Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Administrasi Pemerintahan Daerah

“OTONOMI DAERAH”

Kelompok 5:

1. Fira Luthfita N. NIM 22.111.002

2. Santi Widiyawati NIM. 22.111.001

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS BANDUNG

2023
Daftar Isi

A. Pengertian Otonomi Daerah ........................................................................................................................ 3

B. Tujuan Otonomi Daerah ............................................................................................................................... 3

C. Tujuan Otonimi Daerah ................................................................................................................................ 4

D. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah ..................................................................................... 4

E. Asas Otonomi Daerah .................................................................................................................................... 5

F. Visi Otonomi Daerah...................................................................................................................................... 5

G. Dasar Otonomi Daerah ................................................................................................................................. 6

H. Ciri Daerah Otonom ...................................................................................................................................... 7

2
A. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi Daerah di Indonesia telah diatur dalam undang - undang, yang dalam
perkembangannya telah mengalamiperubahan dan terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah pada dasarnya
merupakan upaya untuk mewujudkan tercapainya salah satu tujuan negara, yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perataan pelaksanaan pembangunan dan
hasil-hasilnya. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peran serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Pengertian lainnya yaitu:
(a) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 menetapkan
otonom daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mengawasi masyarakatnya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(b) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 sebagai
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(c) UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mendefinisikan otonomi daerah sebagai wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat lokal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B. Tujuan Otonomi Daerah


Tujuan utama dari kebijakan otonomi daerah adalah:
(a) Kesetaraan politik (political equality), yaitu hak warga negara untuk
mendapatkan kesetaraan atau kesamaan politik.
(b) Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu masyarakat daerah dapat
secara langsung ikut bertanggung jawab dalam membangun dan
mengembangkan segala potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya
manusia (SDM), dan sumber daya buatan (SDB) yang ada pada daerah bagi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan daerahnya.
(c) Kesadaran Daerah (local responsiveness), yaitu kesadaran daerah untuk
menumbuhkembangkan segenap potensi yang dimilikinya bagi masyarakat
maupun negara.

3
C. Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan dilaksanakan otonomi daerah menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a) Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah
penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis,
untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan, dan melatih diri dalam
menggunakan hak-hak demokrasi.
b) Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk
mencapai pemerintahan yang efisien.
c) Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.
d) Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masingmasing.

D. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah


Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah:
a) Penyelenggaraan OTODA dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekargaman daerah.
b) Pelaksanaan OTODA didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab.
c) Luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, pelaksanaan
OTODA yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota,
sedangkan propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d) Pelaksanaan OTODA harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat, dan daerah serta antar daerah.
e) Pelaksanaan OTODA harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
oleh karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah
administrasi. Demikian pula kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah
atau pihak lain, seperti bahan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan,
kawasan industri, kawasan pekebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan
, kawasan perkantoran baru, kawasan pariwisata, berlaku ketentuan daerah otonom.
f) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran
atas penyelengaraan pemerintah daerah.

4
g) Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk meletakan pelaksanaan
kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah.
h) Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemeritah
kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada
yang menugaskan.

E. Asas Otonomi Daerah


a) Asas Desentralisasi
Menurut Hanif Nurcholis, desentralisasi adalah penyerahan wewenang, politik
dan administrasi dari puncak hirarki organisasi (pemerintah pusat) kepada
jenjang organisasi di bawahnya (pemerintah daerah).
b) Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada daerah
otonom sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan, dan lembaga yang melimpahkan kewenangan dapat
memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangan itu
mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan
c) Asas Medbewind (tugas pembantuan)
Tugas pembantuan (medebewind) adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk
melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih
tinggi di daerah tersebut. Tugas pembantuan adalah salah satu wujud
dekonsentrasi, akan tetapi pemerintah tidak membentuk badan sendiri untuk itu,
yang tersusun secara vertikal.

F. Visi Otonomi Daerah


Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu, politik,
ekonomi, serta sosial dan budaya.
a) Di bidang politik, pelaksanaan otonomi harus dipahami sebagai proses untuk
membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara
demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang

5
responsif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu
mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban
publik.
b) Di bidang ekonomi, otonomi daerah disatu pihak harus menjamin lancarnya
pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya
peluang bagi Pemerintah Daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal
untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam
konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa
Pemerintah Daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses
perizinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang
perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan demikian, otonomi daerah akan
membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke
waktu.
c) Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-
nilai lokal yang dipandang kondusif terhadap kemampuan masyarakat dalam
merespon dinamika kehidupan di sekitarnya.

G. Dasar Otonomi Daerah


Berikut ini akan diuraikan peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan
Otonomi Daerah sejak tahun 1945.
(a) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan
Komite Nasional Daerah;
(b) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan
Daerah;
(c) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah;
(d) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor l8 Tahun l965 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah;
(e) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Pemerintahan Daerah;
(f) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;

6
(g) Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;1
(h) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

H. Ciri Daerah Otonom


Suatu daerah, disebut sebagai daerah otonom apabila memiliki atribut sebagai berikut:
(a) Mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga daerah; urusan
rumah tangga daerah ini merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah
pusat kepada daerah;
(b) Urusan rumah tangga daerah itu diatur dan diurus/ diselenggarakan atas
inisiatif/prakarsa dan kebijaksanaan daerah itu sendiri;
(c) Untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah tersebut, maka daerah
memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pemerintah pusat, yang
mampu untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri; dan
(d) Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan
yang cukup bagi daerah, agar dapat membiayai segala kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan rumah tangga daerahnya.2

1M. Agus Santoso, “Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia”.


2Fatkhul Muin, “Otonomi Daerah Dalam Persepektif Pembagian Urusan Pemerintah-Pemerintah Daerah Dan Keuangan
Daerah”, (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Vol 8 No. 1, Januari-Maret 2014).

Anda mungkin juga menyukai