Anda di halaman 1dari 23

PELAKSANAAN

OTONOMI DAERAH
DI INDONESIA

M Ghaisan Hilal Ismail


Kelas 10 ips 1
Jiyukpark17@gmail.com
PENGERTIAN OTONOMI
DAERAH
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang
berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang
atau aturan.
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, 
wewenang,  dan  kewajiban daerah  otonom 
untuk  mengatur  dan  mengurus  sendiri Urusan 
Pemerintahan  dan  kepentingan 
Masyarakat setempat  dalam  sistem  Negara 
Kesatuan  Republik Indonesia
Menurut undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, maka
otonomi daerah mempunyai arti bahwa daerah harus mampu:

Berinisiatifsendiri yaitu harus mampu


menyusun dan melaksanakan
kebijaksanaan sendiri
Membuat peraturan sendiri (PERDA)
beserta peraturan pelaksanaannya
Menggali sumber-sumber keuangan
sendiri
Memiliki alat pelaksana baik personil
maupun sarana dan prasarananya
LATAR BELAKANG OTONOMI
DAERAH
Asas dalam mengelola daerah yang meliputi :
1. Desentralisasi ;
Pelayanan Publik/Rakyat
Kebijakan desentralisasi mempunyai tujuan politis dan
administrasi, tetapi tujuan utamanya adalah pelayanan kepada
rakyat.

2. Dekonsentrasi
Diselenggarakan karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan kepada
rakyat dapat diselengarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah
(kabupaten/kota)

3. Tugas pembantuan
Penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provensi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten / kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
VISI OTONOMI DAERAH

1. Politik: Harus dipahami sebagai sebuah proses


untuk membuka ruang bagi lahirnya Kepala
Pemerintahan Daerah yang dipilh secara
demokratis, memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan yang responsife;
2. Ekonomi: Terbukanya peluang bagi pemerintah
di daerah mengembangkan kebijakan regional
dan local untuk mengoptimalkan pendayagunaan
potensi;
3. Sosial: Menciptakan kemampuan masyarakat
untuk merespon dinamika kehidupan di
sekitarnya.
Dasar Hukum Otonomi Daerah
UUD 1945, Pasal 18, 18A, dan 18B
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
KONSEP DASAR OTONOMI DAERAH
1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan
dalam hubungan domestik kepada daerah;
2. Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat lokal
dalam pemilihan dan penetapan Kepala Daerah;
3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan
kultur berkualitas tinggi dengan tingkat akseptabilitas
yang tinggi pula;
4. Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif;
5. Peningkatan efisiensi administrasi keungan daerah;
6. Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan
daerah;
7. Pemberian keleluasaan kepala daerah dan optimalisasi
upaya pemberdayaan masyarakat.
Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah:
Otonomi seluas-luasnya artinya daerah diberikan kewenangan
untuk mengurus dan mengatur semua urusan di luar yang menjadi
urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tsb.
Otonomi yang nyata, artinya bahwa untuk menangani urusan
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,
hidup dan berkembang sesuai dengan kekhasan daerah
Otonomi yang bertanggung jawab, artinya otonomi yang dalam
penyelenggaraaanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan
nasional.
Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan
untuk lebih baik dan maju
PEMBAGIAN DAERAH

Wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas


daerah-daerah provinsi, serta daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintah daerah (Pasal 2 UU No.23/2014). Pemerintah
provinsi yang berbatasan dengan laut memiliki kewenangan
wilayah laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai kea
rah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan (Pasal 18
Ayat [4] UU No.23/2014).
SUMBER PENERIMAAN PELAKSANAAN
DESENTRALISASI

1. Pendapatan Asli Daerah:


2. Pajak daerah;
3. Retribusi daerah;
4. Hasil pengelolaan kekayaan daerah;
5. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dana Pertimbangan Daerah, terdiri atas:
1. Dana bagi hasil dari pajak dan sumber daya alam;
2. Dana alokasi umum; dan
3. Dana alokasi khusus.
4. Pinjaman Daerah: daerah dpat meminjam dari dalam negeri
dan luar negeri (melalui Pemerintah Pusat) dengan
persetujuan DPRD.
5. Lain-lain penerimaan yang sah termasuk Dana Darurat,
berasal dari pinjaman APBN.
ISTILAH YANG BERHUBUNGAN
DENGAN OTONOMI DAERAH
1) Daerah otonom
Daerah di dalam suatu negara yang memiliki
kekuasaan otonom, atau kebebasan dari
pemerintah di luar daerah tersebut

2) Otonomi Daerah
Hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat
ISTILAH YANG BERHUBUNGAN
DENGAN OTONOMI DAERAH
3) Sentralisasi
Memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut pemerintahan
kepada tingkat pusat
4) Desentralisasi
Penyerahan Urusan  Pemerintahan oleh  Pemerintah  Pusat  kepada 
daerah  otonom  berdasarkan Asas Otonomi.
5) Dekonsentrasi
pelimpahan  sebagian  Urusan Pemerintahan  yang  menjadi  kewenangan 
Pemerintah  Pusat kepada  gubernur  sebagai  wakil  Pemerintah  Pusat,  kepada
instansi  vertikal    di  wilayah  tertentu,  dan/atau  kepada gubernur dan  bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum
6) Medebewind/ Tugas Pembantuan
penugasan  dari  Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan
sebagian Urusan  Pemerintahan  yang  menjadi  kewenangan Pemerintah 
Pusat  atau  dari    Pemerintah  Daerah  provinsi kepada  Daerah 
kabupaten/kota  untuk  melaksanakan sebagian  Urusan  Pemerintahan  yang 
menjadi  kewenangan Daerah provinsi.
UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
1) Otonomi Daerah Menurut UU 22 Tahun 1999
Menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi
Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi
dan keanekaragaman Daerah.
2) Otonomi Daerah Menurut UU No 23 Tahun 2014
Otonomi daerah adalah hak,  wewenang,  dan  kewajiban
daerah  otonom  untuk  mengatur  dan  mengurus  sendiri
Urusan  Pemerintahan  dan  kepentingan  Masyarakat
setempat  dalam  sistem  Negara Kesatuan  Republik
Indonesia
Hak & Kewajiban Daerah
Dalam menyelenggarakan otonomi,
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban (Pasal
daerah mempunyai hak (Pasal 21): 22):
a. mengatur dan mengurus sendiri
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan
urusan pemerintahannya; kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan
b. memilih pimpinan daerah; Republik Indonesia;
c. mengelola aparatur daerah; b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mengelola kekayaan daerah; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. memungut pajak daerah dan retribusi e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
daerah; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
f. mendapatkan bagi hasil dari layak;
pengelolaan sumber daya alam dan h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
sumber daya lainnya yang berada di i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
daerah; k. melestarikan lingkungan hidup;
g. mendapatkan sumber-sumber l. mengelola administrasi kependudukan;
pendapatan lain yang sah; dan m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur undangan sesuai dengan kewenangannya; dan
dalam Peraturan perundangundangan. o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI
INDONESIA
1) Pelaksanaan Otonomi Daerah di Masa Orde Baru
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil
membangun suatu pemerintahan nasional yang kuat
dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia
2) Pelaksanaan Otonomi Daerah setelah Masa Orde
Baru
Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia
pada masa reformasi dimulai di tengah-tengah krisis yang
melanda Asia dan bertepatan dengan proses pergantian
rezim (dari rezim otoritarian ke rezim yang lebih
demokratis).
PELAKSANAAN OTONOMI
DAERAH DI INDONESIA
3). Pelaksanaan Otonomi Daerah setelah
Reformasi
DPR RI menggelar sidang paripurna untuk
mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Tentang Pembentukan Daerah Otonom Baru
menjadi Undang-Undang yang sah di Ruang
Sidang Paripurna Nusantara 2 pada Selasa 24 Juni
2014. Jumlah daerah otonomi di Indonesia
menjadi 542. Terdiri atas 34 Provinsi, 415
Kabupaten dan 93 Kota.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
OTONOMI DAERAH
A. Dampak Positif
Meningkatnya kepedulian dan penghargaan
terhadap partisipasi masyarakat dalam proses
politik di tingkat lokal.
Perangkat Pemda memiliki komitmen yang makin
kuat dalam pemberian layanan serta merasakan
adanya tekanan yang berat dari masyarakat agar
mereka meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Pemerintah Kab/Kota dan antara Kab/Kota
dengan Propinsi saling bekerjasama dan berbagi
informasi untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
B.  Dampak Negatif

Korupsi yang terdesentralisasi dan


tersebar,
Aturan yang dijalankan oleh pejabat yang
berjiwa “maling” (predatory local
officials),
Merebaknya money politics dan
konsolidasi politik gangster.
Indikator Keberhasilan OTDA
 EKONOMI
◦ pendapatan nasional perkapita.
◦ pengurangan jumlah penduduk miskin.
◦ tingkat pengangguran.
◦ gini ratio, luas daerah di bawah kurva lorenz, dll.
 SOSIAL
◦ rasio guru terhadap murid.
◦ rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, dll.
 PRASARANA DASAR
◦ prasarana perhubungan.
◦ prasarana penerangan, dll.
TERIMA KASIH
Pasal 18 Tentang Pemerintahan Daerah
(1)Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. **)

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. **)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **)

(4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. **)

(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. **)

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. **)
Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah. **)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang. **)
Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuansatuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-
undang. **)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. **)

Anda mungkin juga menyukai