Anda di halaman 1dari 13

Otonomi Daerah

Istilah Otonomi
Daerah

Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu “autos”
yang berarti “sendiri”, dan “nomos” yang berarti “aturan”. Sehingga otonomi
diartikan pengaturan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri.

Dalam Undang-Undang No32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 5, pengertian


otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Sejarah Otonomi
Daerah

Otonomi daerah sendri lahir di tengah gejolak tuntutan daerah terhadap


berbagai kewenangan yang selama 20 tahun pemerintahan orde baru
menjalankan mesin sentralistiknya.

Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan
dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun
masyarakat daerah. Ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintahan pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada
kemandirian perencanaan pemerintah daerah pada saat itu.
Prinsip-Prinsip
Pemberian Otonomi
Daerah
a. Prinsip Otonomi Luas
Kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan
pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki
oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya.
b. Prinsip Otonomi Nyata
Suatu tugas, wewenang dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
dan karakteristik daerah masing-masing.
c. Prinsip Otonomi yang Bertanggung-jawab
Otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rozali Abdullah, 2007:5).
Tujuan Otonomi
Daerah

1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan


kesejahteraan masyarakat
2. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah, dan
3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan
otonomi daerah

1. Memiliki teritorial kekuasaan yang jelas


2. Memiliki pendapatan daerah sendiri
3. Memiliki badan perwakilan
4. Memiliki kepala daerah yang dipilih melalui pemilu
Model Desentralisasi

Sistem desentralisasi adalah sistem dimana sebagian urusan


pemerintahan diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan
rumah tangganya.
1. Dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada gubernur/wilayah tertentu.
2. Delegasi : pelimpahan keputusan & kewenangan manajerial untuk
melakukan tugas khusus kepada suatu organisasi.
3. Devolusi : transfer kewenangan untuk pengambilan kepurusan,
keuangan, & manajemen kepada unit otonomi daerah.
4. Privatisasi : tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah
kepada badan-badan sukarela, swasta, & swadaya masyarakat.
Manfaat Desentralisasi

a. Sarana untuk memangkas sejumlah prosedur yang terlalu kaku yang biasanya
merupakan ciri perencanaan dan manajerial di negara sedang berkembang, sebagai
akibat dari terlalu menumpukkan kekuasaan, kewenangan dan sumber-sumber pada
pemerintah pusat.
b. Memungkinkan penetrasi politik dan administrasi atas kebijakan pemerintah
nasional/pusat hingga ke daerah-daerah pelosok/terpencil,
c. Memungkinkan terwakilinya berbagai kelompok politik, keagamaan, kesukuan/etnis
dalam proses pembuatan keputusan pembangunan, sehingga memberikan peluang
terciptanya keadilan dari alokasi sumber-sumber dan investasi pemerintah.

Pembagian Kewenangan
UU no 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah
1. Kewenangan Pemerintah (ps 10 ayat (3)) :
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama
2. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah
Provinsi
kecil, dan menengah termasuk lintas
a. perencanaan dan pengendalian kabupaten/kota;
pembangunanan
j. pengendalian lingkungan hidup;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan
tata ruang; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas
kabupaten/kota;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat; l. pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
e. penanganan bidang kesehatan; n. pelayanan administrasi penanaman modal
termasuk lintas kabu-paten/kota;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumber daya masusia potensial; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang
belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota;
g. penanggulangan masalah sosial lintas dan
kabupaten/kota;
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas
peraturan perundang-undangan.
kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha
3. Kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten dan Kota

a. perencanaan dan pengendalian pembangunanan; j. pengendalian lingkungan hidup;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata k. pelayanan pertanahan;
ruang; l. pelayanan kependudukan, dan
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan pencatatan sipil;
ketenteraman masyarakat; m. pelayanan administrasi umum
d. penyediaan sarana dan prasarana umum; pemerintahan;
e. penanganan bidang kesehatan; n. pelayanan administrasi penanaman
modal;
f. penyelenggaraan pendidikan;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar
g. penanggulangan masalah sosial; lainnya; dan
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; p. urusan wajib lainnya yang
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan diamanatkan oleh peraturan
menengah; perundang-undangan.
Permasalahan Otonomi Daerah
1) Penyelenggaraan otonomi daerah tidak dianggap sebagai amanat konstitusi
2) Partisipasi masyarakat rendah
3) Sikap dan mentalitas penyelenggara Pemerintah Daerah
4) Pemekaran wilayah
5) Sumber daya daerah dan sistem data daerah.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai