PKN
KD. 3.1 Mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2. Lahirnya Pancasila
Janji Jepang untuk memberi kemerdekaan kepada rakyat Indonesia dibuktikan dengan
membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). BPUPKI
dalam bahasa Jepang disebut Dokuritzu Junbi Cosakai. Tugas BPUKI adalah melakukan
penyelidikan tentang usaha-usaha mencapai Indonesia merdeka.
Tugas BPUPKI sangat penting bagi Indonesia. Oleh karena itu, banyak tokoh yang
dilibatkan sebagai anggota BPUPKI, yaitu sebanyak 67 orang. Sebanyak 60 orang berasal dari
Indonesia dan 7 orang berasal dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah Radjiman Wedyodiningrat dan
wakilnya adalah R. Panji Suroso.
BPUPKI mengadakan sidang resmi sebanyak dua kali. Sidang pertama berlangsung pada
29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama ini bertujuan membahas bentuk negara
Indonesia dan merumuskan dasar negara Indonesia. Bentuk negara Indonesia yang disepakati
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam merumuskan dasar negara Indonesia, BPUPKI mendengarkan beberapa pidato dari
tokoh pergerakan nasional Indonesia diantaranya Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiga
tokoh tersebut mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia, yaitu sebagai
berikut:
a. Prof. Mohammad Yamin, S.H
Dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, beliau berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu:
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
b. Prof. Dr. Soepomo
Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, beliau berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dinamakan “Dasar
Negara Indonesia Merdeka”, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Kesinambungan/keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Dalam sidang pada tanggal 1 Juni 1945, beliau berpidato mengemukakan gagasan mengenai
rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang beliau beri nama “Pancasila”, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Setelah itu, BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat)
selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu
panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang. Panitia ini dinamakan “Panitia Sembilan”
dengan diketuai Ir. Soekarno. Tugas Panitia Sembilan adalah mengolah usul dari konsep para
anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.
Sembilan keanggotaan Panitia Sembilan adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (Wakil ketua)
3. Raden Ahmad Soebardjo Djojoadisoerjo
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin
5. KH. Abdul Wahid Hasjim
6. Abdoel Kahar Moezakir
7. Raden Abikoesno Tjokrosoejoso
8. Haji Agus Salim
9. Alexander Andries Maramis
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan kembali bertemu untuk melaksanakan
sidang tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Sidang tak resmi ini dipimpin oleh
Ir. Soekarno selaku ketua. Sidang tersebut membahas rancangan Pembukaan (dalam bahasa
Belanda Preambule) Undang-Undang Dasar 1945.
Sidang tersebut menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Sebagai ketua Panitia Sembilan, Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI.
Hasil kerja tersebut berupa dokumen rancangan dasar negara Indonesia merdeka yang
disenut dengan Piagam Jakarta.
Rancangan dasar negara Republik Indonesia yang terdapat dalam Piagam Jakarta
adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Rancangan dasar negara tersebut diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam sidang
BPUPKI yang kedua. Sidang kedua BPUPKI diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945
sampai 17 Juli 1945. Sidang tersebut membahas tentang rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Setelah itu, BPUPKI dibubarkan dan tugasnya digantikan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritzu Junbi Inkai. PPKI diketuai diketuai oleh Ir. Soekarno dan bertugas
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Isi piagam Jakarta yang menjadi rumusan dasar negara kemudian menjadi
perdebatan. Alasannya, masyarakat di wilayah timur Indonesia umumnya bukan penganut
agama Islam. Masyarakat di Indonesia Timur mengusulkan untuk menghilangkan tujuh
kata pada Piagam Jakarta yaitu yang berbunyi “...dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi para pemeluk-pemeluknya...” kalimat tersebut dianggap tidak mewakili
masyarakat Indonesia yang beragama selain Islam.
Usulan tersebut disampaikan kepada Mohammad Hatta. Demi menjaga persatuan
dan kesatuan, Mohammad Hatta lalu menyampaikan usulan tersebut dalam sidang
pertama PPKI. Usulan tersebut diterima sehingga kalimat yang semula berbunyi
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemuluk-pemeluknya
diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam sidang pertama tersebut, PPKI mengesahkan rumusan dasar negara yang
kemudian disebut Pancasila, pengesahan ini dilakukan sehari setelah Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bunyi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
B. Kedudukan Pancasila
Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila memiliki
kedudukan yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kedudukan Pancasila dalam
kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut:
Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila digali
dari akar budaya bangsa Indonesia sendiri, bukan budaya bangsa asing. Istilah Pancasila sudah
dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit, yaitu terdapat dalam Kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular. Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara dalam sidang BPUPKI tanggal 18 Agustus
1945. Pancasila sebagai dasar negara tercantum dalam dalam teks Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea ke-4.
Pancasila diumpamakan sebagai satu paket lengkap yang menopang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya.
Sila pertama menjiwai sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Sila kedua dijiwai oleh sila
pertama, ketiga, keempat, kelima dan begitu seterusnya. Kelima sila tidak dapat dilepas satu
dengan yang lainnya. Walaupun masing-masing sila mempunyai nilai-nilai sendiri tetapi hubungan
antarsila merupakan hubungan yang utuh dan saling terkait.
Setiap sila yang membentuk Pancasila merupakan unsur yang mutlak yang membentuk
kesatuan, bukan unsur pelengkap dan tidak dapat ditambah atau dikurangi. Artinya satu sila
menjiwai dan dijiwai sila-sila yang lain. Misalnya meskipun sila Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan sila yang berkaitan dengan Tuhan, tetapi tidak berarti sila-sila yang lain hanya sebagai
pelengkap saja.
Nilai-nilai Pancasila perlu sekali dikembangkan dalam kehidupan sosial budaya. Hal ini
dimaksudkan agar tercipta suasana yang tenang, sejahtera, damai, dan aman. Tanpa nilai-nilai
Pancasila semua itu tidak akan tercapai.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Di dalam sila pertama Pancasila ini terkandung nilai ketuhanan. Nilai-nilai luhur dalam sila
pertama Pancasila antara lain:
a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Memeluk satu agama dan menjalani kehidupan sesuai dengan norma-norma
agama tanpa memandang rendah pemeluk agama lain.
b) Manusia Indonesia percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing
c) Menerapkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antarpemeluk agama, agar
tercipta kerukunan hidup antar umat beragama
d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama.
e) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila ketiga antara lain:
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
c) Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
d) Mengembangkan rasa bangga berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e) Menjaga kelestarian bumi Indonesia.
f) Memajukan pergaulan tanpa memandang suku, agama, atau golongan demi terciptanya
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila keempat adalah:
a) Sebagai warga negara Indonesia, kita mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan
bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
3) Di lingkungan masyarakat:
a) Menjalankan ibadah sesuai tata cara agamanya masing-masing.
b) Menghormati dan tidak mengganggu peribadatan tetangga yang seagama
maupun yang tidak seagama.
c) Turut serta membantu terlaksananya acara keagamaan di lingkungan.
d) Tidak melakukan perusakan rumah ibadah agama lain.
e) Tidak memaksakan suatu agama kepada penganut agama lain.
2) Di lingkungan sekolah:
a) Menjunjung tinggi kesopanan dalam pergaulan antarteman di sekolah.
b) Melaksanakan program sekolah terutama yang berkaitan dengan usaha
kemanusiaan.
c) Saling menasihati apabila ada teman yang mencontek, tidak melaksanakan
tugas piket.
d) Melaporan kepada guru jika ada teman yang membolos atau menyalahgunakan
uang sekolah.
e) Membantu teman yang mengalami musibah.
f) Mengembangkan sikap tenggang rasa sesama teman.
3) Di lingkungan masyarakat:
a) Membantu korban bencana alam.
b) Memberi sedekah kepada fakir miskin.
c) Tidak menyakiti dan memfitnah orang lain.
d) Meminta izin bila meminjam barang orang lain.
e) Mengumpulkan dana bela sungkawa untuk diserahkan kepada yang berhak
menerima.
f) Selalu menyapa tetangga apabila berpapasan.
g) Tidak gaduh saat malam hari atau ketika ada tetangga yang sakit dan tertimpa
musibah.
h) Tidak merasa lebih mulia ketika bertemu dengan orang yang kurang mampu.
i) Memberikan bantuan kepada panti asuhan.
1) Di lingkungan keluarga:
a) Musyawarah saat akan melakukan pembangunan/renovasi rumah.
b) Pembagian tugas kerja anggota keluarga dengan musyawarah
c) Musyawarah saat menyelesaikan masalah keluarga.
d) Menerima hasil musyawarah keluarga dengan lapang dada.
e) Melaksanakan hasil keputusan musyawarah keluarga dengan penuh rasa
tanggung jawab.
2) Di lingkungan sekolah:
a) Meaksanakan musyawarah saat pemilihan ketua kelas dan pembagian tugas
piket.
b) Melaksanakan diskusi kelompok.
c) Menyalurkan opini/pendapat melalui majalah dinding.
d) Menerima teman kita yang terpilih menjadi ketua kelas berdasarkan hasil
musyawarah.
e) Tidak bertengkar saat melakukan diskusi di kelas.
f) Tidak memaksakan pendapat kepada teman.
3) Di lingkungan masyarakat:
a) Musyawarah dan gotong royong membangun sarana umum.
b) Pemberdayaan Badan Musyawarah Desa.
c) Melaksanakan musyawarah saat pemilihan ketua RT/RW
d) Tidak boleh marah/bertengkar saat berbeda pendapat dalam rapat/musyawarah