Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA


1. PEMBENTUKAN BPUPKI
Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam melawan
penjajah. Kita pernah mengalami penderitaan ketika dijajah oleh Belanda. Sejarah
juga mencatat, kekalahan Belanda oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya
menyebabkan bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang. Ibarat pepatah ”lepas dari
mulut harimau masuk ke mulut buaya”, tepat kiranya untuk menggambarkan
bagaimana kondisi penderitaan bangsa kita saat itu. Penderitaan akibat
pelaksanaan kebijakan tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan kerja paksa. Hal ini menyebabkan banyak laki-laki
Indonesia dikirim hingga ke Burma (Myanmar) untuk melakukan
pekerjaan pembangunan dan pekerjaan berat lainnya dalam kondisi
yang buruk. Ribuan orang Indonesia meninggal dan hilang pada saat
kejadian itu berlangsung.
2. Pengambilan paksa. Saat itu, tentara Jepang mengambil makanan,
pakaian dan berbagai keperluan hidup lainnya secara paksa dari
keluargakeluarga di Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi.
3. Perbudakan paksa. Perempuan-perempuan Indonesia banyak
dipekerjakan secara paksa oleh tentara Jepang. Selain itu, banyak
menahan dan memperlakukan warga sipil di kamp-kamp tahanan
dalam kondisi sangat buruk.

Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah di


Kalijati, Subang, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942. Kedatangan Jepang
semula disangka baik oleh bangsa Indonesia. Banyak semboyan dikumandangkan
oleh Jepang seperti ”Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang
Cahaya Asia” untuk menarik simpati bangsa kita. Kenyataan sejarah menunjukkan
bahwa Jepang tidak berbeda dengan Belanda, yaitu meneruskan penjajahan atas
bangsa Indonesia.

3
4

Kemenangan Jepang di Asia tidak bertahan lama, pihak Sekutu (Inggris,


Amerika Serikat, Belanda) melakukan serangan balasan. Satu persatu daerah yang
dikuasai Jepang, kembali ke tangan Sekutu. Melihat hal itu, pada peringatan
Pembangunan Djawa Baroe tanggal 1 Maret 1945, Jepang mengumumkan
pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan.

Janji Jepang membentuk BPUPKI direalisasikan, pada tanggal 29 April


1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Secara resmi BPUPKI
dilantik oleh Jepang, dengan anggota berjumlah enam puluh dua (62) orang yang
terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota perwakilan
dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dengan
dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso.

BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali
sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945, membahas tentang dasar negara. Sidang kedua berlangsung
tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 dengan membahas rancangan Undang-
Undang Dasar.

Pada pelaksanaan sidang tidak resmi hanya dihadiri oleh tiga puluh
delapan (38) orang kegiatan ini berlangsung di masa reses antara sidang pertama
dan sidang kedua, tujuannya untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh anggota BPUPKI Ir. Soekarno. Sidang
BPUPKI dilaksanakan di gedung ”Chuo Sangi In”, dan kini gedung itu dikenal
dengan sebutan Gedung Pancasila.

Sejak berkuasa di Indonesia, Jepang dengan segala cara menguras


kekayaan dan tenaga rakyat Indonesia. Hal itu, menimbulkan kesengsaraan dan
penderitaan bagi rakyat. Namun, penderitaan tersebut tidak menyurutkan semangat
pejuang kita untuk meraih kemerdekaan. Berbagai upaya dilakukan bangsa
Indonesia dengan menyusun barisan dan bersatu padu mewujudkan kemerdekaan
yang dicita-citakan.
5

2. PERUMUSAN DASAR NEGARA

Dasar negara merupakan pondasi berdirinya sebuah negara. Ibarat sebuah


bangunan, tanpa pondasi yang kuat tentu tidak akan berdiri dengan kokoh. Oleh
karena itu, dasar negara sebagai pondasi harus disusun sekuat mungkin sebelum
suatu negara berdiri.

Ketua BPUPKI dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat pada pidato awal


sidang pertama, menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka
diperlukan suatu dasar negara. Untuk menjawab permintaan Ketua BPUPKI,
beberapa tokoh pendiri negara mengusulkan rumusan dasar negara. Rumusan yang
diusulkan memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Namun demikian, rumusan-
rumusan tersebut memiliki persamaan dari segi materi dan semangat yang
menjiwainya. Pandangan para pendiri negara tentang rumusan dasar negara
disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat
pengalaman bangsa lain. Meskipun diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia,
tetapi tetap berakar pada kepribadian dan gagasan besar dari bangsa Indonesia
sendiri.

Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama


BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Soepomo, dan
Ir. Soekarno. Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 Muhammad Yamin
mengusulkan secara lisan lima dasar bagi Negara Indonesia merdeka, yaitu
sebagai berikut.

1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Sosial.

Setelah selesai berpidato, Muhammad Yamin menyampaikan konsep


mengenai dasar negara Indonesia merdeka secara tertulis kepada ketua sidang,
konsep yang disampaikan berbeda dengan isi pidato sebelumnya. Asas dan dasar
Indonesia merdeka secara tertulis menurut Muhammad Yamin adalah sebagai
berikut.
6

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selanjutnya, pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan


pidatonya tentang dasar negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonsia
merdeka adalah sebagai berikut.

1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir dan batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.

Soepomo juga menekankan bahwa Negara Indonesia merdeka bukanlah


negara yang mempersatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat
dan tidak mempersatukan diri nya dengan golongan yang paling kuat (golongan
politik atau ekonomi yang paling kuat). Akan tetapi mengatasi segala golongan
dan segala paham perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat.

Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar
negara Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk philosophische grondslagatau
weltanschauung. Philosophische Grondslag atau Weltanschauung adalah
fundamen, filsafat, pikiran jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya
didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Negara Indonesia yang kekal
abadi itu dasarnya adalah Pancasila. Rumusan dasar negara yang diusulkan
olehnya adalah sebagai berikut.

1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan social.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
7

Ir. Soekarno dalam sidang itu pun me nyampaikan bahwa kelima dasar
Negara tersebut bukan dinamakan Panca Dharma. Atas petunjuk seorang teman
ahli bahasa, rumusan dasar negara tersebut dinamakan Pancasila. Sila artinya asas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah mendirikan Negara Indonesia yang
kekal dan abadi.

Pada akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPKI membentuk Panitia


Kecil yang bertugas untuk mengumpulkan usulan para anggota yang akan dibahas
pada masa sidang berikutnya. Panitia Kecil beranggotakan delapan orang di bawah
pimpinan Ir. Soekarno, dengan anggota terdiri atas Ki Bagoes Hadikoesoemo,
Kyai Haji Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin, Sutardjo Kartohadikoesoemo,
A.A Maramis, Otto Iskandardinata, dan Drs. Mohammad Hatta.

Panitia kecil mengadakan pertemuan untuk mengumpulkan dan


memeriksa usul-usul menyangkut beberapa masalah, yaitu Indonesia
Merdeka.Usul-usul yang telah dikumpulkan dimasukkan dalam beberapa
golongan, yaitu : (1) golongan usul yang minta Indonesia merdeka selekas-
lekasnya; (2) golongan usul yang mengenai dasar; (3) golongan usul yang
mengenai soal unifikasi dan federasi; (4) golongan usul yang mengenai bentuk
negara dan kepala negara dan kepala negara; (5) golongan usul yang mengenai
warga negara; (6) golongan usul yang mengenai daerah; (7) golongan usul yang
mengenai soal agama dan negara; (8) golongan usul yang mengenai pembelaan,
dan (9) golongan usul yang mengenai soal keuangan( ).

Sesudah sidang Chuo Sangi In, Panitia Kecil mengadakan rapat dengan
tiga puluh delapan (38) anggota BPUPKI di Kantor Besar Djawa Hookokai.
Pertemuan tersebut membentuk lagi satu Panitia Kecil yang terdiri atas anggota-
anggota sebagai berikut : Ir. Soekarno sebagai ketua, Mohammad Hatta,
Muhammad Yamin, Mr. A.A Maramis, Mr. Achmad Soebardjo (golongan
kebangsaan), K.H. Wahid Hasjim, K.H. Kahar Moezakir, H. Agoes Salim, dan R.
Abikusno Tjokrosoejoso (golongan Islam). Panitia Kecil yang berjumlah sembilan
orang ini dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan, bertugas untuk menyelidiki
usul-usul mengenai perumusan dasar negara.

Panitia sembilan mengadakan rapat di rumah kediaman Ir. Soekarno di


Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Setelah itu, pada tanggal 22 Juni 1945
8

Panitia Sembilan telah mencapai satu persetujuan atau kesepakatan tentang


rancangan pembukaan hukum dasar (Undang-Undang Dasar). Rapat ber langsung
secara alot karena terjadi perbedaan paham antarpeserta tentang rumusan dasar
negara terutama soal agama dan negara. Persetujuan Panitia Sembilan ini
termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hokum dasar (Undang-Undang
Dasar). Oleh Ir. Soekarno, rancangan pembukaan hukum dasar ini diberikan nama
”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan ”Piagam Jakarta”, dan
oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut ”Gentlemen’s Agreement”.

Setelah rapat yang cukup alot, disepakati rumusan konsep dasar Negara
yang tercantum dalam rancangan mukadimah hukum dasar. Naskah ini memiliki
banyak persamaan dengan Pembukaan UUD 1945. Naskah ”Mukadimah” yang
ditanda tangani oleh sembilan orang anggota Panitia Sembilan, dikenal dengan
nama ”Piagam Jakarta” atau ”Jakarta Charter”. Panitia Kecil penyelidik usul-usul
berkeyakinan bahwa ”Mukadimah” dapat menghubungkan, mempersatukan
paham-paham yang ada di kalangan anggota-aggota BPUPKI. Selanjutnya, naskah
”Mukadimah” tersebut dibawa ke sidang kedua BPUPKI tanggal 10 – 17 Juli
1945. Pada tanggal 14 Juli 1945, mukadimah disepakati oleh BPUPKI. Dalam
alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut, terdapat rumusan dasar negara
sebagai berikut.

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi


pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan dasar negara yang tercantum dalam naskah ”Piagam Jakarta”


tersebut, dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 mengalami perubahan.
Rumusan dasar negara yang diubah adalah sila pertama yang semula berbunyi
”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
9

Latar belakang perubahan sila pertama, menurut Mohammad Hatta


bermula dari datangnya utusan opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Mereka
memberitahukan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dari wilayah yang
dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang merasa keberatan dengan bagian kalimat
rumusan dasar negara dalam naskah Piagam Jakarta. Kalimat yang dimaksud
adalah ”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.

Terhadap keberatan tersebut, sebelum sidang PPKI dimulai, Mohammad


Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, K.H Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hasan mengadakan suatu rapat
pendahuluan. Supaya tidak terpecah sebagai bangsa, tokoh pendiri bangsa yang
bermusyawarah telah bermufakat untuk menghilangkan bagian kalimat tersebut
dan menggantikannya dengan rumusan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dengan demikian, rumusan dasar negara yang tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945
adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SILA-SILA PANCASILA


Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 19945, bangsa
Indonesia menerima dan menyepakati pancasila sebagai filsafah dan ideologi bangsa.
Sebagai sebuah ideologi,pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang berguna bagi
keutuhan dan integrasi Negara. Nilai luhur tersebut berguna sebagai pedoman berperilaku
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Makna nilai nilai dasar pancasila terdapat dalam kelima sila pancasila pada
Pembukaan UUD 1945. Nilai nilai dasar pancasila tersebut belum perasional. Artinya
10

nilai nilai dasar pancasila masih bersifat sangat umum sehingga bisa di jabarkan/
dilaksanakan secara langsung dalam kehidupan sehari hari.

Berikut ini makna nilai nilai dasar pancasila yang dijabarkan dalam nilai
instrumental :

1. NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA


Nilai ketuhanan yang maha Esa adalah nilai keterkaitan individu dengan
sesuatu yang memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.Dari sudut pandang
keagamaan, Negara berdasar ketuhanan yang maha Esa adalah Negara yang
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan
beribadat menurut agama dan kerpercayaan masing masing.
Ada beberapa nilai yang terkandung dalam nilai dasar pancasila yang
pertama yaitu ketuhanan yang maha Esa. Beberapa makna nilai dasar ketuhanan
yang maha Esa itu sebagai berikut:
a. Pengakuan dan keyakinan bangsa indnesia terhadap adanya Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.
b. Menciptakan sikap taat menjalankan agama menurut ajaran ajaran
yang diperintahkan dalam agama yang dianutnya.
c. Mengakui dan memberikan kebebasan kepada orang lain untuk
memeluk agama dan mengamalkan ajaran agamanya (adanya toleransi
antarumat beragama).
d. Tidak ada paksaan dan memaksakan agama terhadap orang lain.
e. Menciptakan pola hidup saling menghargai dan menghrmati
antarumat beragama serta menjauhi sikap diskriminatif antarumat
beragama.

Berdasarkan makna yang terkandung dalam nilai ketuhanan Yang Maha


Esa, di Negara Indonesia tidak diperbolehkan adanya sikap dan perbuatan yang
bersifat anti ketuhanan serta anti kehidupan beragama atau ateis. Selain itu, negara
Indonesia bisa dikatakan sebagai negara religius. Hal ini, karena sila pertama
pancasila mencakup nilai religi yang mengatur hubungan Negara dan agama,
hubungan manusia dengan sang Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi
yang paling asasi yaitu hak beragama.
11

2. NILAI KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran tentang keteraturan
sebagai asas kehidupan. Kesdaran tersebut menjadi semangat membangun
kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan
usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang
harmonis
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab juga dapat diartikan sebagai
kesadaran sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas
dasar tuntutan hati nurani. Beberapa makna yang terkandung dalam nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai berikut:
a. Kesadaran sikap dan periaku sesuai nilai-nilai moral dan tuntutan hati
nurani.
b. Pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan.
d. Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan berkeadaban.
e. Memunculkan sikap tenggang rasa dalam hubungan sosial.

Nilai kemanusiaan yang terkandung dalam ideology Negara menjadikan


bangsa Indonesia. Merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia yang
meyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabat.

3. NILAI PERSATUAN INDONESIA


Persatuan adalah gabungan yang terbagi atas beberapa bagian. Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan berbagai suku dan
kebudayaan. Perbedaan yang ada di Indonesia tidak untuk dipertentangkan, tetapi
justru dijadikan landasan bagi persatuan Indonesia. Nilai persatuan Indonesia di
kembangkan dengan maksud untuk mencapai tujuan nasional ke arah persatuan
dalam kebulatan tekad untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Republik
Indonesia. Makna nilai persatuan Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
a. Mengakui dan menghrmati adanya perbedaan dalam masyarakat
Indonesia.
b. Menjalin kerja sama yang erat dalam wujud kebersamaan dan
kegotongroyongan.
c. Kebulatan tekad bersama untuk mewujudkan persatuan bangsa.
12

d. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan


golngan.
e. Memiliki rasa bangsa dan cinta pada bangsa dan Negara Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa makna nilai persatuan


Indnesia merupakan perwujudan paham kebangsaan yang memberi tempat bagi
keragaman budaya atau etnik Indonesia. Pemberian tempat bagi keragaman
budaya atau etnik tersebut sebagai wujud asas kebersamaan, solidaritas, dan rasa
bangga, serta kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan Indonesia.

4. NILAI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /
PERWAKILAN
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan mencerminkan suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Makna yang terkandung kerakyatan yang dipimpin leh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan
tertinggi dalam Negara.
b. Mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politik, ekonomi, dan
sosial.
c. Pengambilan keputusan bersama mengutamakan prinsip musyawarah
musyawarah mufakat.
d. Menghormati dan menghargai keputusan yang telah disepakati
bersama.
e. Bertanggung jawab melaksanakan keputusan.

Berdasarkan makna nilai kerakyatan tersebut, muncul sikap


mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat daripada kepentingan pribadi.
Nilai kerakyatan menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus
ditunaikan sebagai amanat seluruh rakyat. Tanggung jawab ini tidak hanya
ditujukan kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu,
13

nilai kerakyatan mengandung pengakuan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam
menegakkan kehidupan yang bebas, adil, dan sejahtera.

5. NILAI KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar
sekaligus tujuan Negara. Tujuan Negara yang dimaksud adalah tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik secara lahiriah maupun
batiniah. Tujuan Negara tersebut dapat tercapai dengan selalu bersikap adil
terhadap sesame dan menghormati hak-hak orang lain. Beberapa makna yang
terkandung dalam nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Keadilan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesame.
c. Menyeimbangkan,menyelaraskan,dan menyerasikan antara hak dan
kewajiban.
d. Saking bekerja sama untuk mendapatkan keadilan.
e. Mengembangkan kedermawanan kepada sesame.
f. Membiasakan hidup hemat,sederhana dan kerja keras.
g. Menghargai hasil karya orang lain.
h. Membiasakan tolong-menolong dengan orang lain.
i. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

Berdasarkan makna dari nilai keadilan ssosial bagi seluruh rakyat


Indonesia tersebut dapat dipahami bahwa nilai keadilan memberi jaminan untuk
mencapai taraf kehidupan yang layak dan terhrmat sesuai kodratnya.Selain
itu,nilai keadilan menempatkan nilai demkrasi dalam bidang ekonomi dan sosial.

Setelah kita mengetahui makna-makna dari nilai-nilai yang terkandung dalam tiap
sila-sila Pancasila, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya nilai-nilai
dalam Pancasila sangat berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
dapat dikatakan sebagai nilai moral atau nilai etika. Nilai nilai dasar tersebut merupakan
esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat Universal yang memuat cita-cita, tujuan, serta
nilai nilai yang baik dan benar dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
14

C. BENTUK PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah
disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya banyak
sekali mengalami pasang surut. Bahkan, sejarah bangsa kita telah mencatat bahwa pernah
ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
dengan ideologi lainnya. Upaya ini dapat digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Meskipun demikian, tidak berarti ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah
berakhir. Tantangan masa kini dan masa depan yang terjadi dalam perkembangan
masyarakat Indonesia dan dunia internasional, dapat menjadi ancaman bagi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup.

Penerapan Pancasila sebagai dasar negara telah dilaksanakan sejak masa awal
kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan masa Reformasi sampai sekarang. Penerapan
pancasila sebagai dasar negara juga dapat di implementasikan dalam berbagai bidang
seperti :

1. BIDANG POLITIK DAN HUKUM


Perkembangan bidang politik, meliputi persoalan lembaga negara, hak
asasi manusia, demokrasi, dan hukum. Pembangunan negara Indonesia sebagai
negara modern, salah satunya adalah membangun sistem pemerintahan yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Lembaga negara dikembangkan sesuai
dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan negara. Pengembangan lembaga
negara, dapat dilakukan berdasarkan pada lembaga yang sudah ada dalam
masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Adapun lembaga negara baru sesuai dengan amandemen UUD NRI
Tahun 1945 adalah DPD, MK, dan KY. Lembaga baru ini, haruslah sesuai dengan
sistem pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Demokrasi yang negara kita kembangkan adalah demokrasi Pancasila.
Suatu sistem demokrasi yang tumbuh dari tradisi nilai-nilai budaya bangsa.
Demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan.
Demokrasi yang tidak berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas.
Sistem yang mengutamakan kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling
menjatuhkan serta mengutamakan kepentingan individu dan golongan. Sistem
pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh perwujudan yang
15

demokratis yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan umum untuk memilih


pemimpin, sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu.
Bentuk ini dapat dikembangkan dengan menerima cara pemilihan umum di negara
lain, seperti partai politik, kampanye, dan sebagainya. Namun, pemilihan umum
yang terjadi harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pembangunan dalam bidang hukum, diarahkan pada terciptanya system
hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. Hukum nasional harus bersumber
pada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh bertentangan dengan nilainilai
Pancasila yang dapat disusun berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat Indonesia maupun dari luar, namun tetap sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

2. BIDANG EKONOMI

Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang


dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila ditegaskan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun1945 Pasal 33, yang menyatakan beberapa hal berikut.

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara.
c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
d. Perekonomian nasional, diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawawasan lingkungan, kemandirian, serta
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Berbagai wujud sistem ekonomi, baik yang sudah ada dalam masyarakat
Indonesia maupun sebagai bentuk pengaruh asing, dapat dikembangkan selama
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam masyarakat saat ini, sudah dikenal
16

adanya bank, supermarket, mall, bursa saham, perusahaan, dan sebagainya.


Semua lembaga perekonomian tersebut, dapat kita terima selama sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.

3. BIDANG SOSIAL BUDAYA


Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Kita menghendaki terwujudnya masyarakat yang
berdasarkan Pancasila. Masyarakat di sekitar kita, selalu mengalami perubahan
sosial dan budaya. Agar perubahan tersebut tetap terarah pada terwujudnya
masyarakat berdasarkan Pancasila, sistem nilai sosial dan budaya dalam
masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia, terus
dikembangkan agar lebih maju dan modern. Oleh karena itu, proses modernisasi
perlu terus dikembangkan. Modernisasi tidak berarti “westernisasi”, namun lebih
diartikan sebagai proses perubahan menuju ke arah kemajuan. Nilai-nilai sosial
yang sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan Pancasila, seperti
kekeluargaan, musyawarah, serta gotong royong, terus dipelihara dan diwariskan
kepada generasi muda. Demikian juga nilai-nilai sosial dari luar, seperti semangat
bekerja keras, kedisiplinan, dan sikap ilmiah, dapat diterima sesuai nilai-nilai
Pancasila.

Sikap feodal, sikap eksklusif, dan paham kedaerahan yang sempit serta
budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila perlu dicegah
perkembangannya dalam proses pembangunan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan contoh budaya asing yang dapat memperkaya budaya bangsa.

4. BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN


Pembangunan dalam bidang pertahanan dan keamanan, secara tegas
dinyatakan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (3)
yang menyatakan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warga negara. Demikian juga Pasal 30 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan
17

negara Indonesia dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan rakyat


semesta. Dengan demikian, kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi
seluruh rakyat dalam upaya bela negara serta usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Bentuk partisipasi rakyat dalam pembelaan negara sudah ada dalam
masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kegiatan ronda malam atau
sistem keamanan lingkungan (Siskamling) yang melibatkan masyarakat secara
bergantian. Di beberapa daerah, juga terdapat lembaga masyarakat atau adat yang
bertugas menjaga keamanan masyarakat, seperti Pecalang di Bali. Lembaga ini
dibentuk oleh dan dari masyarakat sekitar untuk menjaga keamanan lingkungan
masyarakat. Coba amati di lingkungan masyarakat kamu, apakah ada lembaga
adat yang memiliki tugas untuk menjaga keamanan atau sejenisnya? Pada saat
ini, terdapat beberapa organisasi keamanan yang dibentuk secara sengaja dan
terorganisasi secara modern, seperti pertahanan sipil, satuan pengaman
lingkungan, dan sebagainya.
Uraian di atas, memperjelas dan membuktikan kepada kita bahwa
Pancasila mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat. Pancasila
bukanlah ideologi tertutup, yang tidak dapat menyesuaikan dengan
perkembangan dan bersifat kaku. Keterbukaan Pancasila sebagai ideologi
merupakan salah satu keunggulan Pancasila sehingga tetap dipertahankan oleh
bangsa Indonesia. Tugas kita sebagai generasi muda, adalah untuk tetap
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Upaya
mempertahankan Pancasila, tidak hanya dengan tetap menjadikannya sebagai
dasar negara dan tidak mengubahnya. Tetapi, yang paling utama adalah dengan
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai