Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MEZFI NOFITASARI

NIM : 5160911227
KELAS :C
MATKUL : PANCASILA

SEJARAH BPUPKI
Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah di Kalijati, Subang,
Jawa Barat pada 8 Maret 1942. Kedatangan Jepang ke Indonesia pada mulanya disangka memiliki
niat baik terhadap Indonesia. Banyak semboyan yang dikumandangkan oleh Jepang, yaitu
“Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia” untuk menarik simpati
bangsa kita. Akan tetapi, kedatangan Jepang ternyata memiliki niat yang sama seperti Belanda,
yaitu untuk melanjutkan penjajahan atas bangsa Indonesia.

Kemenangan Jepang di Asia tidak bertahan lama, pihak sekutu (Inggris, Amerika Serikat,
dan Belanda) melakukan serangan balasan berupa pengeboman di Hirosima dan Nagasaki.
Melihat hal itu, pada peringatan Pembangunan Djawa Baroue, 1Maret 1945, Jepang
mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) BPUPKI.

Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai secara formil dimuat dalam maklumat Gunseikan
no 23, tanggal 29 Mei 1945. Jika dilihat dari latar belakang tersebut, pembentukan BPUPKI
didasarkan karena kedudukan kekuasaan Jepang yang sudah terancam. Jadi, kebijakan
pembetukan BPUPKI hanya tipu muslihat yang digunakan Jepang untuk kepentingan mereka.
Pertama, Jepang ingin berusaha mempertahankan kekuatan mereka yang masih tersisa dengan
memikat hati masyarakat Indonesia. Kedua, Jepang masih tetap berusaha untuk melaksanakan
politik kolonialnya.

BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945 dan bertujuan untuk mendapatkan dukungan
bangsa Indonesia dengan memberikan janji akan membantu proses terealisasikannya
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dengan anggota
semula berjumlah 70 orang, terdiri atas 62 orang Indonesia dan 8 orang istimewa Jepang yang
hanya bertugas mengamati (observer), kemudian pada sidang kedua ditambah 6 orang anggota
dari Indonesia.

Upacara peresmian BPUPKI dilangsungkan di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon
(Sekarang gedung Departemen Luar Negeri), Jakarta, pada tanggal 28 mei 1945. Upacara
peresmian BPUPKI itu juga dihadiri oleh dua orang pejabat Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan
Letnan Jendral Nagano. Pada upacara itu bendera jepang dikibarkan oleh Mr. A. G.
Pringgodigdo, kemudian pengibaran bendera merah putih oleh Royohiko Masuda.

ANGGOTA BPUPKI

pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai alias BPUPKI baru diresmikan pada 29 April
1945, sedangkan pelantikan para anggotanya dilakukan hampir sebulan kemudian, 28 Mei 1945.

Dr. Radjiman Widyodiningrat terpilih sebagai ketua BPUKI dan wakil ketua adalah
raden Panji Suroso. BPUPKI beranggotakan 67 orang di mana 60 orang dari Indonesia dan 7
orang lainnya dari Jepang. Berikut ini adalah tokoh-tokoh pelakunya :

1. Ir Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Ki Hajar Dewantara
4. Dr. Samsi Sastrawidagda
5. Dr Raden Suleiman Effendi K.
6. Dr Sukiman Wiryosanjoyo
7. K.H A. Ahmad Sanusi
8. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosroningrat
9. H. Agus Salim
10. H. Abdul Wahid Hasyim
11. Ir. Pangeran Muhammad Nur
12. Abdul Kahar Muzakir
13. Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar
14. Abdul Kaffar
15. Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo
16. Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
17. Ki Bagus Hadikusumo
18. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario W.
19. K.H. Abdul Fatah Hasan
20. K.H Mas Mansoer
21. K.H. Masjkur
22. Liem Koen Hian
23. Agus Muhsin Dasaad
24. Mas Aris
25. Mr. A.A Maramis
26. Mas Sutarjo Kartohadikusumo
27. Mr Mas Besar Martokusumo
28. Mr Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
29. Mr Muh. Yamin
30. Mr. Mas Susanto Tirtoprojo
31. Mr. Raden Ahmad Subarjo
32. Mr. Raden Hindomartono
33. AR Baswedan
34. Mr Raden Panji Singgih
35. Mr Raden Mas Sartono
36. Mr Raden Suwandi
37. Mr Raden Syamsudin
38. Mr Yohanes Latuharhary
39. Mr Raden Sastromulyono
40. Ny Raden Nganten Siti Sukaptinah S. M.
41. Ny Mr. R.A Maria Ulfah Santoso
42. Oey Tiang Tjoei
43. Oey Tjong Hauw
44. Bandoro Pangeran Hario Purubojo
45. Parada Harahap
46. P.F. Dahler
47. Prof Dr. Pangeran Ario Husein Jayaningrat
48. Prof Dr. Mr Raden Supomo
49. Prof. Dr. Raden Jenal Asikin W.K
50. Raden Abdulrahim Pratalykrama
51. Raden Abdul Kadir
52. Raden Abikusno Cokrosuyoso
53. Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking
54. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo
55. R. Adipati Wiranatakoesoema V
56. Raden Mas Margono Joyohadikusumo
57. R. Asikin Natanegara
58. R. Oto Iskandardinata
59. R.M Tumenggung Ario Suryo
60. R. Ruslan Wongsokusumo
61. R. Panji Suroso
62. R. Sudirman
63. Tan Eng Hoa
64. R. Sukarjo Wiryopranoto
65. Bendoro Pangeran Hario Bintoro
66. Icibangase Yosio (ketua muda)
67. Miyano Syoozoo (wakil Jepang)
68. Matuura Mitukiyo (wakil Jepang)
69. Tanaka Minoru (wakil Jepang)
70. Itagaki Masumitu (wakil Jepang)
71. Ide Teitiroo (wakil Jepang)
72. Masuda Toyohiko (wakil Jepang)
73. Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat
74. Dr. Raden Buntaran Martoatmojo

TUGAS BPUPKI

Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal hal penting yang
berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia.

Tugas BPUPKI berdasarkan sidang :

 Bertugas membahas mengenai Dasar Negara


 Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses selama satu bulan
 Bertugas membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) Yang bertugas menampung saran-
saran dan konsepsi dari para anggota
 Bertugas untuk membantu panita sembilan bersama panita kecil
 Panita sembilan menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta

TUJUAN BPUPKI

 Bertujuan untuk menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu jepang dalam
perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada indonesia,
melaksanakan politik kolonialnya didirikan pada tanggal 1 maret 1945.

 Bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan


pembentukan negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting mengenai
tata pemerintahan Indonesia merdeka.

SIDANG PERTAMA BPUPKI

Sidang pertama BPUPKI diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta
(sekarang gedung Pancasila). Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai
pada tanggal 29 Mei 1945. Ada tiga puluh tiga pembicara pada sidang pertama yang membahas
perumusan dasar negara Indonesia ini. Adapun tokoh-tokoh yang menyumbangkan pendapat
tentang usulan dasar negara, antara lain: Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.

 Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)


Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato singkatnya pada sidang hari
pertama, yaitu:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Soepomo berpidato mengemukakan 3 teori tentang Negara, yaitu:
1. Negara individualistik, yaitu negara yang disusun dengan mengutamakan
kepentingan individu sebagaimana yang diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke,
Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.
2. Negara golongan (class theori), yaitu negara yang terdiri atas golongan yang
diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
3. Negara Integralistik, yaitu negara yang tidak memihak pada golongan-golongan
tertentu, tetapi berdiri di atas kepentingan bersama sebagaimana diajarkan oleh
Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.

Mr. Soepomo mengusulkan negara integralistik (negara persatuan) diterapkan pada


negara Indonesia, yaitu negara satu untuk semua orang. Sementara itu, rumusan dasar
negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.
 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno mengusulkan rumusan dasar negara yang diberi nama Pancasila. Rumusan
dasar negara yang disampaikan oleh Ir. Soekarno, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Kelima asas usulan Ir. Soekarno tersebut, dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila,
yaitu: Sosionasionalisme; Sosiodemokrasi; Ketuhanan yang berkebudayaan. Bahkan menurut Ir.
Soekarno, Trisila tersebut bila diperas lagi dapat menjadi Ekasila, yaitu sila gotong royong.
Setelah bermusyawarah, sidang BPUPKI sepakat menjadikan Pancasila sebagai nama dasar
negara Indonesia. Pada 1 Juni 1945 inilah ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada hari yang sama, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, juga dibentuk Panitia Delapan, yang
anggotanya berjumlah delapan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A. Wachid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. A. A. Maramis.
Tugas Panitia Delapan ini adalah menampung dan mengidentifikasi rumusan dasar negara pada
sidang BPUPKI. Dari Panitia Delapan kemudian diketahui terdapat perbedaan usulan dasar di
antara golongan. Golongan Islam menghendaki negara berdasarkan syariat Islam, sedangkan
golongan nasionalis tidak menghendaki dasar negara dengan syariat agama tertentu.

PANITIA SEMBILAN

Hingga akhir sidang pertama BPUPKI, belum diperoleh kesepakatan utuh tentang rumusan dasar
negara. Oleh karena itu, akhirnya dibentuk Panitia Sembilan untuk menerima dan menengahi berbagai
masukan. Anggota Panitia Sembilan antara lain, yaitu:

1. Ir. Soekarno (Ketua).


2. Drs. Mohammad Hatta (Wakil).
3. Mr. Achmad Soebardjo.
4. Mr. Muhammad Yamin.
5. KH. Wachid Hasyim.
6. Abdul Kahar Muzaki.
7. Abikoesno Tjokrosoejoso.
8. H. Agus Salim.
9. Mr. A.A. Maramis.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan pertemuan dan berhasil
menghasilkan rumusan dasar negara yang tertuang dalam hukum dasar atau yang dikenal
dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter):

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

SIDANG KEDUA BPUPKI

Sidang kedua BPUPKI 10-17 Juli 1945, membahas tentang bentuk negara, wilayah
negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar beranggotakan 19 orang dengan Ir. Soekarno sebagai ketua, Panitia Pembelaan Tanah Air
dengan Abikoesno Tjokrosoejoso sebagai ketua, dan Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan
Mohammad Hatta sebagai ketua. Melalui hasil pemungutan suara, ditentukan wilayah Indonesia
merdeka meliputi wilayah Hindia Belanda, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-
pulau sekitarnya.

Pada 11 Juli 1945, Panitia Perancang UUD membentuk panitia kecil beranggotakan 7
orang yaitu: Prof. Dr. Mr. Soepomo, Mr. Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. A.A.
Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim, dan Dr. Soekiman untuk membuat laporan rancangan
UUD. Selanjutnya pada 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD melakukan sidang pembahasan
hasil kerja panitia kecil beranggota 7 orang tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang BPUPKI menerima hasil laporan Panitia Perancang
UUD yang disampaikan oleh Ir. Soekarno selaku ketua. Laporan tersebut berisi rancangan UUD,
yaitu:
1. Pernyataan mengenai kemerdekaan Indonesia
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar atau preambule
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar atau isi

PEMBUBARAN BPUPKI

Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI kemudian dibubarkan pada tanggal 7


Agustus 1945 dan sebagai gantinya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). PPKI bertugas melanjutkan tugas mencapai kemerdekaan Indonesia, yaitu
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara dan
UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai