Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Sejarah Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara

Indonesia dulu sempat dijajah oleh berbagai negara, seperti Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Negara
yang paling lama menjajah adalah Belanda yaitu selama 350 tahun. Penjajahan Belanda di Indonesia
berakhir pada tahun 1942. Setelah penjajahan dari Belanda berakhir, Indonesia diduduki oleh tentara Jepang.
Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Jepang memberikan janji
kemerdekaan untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Pada tanggal
29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kemerdekaan tanpa syarat.

Pembentukan BPUPKI

Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk
meyakinkan bangsa Indonesia. Tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk
selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI dalam bahasa Jepang berarti Dokuritsji Junbi Cosakai. Pada tanggal 28 April 1945
diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya di gelar Gedung Cuo Sangi In di
Pejambon Jakarta.
Susunan pengurus dan jumlah anggota BPUPKI adalah :
Ketua : Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa, orang Jepang)
Anggota : 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.

Sepanjang sejarah, BPUPKI hanya mengadakan sidang dua kali, yaitu:


a. Masa Sidang I tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
b. Masa Sidang II tanggal 10 Juli - 16 Juli 1945

Badan ini telah membentuk beberapa panitia kerja yang di antaranya ialah:
a. Panitia Perumus dengan anggota 9 orang. Panitia ini disebut juga Panitia Sembilan. Diketuai oleh Ir.
Soekarno. Panitia Sembilan itu adalah:
1) Ir. Soekarno
2) Drs. Mohammad Hatta
3) Mr. A. A. Maramis
4) Abikusno Cokrosuyoso
5) Abdulkahar Muzakir
6) Haji Agus Salim
7) Mr. Ahmad Subarjo
8) K. H. A. Wachid Hasyim
9) Mr. Mohammad Yamin

b. Panitia perancang Undang Undang Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini kemudian
membentuk Panitia Kecil Perancang Undang Undang Dasar yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr.
Soepomo.
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan, diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
d. Panitia Pembelaan Tanah Air, diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso.

Dalam melaksanakan tugasnya, kedua panitia telah menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Panitia Perumus berhasil menyusun naskah Rancangan Pembukaan Undang Undang Dasar pada
tanggal 22 Juni 1945.
Rancangan Pembukaan UUD ini kemudian dikenal dengan nama "Piagam Jakarta" Piagam Jakarta
terdiri dari empat alinea. Dalam alinea empat terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara.
b. Panitia perancang UUD berhasil menyusun Rancangan UUD Indonesia pada tanggal 16 Juli 1945.

1
Dalam sidang pertama BPUPKI, beberapa anggota memberikan pidatonya, yaitu:
a. Pidato Mr. Mohammad Yamin, berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia
pada tanggal 29 Mei 1945.
b. Pidato Prof. Dr. Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945.
c. Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.

Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk badan baru yang
dinamakan Dokuritsu Junbi Inkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, disingkat PPKI). PPKI
dibentuk tanggal 9 Agustus 1945. Badan ini diketuai oleh Ir. Soekarno. Sebagai wakilnya adalah Drs.
Mohammad Hatta.

Susunan Pengurus BPUPKI


Ketua : dr. Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua : Ichibangase Yosio dan RP. Suroso
Anggota Berjumlah 60 Orang yakn: Abikoesno Tjokrosoejoso, Haji A. Sanusi, Kh Abdul Halim, Prof. Dr.
Asikin Widjajakoesoemo, M.Aris, Abdul Kadir, Dr. R. Boentaran Martoatmodjo, BPH Bintarto, Ki Hadjar
Dewantara, AM. Dasaad, Prof, Dr. PAH Djajadingrat, Drs. Moh. Hatta, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Mr. R.
Hindromartono, Mr.Muh Yamin, RAA Soemitro Kolopaking Probonegoro, Mr. Dr. R Koesoemah Atmadja,
Mr. J Latuharhary, R. Margono Djojohadikoesoemo, Mr. AA Maramis, KH Masjkoer, KHM Mansoer,
Moenandar, AK Moezakir, R. Otto Iskandar Dinata, Parada Harahap, BPH Poeroebojo, R. Abdoelrahim
Pratalykrama, R. Roeslan Wongsokoesoemo, Prof. Ir. R Rooseno, H. Agoes Salim, Dr. Sambsi, Mr. RM
Sartono, Mr. R Samsoedin, Mr. R Sastromoeljono, Mr. R. Singgih, Ir. R Soekarno. R. Soediman, R.
Soekardjo Wiryopranoto, Dr. Soekiman, Mr. A. Subardjo, Prof. Mr. Dr. soepomo, Ir. RMP Soerahman,
Sutardjo Tjokroadisoerjo Kartohadikoesoemo, R MTA Soeryo, Mr. Soesanto, Mr. Soewandi,Drs. KRMA
Sosrodiningrat, KHA Wachid Hasjim, KRM TH Woerjaningrat, RAA Wiranatakoesoema, Mr. KRMT
Wongsonagoro, Ny. Mr Maria Ulfa Santoso, Ny. RSS Mangoenpoespito, Oei Tjong Hauw, Oei Tiang Tjoei,
Liem Koen Hian, Mr. Tan Eng Hoa, PF Dahler, dan A. Baswedan.
Anggota Tambahan Sebanyak 6 Orang: KH. Abdul Fatah Hasan, R. Asikin Natanegara, BKPA Soerjo
Hamidjoyo, Ir. M Pangeran M. Noer, Mr. M Besar, Abdul Kaffar.

Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)


BPUPKI setelah terbentuk segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai
pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas
rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang
dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.

1) Mr. Mohammad Yamin


Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka dihadapan
sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul ”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya
sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Mr Mohammad Yamin dalam penyerahan naskah Rancangan UUD dalam bagian Pembukaannya (dalam
bentuk tetulis) terdapat rumusan lima dasar negara yaitu ;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat an perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31
Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara
2
Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal
berikut ini:
1. Paham negara persatuan
2. Perhubungan negara dan agama
3. Sistem badan permusyawaratan
4. Sosialisme negara
5. Hubungan antarbangsa
3) Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan dasar negara Indonesia
merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk selanjutnya,
tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila.
Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Masa Persidangan Kedua BPUPKI (10–16 Juli 1945)

Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka belum
terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia
perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia
Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka.
Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Soekarno (ketua), Abdul Kahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H.
Wachid Hasyim, Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan A. A.
Maramis.

Tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dalam piagam inilah
termuat lima dasar negara Indonesia.

Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan
ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-
Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno.

Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan
rancangan UUD. Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo,
Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo.

Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli
1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-
undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).

Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD.
Laporan diterima sidang pleno BPUPKI.

Selesai menjalankan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945. Sebagai gantinya,
dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dalam bahasa Jepang, PPKI disebut
3
Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI-Iah yang mengesahkan Pembukaan UUD 1945 yang rumusannya diambil dari
Piagam Jakarta.

Susunan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Ketua : Soekarno
Wakil Ketua : Mohammad Hatta
Anggota : Soepomo, Radjiman Widyodiningrat, RP Suroso, Sutardjo, Wachid Hasjim, Ki Bagoes
Hadikoesoemo, Otto Iskandar Dinata, Abdul Kadir, Soerjohamidjojo, Poeroebojo, Yap Tjawn
Bing, J Latuharhary, Amir, Abdul Abas, Mohamad Hasan, Hamidhan, GSJJ Ratulangi,
Andipangeran, I Gusti Ktut Pudja.
Anggota Tambahan : Wiranatakoesoema, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman, Sajuti, Koesoema Soemantri,
Subardjo.

Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Jepang membubarkan BPUPKI pada 7 Agustus 1945 sebelum terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kemudian, untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara setelah terjadinya proklamasi kemerdekaan,
maka dibentuklah panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) sebagai penggantinya.

PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad Subarjo. PPKI
beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang
wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda
Kecil, Maluku serta penduduk Cina.

Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara

Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta bersama tokoh pejuang kemerdekaan akhirnya memproklamasikan
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta
(sekarang menjadi Gedung Perintis Kemerdekaan di Jalan Proklamasi). Pengibaran bendera Merah Putih
yang dijahit oleh Ibu Fatmawati (istri Soekarno) dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud. Adapun
lagu ciptaan WR. Soepratman, Indonesia Raya dinyanyikan bersama-sama secara serentak.

Pada 18 Agustus 1945, tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan PPKI mengadakan sidangnya yang
pertama. Pada sidang ini, ketua PPKI menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota
PPKI berjumlah 27 orang.

Pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, seorang opsir Angkatan Laut Jepang (Ratulangi)
minta kepada Hatta supaya Piagam Jakarta dicoret dari pembukaan UUD 1945, karena kalau tidak,
kemungkinan golongan Kristen dan Katolik di Indonesia Timur akan berdiri di luar republik. Maka Hatta
dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas
adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat
menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan
pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya
perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI saat itu dibuka.

Jadi alasan perubahan kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" menjadi menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa"? karena kata-kata butir pertama sebelum diubah
ternyata kurang disetujui oleh sebagian komponen bangsa yang lain. Oleh karena itu, perubahan tersebut
perlu dilakukan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang baru saja

4
merdeka. Akhirnya, usulan Moh. Hatta disepakati oleh semua anggota PPKI. Jadilah sila pertama dasar
negara berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Selain pembahasan perubahan sila pertama pancasila, pada sidang PPKI juga di bahas perubahan Bab II
UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi
”Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan
mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut ;
a. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang bahan-bahannya
diambil dari Rancangan Pembukaan UUD 1945 yang telah disusun oleh panitia perumus pada 22
Juni 1945 dengan berbagai perubahan.
b. Menetapkan dan mengesahkan UUD yang bahan-bahannya hampir seluruhnya diambil dari
rancangan UUD yang disusun oleh panitia perancang UUD pada 16 Juli 1945.
c. Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Mohammad Hatta masing-masing menjadi
Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia.
d. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).

Dalam sidang pertamanya 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang kini terkenal dengan sebutan UUD 1945, terdiri atas dua bagian, yaitu "Pembukaan" yang di dalamnya
memuat Pancasila dan "Batang Tubuh UUD." Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik
Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45–48. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 12 Tahun 1968 ditegaskan kembali tentang rumusan Pancasila sebagai berikut ;
6. Ketuhanan Yang Maha Esa.
7. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
8. Persatuan Indonesia.
9. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat an perwakilan.
10. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Fungsi Pokok Pancasila


Rumusan Pancasila sebagai dasar negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945inilah yang sah
dan benar karena di samping mempunyai kedudukan konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia (PPKI) yang berarti disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila dalam rumusan sebagai dasar negara sering disebut sebagai falsafah negara (dasar falsafah
negara), philosofische grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee.

Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah oleh siapapun – menggambarkan konsistensi terhadap
kesepakatan dasar MPR sebelum melakukan perubahan UUD 1945 – Pembukaan memuat dasar filosofis dan
normatif yang mendasari seluruh pasal dalam UUD 1945 – mengandung staatsidee berdirinya NKRI, tujuan
dan dasar negara yang harus tetap dipertahankan, merubah Pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran
Negara Proklamasi Kemerdakaan RI 17 Agustus 1945

Fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968
pada tanggal 13 April 1968, yang menyebutkan antara lain Pancasila sebagai dasar negara adalah Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam hal fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara maka
Pancasila dapat mengatur pemerintahan negara atau penyelenggara negara.
 Pancasila sebagai sumber norma hukum artinya Pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan
norma hukum di Indonesia
 Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa : Pancasila menjadi dasar pendoman dan pentunjuk hidup
dalam kehidupan bermasyarakat.
 Pancasila yang bersifat sosiologis : sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya.
 Pancasila yang bersifat etis filosofis : sebagai pengatur tingkah laku pribadi seseorang dan cara-cara
untuk mencari kebenaran
 Pancasila sebagai ideologi bangsa

5
Ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita – cita dan logos yang
berarti “ilmu”. Jadi Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu pengertian – pengertian dasar. (ilmu tentang
gagasan atau cita-cita). Pancasila sebagai ideologi bangsa merupakan perenungan untuk mewujudkan cita-
cita, gagasan, ide yang dinalarkan sehingga merupakan hasil refleksi manusia.( Pancasila sebagai tujuan atau
cita-cita yang hendak dicapai oleh masyarakat dan bangsa Indonesia serta sebagai pemersatu bangsa)
Ideologi Pancasila memiliki beberapa fungsi :
1. Struktur kognitif artinya kesseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan landasan untuk memahami
dan menafsirkandunia dan kejadian-kejadian alam
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memeberikan makna serta menunjukkan tujuan
dalam kehidupan manusia
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan hbagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan idetitasnya
5. Kekuatan yang mampu memberikan semangat serta dorongan seseorang untuk menjalankan kegiatan
dan mencari tujuan
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyrakat untuk memahami, menghayati serta melaksanakan
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma.

Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis, dan
terbuka. Maksudnya adalah bahwa ideologi Pancasila memiliki sifat aktual dinamis antisipatif yang
senantiasa dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya,
namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkret, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif
untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta zaman.

Dalam ideologi terbuka, terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap. Dengan
demikian, penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional. Sebagai salah satu
contoh keterbukaan ideologi Pancasila adalah dalam kaitannya dengan ekonomi (misalnya ekonomi
kerakyatan), demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan, iptek, hankam, dan
bidang lainnya.

Pancasila sebagai ideologi terbuka : setiap warga negara Indonesia mendapat kesempatan yang sama untuk
memikirkan, bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila dan berhak mengembangkannya terus menerus melalui kesepakatan nasional.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Berdasarkan ciri-ciri ideologi terbuka tersebut di atas, nilai-nilai yang terkadung dalam ideologi Pancasila
sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut.

a. Nilai Dasar

Yaitu hakikat kelima sila Pancasila yang meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, kemanusiaan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat
universal sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang baik dan
benar. Nilai dasar ideologi tersebut tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

6
Oleh karena Pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, maka pembukaan UUD
1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib hukum tertinggi, sebagai sumber hukum positif
sehingga dalam negara memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.

Sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup negara
sehingga engubah Pembukaan Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar Pancasila tersebut sama
halnya dengan pembubaran negara. Adapun nilai dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945 yang di dalamnya terkandung lembaga-lembaga penyelenggara negara, hubungan antar lembaga
penyelenggara negara beserta tugas dan wewenangnya.

b. Nilai Instrumental

Yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental ini
merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.

c. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat
nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis
inilah penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai perkembangan zaman, ilmu pengetahuan serta aspirasi masyarakat.

Penyelengara negara sebagai pengemban dari nilai


Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan cerminan bangsa Indonesia yang senantiasa terbuka dalam
setiap dimensi kehidupan. Menurut Dr. Alfian, kekuatan ideologi tergantung pada tiga dimensi yang
dikandungnya, yaitu sebagai berikut.

1. Dimensi Realita

Perkembangan aspirasi dan pemikiran masyarakat Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup
berbangsa dan bernegara secara nyata dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya. Misalnya, munculnya
ideologi Pancasila pertama kali hingga kini.

2. Dimensi Fleksibilitas

Pancasila mempunyai sifat keluesan, dalam menjawab tantangan zaman di masa kini maupun menghadapi
masa depan tanpa harus kehilangan kepribadian dan arah tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dimensi Idealisme

Keterbukaan untuk menerima kemajuan zaman yang lebih baik yang sesuai dengan nilai-nilai Idealisme.
Pancasila tumbuh seiring dengan gerak perkembangan bangsa melalui perwujudan dan pengamalan di
kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Ada beberapa poin ciri yang membedakan antara ideologi terbuka dengan ideologi tertutup, yaitu.
Ideologi terbuka

 Nilai dan cita-cita sudah hidup dalam masyarakat


 Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat
 Milik seluruh rakyat sekaligus menjiwai ke dalam kepribadian masyarakat.
 Isinya tidak operasional, kecuali diwujudkan dalam konstitusi.
 Dinamis dan reformis

7
Ideologi tertutup
 Nilai dan cita-cita sekelompok orang yang mendasari niat dan tujuan kelompoknya
 harus ada yang dikorbankan demi ideologi sekelompok orang
 Loyalitas ideologi yang kaku
 Terdiri atas tuntutan yang nyata dan oreasional yang diajukan mutlak
 Ketaatan yang mutlak, bahkan kadang menggunakan kekuatan dan kekuasaan.

Suatu ideologi memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, serta
nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas karena ideologi harus mampu
direalisasikan dalam kehidupan praksis yang merupakan suatu aktualisasi secara konkret. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki 3 dimensi seperti yang telah diuraikan
sebelumnya di atas.

Sikap Positif terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Dalam rangka mewujudkan masyarakat modern yang tetap berkepribadian Indonesia, dengan menjadikan
tata nilai moral pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu sebagai berikut.

Pancasila sebagai pandangan hidup, yaitu kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki bangsa dan diyakini
kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk mewujudkan dalam bentuk sikap dan tingkah laku dalam
perbuatan sehari-hari.
Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, yaitu Pancasila sebagai cerminan jati diri yang memberi
corak yang khas pada bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain.
Pancasila adalah perjanjian luhur pendiri bangsa, yaitu Pancasila merupakan suatu kesepakatan yang
disetujui oleh wakil-wakil bangsa Indonesia menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan.
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia karena mengandung norma dan nilai yang diyakini benar, adil, bijaksana
sesuai dengan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai unsur ketahanan bangsa, yaitu keberadaan suatu ideologi baik keluar maupun ke dalam,
ialah untuk ketahanan bangsa itu sendiri. Bangsa yang kuat merupakan bangsa yang memiliki keyakinan
ideologinya yang kuat.
Pancasila merupakan paradigma pembangunan, yakni nilai-nilai dasar yang ada dalam Pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia

Pancasila sebagai Sumber Nilai


Nilai dalam bahasa Inggris “value” termasuk pengertian filsafat. Menilai berarti menimbah yaitu kegiatan
menusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, untuk selanjutnya mengambil keputusan.

Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai
keindahan atau aestetika), baik (nilai moral atau etika) dan religius (nilai agama).

Pancasila sebagai sumber nilai karena memiliki :


1. nilai kebenaran
2. nilai keindahan atau aestetika
3. nilai moral atau etika
4. nilai religious
5. nilai material

Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro, SH. Membagi nilai menjadi tiga yaitu ; nilai vital, material dan kerohanian.

1) Nilai Vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas, alat yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas. Seperti sabit untuk memotong rumput,
kuali untuk menggoreng, sapu untuk membersihkan lantai
2) Nilai Material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia, termasuk makan dan minum
3) Nilai Kerohaniaan yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, agama sebagai
sumbernya. Seperti sembahyang atau ibadah

8
Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia ( ratio, budi, cipta )
2. Nilai keindahan yang bersumber pada unsure rasa manusia ( perasaan, aestetis )
3. Nilai kebaikan/moral yang bersumber pada unsure kehendak atau kemauan manusia ( karsa, etika )
4. Nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai
relegius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut :

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai religius antara lain :
1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifatnya Yang Maha Sempurna,
Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan lain-lain sifatnya yang suci
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya
3. Nilai sila I meliputi dan menjiwai sila II, III, IV dan V

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai kemanusiaan, antara lain :
1. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia
2. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia
3. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan sehingga
jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan
4. Sila II diliputi dan dijiwai oleh sila I, serta menjiwai dan meliputi sila III, IV dan V

Sila Persatuan Indonesia, terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain :


1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
2. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
3. Pengakuan terhadap ke “ Bhinneka Tunggal Ika “ an suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa
(berbeda-beda tetapi satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa
4. Nilai sila III dijiwai dan diliputi oleh sila I, dan II serta menjiwai dan meliputi sila IV dan V

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan,
terkandung nilai kerakyatan, antara lain :
1. Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat
2. Pemimpin kerakyatan adalah hikmah kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat
3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama
4. Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat
5. Nilai sila ke IV diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, III dan meliputi dan menjiwai sila V

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terkandung nilai keadilan sosial, antara lain :
1. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat
Indonesia
2. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
3. Cita-cita masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual, yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain
5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan
6. Nilai sila ke V diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, III dan IV

Nilai Pancasila bersifat obyektif, karena sesuai dengan obyeknya atau kenyataannya dan bersifat umum atau
universal
Nilai Pancasila bersifat subyektif, karena sebagai hasil pemikiran bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar,
kerangka acuan dan tolok ukur segenap aspek kehidupan dalam pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara
9
dan ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan kenyataan obyektif bahwa Pancasila adalah dasar negara, maka
tidak berlebihan bila Pancasila menjadi landasan atau tolok ukur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara termasuk di dalamnya pelaksanaan pembangunan nasional. Sehingga Pancasila dijadikan
paradigma dalam pembangunan nasional

Harapan setelah reformasi disegala aspek kehidupan akan dapat menciptakan suasana pembangunan yang
mampu meningkatkan :
1. Kualitas manusia Indonesia yang maju
2. Kualitas masyarakat yang maju
3. Suasana tenteram dan sejahtera lahir dan batin
4. Tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan Pancasila
5. Suasana kehidupan bangsa dalam serba keseimbangan dan selaras dalam ajaran Tri
Hitakarana

Contoh Sikap Positif terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai dasar filsafah negara, pandangan hidup bangsa, serta ideologi bangsa dan negara, bukanlah
hanya merupakan rangkaian kata-kata yang indah, tetapi juga harus diwujudkan dan diaktualisasikan dalam
berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Aktualisasi Pancasila dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu aktualisasi objektif dan subjektif.

Aktualisasi Pancasila secara objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai hal dan bidang kehidupan
negara yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Selain itu juga
meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum, pertahanan keamanan, dan
pendidikan. (peraturan perundang-undangan)

Adapun pengaktualisasian Pancasila sebagai subjektif adalah aktualisasi Pancasila dalam setiap individu
terutama dalam aspek moral yang berkaitan dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif
tersebut baik warga negara bisa, aparat penyelenggara negara, maupun penguasa negara perlu mawas diri
agar memiliki moral Ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila

1. Mewujudkan kehidupan beriman dan bertakwa


Beriman dan bertakwa perlu kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Beriman dan bertakwa kita
laksanakan dengan tindakan nyata, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Perwujudan sikap beriman dan bertakwa di dalam keluarga antara lain rajin dan taat beribadah;
mendengarkan nasihat orang tua untuk selalu menaati ajaran agama; memberi teladan sebagai umat
beragama yang shalih; berupaya menciptakan suasana keluarga yang tentram dan damai; membina sikap
jujur, adil, sabar, dan murah hati. Sedangkan perwujudan dalam sekolah antara lain; waktu belajar ataupun
kegiatan lainnya dimulai dan diakhiri dengan berdoa, menunjukkan teladan bagaimana hidup yang baik
sebagai orang beragama; menghargai guru dan mematuhi tata tertib di sekolah; membina sikap peduli
sesama teman; bersikap jujur, tekun, dan mau menolong tanpa pamrih.
Sementara perwujudan sikap beriman dan bertakwa dalam masyarakat antara lain menciptakan suasana yang
damai menjamin penghayatan hidup beragama; membantu warga yang terkena musibah, turut berperan aktif
dalam perayaan hari besar agama, membina sikap hormat-menghormati, tolong menolong, gotong royong,
dan silaturrahmi, berpartisipasi membangun rumah ibadah.

2. Tenggang rasa dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara


Tenggang rasa dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara
Hidup bermasyarakat akan berjalan lancar apabila terbina kerukunan di antara sesam warganya. Demi
terciptanya kerukunan itu harus ada sikap saling menghargai di antara sesam warga. Berarti tenggang rasa
berperan penting agar hidup bermasyarakat berlangsung harmonis.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, dengan beragam agama serta kepercayaan, tradisi dan budaya.
Di tengah keberagaman itu, tumbuh kesadaran betapa pentingnya persatuan dan kesatuan. Tergalangnya
persatuan dan kesatuan sangat ditentukan oleh kepribadian warga negaranya. Melalui tenggang rasa kita
menyelaraskan pandangan dan sikap kita dengan sesama warga negara. Dengan cara demikian maka
diperoleh kesamaan sikap dan kebulatan tekad untuk mencapai tujuan negara, yaitu masyarakat yang adil dan
makmur.

10
3. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat
Rela berkorban terbukti memberikan sumbangan berharga bagi perjuangan bangsa ini. Rakyat dari berbagai
kalangan berani mengorbankan harta benda bahkan nyawa untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan.
Rela berkorban sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
kehidupan bernegara, kita hendaknya rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.

4. Suka bermusyawarah
Bangsa Indonesia mempunyai cara yang khas untuk menyelesaikan masalah bersama yang dinamakan
musyawarah untuk mufakat. Cara penyelesaian masalah itu sesuai dengan kepribadian kita sebagai bangsa
Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia, kita menjunjung tinggi persamaan derajat manusia. Oleh karena itu, pendapat
setiap orang perlu kita hargai. Sebaliknya orang lain pun menghargai pendapat kita.

5. Bekerja keras
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa. Manusia dianugerahi akal budi dan berbagai
kemampuan lainnya. Keistimewaan itu harus diterima manusia dengan tanggung jawab. Artinya, manusia
harus memanfaatkan kemampuannya untuk membangun dunia dengan cara bekerja keras,
Melalui kerja keras, manusia memperlihatkan keluhuran martabatnya sebagai ciptaan Tuhan. Sudah kalian
bekerja keras?

11

Anda mungkin juga menyukai