BAB 1 : PANCASILA
Yuan Saliha E.X-1/34
1
dalam Kongres Pemuda yang dengan tegas memperjuangkan nasib bangsa
Indonesia untuk merdeka. Kongres Pemuda yang diselenggarakan kemudian
menghasilkan ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda
tersebut berisikan tiga hal penting yaitu sebagai berikut.
2
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau yang dalam bahasa
Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi Cosakai dengan ketuanya adalah Dr.
K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
BPUPKI mengemban tugas untuk melakukan penyelidikan atas segala
sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. Sidang BPUPKI yang
pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang kedua
berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945. Sidang pertama BPUPKI
membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Berikut beberapa ide pokok mengenai dasar negara yang dikemukakan
oleh para tokoh nasionalis kita.
a) Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Beliau mengemukakan rumusan dasar negara yang isinya meliputi.
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Kebangsaan persatuan Indonesia.
(3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Asas dasar negara yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Soepomo adalah:
(1) Persatuan
(2) Kekeluargaan
(3) Keseimbangan lahir dan batin
(4) Musyawarah
(5) Keadilan sosial
c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Kelima unsur asas dasar negara Indonesia tersebut meliputi sebagai berikut.
(1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia).
(2) Internasionalisme (perikemanusiaan).
(3) Mufakat (demokrasi).
(4) Kesejahteraan sosial.
(5) Ketuhanan Yang Maha Esa (ketuhanan yang berkebudayaan).
3
Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar negara diberi nama Pancasila.
Pada akhirnya tanggal 1 Juni dijadikan sebagai hari Lahir Pancasila.
Di akhir sidang BPUPKI pertama, rumusan dasar negara belum
terbentuk sehingga dibentuklah panitia kecil yang bertugas menampung serta
memeriksa usulan-usulan lain yang datang mengenai konsep dasar negara.
Panitia kecil tersebut dinamakan Panitia Sembilan. Pada tanggal 22 Juni
1945, naskah rancangan mukadimah (pembukaan) hukum dasar ini oleh Mr.
Muh. Yamin diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Piagam Jakarta :
a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Akan tetapi, isi dari rancangan rumusan dasar negara tersebut sempat
menimbulkan kontroversi/perdebatan. Oleh karena itu, untuk menghindari
perpecahan, diadakan sedikit perubahan pada rumusan sila pertama.
4
b) Kedua, anak kalimat Piagam Jakarta yang menjadi Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 diganti dengan "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa".
c) Ketiga, kalimat yang menyebutkan "Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam" diganti dengan mencoret kata-kata ".. dan beragama
Islam".
d) Keempat, terkait perubahan poin kedua, maka pasal 29 ayat (1) dari yang
semula berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi
berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa".
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5
Bung Karno, kemudian diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Keesokan paginya yaitu pada hari Jumat
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan ke seluruh dunia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan
didampingi Drs. Moh. Hatta di Jln. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(sekarang disebut Jalan Proklamasi).
Sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih dengan diiringi
lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Supratman Bendera Merah Putih
yang dikibarkan pada saat upacara tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati
Soekamo yang kemudian disebut sebagai Bendera Pusaka.
6
1) Menghormati, menghargai, serta menyayangi orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
2) Mengembangkan sikap tenggang rasa di rumah.
3) Menjaga kerukunan antaranggota keluarga.
c. Sila Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini adalah seluruh rakyat Indonesia harus bersatu tanpa memandang
semua bentuk perbedaan yang ada. Berikut contoh penerapan sila ketiga yaitu:
1) Menanamkan jiwa dan semangat patriotisme serta cinta tanah air bagi seluruh
anggota keluarga
2) Selalu berusaha untuk menjaga nama baik Indonesia.
3) Selalu menghormati, menyayangi, dan menghargai di antara anggota keluarga.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat bermakna pengambilan keputusan dari pendapat- pendapat yang
berbeda diutamakan melalui mekanisme musyawarah. Berikut contoh penerapan
sila keempat yaitu:
1) Anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
2) Menyelesaikan masalah melalui jalur musyawarah.
3) Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sesuai dengan bunyi sila ini, maka setiap rakyat Indonesia berhak mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan. Berikut contoh
penerapan sila kelima yaitu:
1) Melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai warga masyarakat.
2) Membantu tetangga yang membutuhkan tanpa melihat status sosial.
3) Mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan
masyarakat.
2. Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila
Dalam upaya menerapkan nilai-nilai Pancasila kita akan menemui peluang
sekaligus tantangan. Terutama saat ini kita berada di zaman teknologi canggih, era
revolusi industri 4.0. Namun, hal ini tentu akan menimbulkan masalah baru.
Interaksi dengan masyarakat asing akan membuat kita mengenal budaya baru,
ideologi baru, serta tradisi baru. Tidak sedikit yang merasa lebih senang dengan
7
budaya luar karena merasa bebas. Bahkan mungkin meniru perilaku dan gaya hidup
masyarakat luar yang bisa jadi bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Selain tantangan, perkembangan teknologi juga bisa menjadi peluang dalam
menerapkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini karena kita dapat memanfaatkan
kecanggihan teknologi untuk mengenalkan Pancasila kepada anak sejak dini.
8
RANGKUMAN PPKN
BAB 2 : KONSTITUSI DI INDONESIA
Yuan Saliha E.X-1/34
9
tetap memberlakukan konstitusi yang asli. Contoh negara yang menganut sistem
ini adalah Amerika Serikat dan Indonesia.
b. Amendemen UUD 1945
Konstitusi memang dapat mengalami perubahan, hal ini bertujuan agar isi
dari konstitusi tersebut mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika
masyarakat yang memang selalu mengalami perkembangan. Dalam UUD 1945
pasal 37 disebutkan bahwa yang diberi wewenang untuk melakukan perubahan
terhadap UUD 1945 adalah MPR.
Fungsi dari perubahan dalam konstitusi :
1) Mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas.
2) Mengubah dan/atau menambah hal-hal yang diatur dalam konstitusi yang
dianggap terlalu singkat dan tidak lengkap.
3) Memperbaiki kelemahan mendasar dari konstitusi yang telah ada.
4) Memperbarui ketentuan-ketentuan yang sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan politik dan ketatanegaraan suatu negara.
Amandemen UUD 1945 :
1) Amendemen pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR 1999 dan disahkan
pada tanggal 19 Oktober 1999.
2) Amendemen kedua dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2000 dan disahkan
pada tanggal 18 Agustus 2000.
3) Amendemen ketiga dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan disahkan
pada tanggal 9 November 2001.
4) Amendemen keempat dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2002 dan
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Hal yang disepakati dalam amandemen :
1) Perubahan yang dilakukan tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.
2) Tetap mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
4) Melakukan perubahan dengan cara adendum yang artinya bahwa perubahan
UUD 1945 dilakukan dengan tetap mempertahankan naskah aslinya.
5) Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke
dalam pasal-pasal.
10
Sebelum amendemen, sistematika UUD Tahun 1945 terdiri dari: Pembukaan,
Batang Tubuh (37 pasal, 16 bab, 49 ayat), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal
Aturan Tambahan.
Setelah amendemen, sistematika UUD Tahun 1945 menjadi Pembukaan (tetap 4
alinea), Batang Tubuh (21 bab, 73 pasal. 170 ayat), 3 pasal Aturan Peralihan, dan
2 pasal Aturan Tambahan.
3. UUD NRI Tahun 1945 dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Pasal yang Terkait dengan Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 27
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
b. Pasal yang Terkait dengan Pemenuhan Hak Asasi Manusia
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
c. Pasal yang Terkait dengan Jaminan Beragama
Pasal 29
1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
d. Pasal yang Terkait dengan Bela Negara
Pasal 30
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan.
e. Pasal yang Terkait dengan Pendidikan dan Kebudayaan
Pasal 31
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
11
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Pasal 32
1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.
f. Pasal yang Berkaitan dengan Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial
Pasal 33
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
Pasal 34
12
1) Fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenal pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
B. Pengenalan Norma dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Pengertian dan Tujuan Norma
Norma merupakan petunjuk atau pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam
hidup bermasyarakat. Norma juga dapat diartikan sebagai aturan yang mengatur
perilaku manusia dan berlaku dalam kehidupan.
2. Nilai sebagai Sumber Norma
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Nilai
adalah ukuran-ukuran, patokan-palokan, anggapan-anggapan, dan keyakinan-
keyakinan yang dianut orang banyak dalam suatu masyarakat tertentu mengenai
benar-salah, pantas-tidak pantas, luhur-hina, indah-tidak Indah, baik-tidak baik,
dan penting-tidak penting untuk dikerjakan atau dilaksanakan.
b. Sifat Nilai
1) Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan
suatu keharusan sehingga nilal memiliki sifat ideal (das solleh).
3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.
c. Fungsi Nilai
1) Nilai mendorong manusia untuk berbuat baik.
2) Nilai menjadi petunjuk arah dan pilihan perilaku manusia.
3) Nilai menjadi alat kontrol perilaku manusia.
d. Klasifikasi Nilai
1) Macam-Macam Nilai Menurut Proses Terbentuknya
13
Terdapat enam macam nilai yaitu nilai teori, nilai ekonomi, nilai religi, nilai
estetis, nilai sosial, dan nilai politik.
2) Macam-Macam Nilai Ditinjau Berdasarkan pada Tujuan Penilaiannya
Berdasarkan pada tujuan penilaiannya yaitu nilai etika, nilai estetika, nilai
sosial, dan nilai agama.
3) Macam-Macam Nilai Menurut Walter G. Everett
Menurut Walter G. Everett, terdapat lima macam nilai yaitu nilai-nilai
ekonomis, nilai-nilai rekreasi, nilai-nilai perserikatan, nilai-nilai kejasmanian,
dan nilai-nilai watak.
4) Macam-Macam Nilai Menurut Prof. Dr. Notonagoro
Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu nilai materiel,
nilal vital, dan nilai rohaniah.
5) Macam-Macam Nilai Menurut Max Scheler
Max Scholer membagi nilai menjadi empat macam yaitu nilai kenikmatan,
nilai kerohanian, dan nilai kehidupan.
e. Hubungan antara Nilai dan Norma
Nilai memiliki hubungan yang sangat erat dengan norma sebab pada hakikatnya
norma merupakan penjabaran dari nilai.
3. Macam-Macam Norma
a. Norma Berdasarkan Daya Ikatnya
1) Cara (Usage)
Usage atau cara menunjuk pada suatu perbuatan dalam sebuah hubungan
antarindividu. Usage atau cara memiliki daya ikat sangat lemah.
2) Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama
karena sebagian besar masyarakat menyukai perbuatan tersebut.
3) Tata Kelakuan (Mores)
Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari sekelompok manusia
dan menjadi alat pengawas oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
4) Adat Istiadat (Custom)
Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat oleh pola-
pola perilaku suatu masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat terhadap
individu-individu yang tinggal dalam masyarakat tersebut.
5) Norma Hukum (Laws)
14
Norma hukum merupakan norma yang memiliki daya ikat tertinggi karena
dibuat oleh negara yang memiliki kewenangan untuk menegakkan peraturan.
b. Norma Berdasarkan Kekuatan Sanksinya
Ditinjau berdasarkan kekuatan sanksinya, norma dibedakan menjadi empat, yaitu
norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.
4. Hubungan Antarnorma
Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum tidak dapat
dipisahkan (saling mengisi dan melengkapi) serta saling menguatkan. Norma
kesusilaan sebagai bisikan suara hati nurani memiliki keterkaitan dengan norma-
norma lain, baik norma agama, norma kesopanan, maupun norma hukum.
5. Perilaku Sesuai Norma yang Berlaku dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai norma yang berlaku dalam masyarakat akan selaras jika pelaksanaannya
dilandasi dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Kehidupan dalam
masyarakat tidak akan berjalan selaras dan harmonis jika masyarakat tidak
mematuhi norma-norma yang berlaku.
15
E. Produk dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan
1. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia adalah negara hukum. Itu artinya ada aturan/hukum terhadap segala
perilaku yang dilakukan masyarakat. Oleh sebab itu, di Indonesia terdapat hukum
yang mengatur kehidupan masyarakat yang disertai dengan sanksi tegas bagi para
pelanggarnya.
16
3. Hubungan Antarperundang-undangan
Peraturan perundang-undangan merupakan dokumen hukum yang memiliki
konsekuensi sanksi bagi pihak yang diatur sehingga dalam menyusun suatu produk
peraturan perundang- undangan bukanlah hal yang mudah dan harus memperhatikan
beberapa hal. Prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan terdiri dari lima
tahapan, diawali dengan tahap perencanaan, tahap penyusunan, tahap pembahasan,
tahap pengesahan atau penetapan, dan terakhir tahap pengundangan.
17