Anda di halaman 1dari 8

Ulangan Harian

Kompetensi Dasar : Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah


Kelas/Semester : X/2
Tahun Pelajaran :

Petunjuk : Pilihlah satu jawaban yang benar dari pertanyaan di bawah ini !

1. Pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam
masyarakat baik terikat maupun tidak pada suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi petani,
Menurut Amran Muslimin ini merupakan desentralisasi .....
a. Politik
b. Fungsional
c. Kebudayaan
d. Sosial
e. Ekonomi
2. Dalam praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa
kelebihan satu diantaranya adalah ....
a. Dapat mengurangi birokrasi karena keputusan dapat segera dilaksanakan
b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih mudah
terganggu
c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan yang bertele-
tele
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan
kesederhanaan
3. Dalam praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa
kelemahan satu diantaranya adalah ....
a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pendelegasian wewenang dan memperingan
manajemen pemerintah pusat
b. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan
c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu menunggu
instruksi dari pusat
d. Hubungan yang harmonic dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara emerintah pusat
dan daerah
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan
kesederhanaan
4. Pelaksanaan otonomi daerah di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan dalam rangka ....
a. mendirikan raja-raja kecil di daerah
b. menumbuhkan jiwa sparatisme untuk mendirikan kekuasaan baru di daerah
c. untuk memberi peluang yang besar bagi setiap warga daerah untuk menjabat sebagai kepala daerah
d. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lebih merata
e. agar ada peluang putra daerah mengelola daerahnya
5. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, prinsip otonomi daerah yang dianut salah satunya bertanggung
jawab maksudnya .....
a. otonomi diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah
b. pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok
tanah air
c. pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju
d. pelaksanaan otonomi daerah menjadikan cambuk bagi daerah untuk berlomba maju dengan daerah
lainnya
e. adanya rasa tanggung jawab kepada daerahnya
6. Pembentukan pemerintahan daerah disesuaikan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
pasal ..
a. 16
b. 17
c. 18
d. 19
e. 20
7. Pembentukan pemerintahan daerah bertujuan untuk . . .
a. Memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan potensinya.
b. Agar pemerintah daerah dapat bersaing dengan pemerintah pusat
c. Agar dapat memperkuat perekonomian negara
d. Agar dapat memperlancar hubungan internasional
e. Memperingan pekerjaan pemerintah pusat
8. Asas penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri disebut asas . . .
a. Sentralisasi
b. Desentralisasi.
c. Delegasi
d. Dekonsentrasi
e. Tugas pembantuan
9. Pemilihan bupati dilakukan dengan cara . . .
a. Ditunjuk langsung oleh presiden
b. Dipilih oleh gubernur
c. Dipilih secara langsung oleh rakyat.
d. Dipilih oleh wakil presiden
e. Dipilih oleh para menteri
10. Dalam kedudukan pemerintah daerah, pemerintah daerah dalam arti luas hanya meliputi .....
a. Bupati / Wali Kota
b. pimpinan daerah
c. aparatur pemerintahan daerah
d. Gubernur, Bupati dan Wali Kota
e. Kepala Daerah (ekskutif) dan DPRD (legeslatif).
11. Pemerintahan wilayah kabupaten dipimpin oleh . . .
a. Gubernur
b. Bupati.
c. Dinas daerah
d. Sekretaris daerah
e. Wali kota
12. Seorang gubernur memegang jabatan selama . . .
a. 3 tahun
b. 4 tahun.
c. 5 tahun
d. 6 tahun
e. 7 tahun
13. Seorng bupati memerintah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama dengan :
a. DPRD provinsi
b. DPRD kabupaten.
c. DPRD kota
d. Wakil bupati
e. Wali kota
14. Setelah habis masa jabatannya, seorang gubernur dapat mencalonkan diri lagi sebanyak . .
a. Satu kali.
b. Dua kali
c. Tiga kali
d. Empat kali
e. Lima kali
15. Undang-undang yang pertama dikeluarkan untuk mengatur pemerintahan daerah pada masa reformasi adalah
a. UU No.1 tahun 1945.
b. UU No.1 tahun 1946
c. UU No. 2 tahun 1945
d. UU No. 2 tahun 1946
e. UU No. 1 tahun 1947
16. Pengertian asas dekonsentrasi adalah . . .
a. Asas penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri
b. Asas pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal
tingkat atasnya, kepada pejabat-pejabatnya didaerah.
c. Asas yang menyatakan bahwa daerah berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat sesuai
kehendak daerah
d. Asas yang menyatakan bahwa pemerintah daerah punya hak penuh untuk turut campur dalam urusan
pemerintahan pusat
e. Asas yang menyatakan bahwa daerah berhak memaksimalkan potensi yang dimiliki
17. Pemilihan Wali Kota diusulkan oleh . . .
a. Presiden
b. Gubernur
c. Partai politik.
d. DPRD kota
e. Wakil presiden
18. Pada dasarnya adanya otonomi daerah dapat menguntungkan karena . . .
a. Tiap-tiap daerah dapat bersaing untuk mendapat bantuan pemerintah pusat
b. Tiap-tiap daerah dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
c. Masing-masing daerah dapat menjalin kerja sama yang baik
d. Pemerintah pusat dapat melimpahkan wewenang pada pemerintah daerah
e. Dapat diketahui kelemahan yang dimiliki masing-masing daerah
19. Seorang gubernur dalam menjalankan pemerintahan di darah provinsi bertanggung jawab kepada . . .
a. Presiden.
b. Wakil presiden
c. Menteri
d. Rakyat
e. DPRD provinsi
20. Melakukan koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah dan kabupaten atau kota adalah tugas
dan wewenang dari . . .
a. Wali kota
b. Bupati
c. Gubernur.
d. Dinas daerah
e. Sekretaris
21. Setelah amandemen UUD 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia diselenggarakan dengan
menerapkan asas . . . .
a. Sentralisasi
b. Terpusat
c. Desentralisasi.
d. Tersebar
e. Kombinasi
22. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, bupati atau walikota menetapkan perda atas persetujuan
bersama dengan . . . .
a. DPD
b. DPRD kabupaten/kota
c. DPR
d. Gubernur
e. Menteri dalam negeri
23. Dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki bersama, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mengadakan hubungan yang telah diatur dalam undang-undang. Hubungan pemerintah pusat dan daerah
dalam bidang pelayanan umum meliputi . . . .
a. Pemberian hibah atau pinjaman
b. Pemberian dana dan program khusus dari pemerintah pusat
c. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah
d. Kewenangan, tanggung jawab, dan penentuan standar pelayanan minimal
e. Kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budi daya, dan
pelestarian
24. Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan
atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu disebut asas . . . .
a. Otonomi daerah
b. Dekonsentrasi
c. Desentralisasi
d. Sentralisasi
e. Koordinasi
25. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat beberapa hal yang tetap ditangani oleh pemerintah pusat,
akan tetapi adapula bidang-bidang yang diserahkan dan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
mengelola. Bidang yang termasuk kewenangan pemerintah daerah adalah . . .
a. Bidang agama
b. Bidang yustisi
c. Bidang politik luar negeri
d. Pengelolaan sarana pendidikan dan kesehatan
e. Kebijakan yang berhubungan dengan moneter dan fiskal
26. Hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang
pengawasan menurut UU No. 32 Tahun 2004 adalah ....
a. akan melahirkan kemandirian bagi setiap penyelengara pemerintahan di daerah otonom
b. untuk mebatasi kebebasan pemerintah daerah dalam mengelola pemerintahannya
c. melahirkan keharmonisan hubungan pusat dengan daerah kalau sesuai dengan perundangan yang
berlaku
d. memberikan kebebasan daerah untuk mengelola keuangan sesuai dengan kewenangan kemauan
kepala daerah
e. pengawasan dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan wewenang
27. Pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan (masih bersifat rencana) atau sebelum dikeluarkannya
kebijakan pemerintah (baik berupa peraturan maupun ketetapan) baik yang dilakukan oleh atasan langsung
atau instansi diluar lembaga yang diawasi merupakan pengawasan ....
a. pendahuluan
b. terencana
c. kuratif
d. preventif
e. refresif
28. Hubungan struktural dan fungsional antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang keuangan
menurut UU No. 32 Tahun 2004 adalah ....
a. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah  sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004
b. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip menguntungkan pemerintah
pusat sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
c. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip menguntungkan pemerintah
daerah  sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
d. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip saling menguntungkan
pemerintahan pusat dan pemerintah daerah sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004
e. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip tidak merugikan pemerintah
daerah sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
29. Untuk kelangsungan pemerintahan daerah memerlukan dana yang cukup besar untuk biaya rutin berupa gajih
pegawai, pembangunan dan biaya lainnya, pendapatan asli daerah dapat diperoleh dari dari ....
a. pajak daerah dan dana alokasi khusus
b. pajak daerah dan dana alokasi umum
c. restribusi daerah dan pajak daerah
d. restribusi daerah dan dana alokasi khusus
e. dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
30. Dalam Tahun 2004-2010 ada sebanyak 147 kepala daerah tersangkut kasus korupsi, 18 gubernur, 17 walikota,
84 Bupati, 1 Wakil Gubernur, 19 wakil bupati. Dengan estimasi total kerugian negara mencapai
Rp.4.814.248.597.729. hal ini disebabkan karena ....
a. lemahnya fungsi pengawasan dan etika dari para elit penguasa di daerah sangat lemah
b. persiapan untuk menjadi kepala daerah memerlukan biaya besar selama kampanye
c. dari awal sudah memiliki tujuan memperkaya diri
d. kebutuhan hidup setelah menjabat semakin besar dan komplek sehingga membuthkan biaya besar
e. sudah menjadi budaya pejabat kepala daerah identik dengan korupsi
A. Materi Ajar

A. Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Desentralisasi
Desentralisasi berasasl dari bahasa Belanda yang teridiri dari kata De yang artinya lepas dan Centerum yang
artinya pusat. Desentralisasi artinya sesuatu hal yang terlepas dari pusat.
Terdapat dua kelompok besar yang memberikan definisi tentang desentralisasi, yakni kelompok Anglo Saxon dan
Kontinental.

Kelompok Anglo Saxon mendefinisikan desentralisasi sebagai penyerahan wewenang dari pemerintah pusat, baik
kepada para pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut dengan dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom
daerah yang disebut devolusi. Devolusi berarti sebagian kekuasaan diserahkan kepada badan-badan politik di daerah
yang diikuti dengan penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun secara
administrstif.
Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi menjadi dua bagian yaitu desentralisasi jabatan atau
dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah
dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan semata. Adapun desentralisasi ketatanegaraan merupakan
pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam
pemerintahan negara.
Menurut ahli ilmu tata Negara Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan.dari alat perlengkapan negara
di pusat kepada instansi bawahannya guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi bawahan melaksanakan tugas atas nama
pemerintah pusat.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom sebagai wakil
pemerintah atau perangkat pusat di daerah dalam kerangka negara kesatuan. Lembaga yang melimpahkan kewenangan
dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangannya itu mengenai pengambilan atau
pembuatan keputusan.
Menurut Amran Muslimin, dalam buku Otonomi Daerah dan Implikasinya, desentralisasi dibedakan atas 3 (tiga)
bagian :
1. Desentralisasi Politik, yakni pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi hak mengatur dan
mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badan-badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat
dalam daerah-daerah tertentu.
2. Desentralisasi Fungsional, yaitu pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk mengurus segolongan
kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat maupun tidak pada suatu daerah tertentu, seperti
mengurus irigasi bagi petani.
3. Desentralisasi Kebudayaan, yakni pemberian hak kepada golongan-golongan minoritas dalam masyarakat untuk
menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan, gama, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan sebagian
wewenang dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau
lembaga-lembaga pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehinggga urusan-urusan tersebut beralih
kepada daerah dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan pemertiktahan baik dari sudut politik,
ekonoini, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi menunjukkan
beberapa hal berikut:
a. satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi secara cepat,
b. satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan •ugas lebih efektif dan lebih efisien,
c. satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif,
d. satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta komitmen yang lebih
tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan.
Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pendelegasian wewenang dan memperingan
manajemen pemerintah pusat.
b. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu menunggu instruksi
dari ,pusat.
d. Hubungan yang harmonic dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara emerintah pusat dan
daerah.
e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan balk pusat maupun daerah.
f. Dapat mengurangi birokrasi dalam anti buruk karena keputusan dapat segera dilaksanakan.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.


a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah kompleks dan berimplikasi
pada lemahnya koordinasi.
b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih mudah terganggu.
c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan yang bertele-tele.
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan kesederhanaan

2. Otonomi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan keperitingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-ndangan.
Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

3. Otonomi Daerah dalam Kontek Negara Kesatuan


Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kekhasan
daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah.

B. Kedudukan Pemerintah Pusat


Penyelenggara pemerintahan pusat dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia adalah presiden dibantu oleh
wakil presiden dan menteri negara. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kebijakan yang diambil dalam
menyelenggarakan pemerintahan digunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pemerintah pusat dalam pelaksanaan otonomi daerah, memiliki 3 (tiga) fungsi:


a. Fungsi Layanan (Servicing Function)
Fungsi pelayanan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara tidak diskriminatif dan
tidak memberatkan serta dengan kualitas yang sama.
b. Fungsi Pengaturan (Regulating Function)
Fungsi ini memberikan penekanan bahwa pengaturan tidak hanya kepada rakyat tetapi kepada pemerintah sendiri.
Artinya, dalam membuat kebijakan lebih dinamis yang mengatur kehidupan masyarakat dan sekaligus
meminimalkan intervensi negara dalam kehidupan masyarakat. Jadi, fungsi pemerintah adalah mengatur dan
memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menjalankan hidupnya sebagai warga negara.
c. Fungsi Pemberdayaan
Fungsi ini dijalankan pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemerintah dalam fungsi ini hanya
sebagai fasilitator dan motivator untuk membantu masyarakat menemukan jalan keluar dalam menghadapi setiap
persoalan hidup.

C. Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah


Sesuai bunyi UUD 1945 pasal 18 ayat 1 ”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”, maka dibentuklah pemerintahan daerah.
Gagasan tersebut juga muncul setelah dirasa begitu kompleksnya urusan dan tugas-tugas pemerintah.
Sampai saat ini telah lahir berbagai produk hukum berupa undang-undang yang mengatur tentang
pemerintahan daerah yaitu UU No. 1 Tahun 1945, UU No. 22 Tahun 1948, UU No. 1 Tahun 1957, UU No. 18 Tahun
1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 32 Tahun 2004, dan UU No. 12 Tahun 2008.
Berdasarkan pada pasal 18 tersebut, maka pemerintahan daerah harus dilaksanakan berdasarkan sistem
pemerintahan negara. Sesuai dengan pendapat Soehino yang menyatakan bahwa sistem pemerintahan daerah pada
prinsipnya harus menyesuaikan diri dengan sistem pemerintahan pusat, yang pada umumnya sistem tersebut telah
ditegaskan dalam UUD sepanjang negara itu mempunyai UUD.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kita mengenal beberapa asas, yaitu sebagai berikut:
a. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah asas penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
b. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala
instansi vertikal tingkat atasnya, kepada pejabat-pejabatnya di daerah.
c. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah asas-asas turut sertanya pemerintah daerah bertugas dalam melaksanakan urusan
pemerintahan pusat yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Dalam pemerintahan daerah, kita mengenal istilah otonomi daerah dan daerah otonom. Otonomi daerah
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan asprirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-udangan. Sementara daerah otonom yang
selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setiap daerah mempunyai wewenang untuk mengelola pemerintahannya sendiri, sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dapat disesuaikan dengan kondisi, ciri khas, kemampuan serta potensi yang dimiliki daerah yang
bersangkutan. Dengan pemberian wewenang ini, diharapkan proses pembangunan didaerah dapat berjalan lebih
lancar, efektif, dan efisien.

1. Hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
            Hubungan antara pusat dan daerah merupakan sesuatu yang banyak diperbincangkan, karena masalah tersebut
dalam prakteknya sering menimbulkan upaya tarik-menarik kepentingan (spanning of interest) antara kedua satuan
pemerintahan. Terlebih dalam negara kesatuan, upaya pemerintah pusat untuk selalu memegang kendali atas berbagai
urusan pemerintahan sangat jelas sekali.
            Alasan menjaga kesatuan dan integritas negara merupakan salah satu alasan pemerintah pusat untuk senantiasa
mendominasi pelaksanaan urusan pemerintahan dengan mengesampingkan peran dan hak pemerintah daerah untuk
ikut terlibat langsung dan mandiri dalam rangka mengelola serta memperjuangkan kepentingan daerahnya.
            Dominasi pemerintah pusat atas urusan-urusan pemerintahan telah mengakibatkan hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam negara kesatuan menjadi tidak harmonis atau bahkan berada pada titik yang
mengkhawatirkan sehingga timbul gagasan untuk mengubah negara kesatuan menjadi negara federal. Dengan
perktaan lain, gagasan negara federal atau negara serikat dapat dipicu oleh sentralisasi pemerintahan yang dianggap
berlebihan, di samping terdapat sebab lain seperti hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang dianggap kurang
adil (soal prosentase) yng merugikan daerah.
           Di dalam hubungan antara pusat dan daerah paling tidak ada empat faktor yang menentukan hubungan pusat
dan daerah secara strktural dan fungsional dalam otonomi daerah yaitu hubungan kewenangan, hubungan keuangan,
hubungan pengawasan, dan hubungan yang timbul dari susunan organisasi pemerintahan di daerah.

2. Hubungan Pusat dan Daerah Serta Susunan Organisasi Pemerintahan di Daerah    


Banyaknya kantor-kantor pusat di daerah sangat mempengaruhi kemandirian otonomi. Pembentukan kantor
pusat di daerah (Kanwil/Kandep) berkembang pesat selama UU Nomor 5 Tahun 1974 berlaku. Kantor-kantor ini
menimbulkan dualisme pemerintahan di daerah. Selain itu pemerintahan menjadi tidak efisien karena terlalu banyak
koordinasi yang harus dilakukan. Apalagi diadakan pula urusan pusat dalam lingkungan satuan pemerintahan
otonomi, seperti direktorat sosial politik di propinsi, kabupaten, dan kota. Kepala daerah merangkap sebagai kepala
wilayah. Untuk lebih menjamin kemandirian daerah, kantor-kantor pusat di daerah dapat di serahkan pelaksanaannya
kepada satuan pemerintahan otonomi melalui tugas pembantuan.
Namun pada saat itu dengan lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 penghapusan Kanwil/Kandep merupakan
suatu kemestian, karena semua fungsinya menjadi urusan rumah tangga daerah. Tetapi tidak berarti setiap Kanwil atau
Kandep akan menjadi dinas daerah. Pada tingkat propinsi, pada dasarnya Kanwil mesti dibubarkan   mengingat
berbagai urusan tersebut menjadi urusan kabupaten atau kota, bukan urusan propinsi. Di tingkat kabupaten atau kota,
mungkin dibentuk dinas baru , digabung atau dihapus. Semuanya diukur dari efisiensi dan produktifitas organisasi
agar fungsi pelayanan terhadap masyarakat dapat terlaksana dengan baik.
D. Problematik Hubungan Pusat dan Daerah di era Otonomi Daerah
            Pelaksanaan otonomi daerah bukannya meningkatkannya kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi
(finansal) dan pelayanan publik tapi sebaliknya wabah korupsi yang merajai hampir sebagian besar pemerintah
daerah. Korupsi menjadi sisi gelap dari pelaksanaan otonomi daerah selama beberapa tahun perjalanannya . Hebatnya
korupsi di daerah dilakukan secara serentak dan bersama-sama yang melibatkan hampir semua elit local dengan
menggerogoti APBD, DAU, DAK. Korupsi telah menghancurkan ekspektasi masyarakat yang begitu besar terhadap
otonomi daerah yang bisa melahirkan berkah bukan musibah.
            Sepanjang pelaksanaan otonomi daerah sampai penghujung tahun 2010 kasus-kasus korupsi serentak
mewarnai perjalanan otonomi daerah . Dalam Tahun 2004-2010 ada sebanyak 147 kepala daerah tersangkut kasus
korupsi, 18 gubernur, 17 walikota, 84 Bupati, 1 Wakil Gubernur, 19 wakil bupati. Dengan estimasi total kerugian
negara mencapai Rp.4.814.248.597.729. Hal ini membuktikan lemahnya fungsi pengawasan dan etika dari para elit di
daerah.
            Demikian juga dengan daerah pemekaran sebagai buah dari otonomi daerah tidak mampu mensejahterakan
masyarakat. Hampir semua daerah pemekaran boleh dikatakan stagnan dalam menjalankan roda pemerintahan. Tidak
ada sesuatu yang berubah pasca pemekaran. Bahkan ada daerah pemekaran yang telah berusia lebih lima tahun tidak
mampu berdiri sendiri dan masih terus disusui pemerintah pusat lewat APBN.
            Ironinya kondisi pengawasan daerah saat ini masih adanya tumpang-tindih pelaksanaan pengawasan dari unsur
internal maupun eksternal. Selain itu akses terhadap pengawasan sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah, belum memiliki prosedur baku, dikaitkan dengan sistem kerahasiaan dokumen negara. Selain itu, tindak lanjut
pengawasan oleh pemerintah daerah yang belum transparan, termasuk belum terdapatnya, pengaturan terhadap
pemberian sanksi kepada pemerintahan daerah melakukan kesalahan terhadap masyarakat dalam melakukan
pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai