Anda di halaman 1dari 8

MASA KEMERDEKAAN (1945 – 1950)

A. Proklamasi Kemerdekaan
1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Di akhir tahun 1944, keadaan Jepang pada Perang Pasifik makin terdesak. Perlahan-lahan satu
persatu wilayah kekuasaannya jatuh ke pasukan sekutu. Dalam menghadapi gempuran sekutu,
Jepang mencari dukungan dari bangsa-bangsa yang masih berada di dalam kekuasaannya dengan
memberikan janji kemerdekaan.
Tanggal 7 September 1944, Kuniaki Koiso seorang Perdana Menteri Jenderal Jepang memberikan
janji kepada Indonesia agar dapat berdiri sebagai sebuah negara yang merdeka. Hal ini dilakukan
guna mencari simpati dari rakyat Indonesia.
Untuk membuktikan ucapan tersebut, Jepang memberi ijin kepada Indonesia untuk mengibarkan
bendera Merah Putih di kantor-kantor dengan syarat bendera tersebut harus berdampingan dengan
bendera Jepang.
Jepang juga melakukan beberapa hal agar Indonesia benar-benar mempercayai janji mereka,
seperti :
 Membentuk Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Berkaitan dengan janji yang telah dikemukakan oleh pihak Jepang, pada 1 Maret 1945
diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI).
BPUPKI terdiri atas 63 orang, yang diketuai Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali :
1) Sidang pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
Sidang BPUPKI yang pertama membahas tentang rumusan dasar negara Indonesia
merdeka. Tokoh-tokoh yang mengemukakan rumusan dasar negara adalah Mr. Moh.
Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Gagasan mengenai dasar negara yang dikemukakan
oleh masing-masing tokoh dapat diamati pada tabel berikut ini :

Nama Tokoh Waktu Gagasan


Mr. Moh. Yamin 29 Mei 1945 1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Mr. Soepomo 31 Juni 1945 1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Ir. Soekarno 1 Juni 1945 1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri
kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan
oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dikenal dengan istilah Pancasila. Peristiwa ini
dikenang dengan ditetapkannya tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.
Sampai akhir masa sidang pertama ini, belum ditemukan kesepakatan rumusan dasar negara
Republik Indonesia yang benar-benar tepat. Oleh karena itu dibentuklah Panitia Sembilan
yang diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan tugas untuk mengolah usulan dari anggota BPUPKI
mengenai dasar negara Republik Indonesia.
Pertemuan Panitia Sembilan menghasilkan rumusan yang disebut Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta yang ditandatangani pada 22 Juni 1945.
2) Sidang kedua tanggal 10 – 17 Juli 1945
Sidang kedua membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD) dan membicarakan bentuk
negara. BPUPKI membentuk Panitia perancang UUD beranggotakan 19 orang dan diketuai
oleh Ir. Soekarno.
Pada tanggal 14 Juli 1945 Panitia Perancang UUD melaporkan hasil kerja panitia yaitu :
 Pernyataan Indonesia Merdeka
 Pembukaan Undang-Undang Dasar
 Batang Tubuh UUD

 Membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan
tugasnya, yaitu Menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia.
Selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Ketua Ir. Soekarno,
wakil Drs. Mohammad Hatta, Penasihat Mr. Achmad Subardjo.
Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan
pergantian kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia.
Secara simbolik PPKI dilantik oleh Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945. Jenderal
Terauchi memanggil tiga tokoh nasional yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohmmad Hatta, Dr.
Radjiman Wedyodiningrat ke Saigon/Dalat, Vietnam untuk menerima informasi tentang
kemerdekaan Indonesia yang dapat dilakukan dengan segera.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok diawali oleh peristiwa menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada pasukan
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita tentang menyerahnya Jepang diketahui oleh beberapa
tokoh pemuda Sutan Syahrir, wikana, Darwis dan Chaerul Saleh melalui radio BBC. Syahrir
mengusulkan Soekarno – Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Usulan Syahrir tersebut tidak disetujui oleh Soekarno Hatta, mereka berpendapat pelaksanaan
Proklamasi harus melalui PPKI. Alasannya meskipun Jepang telah kalah namun kekuatan
militernya di Indonesia harus diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Perbedaan sikap ini mendorong para pemuda untuk membawa Soekarno – Hatta ke luar kota yaitu
Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km kearah jalan raya Jakarta – Cirebon.
Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga
agar keduanya mau segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan
dengan Jepang. Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno – Hatta masih tetap
dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno – Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya
akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh.
Di Jakarta Achmad Soebardjo yang termasuk tokoh dari golongan tua mengetahui peristiwa
tersebut, ia lantas menemui Wikana, salah satu tokoh pemuda. Pembicaraan pun dilakukan dan
disepakati bahwa kemerdekaan harus segera dideklarasikan di Jakarta.
Selanjutnya, Achmad Soebardjo Bersama dengan Sudiro dan Jusuf Kunto menuju Rengasdengklok
untuk menjemput Soekarno – Hatta dan membawa keduanya Kembali ke Jakarta. Achmad
Soebardjo memberitahukan kebenaran menyerahnya Jepang kepada sekutu. Mendengar berita itu
Soekarno – Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta.
Dengan taruhan nyawa, Achmad Soebardjo menjamin Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.

3. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan dirumah Laksamana Tadashi
Maeda seorang perwira Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia di Jalan Imam Bonjol No.
1 Jakarta. Ir. Soekarno menuliskan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia yang akan dbacakan
esok harinya yaitu 17 Agustus 1945.moh. Hatta dan Achmad Soebardjo menyumbangkan
pikirannya secara lisan yang kemudian naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.
4. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Tepat pukul 10.00 WIB upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan di kediaman
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Setelah pidato dan pembacaan proklamasi selesai
dilakukan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendradiningrat dan S. Suhud. Upacara
proklamasi ditutup oleh sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Proklamasi
kemerdekaan merupakan tonggak berdirinya negara Republik Indonesia yang berdaulat

5. Sambutan Rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan


Setelah upacara, disertai dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sebagian
masyarakat Indonesia dengan cepat menanggapi dan menyambut suka cita kemerdekaan Indonesia.
Tetapi perjuangan Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaan negaranya ini mendapat
pertentangan dari pihak tentara Jepang yang sebagian berjaga di Indonesia dan juga para penguasa
pribumi yang berpihak kepada para penjajah.
Oleh karena itu, terjadi beberapa peristiwa yang terjadi di daerah-daerah yang mendukung serta
menyerukan kemerdekaan Indonesia.
 Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa di Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945 saat Soekarno memberikan
pidato singkat dihadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan
proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda
menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan.
Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945
dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini
terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.
 Tanggapan di berbagai daerah terhadap proklamasi
Berita proklamasi segera menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pekik merdeka mewarnai
salam masyarakat Indonesia disetiap gang, pasar, Lembaga Pendidikan, dan berbagai tempat
umum lainnya.
Rasa syukur atas kemerdekaan dilakukan dengan berbagai cara. do’a syukur berkumandang di
tempat-tempat ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Rasa syukur terhadap
kemerdekaan bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga dibuktikan dengan perbuatan.
Semangat kemerdekaan telah membakar keberanian rakyat Indonesia di berbagai daerah.

B. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia


Ketika memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia belum
mempunyai kepala pemerintahan serta sistem administrasi jelas. Maka setelah proklamasi kemerdekaan,
para pemimpin membentuk lembaga pemerintahan serta kelengkapan negara. Anggota PPKI mulai
menyelenggarakan rapat yang akhirnya menghasilkan keputusan :
 Pengesahan UUD 1945
Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI dengan sedikit perubahan disahkan menjadi UUD.
 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Soekarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden pertama RI.
 Pembagian Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 propinsi yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tegah, Jawa
Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
 Pembentukan Kementerian
Pada 2 September 1945 dibentuk susunan kabinet RI yang pertama. Tugasnya membantu presiden
dalam menjalankan roda pemerintahan sesuai amanat UUD 1945.
 Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Tanggal 22 Agustus 1945 dibentuk KNIP untuk menggantikan PPKI. Tugas dan wewenang KNIP
adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam menetapkan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
 Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamana
Pada tanggal 23 Agustus, Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi Badan Keamana Rakyat
(BKR) sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga keamana. Pada tanggal 5 Oktober
berdirilah Tentara Keamana Rakyat (TKR). Supriyadi (tokoh perlawanan tentara PETA terhadap
Jepang di Blitar) terpilih sebagai pemimpin TKR.
Atas dasar maklumat itu, Oerip Sumihardjo segera membentuk Markas Besar TKR yang
dipusatkan di Yogyakarta.

C. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


Untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para masyarakat memberi perlawanan dan melakukan
berbagai macam aksi perjuangan fisik yang melahirkan berbagai macam insiden, seperti :
 Insiden Hotel Yamato di Surabaya
Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda (merah-putih-biru) menjadi
bendera Indonesia (merah-putih). Insiden Hotel Yamato terjadi pada tanggal 19 September 1945 di
Hotel Yamato Surabaya.
Insiden ini diawali oleh tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera Belanda di
tiang bendera Hotel Yamato. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Mereka
mendatangi hotel itu dan berusaha menurunkan bendera tersebut. Akhirnya, bendera Belanda
berhasil diturunkan dan bagian bendera yang berwarna biru dirobek.kemudian bendera dikibarkan
kembali sebagai bendera Indonesia. Pengibaran bendera Merah Putih diiringi dengan pekikan
Merdeka berulang kali.
 Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia yang diorganisir
oleh pasukan Pembela Tanah Air yang dibentuk oleh pasukan Jepang dan polisi istimewa di waktu
masa pendudukan Jepang di Indonesia (yang dulunya Hindia Belanda) pada saat itu, yang bertujuan
untuk mencegah pasukan sekutu pasca Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Perang
Pasifik yang mendarat di kota Surabaya yang terdiri dari pasukan Kekaisaran Britania dengan
sukarelawan Persemakmuran Britania yakni Angkatan Darat India Britania dengan mendapatkan
dukungan khusus oleh tentara Kekaisaran Belanda. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November
1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan sekutu setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah
Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap
kolonialisme dan imperialisme. Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia
internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. 10 November diperingati
setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
 Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran lima hari adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara
Jepang. Yang terjadi pada tanggal 15-20 Oktober 1945. Awal mula pertempuran ini karena
tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu. Setalah itu, Jepang
melakukan serangan mendadak kepada warga bahkan tersiar kabar bahwa Jepang memberi racun
pada cadangan air minum warga Semarang. Untuk memastikan Dr. Kariadi melakukan uji
laboratorium. Namun Dr. Kariadi di tembak oleh Jepang, yang mengakibatkan para warga
Semarang marah dan terjadinya perang.

 Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa adalah pertempuran yang tejadi antara tentara Indonesia dengan tentara
Inggris. Peristiwa ini terjadi antara 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini diawali dengan kedatangan tentara sekutu
dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20 Oktober 1945.
 Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, provinsi
Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar
kediaman mereka sendiri dan kemudian meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah Selatan
Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tantara sekutu yang dapat menggunakan kota
Bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan Indonesia.
 Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap tentara sekutu yang
terjadi di Medan, Sumatera Utara. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar
menyerahkan senjata kepada sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal 1
Desember 1945, sekutu memasang papan yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan area” (batas
resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan.
 Pertempuran Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda
dalam masa perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 20 November 1945.
Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Dimana
pasukan TKR di wilayah ini bertempur dengan habis-habisan untuk mengusir pasukan Belanda
yang kembali datang setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai kembali wilayahnya yang direbut
Jepang pada Perang Dunia II, mengakibatkan gugurnnya seluruh pasukan termasuk I Gusti Ngurah
Rai yang kemudian dikenang sebagai salah satu Puputan pada era awal kemerdekaan serta
mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur.
 Serangan Umum, 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang terjadi pada tanggal 1 Maret 1949 di
Yogyakarta. Serangan ini telah dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM
III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari
Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng. Serangan ini bertujuan untuk membuktikan kepada
dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih ada dan cukup kuat, dengan
harapan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di
Dewan Keamanan PBB. Perundingan tersebut memiliki tujuan utama untuk mematahkan moral
pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia
(TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawnan. Soeharto pada waktu itu
menjabat sebagai Komandan Brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di
wilayah Yogyakarta.
Selain perjuangan secara fisik, bangsa Indonesia juga melakukan perjuangan lewat jalur diplomasi guna
mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menyelesaikan permasalahan dengan Belanda.
Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam bentuk diplomasi ialah sebagai berikut :

 Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di
Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 10 November 1946. Perundingan ini menghasilkan
beberapa kesepakatan yang ditandatangani secara resmi oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret
1947.
 Perundingan Renville
Perundingan Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi pada tanggal
8 Desember 1947-17 Januari 1948 di atas gladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat
netral USS Renville yang berlabuh di Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947
dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia dan Belgia.
Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian Linggarjati tahun 1946.
Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook.
 Perundingan Roem-Royen
Perjanjian Roem-Roijen atau disebut juga perjanjian Roem-Van Roijen adalah sebuah perjanjian
antara Indonesia dengan Belanda. Perjanjian Roem-Royen dimulai pada tanggal 17 April 1949 dan
ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua
delegasi yaitu Mohammad Roem (delegasi dari Indonesia) dan Herman Van Roijen (delegasi dari
Belanda). Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai
kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
 Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari tanggal 23 Agustus – 2
November 1949, antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda dan BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan
Indonesia.

D. Perkembangan Politik Indonesia Pada Masa Kemerdekaan


Setelah Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda, bentuk negara Indonesia yang awalnya
Kesatuan Republik Indonesia, berubah menjadi Republik Indonesia Serikat yang berdiri tanggal 27
Desember 1949. Pada bulan April 1950, bentuk negara Indonesia Kembali ke NKRI.
Gangguan Keamanan diantaranya :
 Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemberontakan ini terjadi pada tanggal 18 September 1948 yang dipimpin oleh Muso. Tujuan dari
pemberontakan PKI Madiun adalah ingin mengganti dasar Negara Pancasila dengan komunis serta
ingin mendirikan Republik Indonesia Soviet. Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksinya
dengan menguasai seluruh karesidenan Pati.
 Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia)
a) Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo yang memiliki cita-cita
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Untuk mengatasi pemberontakan ini pasukan TNI
dan rakyat menggunakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber yang akhirnya pada tanggal 4
Juni 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap.
b) Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pemberontakan ini
berhasil ditumpas oleh TNI pada bulan Februari 1965.
c) Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh yang merupakan mantan
Gubernur Aceh. Pemberontakan ini disebabkan oleh status Aceh yang semula daerah istimewa
diturunkan menjadi daerah karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah
Republik Indonesia memberantas pemberontakan di Aceh dengan operasi militer dan
musyawarah dengan rakyat Aceh, sehingga pada tanggal 17-28 Desember 1962
diselenggarakan musyawarah kerukunan rakyat Aceh dan melalui musyawarah tersebut maka
berhasil dicapai penyelesaian secara damai.
d) Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar. Pada tahun 1963
pemerintah Indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini, Ibnu Hajar dan anak buahnya
berhasil ditangkap.

E. Perkembangan Ekonomi Indonesia Pada Masa Kemerdekaan


Saat masa-masa kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia belum stabil. Hal ini disebabkan berbagai
masalah-masalah ekonomi yang terjadi saat itu seperti :
 Masalah inflasi yang cukup tinggi
Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami inflasi yang terlalu
tinggi (hiperinflasi). Inflasi terjadi karena mata uang Jepang beredar secara tak terkendali. Untuk
mengatasi masalah ini pemerintah mengambil kebijakan berlakunya mata uang De Javasche Bank,
mata uang pemerintah Hindia Belanda dan mata uang pendudukan Jepang.

 Blokade laut
Blokade laut yang dilakukan oleh Belanda dimulai pada bulan November 1945. Blokade ini
menutup pintu keluar masuk perdagangan Indonesia. Akibatnya, barang-barang dagangan milik
Indonesia tidak dapat diekspor, dan Indonesia tidak dapat memperoleh barang-barang impor yang
sangat dibutuhkan. Tujuan Belanda melakukan blokade ini adalah untuk meruntuhkan
perekonomian Indonesia.

F. Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Kemerdekaan


Pada sisi sosial, Indonesia menghapus kelas-kelas masyarakat yang ada sebelum kemerdekaan,. Semua
masyarakat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama di segala bidang.
Di sisi Pendidikan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan dimana
semua masyarakat Indonesia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan Pendidikan yang setara.
Di bidang kebudayaan muncul berbagai macam lagu nasionalisme yang diciptakan para seniman-
seniman Indonesia seperti Ismail Marzuki, Kusbini, Cornel Simanjuntak.

Anda mungkin juga menyukai