, berbalik menekan Belanda untuk segera melakukan perundingan dengan pihak RI.
Oleh karena kedudukan pasukan Belanda semakin terdesak oleh gerilyawan dan karena
desakan pemerintah Amerika Serikat maka akhirnya pihak Belanda bersedia berunding.
b. Perjuangan Diplomasi
Perjuanga fisik yang dilakukan Bangsa Indonesia menunjukkan bahwa Kemerdekaan
Indonesia yang diraih merupakan sesuatu yang harus dipertahankan dan diperjuangkan.
Selain dengan perjuangan secara fisik bangsa Indonesia menunjukan sikap dan etikat yang
baik dalam menyelesaikan perselisihan dengan pihak Belanda dengan diplomasi.
Adapun upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam mempertahankan Kemerdekaan
adalah sebagai berikut:
1). Perundingan Linggajati
Perundingan Linggajati dilaksanakan pada tanggal 10 November 1946. Perundingan ini
merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Linggajati,
Kuningan, Jawa Barat. Perundingan ini menghasilkan kesepakatan yang ditandatangani
secara resmi oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. Adapun perundingan Linggajati
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Delegasi Indonesia
Sutan Syahrir (Ketua Delegasi)
Belanda
Wim Schermerhorn (Ketua Delegasi)
Inggris
Lord Killearn (Mediator perundingan)
Kesepakatan  Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia,yaitu,
Sumatra, Jawa, dan Madura.
 Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia sebelum
tanggal 1 Januari 1949.
 Republik Indonesia dan Belanda membentuk Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS), yang mana salah satu negara bagiannya
adalah Republik Indonesia.
 Dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), Indonesia harus
tergabung dalam Commonwealth /persemakmuran Indonesia-Belanda
dan ratu Belanda sebagai ketuanya
Dampak Bagi  Republik Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari beberapa
Indonesia negara, diantaranya Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon,
Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni
Soviet.
 Muncul pihak yang mendukung dan menolak hasil perundingan
dikalangan rakyat Indonesia. Sebagian rakyat Indonesia
beranggapan hasil perundingan merugikan Indonesia.

Walaupun Persetujuan Linggajati telah ditandatangani, hubungan Indonesiaa-Belanda tidak


membaik. Pangkal perselisihan adalah Perbedaan penafsiran mengenai beberapa pasal.
Perbedaan itu misalnya Belanda beranggapan bahwa Belanda berdaulat atas wilayah
Indonesia sebelum RIS terbentuk, sementara Indonesia beranggapan bahwa Indonesia yang
berdaulat sebelum RIS terbentuk.
Belanda mempertahankan penafsiran tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan
serangan secara tiba-tiba terhadap daerah-daerah yang menjadi wilayah RI sesuai hasil
Perjanjian Linggajati, pada 21 Juli 1947. Peristiwa ini dikenal dengan nama Agresi Militer
Belanda I.
Pada Agresi Militer I, Belanda menguasai Jawa Barat, Sebagian Jawa Tengah sebelah Utara,
sebagian Jawa Timur, Madura, dan Sebagian Sumatra bagian Timur. Untuk menghadapi hal
tersebut, pasukan TNI melancarkan taktik gerilya. Dengan taktik ini ruang gerak pasukan
Belanda menjadi terbatas. Gerakan pasukan Belanda hanya berada di kota-kota besar dan
jalan-jalan raya, sedangkan di luar kota dikuasai pasukan TNI
2). Perundingan Renville
Agresi Militer I mendapat reaksi keras dari dunia internasional, terutama dalam forum PBB.
Dalam rangka usaha penyelesaian damai, maka Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi
Tiga Negara (KTN) yang anggotanya adalah:
 Australia (pilihan dari Indonesia) diwakili oleh Richard Kirby,
 Belgia (pilihan Belanda) diwakili oleh Paul van Zeeland,
 Amerika Serikat (pilihan Indonesia dan Belanda) diwakili oleh Frank Porter Graham.
KTN mengusulkan sebuah perundingan yang diselenggarakan di atas geladak kapal Angkatan
Laut Amerika Serikat yang bernama USS Renville yang berlabuh di teluk Jakarta. Sehingga
perundingan ini dikenal dengan nama perundingan Renville. Adapun perundingan Linggajati
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Delegasi Indonesia
Amir Syarifuddin Harahap (Ketua Delegasi)
Belanda
Abdul Kadir Widjojoatmodjo (Ketua Delegasi)
KTN
• Frank Porter Graham
• Richard Kirby ( Mediator perundingan)
Kesepakatan  Penghentian tembakmenembak.
 Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
 Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah
Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
 TNI harus keluar dari kekuasaan Belanda di Jawa Barat dan
Jawa Timur.
 Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-
daerah yang didudukinya dengan melalui masa peralihan
terlebih dahulu.
Dampak Bagi Wilayah Indonesia semakin sempit dan dikelilingi oleh wilayah-
Indonesia wilayah kekuasaan Belanda

3). Perundingan Roem–Royen


Pada sidang PBB yang diadakan tanggal tanggal 22 Desember 1948 dalam rangka mengatasi
agresi militer Belanda I, menghasilkan sebuah resolusi untuk mendesak supaya dihentikan
permusuhan antara Indonesia dan Belanda, seta pemimpin Indonesia yang ditahan segera
dibebaskan. KTN diberi tugas untuk mengawasi pelaksanaan resolusi tersebut. Untuk
meluaskan kewenangannya, maka KTN berubah nama menjadi UNCI (United Nations
Commission for Indonesia) yang diketuai oleh Merle Cochran. UNCI berinisiatif, agar
diadakan perundingan Republik Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 14 April 1949
Perundingan ini diadakan di Hotel Des Indes, Jakarta. Yang dikenal dengan perundingan
Roem–Royen, Adapun perundingan Roem Royen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Delegasi Indonesia
Mr. Moh. Roem. (Ketua Delegasi)
Belanda
Dr. J. H. van Royen. (Ketua Delegasi)
UNCI
Merle Cochran (Mediator perundingan)
Kesepakatan Pihak Indonesia menyatakan kesediaan untuk:
 Menghentikan perang gerilya.
 Bekerja sama mengembalikan perdamaian dan menjaga
ketertiban serta keamanan.
 Berperan serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag.
Pihak Belanda menyatakan kesediaan untuk:
 Menyetujui kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke
Yogyakarta;
 Menghentikan gerakan militer dan membebaskan semua
tahanan politik;
 Tidak mendirikan negara-negara yang berada di daerah yang
dikuasai oleh Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1948
 Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera
diadakan sesudah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.
Dampak Bagi Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.
Indonesia

4). Konferensi Meja Bundar

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1981


Suasana Konferensi Meja Bundar di Den Haag

Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah titik terang bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan. Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah pertemuan yang dilaksanakan di Den
Haag, Belanda, dari 23Agustus sampai 2 November 1949. Dalam Konfrensi Meja Bundar ini
merupakan tindak lanjut dari perundingan antara Belanda dan Indonesia sebelumnya. Adapun
perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Delegasi Indonesia
Drs. Moh Hatta (Ketua Delegasi)
Belanda
J.H. van Maarseveen (Ketua Delegasi)
BFO
(Bijeenkomst voor Federaal Overleg)
BFO adalah suatu badan yang merupakan Kumpulan negara-negara
bagian bentukan Belanda.
Sultan Hamid II (Ketua Delegasi)
UNCI
Chritchley (Ketua Delegasi)
Kesepakatan  Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
 Pengakuan kedaulatan dilakukan selambatlambatnya tanggal 30
 Desember 1949.
 Masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi dalam 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS
 RIS dan Kerajaan Belanda akan dilaksanakan hubungan Uni
Indonesia- Belnada yang diketuai Belanda.
 RIS harus membayar utang-utang Belanda sejak tahun 1942.
Dampak Bagi  Belanda mengakui kemerdekaan Republik Indonesia Serikat
Indonesia  Jika Konflik dengan Belanda dapat diakhiri maka Indonesia
dapat memulai Pembangunan.
 Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia.
 Negara Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat yang
tidak sesuai dengan citacita Proklamasi

.
4. Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan
a. Republik Indonesia Serikat
Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar, bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS)
menggantikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perubahan ini dimulai pada tanggal 27
Desember 1949 dengan Undang-Undang Dasar Sementara sebagai undang undang dasar yang
berlaku. Sesuai dengan undang undang dasar baru itu, negara berbentuk federasi dan meliputi
seluruh wilayah Indonesia. Yang tergabung dalam federasi ini adalah sebagai berikut.
• Negara bagian yang terdiri dari: Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa
Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Selatan, Negara Sumatra Timur, dan Republik
Indonesia
• Satuan-satuan kenegaraan yang terdiri dari: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, dan Jawa Tengah.
• Daerah Swapraja yang terdiri dari Kota Waringin, Sabang, dan Padang.
Sistem pemerintahan RIS dikepalai oleh presiden dan perdana Menteri membawahi menteri-
menteri. Terpilih sebagai Presiden RIS adalah Ir. Soekarno setelah yang dipilih tanggal 15
Desember 1949. Sementara itu, Drs. Moh. Hatta dikukuhkan menjadi Perdana Menteri RIS
pada tanggal 20 Desember 1949.
b. Kembali Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Rakyat Bandung berdemo menuntut pembubaran Negara Pasundan

Bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) ternyata tidak sesuai dengan cita-Proklamasi
Indonesia. Sehingga, muncul gerakan-gerakan untuk mengubah bentuk negara kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rakyat demonstrasi untuk
membubarkan RIS dan ingin kembali ke dalam NKRI.
Pada bulan April 1950, Sebagian besar negara bagian telah bergabung dengan Republik
Indonesia, kecuali Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur. Karena pendekatan
dan rayuan yang dilakukan, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur akhirnya
bergabung kembali ke dalam NKRI. Kedua negara bagian ini selanjutnya memberikan
kepercayaannya kepada pemerintah RIS untuk mengadakan musyawarah mengenai
pembentukan Negara Kesatuan dengan pemerintah RI pada 12 Mei 1950. Pada tanggal 19
Mei 1950, ditandatangani sebuah piagam persetujuan antara Pemerintah RIS dan Pemerintah
RI. Yang menyatakan kedua pihak dalam waktu singkat akan bersama-sama melaksanakan
pembentukan negara kesatuan. Dengan demikian RIS pun bubar dan menjadi Republik
Indonesia pada 17 Agustus 1950. Bersamaan dengan itu pula Hatta mengakhiri masa
tugasnya dalam memimpin kabinet RIS.
c. Gangguan Keamanan
1). Pemberontakan PKI Madiun 1948
Muso memimpin pemberontakan pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI
Madiun bertujuan ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis dan ingin
mendirikan Soviet Republik Indonesia. PKI melakukan aksinya dengan menguasai seluruh
karesidenan Pati. Salah satu aksi yang dikaukan PKI adalah dengan melakukan penculikan
pada tokoh penting yang dianggap musuh dan pembunuhan secara besar-besaran. Kolonel
Gatot Subroto sebagai Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur dan Kolonel Sungkono
sebagai Panglima Divisi Jawa Timur memimpin penumpasan pemberontakan PKI di
Madiun. Akhirnya Pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu
oleh rakyat pada tanggal 30 September 1948.
2). Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia)
Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia) bermula di Jawa Barat,
kemudian meluas ke daerah daerah lain, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, dan
Kalimantan Selatan.
Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) adalah gerakan yang bertujuan
mendirikan negara Islam Indonesia.
a). Jawa Barat
S.M. Kartosuwiryo memimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat bertujuan mendirikan
Negara Islam Indonesia. Pendirian Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui
Proklamasi pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk mengatasi
pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat menggunakan
Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Akhirnya, Kantosuwiryo berhasil ditangkap pada
tanggal 4 Juni 1962
b). Jawa Tengah
Amir Fatah dan Mahfu'dz Abdurachman, juga dikenal sebagai Kyai Somalangu memimpin
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dengan wilayah utama operasi di Tegal-Brebes.
Gerakan ini muncul sesudah Agresi Militer Belanda II, ditandai dengan diproklamasikannya
NII di desa Pengarasan, tanggal 28 April 1949. Gerakan ini mendapat dukungan dari Laskar
Hisbullah dan Majelis Islam (MI), yang merupakan pendukung inti gerakan, sedangkan
massa rakyat yang mayoritas terdiri dari para petani pedesaan. Dalam melancarkan aksinya,
Amir Fatah berhasil memobiliasikan berbagai sumber daya dari pendukungnya, baik
normatif, utilities, maupun Koersif. Namun hal ini terdapat hambatan, yaitu berupa tentangan
dari kelompok gerilyawan Gerakan Antareja Republik Indonesia (GARI), dan Gerilya
Republik Indonesia (GRI), serta dari "Orang-orang Kiri", terutama kaum Komunis. Untuk
mengatasi Gerakan DI/TII Kabupaten Tegal TNI membentuk beberapa operasi penumpasan,
di antaranya Operasi Gerakan Banteng Negara, Operasi Banteng Raiders, dan Operasi
Guntur. Akhirnya pasukan DI/TII di Jawa Tengah berhasil ditangkap di Desa Cisayong,
Tasikmalaya, begitu juga dengan Amir Fatah yang kemudian dipenjara, kejadian ini terjadi
tanggal 22 Desember 1950.
b). Sulawesi Selatan
Kahar Muzakar memimpin pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan. Penyebab
pemberontakan ini dikarenakan, Kahar Muzakar yang menempatkan laskar-laskar rakyat
Sulawesi Selatan di dalam Iingkungan APRlS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
dan Ia bercita-cita menjadi pimpinan dan APRIS. Pada tanggal 17 AgustuS 1951, pasukan
Kahar Muzakar melarikan diri ke hutan dan pada tahun 1952 ia menyatakan bahwa Sulawesi
Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di
Jawa Barat. Penumpasan pemberontakan yang dilakukan oleh Kahar Muzakar ini mengalami
kesulitan sebab tempat persembunyian mereka berada di hutan dan di daerah pegunungan.
Namun, TNI berhasil menumpasnya pada bulan Februari 1965
c). Aceh
Daud Beureuh memimpin pemberontakan DI/TII di Aceh. Daud Beureuh merupakan mantan
Gubernur Aceh. Pemberontakan ini disebabkan karena status Aceh yang semula daerah
istimewa diturunkan menjadi daerah karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara.
Kebijakan tersebut ditentang oleh Daud Beureuh akhirnya pada tanggal 21 September 1953 ia
mengeluarkan maklumat mennenai penyatuan Aceh ke Negara Islam Indonesia yang
dipimpin oleh Kartosuwiryo. Pemerintah Republik Indonesia menumpas DI/TII di Aceh ini
dengan operasi militer dan mufakat dengan rakyat Aceh, akhirnya pada tanggal 17-28
Desember 1962 dilaksanakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dan berdasarkan
musyawarah tersebut penyelesaian dapat dicapai secara damai.
d). Kalimantan Selatan
Ibnu Hajar memimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar menamakan
gerakannya dengan nama Kesatuan Rakyat yang Tertindas. Pada tahun 1945, lbnu Hajar
resmi bergabung dengan Negara Islam Indonesia dan ia ditunjuk menjadi panglima tertinggi
TII (Tentara Islam Indonesia). Pada tahun 1963, Ibnu Hajar dan anak buahnya berhasil
ditangkap dan pemerintah Indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini,.
5. Perkembangan Ekonomi Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum mapan. Hal ini
dikarenakan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi masa itu. Adapun Masalah-masalah
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Permasalahan Inflasi
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ekonomi bangsa Indonesia mengalami hiperinflasi (inflasi
yang terlalu tinggi). Keadaan ini terjadi disebabkan mata uang Jepang beredar secara tak
teratur dan pemerintah belum memiliki mata uang sendiri senagai pengganti mata uang
Jepang. Kas Negara pun kosong, bea masuk dan pajak sangat kecil. Untuk mengatasi keadaan
ini, pemerintah mengambil Langkah berlakunya mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda dan mata uang Jepang.
b. Blokade Laut
Bulan November 1945 Belanda dimulai Blokade laut. Blokade ini menutup keluar masuk
perdagangan Indonesia. Akibatnya, barang-barang milik Indonesia tidak dapat diekspor, dan
Indonesia tidak dapat mendapatkan barang-barang impor yang sangat diperlukan. Tujuan
blockade ini, Belanda ingin meruntuhkan perekonomian Indonesia. Dalam menghadapi
blokade laut ini, pemerintah melakukan Upaya-upaya, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1). Melaksanakan Program Pinjaman Nasional
Menteri Keuangan Ir.Surachman dengan persetujuan dari Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP) melaksanakan Program pinjaman nasional. Pinjaman yang
rencananya sebanyak 1 miliar rupiah dan dibagi atas dua tahap. Pinjaman akan dibayar
kembali paling lambat dalam tempo 40 tahun. Pada bulan Juli 1946, seluruh penduduk Jawa
dan Madura diwajibkan menyetorkan uang kepada rumah-rumah pegadaian dan Bank
Tabungan Pos. Pelaksanaan pinjaman ini berjalan sukses. Kesuksesan membuktikan
dukungan rakyat terhadap negara. Tanpa dukungan dan kesadaran rakyat yang tinggi, negara
pasti akan mengalami kebangkrutan.
2). Melakukan Diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu India yang mengalami bahaya kelaparan dengan
menyumbang beras seberat 500.000 ton. Sebagai imbalannya, Indonesia akan mendapatkan
bahan pakaian yang sangat dibutuhkan rakyat dari pemerintah Hindia. Selain benilai
ekonomis, bantuan beras ke India juga bernilai politis karena India merupakan negara Asia
yang paling aktif mendukung perjuangan diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara
Asia.
3). Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Banking and Tranding Coperation (BTC) merintis mengadakan hubungan dagang ke luar
negeri, BTC berhasil mengadakan hubungan dengan perusahaan swasta Amerika Serikat.
Dalam transaksi pertama, Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor seperti
gula, teh, dan karet.
Selain itu untuk mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri juga dilakukan
melalui Sumatra. Tujuan adalah Singapura dan Malaya. Usaha ini dilaksanakan dengan
perahu layar dan kapal motor cepat. Pelaksanaan penembusan blokade laksanakan oleh
angkatan laut Republik Indonesia dengan pemberian bantuan dari pemerintah daerah
penghasil barang-barang ekspor. Melalui usaha ini, Indonesia dapat menjual barang-barang
ekspor dan memperoleh barang-barang impor yang dibutuhkan.
6. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kemerdekaan.
Proklamasi Kemerdekaan telah membawa perubahan besar-besaran terhadap berbagai bidang
kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Kehidupan Sosial
Pada masa penjajahan terjadi perbedaan perlakuan rasial dengan mengelompokan
masyarakat dalam kelas-kelas tertentu. Saat itu, masyarakat Indonesia dikuasai oleh bangsa
Eropa dan Jepang, mayoritas warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang menjadi
buruh bagi para bangsawan dan penguasa. Setelah Indonesia merdeka, semua bentuk
diskriminasi rasial dihilangkan dan semua warga Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam segala bidang.
b. Pendidikan
Pada masa penjajahan, keleluasaan memperolah pendidikan bagi anak-anak Indonesia sangat
kurang. Dari anak-anak usia sekolah, hanya sedikit saja yang dapat menikmati sekolah.
Sehingga, mayoritas penduduk Indonesia masih buta aksara. Menyikapi hal tersebut, setelah
Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah segera mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) ini hanya selama 3
bulan. Kemudian, jabatan Menteri PP dan K pegang oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya
menjabat selama 5 bulan. Berikutnya, jabatan Menteri PP dan K beralih kepada Mohammad
Syafei. Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Suwandi.
Pada masa jabatan Mr. Suwandi, disusun Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia
yang diberi tugas guna meneliti dan merumuskan masalah pengajaran pasca kemerdekaan.
Selanjutnya setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan usul dan saran-saran
kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah pokok struktur dan sistem pendidikan di
Indonesia. Tujuan umum pendidikan Indonesia merdeka adalah mendidik anak-anak menjadi
warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak bisa memberikan ilmunya kepada negara.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada saat itu lebih ditekankan pada penanaman semangat
patriotisme.
Pendidikan diawal kemerdekaan terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: pendidikan rendah,
menengah pertama, menengah atas, dan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah
24.775 buah sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah berdiri
perguruan tinggi dan akademi di kota-kota diantaranya Jakarta, Yogyakarta, Klaten dan Solo.
Selain itu, ada juga universitas seperti Universitas Gadjah Mada.
c. Kebudayaan
Dibidang kesenian, muncul lagu yang bertemakan nasionalisme diciptakan oleh para
komponis seperti Cornel Simajuntak, Kusbini, dan Ismail Marzuki. Lagu-lagu tersebut
antaranya, Bagimu negeri, Halo-Halo Bandung, dan Maju Tak Gentar, Selendang Sutra.

Anda mungkin juga menyukai