Standar Kompetensi
1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan masalah Pancasila sebagai dasar
negara.
Kompetensi dasar
1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara
Indikator
A. Proses Perumusan Pancasila
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara tdak dapat terlepas dari perjuangan
bangsa Indonesia untuk mencapai kekerdekaan. Bangsa Indonesia mengalami penjajahan
oleh bngsa asing seperti Belanda, Inggris, Portugis, dan Jepang. Pada masa penjajahan
bangsa kita sangat menderita, rakyat sangat tertekan, dan merasa tidak nyaman tinggal
dinegaranya sendiri. Rakyat ingin keluar untk melepaskan diri dari penjajahan. Oleh
sebab itu, rakyat Indonesia disetiap daerah melakukan perlawanan. Perlawnan tersebut
sering mengalami kegagalan karena masih bersifat daerah, artinya perlawanan melawan
penjajah dilakukan oleh masing-masing daerah sehingga mudah di adu domba, tidak
adanya persatuan dan kesatuan di antara mereka , kurangnya jiwa kepemimpinan, artinya
setelah para pemimpin ditangkap oleh penjajah rakyat tidak ada lagi yang memimpin
sehingga perjuangan berhenti, masih minimnya alat persenjataan.
1. Kesadaran Nasional
Kegagalan-kegagalan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah menyadarkan
beberapa pemimpin. Perjuangan tidak akan berhasil apabila dilakukan dalm
srcaea terpisah-pisah. Kemudian beberapa pemimpin mengajak rakyat Idonesia
bersatu untuk mengusir penjajah. Mereka membentuk suatu wadah organisasi
politik yang bergerk di bidang pendidikan dan sosial.
Organisasi Boedi Oetomo merupakan perintis bangkitnya perjuangan bangsa
Indonesia. Organisasi ini dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan didirikan
pada tanggal 20 Mei 1908. Gerakan ini menjadi pelopor untuk membangkitkan
perjuangan melawan penjajah untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka.
Oleh sebab itu, setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai hari Kebangkitan
Nasional.
Setelah Boedi Oetomo, muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya.
Persatuan dan kesatuan rkyat Indonesia semakin kuat. Perjuangan untuk merintis
persatuan dan kesatuan nasional kemudian diikuti dengan ikrar SumpahPenuda
pada tanggal 28 Oktober 1928. adapun isi Sumpah Pemuda, yaitu sebagai berikut.
a. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia
b. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia
c. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahsa Indonesia
2. Pembentukan BPUPKI
Sejarah terus berjalan, perjuangan bangsa Indonesia belum berakhir.
Kedatangan bangsa Jepang pada tahun 1942 yang ingin mengusir Belanda
justru menambah berat penderitaan bangsa Indonesia. Jepang menebarpesona
dengan menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia setelah Perang
Pasifik usai.
Pada akhir tahun 1944, Jepang mulai banyak menglami kekalahan di
mana-mana dari sekutu dalam Perang Dunia II. Banyak wilayah yang
diduduki jepang jatuh ketangan sekutu. jepang merasa pasukannya sudah tidak
dapat mengimbangi serangan sekutu. Untuk itu, Jepng menjajikan
kemerdekaan kepada bangsi Indonesia agar tidak melawan dan bersedia
membantunya melawan sekutu. Dalam rangka menarik simpatik rakyat, pada
tanggal 1 Maret 1945 dibentukla BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang “Dokuritsu
Junbi Cosakai”. Badan ini diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan
bernggotakan 64 orang. Adapun tugas dari BPUPKI adalah menyelidiki dan
mempelajari hal-hal penting mengenai masalah tata pemerintahan atau
pembentukan Indonesia merdeka. Pelantiakn dan peresmian pengurus
BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945.
BPUPKI melakukan sidang dua kali, sidang pertama pada tanggal 29
Mei sampai 1 Juni 1945 dan sidangkedua pada tanggal 10 – 16 Juli 1945.
a. Sidang Pertama BPUPKI
BPUPKI setelah terbentuk segera mengadakan persidangan. masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 mei 1945 samapai
dengan 1 juni 1945. Padamasa persidangan ini, BPUPKI membahas
rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada tpersidangan
dikemukakan berbgai pendapat tentang dasar negra yang akan dipakai
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Sepomo , dan Ie. Soekarno.
1. Mr. Moh. Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang
dasar negara Indonesia merdeka di hadapan sidang BPUPPKI pada
tanggal 29 mei 1945. Pemikirannya diberi judul “Asaa dan Dasar
Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin
mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai
berikut :
a. Peri kebangsaan d. Peri kerakyatan, dan
b. Peri kemanusiaan e. Kesejahteraan rakyat
c. Peri ketuhanan
2. Dr. Soepomo
Mr. Soepomomendapat giliran mengemukakan pemikarannya
di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 3 Mei 1945.
Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-msalah yang
berhubungn dengn dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang
akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan
pada hal-hal berikut ini :
a. persatuan d. musyawarah, dan
b. kekeluargaan e. keadilan sosial
c. keseimbangan lahir dan batin
3. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mendapat esepatan untuk
mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya
terdiri atas lima asa beikut ini.
a. kebangsaan Indonesia c. mufakat atau demokrasi
b. internasiaonalisme atau d. kesejahteraan sosial, dan
perikemanusiaan e. Ketuhanan Yang Maha Esa
Kelima asaa tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran
teman yang ahli bahasa. Untuk selamjutnya, tanggal 1 Juni kita
peringati sebagai hari Lahirn Istilah Pancasila.
Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, bedaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaaannya.
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yg terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedulatan
rakyat yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan
sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKi membahas rancangan
unangundang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancag Undang-Undang
Dasar yang diketuai Ir. Soekarno.
Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan
tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini
diketuai Mr. Soepomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo,
Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian
disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghals Bahasa yang terdiri atas
Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Soepomo.
Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-
Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya
disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernytaan Indonesia merdeka, pembukaan
undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).
Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk mnyusun
UUD berdasarkan hasik kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada
tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasl kerja penyusunan UUD. Laporan
diterima sidang pleno BPUPKI.
B. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang, sebagai
gantinya adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dalam bahasa
Jepangnya “Dokuritsu Junbi Inkai”. PPKI deketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta
sebagai wakilnya. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili selurh lapisan masyarakat
Indonesia.
1. Perubahan Piagam Jakarta
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, presiden dan wakil
presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas presiden Indonesia.
PPKi membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunaka naskah
Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung
Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari
penyelesaian masalah kalimat “...dengan kewajiban menjalankan syariat Islambagi
pemeluk-pemeluknya” Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” pada kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah
Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H Abdul Wachid Hasyim, dan
Teuku Moh. Hassan.
Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain
dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan
kalimat tersebut. Mereka menganca akan mendirikan negara sendiri apabila tidak
diubah. dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk
menghilangkan kalimat “...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
Kita harus menghargai nilai juang para tokoh yang sepakat menghilangkan
kalimat “...dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memilii rasa nasionalisme yang
tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribad dan golongan. Selain itu, rasa cinta tanah air, persatuan dan
kesatuan, mendorong para tokoh PPKI untuk memperjuangkan dan menegakkan hak
asasi manusia. Nilai-nilai juang para tokoh PPKI inilah yag harus kita tiru dan
amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapunu tujuan diadakan pembahasan sendiri
tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disejuinya
perubahan itu maka segera saja sidang PPKI pertama dibuka.
2. Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil erja BPUPKI dibahas
kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok
Hatta. Merek mengusulkan dua perubahan.
Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi, “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di ubah
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula
berbunyi “Presiden ialah orang Indonesiayang beragama Islam” diubah menjadi
“Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal
itu menunujukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Rancangan hukum dasar yang diterimaBPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945
setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945
diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7 Tahun 1946 pada
halaman 45-48. Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas sebagai berikut.
a. Pembukaan (mukaddimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada alinea ke-4
UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai
berikut.
1) KetuhananYang Maha Esa.
2) Kemanusian yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal peraturan peralihan,
dan 2 ayat aturan tambahan.
c. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
merupakan perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu
bangsa Indonesia membulakan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
BAHAN AJAR 2
A. Perubahan Piagam Jakarta sebagai Keputusan Bersama
Bagaimana konsep dasar negara yang tercantum pada Piagam Jakarta disepakati ?
PPKI mengadakan rapat tanggal 18 Agustus 1945 . sebelum rapat dimulia, Soekarno-Hatta
meminta Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singo Dimedjo, K.H.A. Wahid Hasyim, dan
Teuku Moh. Husen untuk membahas masalah rancangan pembukaan undang-undang dasar
yang dibuat pad tanggal 22 juni 1945. Pembahasan itu terutama mengenai sila pertama dasar
negara yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya.”
Butir sila pertama tersebut mendapat pertentangan dari pemeluk agama lain, terutama
tokoh-tokoh dari Indonesa bagian timur. Bahkan mereka mengancam akan memdirikan
negara Indonesia bagian timur. Bung Hatta dan keepat tokoh Islam kemudian masuk salah
satu ruangan untuk bermusyawarah. Akhirnya, setelah 15 menit tercapai kata sepakat untuk
menghilankan kalimat “... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.
Rapat pleno PPKI akhirnya berlangsung lancar. Maslaha rancangan pembukaan dan
Undang-Undang dasar berhasil dibahas dalam tempo kurang dari dua jam. Mereka secara
serempak menyepakati Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Proses Perumusan Pancasila telah memberikan pelajaran kepada kita betapa
pentingnya persatuan dan kesatua bangsa. Para tokoh pendiri negara Indonesia telah
memberikan contoh yang membuktikan semnagad kebersamaan demi persatuan ddan
kesatuan bangsa Indoneisa.
B. Nilai-Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila
Perhatikanlah sejarah kita . Tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia yang bergabung
dalam PPKI seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan yang
lainnya telahh memberi telada bagi kita dalam menerima keputusan bersama, yaitu pada saat
mereka merumuskan perubahan piagam jakarta. PPKI menerima masukan agar mengubah
konsep dassr negara pada piagam Jakarta. akhirnya, PPKI mengadakan musyawarah untuk
mencapai mufakat demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang baru berdiri, setelah
dmusyawarahkan akhirnya diputuskan secara bersama-sama untuk mengubah sila pertama
pada Piagam Jakarta. Seluruh anggota PPKI meletakkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi.
Berikut ini nilai- nilai kebersamaan yang dapat diambil dari contoh dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
1. Menghargai Pendapat Orang lain
Bangsa Indonesia sangat menghargai dan menjunjung tinggi persamaan derajat
manusia. Oleh sebab itu, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat orang lai
sangat penting. Beberapa hal yang perlu diperhatiakn dalam menyampaika pendapat,
antara lain sebagai berikut :
a. Harus jelas dan sopan
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Tidak menyimpang dari pembicaraan atau masalahyang dihadapi
d. Tidak memotong pembicaraan orang lain
e. Isi pembicaraan mengutamakan kepentingan bersama
f. sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
2. Menerima Keputusan Bersama
Keputusan bersama adalah sebuah kesepakatan. Oleh karena itu, sebuah keputusan
bersama harus dilaksanakandengan ikhlas dan berjiwa besar dan menerima keputusan
tersebut. Supaya dapat menerima hasil keputusn bersama diperlukan kesadaran seperti
berikut :
a. Membangun sikap kreatif, baik dalam mengutarakan pendapat maupun menanggapi
pendapat orang lain
b. Terbuka dan mau mengakui kebenaran orang lain
c. Menjalin rasa kekeluargan dalam musyawarah berlangsung
d. Berlapang dada untuk menerima keputusan hasil musyawarah
e. Memahami permasalahan yang sedang dibhas sebelum mengutarakan pendaoat
f. Memecahkan mmasalah demi kepentingan umum
g. Melakukan musyawarah sesuai dengan aturan dan tata tertib yang ditetapkan bersama
h. Mengutamakan pendapat secara jelas, masuk akal, dan tidak menyinggung perasaan
peserta lain
3. Melaksanakan Hasil Keputusan Bersama
Diperlukan kesadaran dan tanggung jawab agar pelaksanaan keputusan musyawarah
dapat berlangsung sesuai dengan harapan bersama. Sikap ketulusan untuk melaksanakan
keputusan musyawarah harus dibina dan ditanamkan sejak kecil sampai dewasa, dari
lingkungan keluarga sampai lingkungan masayarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan kupulan orang-orang yang memilii hubungan darah.
Keluarga merupakan masyarakat terkcil. Ketika merencanakan suatau kegiatan
keluarga, musyawarah menajadi hal yang sangad penting untuk mencapai
kesepakatan.
1. Terciptanya suasana akrab, saling mengingatkan apa yang telah disepakati bersama
2. Memperhatikan nasihat orang tua selanjutnya menerapkan dalam setiap kegiatan
sehari-hari
3. Melaksanakan kesepakatan bersama demi terciptanya kerukunan, kedamaian dan
kesejahteraan keluarga
4. Berdisiplin dan menghindari pelanggaran terhadap keputusan yang telah disepakati
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat latihan bermasyarakat, berorganisasi, dan
bermusyawarah untuk memperoleh kesepakatan bersama yang menyangkut
kepentingan orng banyak. Dilingkungan seolah perlu dikembangkan kesadaran untuk
hal-hal sebagai berikut :
1. Pentingnya suasana akrab dalam setiap kegiatan yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan untuk melaksanakan hasil musyawarah.
2. Bertanggung jawab terhadap tugasnya sesuai kesepatan bersama
3. mengembangkan sikap kasih sayang yang dikembangkan dalam bentuk
mengingatkan sau dengan yang lain dengan penuh bersama
4. meyakinkan diri sendiri dan bersama teman bahwa kesepakatan musyawarah
adalah hal yang terbaik untuk kepentingan bersama
5. mengembangkan sikap disiplin dalam setip kegiatan, karena dengan disiplin
keputusan hasil musyawarah dapat dilaksanakan sesuai harapan
c. Lingkungan Masyarakat
Kedamaian, ketentraman, dan ketertiban dalam masyarakat dapat dirasakan ,
dinikmati oleh setiap keluarga apabila :
1. setiap warga saling menghargai dan menghormati
2. saling memahami akan hak dan kewajibannya
3. dapat menerima haknya dan melaksanakan kewajibannya secara tulus ikhlas
dengan semangad kekelurgaan demi kepentingan bersama
Kesadaran yang perlu dikembangkan dalam hidup dimasyarakat, antara lain :
1. menerima hasil keputusan bersama untuk kesejahteraan bersama
2. membina kerja sama sehingga tercipta suasana saling membantu untuk mewjudkan
tujuan musyawarah
3. saling memahami bahwa perbedaan cara pandanf bukan sebagai kendala melainkan
dimanfaatkan untuk memperkaya dan mendukung pelaksanaan berbagai hal
4. menciptakan suasana akrab penuh rasa kekelurgaan untuk saling mengingtkan satu
dengan yang laian
5. membina kerja sama, rasa setia kawan, dan disiplin agar keputusan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
BAHAN AJAR 3
A. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Perumusan Dasar Negara
1. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 6 Jui 1901. Ayahnya
bernama Raden Sukemi Sastrodiharjo yang masih keturunan Raja Kediri. Ibuya
bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang masih keturunan bangsawan Bali.
Beliau mulai bersekolah di ELS (SD Belanda), kemudian melanjutkan ke HBS
(sekarang SMA) selama 6 tahun. Kemudian meanjutkan ke THS (sekarang ITB
Bandung). Pada tahun 1925n eliau berhasil meraih gelar Insinyur (Ir.)
Ir. Soekarno atau Bung karno adalah seorang pemimpin dengan gaya
pidatonya yang khas. Ia sanggup berpidato berjam-jam lamanya tanpa teks. Karena
kekhasannya tersebut ia mampu menarik simpati rakyat Indoesia serta mampu
menggelorakan semangat bangsanya. Ia sebagai pencetus Pancasila dasar negara.
menjelang prokalmasi Ir. Soekarno terpilih sebagai ketua PPKI. Bersama Bung Hatta,
Bung Karno berani mengambil sebuah keputusan yang sangat penting bagi Indonesia,
yaitu mengumandangkan proklamsi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945.
Proklamasi Kemerdekaan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
merdeka, terangkat derajat, dan martabatnya di mata dunia. Pada tanggal 18 Agustus
1945 ia terpilih menjadi presiden pertama. Pemerintah menganugerahi sebagai
Pahlawan Proklamator berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 081/TK/Tahun 1986
tanggal 23 Oktober 1986.
2. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902.
drs. Mohammad hatta lebih dikenal dengan sebutan Bung Hatta. Beliau adalah sosok
yang santun, rendah hati, taat beragama, dan jujur.
Di masa mudanya, pada tahun 1921 Hatta menuntut ilmu di Sekolah Tinggi
Ekonomi (Handels Hogere Schools) di Rotterdem, Belanda. Di negeri ini, Hatta,
menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, suatu organisasi pergerakan mahasiswa yang
memperjuangkan keerdekaan Indonesia. Akibat aktivitasnya, Hatta pada tanggal 24
Sptember 11927 ditangkap pemerintah Belanda dengan tuduhan menjadi anggota
organisasi terlarnag dan menghasut orang untuk meneang pemerintah Belanda. Pada
sidang pengasilan di Den Haag, Belanda, Hatta dituntut tiga tahun penjara. Hatta
membacakan pembelaannya dengan berjudul “Indonesia Vrij”, artinya Indonesia
merdeka. Pada sidang itu, Hatta dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.
Bung Hatta kembali ke Indonesia dan tetap menjalankan aktifitas mencapai
kemerdekaan Indonesia. Akibatnya, pada tahun 1942 Bung Hatta ditangkap
pemerintah kolonial Hindia Belanda dan dibuang ke Boven, Digul, Papua. Ia
dibebaskan setelah Jepang masuk dan menduduki Indonesia. Menjelang kemerdekaan
Indonesia, Bungg Hatta aktif dalam memepersiapkan kemerdekaan Indonesia. Ia
menjadi anggota BPUPKI dan juga PPKI. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Hatta
bersama dengan Ir. Soekarno mengumandangkan Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menetapkan dan melantik Hatta sebagai Wakil
Presiden RI mendampingi Ir. Soekarno.
Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di
Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Pada atahun 1986 oleh pemerintah
Indonesia Drs. Moh. Hatta dan Ir. Soekarno dianugerahi gelar sebagai Proklamator
Indonesia.
3. Haji Agus Salim
Masyhudul haq atau lebih dikenal denagn nama Haji Agus Salim. Lahir pada
tanggal 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Sumatera Barat. Setelah menamtkan sekolah
tigkat SMA, beliau bekerja sebagai penerjemah. Kemudian pada tahun 1906-1911
bejkerja sebagai konsulat Belanda di Jedah.
Pada tahun 1929, Haji Agus Salim diangkat menjadi ketua Partai Sarekat
Islam Indonesia (PSSI) menggantikan H.O.S Cokroaminoto. Pada tahun itu juga ia
diangkat sebagai penasihat teknis delegasi Buruh Negeri Belanda ke konferensi kaum
buruh internasianal di Jenewa, Swiss. Ia berpidato dengan menggunakan bahasa
Prancis yang fasih, sehingga para delegasi menjadi kagum, sekaligus mengangkat
nama Indonesia di kancah dunia.
4. Prof. Dr. R. Supomo, S.H
Mr. Supomo dilahirkan pada tanggal 23 Januari 2903 di Sukoharjo, Jawa
Tengah. Supomo muda bersekolh di Europeesche Lagere School (setingkat SD) dan
lulus tahun1917. Selanjutnya, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Larger (setingkat
SMP) di Solo dan lulus tahun 1920. Setelah lulus dari SMP Supomo kemudian
berangkat ke Jakart meeruskan pendidikan Reechtsschool (sekolah hukum) dan lulus
tiga tahun kemudian. Supomo setahun kemudian mendapat kesempatan belajar di
Universitas Leiden dan memperoleh gelas Meester In Rechten (Mr.) dan doktor ilmu
hukum.
Selama belajar dinegeri Belanda, Supomo menjadi ahli hukum. Karena
Supomo ikut organisasi Perhimpunan Indonesia. Setelah pulang dari Negeri Belanda,
Supomo menjadi ahli hukum. Karena Supomo ahli hukum maka Jepang
menunjukkannya untuk mengepalai Departemen kehakiman.
Mr. Supmo aktif dalam BPUPKI. Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei
1945 Supomo mengajukan konsep dasar negara Indonesia merdeka. Mr. Supomo juga
aktif menjadi ketua panitia kecil bagian dari Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar.
Ketika Indonesia merdeka, Mr. Supomo diangkat menjadi Mmenteri
Kehakiman. Ia juga pernah menajadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris.
Mr. Supomo meinggal pad tanggl 12 September 1958 di Jakarta dan dimakamkan di
Solo. Atas jasajasanya, Pemerintah Indonesia menetapkan Mr. Supomo sebagai
Pahlawan Kemerdekaan.
5. Prof. Moh. Yamin, S.H
Moh. Yamin lahir di Talawi, Sumatera Barat pada tanggal 28 Agustus 1903.
Setelah menamatkan sekolah guru, ia mengajar di Bukit Tingg. Ia kemudian
melanjutkn sekolah kehakiman di jakart denganbeasiswa dari pemerintahan Belanda.
Kegiatan organisasi dan berpolitik dimulainya dengan masuk Jong
Sumateranan Bond dan Indonesia Muda. Cita-cita persatan bangsa yang didambakan
terwujud dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. satu Nusa, Satu
bangsa, dan satu bahasa. Dalam rangka persiapan terbentuknya Republik Indonesia
merdeka, Moh. Yamin berperan aktif yaitu memberikan usulan atau gagasan tentang
rumusan dasar negara. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat sebagai anggota Komite
Nasional indonesia.
6. K.H. Abdul wahid Hasyim
K.H Abdul Wahid Hasyim dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 1
Juni 1914. Belau putra dari K.H Hasyim Asy’ari, ulama besar dan pendiri Nahdatul
Ulama. Abdul Wahid Hasyim muda menimba ilmu di pesantren-pesantren termasuk di
Pesantren Tebu Ireng milik ayahnya. Abdul Wachid Hasyim adalah seorang ototidak. Ia
mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara membaca buku-buku ilmu penegetahuan
lainnya sehingga mempunyai wawasan pengetahuan yang luas.
Pada tahun 1935 K.H Abdul Wachid Hasyim mendirikan madrasah
modern dengan nama Nidza-miya. K.H Abdul Wachid Hasyim termasuk tokoh ulama
yang kharismatik seperti ayahnya. Karena ketokohan dan wawasannya yang luas, ia
ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama.
K.H Abdul Wachid Hasyim juga termasuk salah satu anggota Panitia
Sembilan dalam BPUPKI dan juga anggota PPKi. KH. Abdul Wachid Hasyim
mempunyai peranan penting dalama perumusan dasar negara. Ia bersam dengan tokoh
Islam lainnya, menyetujui adanya perubahan rumusan sila pertama dari Pancasila.
B. Nilai-Nilai Kebersamaan Para Tokoh Perumus Pancasila
Banyak pelajaran berharga yang kita peroleh dari proses perumusan Pancasila yang
dialkukan para tokoh. Proses perumusan Pncasila yang dilakukan dengan penuh nilai
perjuangan dan diliputi dalam semangat kebersamaan. Berikut beberapa niali juang dan
semangat kebersamaan daro para tokoh perumus Pancasila.
1. Berbeda-beda tetapi Satu Cita-Cita
Berbeda-beda tetapi satu cita-cita merupakan satu hal paling penting yang
dapat kita teladani dar sejarah perumusan Pancasila. Jika kita perhatiakan dalam
sejarah, usulan-usulan dalam sidang BPUPKI berbeda-beda. Perbedaan pendapat
tersebutterjadi karena latar belakang anggota BPUPKI yang berbeda daerah. Perbedan-
perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pendapat yang beragam. Akan tetapi,
perbedaan yang ada tidak menghalangi mereka bekerja sama. Mereka mengabaikan
pebedaan-perbedaan itu demi terciptanya tujuan. Sebab, semua anggota BPUPKI
memiliki tujuan dan cita-cita yangsama, yaitu kemerdekaan.
2. Bersatu dalam Perbedaan
Indonesia juga tersusun atas keanekaragaman suku bangsa, agama, bdaya yang
menciptakan banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu harus menjadi dasar untuk
saling mengenal, menghormati, menolong, dan bekerja sama. Para pahlawan telah
memberi contoh bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu. Semanagat
perjuangna dan persatuan itu harus ditiru dan diteladani. Kini kita telah merdeka dari
penjajah. Ini bukan berarti kita tidak lagi memerlukan persatuan dan kesatuan. Para
pejunag dulu bersatu dan melupakan perbedaan untuk Indonesia merdeka. Kini, kitapun
harus tetap bersatu. Kita harus dapat mengesampingkan perbedaan demi kepentingan
bangsa dan negara.
3. Nilai Kebersamaan dalam Perumusan Pancasila
Proses perumusan Pancasila tidak hanya dilakukan oleh satu orang. Beberapa tokoh,
seerti Bung Karno, Moh. Yamin, dan Soepomo, berusaha keras menyumbangkan buah
pikiran mereka. Meski bebera pinsip dan pendapat, mereka tidak menunjukkan sikap
saling memusuhi. Bahkan, mereka saling memberikan masukan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Semua itu dilakukan atas kesadaran untuk kepentingan bersama.
Kepentingan berupa demi tegaknya kedaulatan negara dan kokohnya dasar negara
Indonesia. Coba kalian baca kembali, ketika Bung Hatta mengusulkan perubahan bunyi
dari sebagian komponen bangsa yang tidak terlibat secara langsung dalam perumusan
dasar negara. Hal itu menunujukkan bahwa semua elemen bangsa merasa senasib dan
seperjuangan. Mereka ikut berjuang dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan.
Terbukti pula bahwa Pancasila yang dirumuskan dalam semangat kebersamaan mampu
bertahan sampai sekarang. Pancasilapun mampu menyatukan seluru komponen bangsa
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah, itulah nilai kebersamaan yang
dapat kita teladani dalam perumusan Pancasila. Segala sesuatu yang dilakukan dalam
semangat kebersamaan dan kekeluargaan tentu hasilnya akan lebih baik. Hasilnya pun
akan dirasakan sebagai milik bersama sehingga terpelihara. Semua pihak pun aka
merasa puas karena telah turut mewujudkan kepentingan bersama.
C. Meneladani Nilai-Nilai Juang Para Tokoh Perumus Pancasila
Dalam sejarah proses perumusan Pancasila, selain kebersamaan, ada nilai juang yang
dapat kita teladani dan kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Di antara nilai-nilai
juang tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Musyawarah
Musyawarah sangad diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Musyawarah
merupakan cara yang ditempuh anggota BPUPKI ketika merumuskkan Pancasila.
Perbedaan yang begitu banyak menjadikan sulit dalam proses pengambilan keputusan.
Namun, para perumus Pancasila membuktikan bahwa meeka dapat bekerja sama.
Padahal, mereka memiliki banyak perbedaan. Dengan kerja sama, sebuah keputusan
bersama berupa Pancasila pun berhasil disepakati. Kerja sama tersebut terwujud dalam
musyawarah.
2. Menghargai Perbedaan
Salah satu kunci keberhasilan musyawarah adalah kemauan untuk mengahargai
perbedaan. Apabila musyawarah dilakukan tanpa adanya kemauan tersebut, maka tidak
akan tercapai keputusan dalam musyawarah. Menghargi perbedaan terletak pada
kemauan atau kesdiaan untuk menerima pendapat yang berbeda demi kepentinan yang
lebih besar. Dalam perumusan Pancasila, hal ini terbukti penghapusan kalimat “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Nmun, dengan
adanya kesediaan menghargai perbedaan lahirlah keputusan untuk mengganti butir
pertama tersebut sehingga tercapailah keputusan untuk menggunakan kata “Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
3. Toleransi
Toleransi termasuk sikap menghargai perbedaan. Latar belakang para perumus dasar
negara disatukan dalam wadah BPUPKI. Perbedaan dalam satu wadah ini terbawa
dalam sidang sehingga timbul beragam perbedaan pendapat. Namun, perbedaan ini
tidak boleh menjadi penghambat guna melahirkan dasar negara yang kuku. Di sinilah
arti penting toleransi. Tanpa adanya toleransi, keputusan bersama tidak akan terwujud.
Dengan demikain, nilai uuang seperti musyawarah, perbedaan pendapat, dan toleransi
harus kita teladani dan amalkan dalam kehiduoan sehri-hari.
D. Pengamalan Pancasili dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Semangat Persatuan dan Kesatuan
Para tokoh bangsa seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr. Radjiman Wediodiningrat,
Muhammad Yamin, dan Mr. Supomo memiliki semnata persatuan dan kesatuan saat
merupuska dasar negaa Indonesia. hal ini terlihat saat para tokoh bangsa tersebut
membahas dan mendiskusikan bersma dalam suatu musyawarah tentang perumusan dasar
negara yang terbaik. meskipun banyany terdapt perbedaan pendapat dalam diskusi
tersebut, tetapi tidak menimbulkan perpecahan. Para tokoh bangsa tersebut juga berasal
dari daerah yang berbeda-beda, tetapi karena mnegutamakan semangad persatuan dan
kesatuan akhirnya musyawarah tersebut dapat berjalan lancar dan menghaslkan rumusan
dasar negara seperti yang diinginkan. semangat persatuan dan kesatuan yang dimiliki para
tokoh bangsa tersebut dapat kamu teladani dengan cara menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh perilaku yang menunjukkan semangad persatauan dan kesatuan, antara lain,
sebagai berikut.
a. Gotong royong membersihkan lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
b. Menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan tidak dengan kekerasan.
c. Mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri.
2. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM)
Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak setiap
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikeadilan dan perikemanusiaan”. dari uraian diatas bahwa bangsa
Indonesia mengakui kemerdekaan hak asasi manusia. Bangsa Indonesia berjuang untuk
memperjuangkan hak asasinya. Pancasila dirumuskan sebagai sumber hak asasi manusia,
yang artinya bahwa hak asasi manusia mendapat jaminan kuat dari Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Contoh sikap para tokoh yang menghargai hak asasi manusia,
antara lain, memberikan kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya,
menghargai hak oramg lain, tidak memaksakan kehendak pada orang lain, dan tidak
memperbudak orang lain.
3. Cinta Tanah Air
Sikap para tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan
kecintaannya tehadap tanah air Indonesia. Sikap cinta tanah air itu diwujudkan dengan
usaha keras dan rasa tulus dalam melakukan kebaikan demi kejayaan bangsa dan negara.
Pernyataan cinta tanah air tertuang dalam ikrar Sumpah Pemuda. Sikap cinta tanah air
harus kita teladani dalam kehidupan sehari-hari, antara lain, memakai barabg-barang
buatan bangsa Indonesia sndiri, berpartisipasi dalam pertunjukkan tarian Nusantara, ikut
serta parade pakaian adat, dan lebih mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan didir sendiri atau golongan.
4. Mendahulukan Kepentingan Umum
Para pejuang yang terlibat dalam perumusan dasar negara bekerja tanpa mengenal
lelah. Semua itu mereka lakukan demi kepentingan bangsa Indonesia bukan untuk dirinya
sendiri. Mereka berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Sikap mendahulukan
kepentingan umum perlu kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sikap yang
mendahulukan kepentingan umum, antara lain, ikut kerja bakti di lingkungan tempat
tinggal/ kampung, menyiapkan sarana belajar sebelum pelajaran dimulai, dan
melaksanakan ronda malam.
5. Jiwa Kepahlawanan
Jiwa kepahlawanan jelas tercermin dalam perumusan daar negara. Mereka
memiliki sikap rela berkorban tanpa pamrih dalam mewujudkan Indonesia Merdeka.
Mereka selalu memikirkan masa depan bangsa dengan menata sistem pemerintahan
Indonesia. Contoh perilaku yang menunjukkan sikap kepahlawanan, antara lain, berani
membela kebenaran dan keadilan, berani menegur teman yang berbuat tidak baik, rela
berkorban untuk kepentingan bersama, dan menolong orang lain yang mengalami
kesusahan.
6. Menghargai Orang Lain
Contoh menghargai orang lain dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut :
a. Tidak membeda-bedakan teman yang berbeda suku bangsa, agama atau golongan
b. Mau mendengar dan menerima pendapat orang lain dalam suatu rapat meskipun
pendapatnya berbeda dengan pendapat kita
c. Berbicara sopan dengan siapapun tanpa kecuali
BAHAN AJAR 5
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Standar Kompetensi
2. Memahami sistem pemerintahan Reublik Indonesia
Kompetensi Dasar
2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD1945 hasil amandemen
A. Mengenal Negara
1. Pengertian Negara
Manusia disebut sebagai makhluk sosial, artinya manusia selalu membutuhkan orang
lain, bergaul dengan orang lain, dan hidup dalam suatu kelompok. Kelompok iyu dimulai dari
keluarga, sehingga keluarga merupakan masyarakat terkecil. Dari kelompok kecil
berkembang menjadi besar, maka timbullah suatu organisasi yang besar dan disebut negara.
Jadi, negara berarti berkumpulnya orang-orang yang merasa bersatu dengan wilayah yang
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang sah.
2. Unsur-Unsur Negara
Suatu negara ada karena beberapa unsur sebagai berikut.
a. Wilayah Negara
Wilayah negara adalah tempat rakyat tinggal menetap dan tempat untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Wilayah sebuah negara terdiri atas wilayah darat,
laut, dan udara.
b. Rakyat Negara
Rakyat adalah orang yang berdiam di wilayah suatu negara dan wajib patuh
pada peraturan dan kekuasaan negara. Rakyat terdiri atas penduduk asli dan penduduk
asing.
c. Pemerintahan Negara
Pemerintah adalah lembaga / kelompok yang diberi kepercayaan oleh rakyat
untuk menjalankn kekuasaan negara berdasarkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan
ini bersifat penuh dalam rangka mengatur seluruh kehidupan rakyat tanpa campu
tangan dari negara lain.
3. Dasar Negara
Negara mmerlukan perangkat UUDyang kuat dan tahan lama supaya negara berdiri
kukuh. Negara kita dibangun di atas UUD 1945. Negara harus dibangun di atas
seperangkat nilai-nilai dasar negara sebagai falsafah atau pandangan hidup bangsa dan
negara. dasar negara Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
4. Bentuk Negara
Bentuk negara di beberapa negara tidak sama. Ada bentuk negara kerajaan, republik,
monarki, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara yang berbentuk republik. Hal ini
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menetapkan bahwa negara
Indonesia adalah negara berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat . Jadi, negara
dipimpin oleh seorang presien yang dipilih rakyat untuk suatu jangka waktu tertentu.
5. Tujuan Negara
Tujuan negaraerupakan sesuatu yang harus diutamakan dalam pembentukan suatu
negara. Tujuan angs Indonesia sangad jelas tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, yaitu “... memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasrkan kemerdekaan, perdamian abadi, dam
keadilan sosial”.
6. Kelahiran NKRI
NKRI terbentuk melalui proses yang sangat lama. Perjuangan bangsa Indonesia tidak
sia-sia, karena pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia memproklamisikan kemerdekaan.
Sejak saat itu, bangsa Indonesia lahir sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat,
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
B. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen
Kita kembali untuk mengingat tentang trias politika. Sebagai negara demokrasi,
pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias politika adalah pembagian
kekuasaan pemerintahan menjadi ttiga bidang. Ketiga bidang tersebut adalah legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Tiga bidang kekuasaan ini memiliki kedudukan bidang yang
sejajar. Tidak ada yang lebih berkuasa dibanding yang lain. Ketiganya saling berkerja
sama, saling mendampingi, dan saling mengingatkan. Dengan kerjasama ketiganya,
penyimpangan dalam pemerintahan dapat dihindarkan. Legislatf bertugas membuat
undang-undang. Bidang legislatif adalag dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Eksekutif
bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif adalah
presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang mebantunya. Adapun unsuer
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agunf (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) yang
bertugas mempertahankan pelaksanaan Undang-Undang.
Pembagian kekuasaan sesuai trias politika baru dilakukan setelah terjadi amandemen
UUD 1945. Amandemen bergulir seiring berjalnnya era reformasi. Amandemen pertama
terhadap UUD 1945 dilaksanakan pada taun 1999. Sampai tahun2002, mendemen
terhadap UUD 1945 sudah dilakukan sebanyak empat kali.
Oleh karena itu, sekarang ini lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai
dengan ketiga unsur tras politika. Kedudukan lembaga-lembaga negara telah mengalami
perubahan. Sebagai contoh, sebelum amandemen UUD 1945 MPR diposisikan sebagai
lembaga tertinggi. Namun setelh amendeman, kedudukan MPR menjadi lembaga negara.
Posisinya setara dengan lembaga negara lainnya. Amenedeman tehadap UUD 1945 juga
melahirkan beberapa lembaga negara yang baru. Lembaga-lembag baru tersebut seperti
komisa Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi. Selain itu, amenden UUD 1945 juga
menghapuskan Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Sebagai penggantinya, Presiden
membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan
pada presiden. Jika DPA merupakan lembaga negra yang sejajarr dengan presiden, maka
dewan pertimbangan berkedudukan di bawah presiden. Semua itu telah disesuaikan
dengan UUD 1945 yang telah diamendemen.
Perhatikan bagan mengenai pembagian kekuasaan setelah amendemen keempat UUD
1945.
Lembaga – Lembaga Negara RI Setelah Amendemen UUD 1945