Istilah Otonomi
Daerah
Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu “autos”
yang berarti “sendiri”, dan “nomos” yang berarti “aturan”. Sehingga otonomi
diartikan pengaturan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri.
Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan
dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun
masyarakat daerah. Ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintahan pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada
kemandirian perencanaan pemerintah daerah pada saat itu.
Prinsip-Prinsip
Pemberian Otonomi
Daerah
a. Prinsip Otonomi Luas
Kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan
pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki
oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya.
b. Prinsip Otonomi Nyata
Suatu tugas, wewenang dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
dan karakteristik daerah masing-masing.
c. Prinsip Otonomi yang Bertanggung-jawab
Otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rozali Abdullah, 2007:5).
Tujuan Otonomi
Daerah
a. Sarana untuk memangkas sejumlah prosedur yang terlalu kaku yang biasanya
merupakan ciri perencanaan dan manajerial di negara sedang berkembang, sebagai
akibat dari terlalu menumpukkan kekuasaan, kewenangan dan sumber-sumber pada
pemerintah pusat.
b. Memungkinkan penetrasi politik dan administrasi atas kebijakan pemerintah
nasional/pusat hingga ke daerah-daerah pelosok/terpencil,
c. Memungkinkan terwakilinya berbagai kelompok politik, keagamaan, kesukuan/etnis
dalam proses pembuatan keputusan pembangunan, sehingga memberikan peluang
terciptanya keadilan dari alokasi sumber-sumber dan investasi pemerintah.
“
Pembagian Kewenangan
UU no 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah
1. Kewenangan Pemerintah (ps 10 ayat (3)) :
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama
2. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah
Provinsi
kecil, dan menengah termasuk lintas
a. perencanaan dan pengendalian kabupaten/kota;
pembangunanan
j. pengendalian lingkungan hidup;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan
tata ruang; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas
kabupaten/kota;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat; l. pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
e. penanganan bidang kesehatan; n. pelayanan administrasi penanaman modal
termasuk lintas kabu-paten/kota;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumber daya masusia potensial; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang
belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota;
g. penanggulangan masalah sosial lintas dan
kabupaten/kota;
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas
peraturan perundang-undangan.
kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha
3. Kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten dan Kota