1. Proklamasi Kemerdekaan
Sumber: https://images.app.goo.gl/FMHzhWNPYbiyzAT26
Sumber: https://upload.wikimediaorg
Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945
Secara simbolis, PPKI dikukuhkan oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945
dengan menghadirkan tiga tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs.Mohammad Hatta, dan Dr.
Radjiman Wiedyodiningrat ke Saigon/Dalat, Vietnam untuk menerima kabar tentang
kemerdekaan Indonesia. Kabar tersebut, berupa pelaksanaan kemerdekaan dapat
dilaksanakan dengan segera dan wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan
Hindia Belanda.
b. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini dilatarbelakangi peristiwa menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu pada
tanggal 14 Agustus 1945. Berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu diketahui oleh Sutan
Syahrir dan beberapa tokoh pemuda. Para pemuda berpendapat bahwa dengan menyerahnya
Jepang kepada Sekutu, Wilayah Indonesia dalam kondisi Vacum of Power (kekosongan
kekuasaan) Kemudian Sutan Syahrir dan beberapa tokoh pemuda segera menemui
Mohammad Hatta yang saat itu baru tiba dari Dalat, Vietnam. Bersama Mohammad Hatta,
Sutan Syahrir dan beberapa pemuda menemui Soekarno di rumahnya. Mereka mengusulkan
Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI karena
Sekutu akan menggangap kemerdekaan Indonesia sebagai suatu kemerdekaan hasil
pemberian Jepang. Usulan tersebut tidak mendapat persetujuan Soekarno-Hatta. Mereka
berpendapat proklamasi kemerdekaan harus melalui PPKI sesuai dengan konteks maklumat
Jepang, yaitu pada tanggal 24 Agustus 1945. Mereka beranggapan meskipun Jepang telah
kalah, namun kekuatan militernya di Indonesia harus dipertimbangkan untuk menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan. Perbedaan sikap ini mendorong para pemuda kembali bermusyawarah,
pada pukul 24.00 menjelang 16 Agustus 1945. Hadir dalam musyawarah tersebut, Sukarni,
Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Syudanco Singgih, dan dr. Sucipto. Hasil
musyawarah menyepakati untuk mengamankan Soekarno-Hatta ke luar kota agar jauh dari
pengaruh Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Soekarno-Hatta dibawa para pemuda Rengasdengklok,
Karawang, Jawa Barat. Di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan rombongannya disambut
baik oleh pasukan Peta yang dipimpin Syudanco Subeno. Para pemuda mendesak Soekarno-
Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan tidak berhasil. Kedua tokoh golongan tua
tersebut mempunyai wibawa yang cukup besar. Soekarno-Hatta tetap pada pendapatnya
untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum ada pernyataan resmi menyerahnya
Jepang kepada Sekutu. Selain itu, kemerdekaan tetap harus dibicarakan dulu dalam sidang
PPKI. Di tengah suasana tersebut, dating Ahmad Soebardjo dan sekretaris pribadinya, Sudiro
pada pukul 17.30 WIB. Ahmad Soebardjo memberitahukan kebenaran berita menyerahnya
Jepang kepada Sekutu. Mendengar berita itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia
memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta. Ahmad Soebardjo menjaminkan nyawanya
sendiri kepada para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari
paling lambat jam 12.00 WIB. Dengan jaminan tersebut, Syudanco Subeno bersedia
membebaskan Soekarno-Hatta.
c. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Malam hari, 16 Agustus 1945, pukul 23.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan tiba di
Jakarta., lalu menuju rumah kediaman Laksamana Maeda. Tempat ini dianggap aman dari
ancaman militer Jepang, karena Laksamana Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung
Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Maeda rumusan teks
proklamasi disusun. Ir. Soekarno menulis konsep teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
yang akan baca esok harinya. Moh. Hatta danAhmad Subardjo menyumbangkan pikirannya
secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi adalah ide Ahmad Subardjo sedangkan
kalimat terakhir merupakan ide dari Muh. Hatta. Kalimat pertama merupakan kehendak
Bangsa Indonesia untuk merdeka, dan kalimat kedua berisi mengenai pemindahan kekuasaan.
Pada pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan hasil rumusan tersebut. Akhirnya, seluruh
tokoh yang hadir menyetujui secara bulat konsep proklamasi tersebut. Permasalahan muncul
mengenai siapa yang harus menandatangani teks proklamasi. Hatta mengusulkan agar teks
proklamasi itu ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia.
Sukarni dari golongan muda mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu
ditandatangani oleh semua yang hadir, tetapi cukup oleh Soekarno dan Hatta saja atas nama
bangsa Indonesia. Sukarni juga mengusulkan agar Soekarno yang membacakan teks
proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni disetujui, kemudian Soekarno meminta kepada
Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan beberapa perubahan yang telah
disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah hasil ketikan Sayuti Melik, yaitu:
1) Kata “tempoh” diganti menjadi “tempo”.
2) Kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”.
3) Penulisan tanggal yang tertera “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen ‘05”.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakukan di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Usulan itu diterima. Pertemuan kemudian bubar setelah
penentuan waktu upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus
1945 pukul 10.00 WIB.
Selain itu, diangkat pula empat pejabat negara yang mengepalai lembaga negara, antara lain:
Kusumahatmaja (Mahkamah Agung), Gatot Tarunamiharja (Jaksa Agung), A.G.
Pringgodigdo (Sekretaris Negara), dan Sukarjo Wiryopranoto (Juru Bicara Negara).
e. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Tanggal 22 Agustus 1945 PPKI juga menyelenggarakan rapat untuk membentuk KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) untuk mengantikan PPKI. Soekarno dan Hatta
mengangkat 135 orang anggota KNIP yang merupakan cerminan keadaan masyarakat
Indonesia. Semua anggota PPKI selain Soekarno dan Hatta menjadi anggota KNIP. KNIP
dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. KNIP mempunyai tugas dan wewenang menjalankan
fungsi pengawasan dan ikut serta dalam menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
f. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Tanggal 23 Agustus, Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai badan kepolisian yang
bertugas menjaga keamanan disahkan secara resmi oleh Presiden Soekarno. Sebagian besar
anggota BKR terdiri dari eks anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Pada tanggal 5 Oktober BKR
berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Supriyadi (tokoh perlawanan tentara
PETA terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar itu, Oerip
Sumihardjo membentuk Markas Besar TKR yang berpusat di Yogyakarta.
Delegasi Indonesia
Amir Syarifuddin Harahap (Ketua Delegasi)
Belanda
Abdul Kadir Widjojoatmodjo (Ketua Delegasi)
KTN
• Frank Porter Graham
• Richard Kirby ( Mediator perundingan)
Kesepakatan Penghentian tembakmenembak.
Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah
Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
TNI harus keluar dari kekuasaan Belanda di Jawa Barat dan
Jawa Timur.
Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-
daerah yang didudukinya dengan melalui masa peralihan
terlebih dahulu.
Dampak Bagi Wilayah Indonesia semakin sempit dan dikelilingi oleh wilayah-
Indonesia wilayah kekuasaan Belanda
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah titik terang bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan. Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah pertemuan yang dilaksanakan di Den
Haag, Belanda, dari 23Agustus sampai 2 November 1949. Dalam Konfrensi Meja Bundar ini
merupakan tindak lanjut dari perundingan antara Belanda dan Indonesia sebelumnya. Adapun
perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Delegasi Indonesia
Drs. Moh Hatta (Ketua Delegasi)
Belanda
J.H. van Maarseveen (Ketua Delegasi)
BFO
(Bijeenkomst voor Federaal Overleg)
BFO adalah suatu badan yang merupakan Kumpulan negara-negara
bagian bentukan Belanda.
Sultan Hamid II (Ketua Delegasi)
UNCI
Chritchley (Ketua Delegasi)
Kesepakatan Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
Pengakuan kedaulatan dilakukan selambatlambatnya tanggal 30
Desember 1949.
Masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi dalam 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS
RIS dan Kerajaan Belanda akan dilaksanakan hubungan Uni
Indonesia- Belnada yang diketuai Belanda.
RIS harus membayar utang-utang Belanda sejak tahun 1942.
Dampak Bagi Belanda mengakui kemerdekaan Republik Indonesia Serikat
Indonesia Jika Konflik dengan Belanda dapat diakhiri maka Indonesia
dapat memulai Pembangunan.
Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia.
Negara Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat yang
tidak sesuai dengan citacita Proklamasi
.
4. Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan
a. Republik Indonesia Serikat
Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar, bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS)
menggantikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perubahan ini dimulai pada tanggal 27
Desember 1949 dengan Undang-Undang Dasar Sementara sebagai undang undang dasar yang
berlaku. Sesuai dengan undang undang dasar baru itu, negara berbentuk federasi dan meliputi
seluruh wilayah Indonesia. Yang tergabung dalam federasi ini adalah sebagai berikut.
• Negara bagian yang terdiri dari: Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa
Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Selatan, Negara Sumatra Timur, dan Republik
Indonesia
• Satuan-satuan kenegaraan yang terdiri dari: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, dan Jawa Tengah.
• Daerah Swapraja yang terdiri dari Kota Waringin, Sabang, dan Padang.
Sistem pemerintahan RIS dikepalai oleh presiden dan perdana Menteri membawahi menteri-
menteri. Terpilih sebagai Presiden RIS adalah Ir. Soekarno setelah yang dipilih tanggal 15
Desember 1949. Sementara itu, Drs. Moh. Hatta dikukuhkan menjadi Perdana Menteri RIS
pada tanggal 20 Desember 1949.
b. Kembali Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Rakyat Bandung berdemo menuntut pembubaran Negara Pasundan
Bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) ternyata tidak sesuai dengan cita-Proklamasi
Indonesia. Sehingga, muncul gerakan-gerakan untuk mengubah bentuk negara kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rakyat demonstrasi untuk
membubarkan RIS dan ingin kembali ke dalam NKRI.
Pada bulan April 1950, Sebagian besar negara bagian telah bergabung dengan Republik
Indonesia, kecuali Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur. Karena pendekatan
dan rayuan yang dilakukan, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur akhirnya
bergabung kembali ke dalam NKRI. Kedua negara bagian ini selanjutnya memberikan
kepercayaannya kepada pemerintah RIS untuk mengadakan musyawarah mengenai
pembentukan Negara Kesatuan dengan pemerintah RI pada 12 Mei 1950. Pada tanggal 19
Mei 1950, ditandatangani sebuah piagam persetujuan antara Pemerintah RIS dan Pemerintah
RI. Yang menyatakan kedua pihak dalam waktu singkat akan bersama-sama melaksanakan
pembentukan negara kesatuan. Dengan demikian RIS pun bubar dan menjadi Republik
Indonesia pada 17 Agustus 1950. Bersamaan dengan itu pula Hatta mengakhiri masa
tugasnya dalam memimpin kabinet RIS.
c. Gangguan Keamanan
1). Pemberontakan PKI Madiun 1948
Muso memimpin pemberontakan pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI
Madiun bertujuan ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis dan ingin
mendirikan Soviet Republik Indonesia. PKI melakukan aksinya dengan menguasai seluruh
karesidenan Pati. Salah satu aksi yang dikaukan PKI adalah dengan melakukan penculikan
pada tokoh penting yang dianggap musuh dan pembunuhan secara besar-besaran. Kolonel
Gatot Subroto sebagai Panglima Divisi H Jawa Tengah bagian timur dan Kolonel Sungkono
sebagai Panglima Divisi Jawa Timur memimpin penumpasan pemberontakan PKI di
Madiun. Akhirnya Pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu
oleh rakyat pada tanggal 30 September 1948.
2). Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia)
Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia) bermula di Jawa Barat,
kemudian meluas ke daerah daerah lain, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, dan
Kalimantan Selatan.
Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) adalah gerakan yang bertujuan
mendirikan negara Islam Indonesia.
a). Jawa Barat
S.M. Kartosuwiryo memimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat bertujuan mendirikan
Negara Islam Indonesia. Pendirian Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui
Proklamasi pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk mengatasi
pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat menggunakan
Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Akhirnya, Kantosuwiryo berhasil ditangkap pada
tanggal 4 Juni 1962
b). Jawa Tengah
Amir Fatah dan Mahfu'dz Abdurachman, juga dikenal sebagai Kyai Somalangu memimpin
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dengan wilayah utama operasi di Tegal-Brebes.
Gerakan ini muncul sesudah Agresi Militer Belanda II, ditandai dengan diproklamasikannya
NII di desa Pengarasan, tanggal 28 April 1949. Gerakan ini mendapat dukungan dari Laskar
Hisbullah dan Majelis Islam (MI), yang merupakan pendukung inti gerakan, sedangkan
massa rakyat yang mayoritas terdiri dari para petani pedesaan. Dalam melancarkan aksinya,
Amir Fatah berhasil memobiliasikan berbagai sumber daya dari pendukungnya, baik
normatif, utilities, maupun Koersif. Namun hal ini terdapat hambatan, yaitu berupa tentangan
dari kelompok gerilyawan Gerakan Antareja Republik Indonesia (GARI), dan Gerilya
Republik Indonesia (GRI), serta dari "Orang-orang Kiri", terutama kaum Komunis. Untuk
mengatasi Gerakan DI/TII Kabupaten Tegal TNI membentuk beberapa operasi penumpasan,
di antaranya Operasi Gerakan Banteng Negara, Operasi Banteng Raiders, dan Operasi
Guntur. Akhirnya pasukan DI/TII di Jawa Tengah berhasil ditangkap di Desa Cisayong,
Tasikmalaya, begitu juga dengan Amir Fatah yang kemudian dipenjara, kejadian ini terjadi
tanggal 22 Desember 1950.
b). Sulawesi Selatan
Kahar Muzakar memimpin pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan. Penyebab
pemberontakan ini dikarenakan, Kahar Muzakar yang menempatkan laskar-laskar rakyat
Sulawesi Selatan di dalam Iingkungan APRlS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
dan Ia bercita-cita menjadi pimpinan dan APRIS. Pada tanggal 17 AgustuS 1951, pasukan
Kahar Muzakar melarikan diri ke hutan dan pada tahun 1952 ia menyatakan bahwa Sulawesi
Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di
Jawa Barat. Penumpasan pemberontakan yang dilakukan oleh Kahar Muzakar ini mengalami
kesulitan sebab tempat persembunyian mereka berada di hutan dan di daerah pegunungan.
Namun, TNI berhasil menumpasnya pada bulan Februari 1965
c). Aceh
Daud Beureuh memimpin pemberontakan DI/TII di Aceh. Daud Beureuh merupakan mantan
Gubernur Aceh. Pemberontakan ini disebabkan karena status Aceh yang semula daerah
istimewa diturunkan menjadi daerah karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara.
Kebijakan tersebut ditentang oleh Daud Beureuh akhirnya pada tanggal 21 September 1953 ia
mengeluarkan maklumat mennenai penyatuan Aceh ke Negara Islam Indonesia yang
dipimpin oleh Kartosuwiryo. Pemerintah Republik Indonesia menumpas DI/TII di Aceh ini
dengan operasi militer dan mufakat dengan rakyat Aceh, akhirnya pada tanggal 17-28
Desember 1962 dilaksanakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dan berdasarkan
musyawarah tersebut penyelesaian dapat dicapai secara damai.
d). Kalimantan Selatan
Ibnu Hajar memimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar menamakan
gerakannya dengan nama Kesatuan Rakyat yang Tertindas. Pada tahun 1945, lbnu Hajar
resmi bergabung dengan Negara Islam Indonesia dan ia ditunjuk menjadi panglima tertinggi
TII (Tentara Islam Indonesia). Pada tahun 1963, Ibnu Hajar dan anak buahnya berhasil
ditangkap dan pemerintah Indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini,.
5. Perkembangan Ekonomi Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum mapan. Hal ini
dikarenakan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi masa itu. Adapun Masalah-masalah
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Permasalahan Inflasi
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ekonomi bangsa Indonesia mengalami hiperinflasi (inflasi
yang terlalu tinggi). Keadaan ini terjadi disebabkan mata uang Jepang beredar secara tak
teratur dan pemerintah belum memiliki mata uang sendiri senagai pengganti mata uang
Jepang. Kas Negara pun kosong, bea masuk dan pajak sangat kecil. Untuk mengatasi keadaan
ini, pemerintah mengambil Langkah berlakunya mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda dan mata uang Jepang.
b. Blokade Laut
Bulan November 1945 Belanda dimulai Blokade laut. Blokade ini menutup keluar masuk
perdagangan Indonesia. Akibatnya, barang-barang milik Indonesia tidak dapat diekspor, dan
Indonesia tidak dapat mendapatkan barang-barang impor yang sangat diperlukan. Tujuan
blockade ini, Belanda ingin meruntuhkan perekonomian Indonesia. Dalam menghadapi
blokade laut ini, pemerintah melakukan Upaya-upaya, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1). Melaksanakan Program Pinjaman Nasional
Menteri Keuangan Ir.Surachman dengan persetujuan dari Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP) melaksanakan Program pinjaman nasional. Pinjaman yang
rencananya sebanyak 1 miliar rupiah dan dibagi atas dua tahap. Pinjaman akan dibayar
kembali paling lambat dalam tempo 40 tahun. Pada bulan Juli 1946, seluruh penduduk Jawa
dan Madura diwajibkan menyetorkan uang kepada rumah-rumah pegadaian dan Bank
Tabungan Pos. Pelaksanaan pinjaman ini berjalan sukses. Kesuksesan membuktikan
dukungan rakyat terhadap negara. Tanpa dukungan dan kesadaran rakyat yang tinggi, negara
pasti akan mengalami kebangkrutan.
2). Melakukan Diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu India yang mengalami bahaya kelaparan dengan
menyumbang beras seberat 500.000 ton. Sebagai imbalannya, Indonesia akan mendapatkan
bahan pakaian yang sangat dibutuhkan rakyat dari pemerintah Hindia. Selain benilai
ekonomis, bantuan beras ke India juga bernilai politis karena India merupakan negara Asia
yang paling aktif mendukung perjuangan diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara
Asia.
3). Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Banking and Tranding Coperation (BTC) merintis mengadakan hubungan dagang ke luar
negeri, BTC berhasil mengadakan hubungan dengan perusahaan swasta Amerika Serikat.
Dalam transaksi pertama, Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor seperti
gula, teh, dan karet.
Selain itu untuk mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri juga dilakukan
melalui Sumatra. Tujuan adalah Singapura dan Malaya. Usaha ini dilaksanakan dengan
perahu layar dan kapal motor cepat. Pelaksanaan penembusan blokade laksanakan oleh
angkatan laut Republik Indonesia dengan pemberian bantuan dari pemerintah daerah
penghasil barang-barang ekspor. Melalui usaha ini, Indonesia dapat menjual barang-barang
ekspor dan memperoleh barang-barang impor yang dibutuhkan.
6. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kemerdekaan.
Proklamasi Kemerdekaan telah membawa perubahan besar-besaran terhadap berbagai bidang
kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Kehidupan Sosial
Pada masa penjajahan terjadi perbedaan perlakuan rasial dengan mengelompokan
masyarakat dalam kelas-kelas tertentu. Saat itu, masyarakat Indonesia dikuasai oleh bangsa
Eropa dan Jepang, mayoritas warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang menjadi
buruh bagi para bangsawan dan penguasa. Setelah Indonesia merdeka, semua bentuk
diskriminasi rasial dihilangkan dan semua warga Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam segala bidang.
b. Pendidikan
Pada masa penjajahan, keleluasaan memperolah pendidikan bagi anak-anak Indonesia sangat
kurang. Dari anak-anak usia sekolah, hanya sedikit saja yang dapat menikmati sekolah.
Sehingga, mayoritas penduduk Indonesia masih buta aksara. Menyikapi hal tersebut, setelah
Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah segera mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) ini hanya selama 3
bulan. Kemudian, jabatan Menteri PP dan K pegang oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya
menjabat selama 5 bulan. Berikutnya, jabatan Menteri PP dan K beralih kepada Mohammad
Syafei. Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Suwandi.
Pada masa jabatan Mr. Suwandi, disusun Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia
yang diberi tugas guna meneliti dan merumuskan masalah pengajaran pasca kemerdekaan.
Selanjutnya setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan usul dan saran-saran
kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah pokok struktur dan sistem pendidikan di
Indonesia. Tujuan umum pendidikan Indonesia merdeka adalah mendidik anak-anak menjadi
warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak bisa memberikan ilmunya kepada negara.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada saat itu lebih ditekankan pada penanaman semangat
patriotisme.
Pendidikan diawal kemerdekaan terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: pendidikan rendah,
menengah pertama, menengah atas, dan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah
24.775 buah sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah berdiri
perguruan tinggi dan akademi di kota-kota diantaranya Jakarta, Yogyakarta, Klaten dan Solo.
Selain itu, ada juga universitas seperti Universitas Gadjah Mada.
c. Kebudayaan
Dibidang kesenian, muncul lagu yang bertemakan nasionalisme diciptakan oleh para
komponis seperti Cornel Simajuntak, Kusbini, dan Ismail Marzuki. Lagu-lagu tersebut
antaranya, Bagimu negeri, Halo-Halo Bandung, dan Maju Tak Gentar, Selendang Sutra.