JELAJAHI
Komentar
Lihat Foto
Editor: Serafica Gischa
Menurut UU No 32 Tahun 2004 Pasal 22, terdapat kewajiban yang dimiliki daerah, yaitu:
Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI.
Lihat Foto
KOMPAS.com - Otonomi secara harafiah bisa dikatakan sebagai daerah. Dalam bahasa Yunani berasal
dari kata autos artinya diri mereka sendiri dan namos artinya hukum atau aturan.
Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004, definisi otonomi daerah atau desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi. Untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pencapaian otonomi tidak hanya dalam pemberitahuan hukum, melainkan juga kebutuhan globalisasi,
yang diperkuat dengan memberi daerah kewenangan yang lebih besar.
Dalam buku Desentralisasi dan Otonomi Daerah (2007) karya Syamsuddin Haris, otonomi daerah
memiliki beberapa nilai dasar yaitu:
Kebebasan
Kebebasan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengambil tindakan dan kebijakan untuk
memecahkan masalah bersama.
Partisipasi
Masyarakat berperan aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan publik
di daerahnya.
Baca juga: Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
Melalui kebebasan dan partisipasi masyarakat, jalannya pemerintahan akan lebih tepat sasaran (efektif)
dan tidak menghamburkan anggaran atau tidak terjadi pemborosan.
Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten dan
kota.
Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah provinsi, kabupaten, kota, dan desa.
Menjaga hubungan yang harmonis antara pusat, daerah, dan antardaerah terhadap integritas Republik
Indonesia.
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat dan mengembangkan
peran dan fungsi DPRD.
Baca juga: Pengertian Otonomi Daerah dan Dasar Hukumnya
Menurut UU No 32 Tahun 2004 Pasal 21, dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki hak
sebagai berikut:
Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di
daerah
Otonomi Daerah
Otonomi daerah di Indonesia, dimulai sejak tahun 2009 dengan ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. UU tersebut menggantikan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintah Daerah. Esensi dari pelaksanaan otonomi daerah adalah kemandirian Pemerintah Daerah
(kepala daerah dan DPRD) dalam menjalankan pemerintahan untuk meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan rakyat. Pemerintah Pusat menyerahkan wewenangnya (desentralisasi) kepada
pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka NKRI.
Penyerahan kewenangan kepada pemerintah daerah meliputi berbagai aspek pemerintahan. Namun
terdapat 5 (lima) kewenangan yang tidak diserahkan kepada pemerintah daerah yaitu politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Disamping pemberian
kewenangan di atas, pemerintah otonom diberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya yang
dicantumkan dalam APBD sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sumber
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12954/Kepala-Daerah-Mau-Daerah-Maju.html
Pemberian kewenangan seluas-luasnya pada daerah dari pemerintah pusat untuk mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat.
2. Otonomi Nyata
Otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi objektif di daerah.
Pemerintahan diselenggarakan sejalan dengan tujuan dan maksud mengapa otonomi diberikan. Yaitu
memberdayakan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai salah satu tujuan
NKRI.
Memperoleh bagi hasil dari pengelolaan SDA dan sumber daya lain yang ada di daerahnya;
Sebelum mengetahui kewajiban daerah otonom, kita perlu mengetahui juga Dasar Hukum, Asas, Prinsip
otonomi daerah sehingga lebih mudah memahami artikel ini.
Melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI.
Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai kewenangannya.
Sumber https://www.yuksinau.id/hak-dan-kewajiban-daerah-otonom/
Pengertian otonomi adalah suatu hak, wewenang, sekaligus kewajiban yang memang diberikan kepada
daerah otonom untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri segala bentuk urusan pemerintahan
berikut kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di
wilayah tersebut.
Otonomi daerah sendiri terdiri dari dua kata, yaitu otonomi dan daerah. Otonomi sendiri berasal dari
bahasa Yunani autos dan nomos. Autos mempunyai makna sendiri dan nomos mempunyai makna
peraturan perundang undangan. Sedangkan daerah didefinisikan sebagai suatu kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batasan batasan wilayah tertentu baik itu berupa wilayah adminstratif ataupun
batasan lainnya.
Menurut seorang ahli bernama Kansil, otonomi daerah adalah suatu bentuk hak dan juga wewenang
berikut kewajiban dari sebuah daerah untuk dapat mengatur serta mengurus urusan rumah tangganya
dan urusan daerah sendiri berdasaran peraturan perundang undangan yang berlaku.
Menurut ahli lain yang bernama Widjaja, otonomi daerah diartikan sebagai suatu bentuk dari sistem
desentralisasi pemerintahan yang didasarkan pada suatu tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan bangsa secara lebih menyeluruh dan dianggap sebagai sebuah upaya untuk dapat lebih
mendekatkan diri dengan berbagai macam tujuan penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga, nantinya
dapat mewujudkan cita cita nasional dan masyarakat yang adil serta makmur.
Pasal 18 ayat (1) sampai (7), Pasal 18A ayat (1) dan (2), serta Pasal 18B ayat (1) dan (2) Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, dan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang merevisi Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Berbicara tentang pelaksanaan otonomi daerah, tentunya sangat berhubungan erat dengan upaya
perbaikan kesejahteraan di masyarakat. Pengembangan daerah dapat disesuaikan dengan potensi dan
ciri khas dari daerah masing masing.
Melalui kebijakan dalam sistem otonomi daerah, nantinya menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi
Pemerintah Daerah untuk dapat membuktikan kemampuannya secara maksimal dalam melaksanakan
kewenangan yang sejatinya adalah hak dari tiap tiap daerah.
Maju atau tidak majunya suatu daerah tentu akan dapat ditentukan sendiri oleh kemampuan serta
kemauan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah sehingga nantinya pihak Pemerintah Daerah
akan berlomba lomba mendapat kebebasan dalam melakukan kreasi dan ekspresi dalam rangka
membangun serta memajukan daerahnya sendiri tanpa melanggar peraturan perundang undangan yang
lebih tinggi dan masih berlaku sampai sekarang.
Dapat memelihara hubungan yang serasi dan baik antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka menjaga keutuhan NKRI.
Pada dasarnya, penyelenggaraan negara Indonesia dilandaskan pada 3 tujuan utama, yaitu tujuan
politik, tujuan ekonomi, dan tujuan administratif. Tujuan politik dapat diwujudkan melalui adanya
pelaksanaan otonomi daerah dengan mewujudkan demokratisasi politik sehingga akan terlihat peran
partai politik berikut peran DPRD.
Tujuan ekonomi dapat dicapai dengan cara mewujudkan peningkatan indeks pembangunan manusia
menjadi suatu indikator jelas yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
tujuan administratif dapat diperoleh dengan cara pelaksanaan otonomi daerah yang berkaitan dengan
bidang pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah berikut urusan keuangan dan
manajemen birokrasinya.
Otonomi daerah yang dituangkan dalam kebijakan ini akan memberi manfaat yang cukup besar baik itu
bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Hal ini dikarenakan, melalui otonomi daerah, akan
diperoleh suatu pembagian hak dan kewenangan dari suatu daerah untuk dapat mengatur dan
mengurus urusan rumah tangga dan daerahnya sendiri.
Kebijakan ini memberi dampak positif bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintahan itu sendiri
pada khususnya. Selain itu, pemerintah akan terus dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal dan
leluasa dalam kaitannya melayani masyarakat. Karena melalui kebijakan otonomi daerah, pemerintah
menjadi lebih paham dan mengerti tentang keadaan masyarakatnya sendiri.
Asas desentralisasi. Asas ini bermakna adanya penyerahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada
daerah daerah otonom berdasarkan struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Asas dekonsentrasi. Asas ini bermakna adanya pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada
Gubernur sebagai representasinya di tingkat daerah.
Asas tugas pembantuan. Asas ini bermakna bahwa terdapat sebuah penugasan yang dilakukan oleh
Pemerintah kepada suatu daerah otonom dan oleh Kepala Daerah kepada Kepala Desa dalam rangka
melaksanakan tugas tertentu yang disertai adanya ketentuan tentang pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia.
Prinsip otonomi seluas-luasnya. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah akan diberikan kewenangan untuk
mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri berikut pemerintahannya, kecuali jika
terdapat wewenang yang menurut peraturan perundang undangan memang menjadi kewenangan dari
pemerintah pusat.
Prinsip otonomi nyata. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah diberi kewenangan untuk mengangani
urusan pemerintahan yang didasarkan atas tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata sudah
ada dan mempunyai potensi untuk dapat terus tumbuh, berkembang, dan juga hidup sesuai dengan
potensi suatu daerah tertentu.
Prinsip otonomi yang bertanggung jawab. Prinsip ini bermakna bahwa dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan, harus pula disesuaikan dan diperhatikan tentang adanya tujuan dan
maksud dari pemberian otonomi. Tujuan yang ingin dicapai menurut prinsip ini adalah mampu
memberdayakan masing masing daerahnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan di masyarakat
luas.
Adanya peraturan daerah masing masing yang berkedudukan dibawah undang undang menurut hierarki
peraturan perundang undangan.
Peraturan daerah tersebut diatas, senantiasa terkait dan tidak boleh bertentangan dengan undang
undang.
Hanya presiden atau raja sajalah yang berwenang untuk menentukan hukum.
DPRD Propinsi atau DPRD Pusat tidak punya hak veto terhadap rancangan undang undang atau undang
undang yang disahkan DPR.
Jika melakukan perjanjian dengan pihak asing, maka diperlukan persetujuan pemerintah pusat.
Setiap daerah tidak diakui sebagai negara yang berdaulat sehingga tidak tercerai berai.
Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM dan SDA nya dilibatkan.
Nila unitaris. Nilai ini diwujudkan melalui adanya sebuah pandangan yang menyatakan bahwa Indonesia
tidak lagi punya kesatuan pemerintahan lain di dalamnya.
Nilai dasar desentralisasi teritorial. Nilai ini dapat dilihat dari isi dan jiwa Pasal 18 UUD 1945 berikut
penjelasannya yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib memberlakukan sistem desentraliasi dan
dekonsentrasi di bidang tata kenegaraan.
Sumber : https://belajargiat.id/otonomi-daerah/
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam
bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti
aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.[1]
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi
tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih
luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali
sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
Dasar hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan
2, Pasal 18B ayat 1 dan 2.
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)
Pelaksanaan
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki
kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan
potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,
ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah[2] sehingga digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844).
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu
daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah
daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya,
tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.[3]
Tujuan
Keadilan nasional.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan
NKRI.
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran
dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan politik, tujuan
administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan
otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk
sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan
ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya
peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.[4]
Asas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terdapat 3 jenis
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
Otonomi Daerah, yaitu asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Desentralisasi
Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus
Urusan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonom.
Dekonsentrasi
Tugas pembantuan
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari
Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
Sumber
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
Kasus Freeport adalah kasus mengenai suatu perusahaan tambang yang sudah sekian lama mengeruk
kekayaan alam Papua, namun tidak berimbas baik bagi penduduk pribumi Papau, justru kehadiran PT.
Freeport merugikan penduduk pribumi. Sedangkan kasus Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah kasus
yang menginginkan penduduk Papua untuk lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
Sumber https://m-kumparan-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/rohman1526019730708/otonomi-daerah-yang-
tidak-sesuai-harapan-masyarakat-papua?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15877107939830&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Frohman1526019730708%2Fotonomi-
daerah-yang-tidak-sesuai-harapan-masyarakat-papua
Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka oknum pemerintah dapat dengan mudah melakukan
korupsi dengan memanipulasi anggaran yang diberikan negara. Dengan otonomi daerah, setiap provnsi
mendapatkan APBD masing-masing sehingga dapat memanfaatkannya secara mandiri bagi tiap daerah.
Tidak jarang terjadi penyalahgunaan serta manipulasi dilakukan oleh oknum pemerintah daerah dalam
pelaksanaannya. Tidak heran apabila sudah banyak terjadi kasus korupsi di daerah selama
berlangsungnya otonomi daerah di Indonesia karena memang pada kenyataannya banyak sekali celah
yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindak korupsi dalam pelaksanaan sistem otonomi daerah.
Memang tidak ada sistem yang tidak memiliki kekurangan. Semua pasti memiliki kekurangan serta
kelebihannya masing-masing. Yang perlu diusahakan adalah bagaimana cara untuk meminimalisir
kekurangan dari sistem itu sendiri. Seperti halnya sistem otonomi daerah, untuk membuatnya menjadi
semakin efektif, makan diperlukan adanya perbaikan mental agar tidak terjadi kecurangan serta
penyelewengan dalam pelaksanaannya.
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/kevinry00/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-
indonesia_58384b065eafbd2909e87f73?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15877112908179&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fkevinry00%2Fpelaksanaan-
otonomi-daerah-di-indonesia_58384b065eafbd2909e87f73