Anda di halaman 1dari 227

OTONOMI DAERAH

Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian otonomi daerah
menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi
otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan untuk
mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi dari masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah organisasi
sosial untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Baca Juga : 12 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli (Lengkap)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para


Ahli
1. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan wewenang untuk
mengatur serta mengurus rumah tangga daerah.
2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta memerintah
daerahnya sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah
pusat.
3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk
mengatur serta mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-undangan yang masih
berlaku.
4. Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi
pemerintahan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa dan
negara secara menyeluruh dengan upaya yang lebih baik dalam mendekatkan berbagai
tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil
dan makmur.
5. Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat sipil untuk
mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal mengekspresikan,
berusaha mempertahankan kepentingan mereka masing-masing dan ikut serta dalam
mengendalikan penyelenggaraan kinerja pemerintahan daerah.
6. Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan oleh dan untuk
rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.
7. Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan yang
dimiliki pemerintah daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat inisiatif sendiri
untuk mengatur dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki daerahnya.
8. Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan dalam
membuat keputusan politik serta administrasi yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah


1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari: Pasal 18 Ayat 1 -
7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
5. Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Daerah dan Pusat.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting dalam
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah masing-masing. Otonomi daerah mulai
diberlakukan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah. Oleh karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak
perubahan. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pelaksanaan Otonomi Daerah

Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan kewenangan yang menjadi hak
daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya suatu daerah tergantung dari kemampuan dan
kemauan untuk dapat melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi
dalam rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan Otonomi Daerah
1. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Keadilan Nasional.
3. Pemerataan wilayah daerah.
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.
5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
6. Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.
7. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas.
8. Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama
yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

1. Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk mewujudkan
demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD.
2. Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya pembagian
urusan pemerintahan antara pusat dengan daerah, termasuk pembaharuan manajemen
birokrasi pemerintahan di daerah, serta sumber keuangan.
3. Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya peningkatan
indeks pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Adapun tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.


2. Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.
3. Untuk meningkatkan daya saing daerah.

Manfaat Otonomi Daerah


Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu daerah dalam mengatur
urusannya sendiri. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun
pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga bisa melaksanakan tugasnya dengan lebih
leluasa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Prinsip Otonomi Daerah
1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah
diberikan kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang
meliputi kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang
politik luar negeri, moneter, keamanan, agama, peradilan, keamanan, serta fiskal
nasional.
2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan
kewenangan dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan tugas, wewenang,
dan kewajiban yang secara nyata sudah ada dan dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup
dan berkembang sesuai dengan potensi dan ciri khas daerah.
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang dalam
sistem penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian
otonomi, yang bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang
meliputi:

1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.
2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian
serta keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum dengan
cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat
atau masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab.
Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:

1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada


daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan oleh
daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai pembiayaan,
sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang berwenang.

Demikian uraian artikel tentang Otonomi Daerah Lengkap dengan Pengertian, Dasar
Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan Manfaat nya, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi
anda maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan anda mengenai Pengertian
Otonomi Daerah, Dasar Hukum Otonomi daerah, Pelaksanaan Otonomi Daerah, Tujuan
Otonomi daerah, Manfaat Otonomi daerah,Prinsip Otonomi daerah dan Asas Otonomi daerah.
Terimakasih atas kunjungannya.

KERAJAAN NUSANTARA.

1. MATARAM KUNO

Awal berdirinya kerajaan


Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak
menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi
kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara
perempuan Sanna.

Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja Kerajaan Galuh
yang ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan,
meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan
Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah
sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya
menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut balas
terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg
merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang
memerintah atas nama istrinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan
Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya
mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa
Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru
Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan
dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.

Dari prasasti Canggal, bisa diperoleh informasi jika Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan
berkembang sekitar abad ke-7 M dengan raja yang pertama adalah Sanjaya yang memiliki gelar
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Dinasti yang berkuasa


Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan
Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa
Isyana pada periode Jawa Timur.

Mata uang kerajaan Medang (Emas atau keping tahil Jawa)

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja Sanjaya. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan pendapat van Naerssen, pada zaman
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Raja Sanjaya pada tahun 770an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Sejak saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula menguasai
Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan
Sanjaya bernama Rakai Pikatan menikahi Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota
Wangsa Sailendra. Berkat pernikahan itu ia bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan
istana kerajaan Medang ke Mamrati. Hal tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan kembali
Wangsa Sanjaya.

Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap sebagai
anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet Muljana berpendapat bahwa
daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah
keturunan Sanjaya.

Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan putra
Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai Panangkaran sebagai
permata wangsa Sailendra (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini menolak
teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.

Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari Rakai
Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan
kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan Rakai
Garung.

Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit, yang bermakna
penguasa di. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan Penguasa di Panangkaran.
Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.

Slamet M kemudian mengidentifikasi nama Rakai Panunggalan sampai dengan Rakai Garung
dengan nama raja-raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya Dharanindra atau
Samaratungga. yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi
Prasasti Mantyasih.

Sementara itu pada dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru
muncul pada periode Jawa Timur. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang membangun
istana baru di Tamwlang tahun 929an. Dalam prasastinya, Mpu Sindok menyebutkan bahwa
kerajaannya merupakan kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Raja-raja yang memimpin Kerajaan Medang


Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:

Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)


Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
Rakai Panunggalan alias Dharanindra
Rakai Warak alias Samaragrawira
Rakai Garung alias Samaratungga
Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
Rakai Watuhumalang
Rakai Watukura Dyah Balitung
Mpu Daksa
Rakai Layang Dyah Tulodong
Rakai Sumba Dyah Wawa
Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
Makuthawangsawardhana
Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya
memakai gelar Sri Maharaja.
Candi Prambanan - Peninggalan Kerajaan Medang

Struktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama memakai
gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan. Gelar ini setara
dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli Indonesia. Ketika Rakai
Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar
Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula
bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri
Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan
meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi
Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu. Jabatan tertinggi
sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino.
Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta
selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah
Wawa.

Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada zaman
Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak untuk naik
takhta. Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan
Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya
sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan
jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.

Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah
raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan
Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit memang
masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.
Perkembangan Pemerintahan
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang raja bernama
Sanna. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan bahwa Raja Sanna
telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya adalah putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.

Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang, disebut nama
Dapunta Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan Dapunta Syailendra berasal
dari Sriwijaya dan menurunkan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah. Dalam
hal ini Dapunta Syailendra diperkirakan yang menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.

Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 - 780 M. Ia melanjutkan
kekuasaan Sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap raja-raja kecil bekas
bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu, pada tahun 732 M Raja Sanjaya mendirikan
bangunan suci sebagai tempat pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan berada di atas Gunung
Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam
menaklukkan raja-raja lain.

Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan luas. Para
pujangga dan rakyat hormat kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah pemerintahan Raja
Sanjaya, kerajaan menjadi aman dan tenteram. Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian penting
adalah pertanian dengan hasil utama padi. Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang paham akan isi
kitab-kitab suci. Bangunan suci dibangun oleh Sanjaya untuk pemujaan lingga di atas Gunung
Wukir, sebagai lambang telah ditaklukkannya raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu mengakui
kemaharajaan Sanna.

Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai Panangkaran.
Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang
berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan
membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha.
Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan. Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa
Raja Panangkaran disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke arah timur.

Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-musuh kerajaan.
Daerahnya bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti Syailendra. Agama
Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia juga memerintahkan didirikannya bangunan-
bangunan suci. Misalnya, Candi Kalasan dan arca Manjusri.

Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul persoalan dalam keluarga Syailendra, karena
adanya perpecahan antara anggota keluarga yang sudah memeluk agama Buddha dengan
keluarga yang masih memeluk agama Hindu (Syiwa).Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Satu pemerintahan dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat
istana yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian keluarga
yang terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan.
Keluarga Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunanbangunan candi di Jawa
bagian utara. Misalnya, candi-candi kompleks Pegunungan Dieng (Candi Dieng) dan kompleks
Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai namanama tokoh wayang seperti Candi
Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar.

Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi seperti Candi Ngawen, Mendut,
Pawon dan Borobudur. Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh Samaratungga pada
tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman Pramudawardani dan Pikatan.

Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak berlangsung lama. Keluarga itu akhirnya bersatu
kembali. Hal ini ditandai dengan perkawinan Rakai Pikatan dan keluarga yang beragama Hindu
dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu terjadi pada tahun 832 M.
Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.

Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa
menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan kekuasaan
antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang ini Balaputradewa membuat benteng
pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan
Candi Boko. Dalam pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra.
Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama berkembang pesat tahun
856 Rakai Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Kayuwangi
kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung merupakan raja yang terbesar. Ia
memerintah pada tahun 898 - 911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung
Sri Dharmadya Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidangbidang politik, pemerintahan,
ekonomi, agama, dan kebudayaan mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan
sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat indah.

Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran.


Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain adanya bencana alam dan ancaman dari
musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Konflik takhta periode Jawa Tengah


Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 880an),
ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan
Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai
Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti
Mantyasih, raja sesudah Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.

Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil mempersatukan
kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Pemerintahan Balitung berakhir karena
terjadi kudeta yang dilancarkan oleh Mpu Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli dari
Sanjaya. Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodhong. Tidak
diketahui secara pasti alur terjadinya proses suksesi ini berjalan. Tulodhong akhirnya tersingkir
oleh pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya memiliki jabatan sebagai pegawai
pengadilan.

Permusuhan dengan Sriwijaya


Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau
Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut nama
Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya. Hubungan senasib antara
Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit kembali
memerintah Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850, Rakai Pikatan dapat
menyingkirkan anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa.

Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam terhadap
Rakai Pikatan yang telah menyingkirkannya. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang
menjadi permusuhan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Selain itu, Medang dan
Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. Rasa
permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana
berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur)
yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Peristiwa Mahapralaya
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan berita dalam
prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga
muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun
1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016. Raja terakhir Medang adalah
Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah
beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia
naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.

Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan
putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan
sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun
kemudian, seorang pangeran berdarah campuran JawaBali yang lolos dari Mahapralaya tampil
membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama
Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan
kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Peninggalan sejarah
Selain mempunyai peninggalan sejarah berupa prasasti yang tersebar di Jawa Tengah maupun
Jawa Timur, Kerajaan Medang (Mataran Kuno) juga membangun banyak candi, baik itu yang
bercorak Hindu atau Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun
1990 di Wonoboyo, Klaten, menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan
Medang.

Candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi
Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi
Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan Candi Borobudur.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dalam bentuk Prasasti:.

Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta.
Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya
Prasasti Canggal, prasasti ini di temukan di halaman Candi Guning Wukir di wilayah
desa Canggal mempunyai angka tahun 732 Masehi. ditulis dengan huruf pallawa dan
berbahasa Sansekerta. Prasati ini berisi tentang cerita pendirian Lingga (atau lambang
Syiwa) di wilayah desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya selain itu prasasti ini juga
menceritakan bahwa terdapat seorang raja yang memimpin pulau jawa sebelum dirinya
yang bernama Sanna yang kemudian digantikan oleh Sanjaya.
Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa tengah, berangka tahun 907 M
yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu
ini juga disebut dengan prasasti Belitung.

2.KERAJAAN MATARAM ISLAM

Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian naik tahta
dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah,
mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram berada di daerah
Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang (timur
Kota Yogyakarta). Lokasi keraton pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah
ke Kotagede. Sesudah ia meninggal kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang
setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Baca Juga: Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Medang / Kerajaan Mataram Hindu)

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan
saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta pindah ke putra keempat Mas Jolang
yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro memiliki penyakit syaraf
sehingga tahta nya beralih dengan cepat ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas
Rangsang pada masa pemerintahan Mas Rangsang, Kerajaan Mataram mengalami masa
kejayaan.

Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta.
Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan'
atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas
dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan
memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I
meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya,
Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak
yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke
Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana


I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749).
VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC
menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal
tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak
dan menjadi ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke
Ceylon.

Baca Juga: Kerajaan Sriwijaya

Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah
Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13
Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era
Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat
Jawa beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli
waris' dari Mataram.

Peristiwa Penting
Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang
Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya,
putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di Mataram, yang sebelumnya
sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar". Ia mendapat
gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih dianggap sebagai Senapati Utama Pajang).
Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda
diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan pasukannya selamat.
Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar
'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang dan Ulama
Pengatur Kehidupan Beragama.
Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang
bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai "Panembahan Seda
ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran Aryo
Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya
Raden Mas Rangsang.
Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan Amangkurat I.
Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram,
yang dimanfaatkan oleh VOC.
Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I
meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan.
Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah
dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan (ibu kota) ke
Kartasura.
Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi
Susuhunan Amangkurat III.
Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku
Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III kemudian
membentuk pemerintahan pengasingan.
Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai
wafatnya pada 1734.
Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan putra mahkota
dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta
Jawa Kedua (1719-1723).
Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan Putra Mahkota
yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II
berada dalam pengasingan.
Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan
pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang sangat berat
(menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran belum melunasi
hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai
imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian
Bengawan Beton.
Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang
dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi,
meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10
tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan besar dan satu
kerajaan kecil.
Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan
Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru ditundukkan sepenuhnya
pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai
Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. pada 15 Desember van Hohendorff
mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah Pesisiran
(daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-Raden
Mas Said.
Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Pada
tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4 November, Paku
Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak punya pilihan
lain selain meratifikasi nota yang sama.
Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan Perjanjian
Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan
Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan
gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga
Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah' atau dengan gelar Sri Sultan
Hamengku Buwono I.
Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga muncul
Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram
yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Sultan
Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said dan VOC. Raden Mas
Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Praja
Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta.
Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat sebagai
penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari
Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten menentukan
tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen
Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan
Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara resmi dikuasai Belanda.
Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang
Diponegoro.

Peninggalan kerajaan mataram Islam:


Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam poros selatan
- utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14)
menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada
sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa,
penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.

Baca Juga: Kerajaan Majapahit

Masjid Agung Negara


Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Masjid Agung Negara

Kompleks Makam Pendiri Kerajaan di Imogiri


Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan kompleks
makam para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh.
Gapura ke kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu
kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa
menjaga kompleks ini 24 jam sehari.

Permakaman Imogiri pada tahun 1890

Sekian Artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram), semoga artikel
diatas dapat bermanfaat bagi sobat MARKIJAR, seandainya sobat ingin membaca lebih banyak
Artikel bertama sejarah, silakan klik Label Sejarah yang ada di widget sebelah kanan atas

3.KERAJAAN MAJAPAHIT

Bukti Adanya Kerajaan Majapahit


Tidak banyak bukti fisik dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang
digunakan oleh sejarawan merupakan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno dan Pararaton ('Kitab
Raja-raja') dalam bahasa Kawi. Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa
keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun
2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh
UNESCO. kemudian Pararaton berisi cerita, terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan
Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Selain dua
sumber diatas terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari
Tiongkok dan negara-negara lain.

Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan
kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan corak
bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni dan patung. Bahkan ada perguruan silat bernama Kali
Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini
mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina, Selatan
Thailand dan Malaysia.

Surya Majapahit: Lambang Kerajaan Majapahit

Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi
perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi
ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak
untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong
telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan Raja Kertarajasa
(Raden Wijaya), raja pertama Majapahit

Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke Madura. Atas
bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di
Tarik (Mojokerto).

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran
Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara,
yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat
berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat
di atas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu
dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan
rasa "pahit" dari buah tersebut.

Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu menyerang
Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol
dan berhasil mengusirnya. pasukan mongol secara kalang-kabut kalah dan mundur karena mereka
berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin
muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan
Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan
tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini
menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi
memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan
Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra
Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa
mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja,
agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia
pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti
"penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta
Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara
dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan
tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak
perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336,
Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit
dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada
masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di
bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik
(Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak
kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya
tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan
Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke
Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan
menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat
mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta
keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan
Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda
takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di
lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga
kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan
Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan
hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah
Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di
Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak
disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung,
anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual
keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang
membentang dari Sumatera ke Papua, yang mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di
berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit.
Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan
Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan
pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka.

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut
untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas
kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama
Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di
kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki
kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah.
Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat
konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang
menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra
dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang
Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana.
Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian
dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah
taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin
oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun
waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim
China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan
Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang
memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang
selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh
Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre
Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun
1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra
Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian meninggal pada 1466 dan diganti oleh
Singhawikramawardhana. kemudian tahun 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap
Singhawikramawardhana dan ia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14,
pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan
perdagangan baru yang berdasarkan Islam muncul, yaitu Kesultanan Malaka. Di bagian kemaharajaan
yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada
pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per
satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,


Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan
terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun
1474. Tahun 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan cara memanfaatkan ketidakpuasan
umat Hindu maupun Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit
menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar
Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi
lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di
pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka,
berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang
berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus
dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah sirna hilanglah
kemakmuran bumi. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Raden Patah yang saat
itu merupakan adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan
dipimpin oleh Sunan Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan
Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali menyarankan Raden
Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.

Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan
Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya
dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang
ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui
kekuasan Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali
ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518, Demak melakukan serangan
ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman,
pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar
untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung
Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam pada
awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan Raden
(kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad
Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia merupakan putra raja
Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah
terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus,
penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan posisinya sebagai
kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan
Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali.
Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger,
kawasan Bromo dan Semeru.

Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa

Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa) melakukan


langkah-langkah sebagai berikut.

Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya perebutan kekuasaan
antaranggota keluarga raja. Putri sulung Kertanegara, Dyah Sri Tribhuaneswari, dijadikan
permaisuri dan putra dari pernikahan tersebut Jayanegara, dijadikan putra mahkota. Putri
bungsu Kertanegara, Dyah Dewi Gayatri dijadikan Rajapatni. Dari putri ini, Kertarajasa memiliki
dua putri, Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani diangkat menjadi Bhre Kahuripan dan
Rajadewi Maharajasa diangkat menjadi Bhre Daha. Adapun kedua putri Kertanegara lainnya
yang dinikahi Kertarajasa adalah Dyah Dewi Narendraduhita dan Dyah Dewi Prajnaparamita.
Dari kedua putri ini, Kertarajasa tidak mempunyai putra.

Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya, misalnya, Lurah
Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja diberi kekuasaan atas daerah
Lumajang sampai Blambangan. Kepemimpinan Kertarajasa yang cukup bijaksana menyebabkan
kerajaan menjadi aman dan tenteram. Ia wafat pada tahun 1309 dan dimakamkan di Sumping
(Blitar) sebagai Syiwa dan di Antahpura (dalam kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca
perwujudannya adalah Harikaya, yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam satu arca.
Penggantinya adalah Jayanegara.
Pemerintahan Jayanegara

Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akibat kepemim- pinannya kurang berwibawa
dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu sebagai berikut.

Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini dapat dipadamkan pada
tahun 1309.
Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.
Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.
Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih Majapahit sendiri.
Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling besar dan
berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga Jayanegara terpaksa melarikan
diri ke daerah Bedander. Jayanegara kemudian dilindungi oleh pasukan Bhayangkari pimpinan
Gajah Mada. Berkat kepemimpinan Gajah Mada, Pemberontakan Kuti dapat dipadamkan.

Namun, meskipun berbagai pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, Jayanegara justru meninggal
akibat dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang bernama Tanca. Ia lalu dimakamkan di candi
Singgapura di Kapopongan.

Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi

Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah menjadi biksuni,
takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana
(1328 1350) yang menjalankan pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa
pemerintahan Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yang pada saat itu
baru saja diangkat menjadi Patih Daha.

Pemerintahan Hayam Wuruk

Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah Dewi Gayatri
wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang lahir pada tahun 1334. Hayam
Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan, ia
didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.

Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit
mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas kekuasaan Majapahit pada saat
itu hampir sama dengan luas negara Republik Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah Mada
yang wafat pada tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang setara.
Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di ambang
kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389. Sepeninggalnya, Majapahit sering dilanda
perang saudara dan satu per satu daerah kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu,
muncul kerajaan-kerajaan Islam di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh setelah diserbu
oleh pasukan Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.

Kebudayaan
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan
sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata
negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah
taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara
sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah
di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja;
serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu kota
Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang
diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh
penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu.
Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat
beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.
Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota Majapahit.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan
dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan...
Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut
gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak,
merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa
mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak,
bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja
ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."

Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).


Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan
perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da
Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di
Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari
Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan
Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan
Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra
menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia
kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat
banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa
sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa
yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun
1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan
dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa
kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300,
pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping
uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada
November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman
belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur
memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin
asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan
semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam
sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar
Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
Celengan zaman Majapahit

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai
data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik
perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa
Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas
dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara
pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari
pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut
catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang
keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan
tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi
Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan
permata.

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor.

Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di dataran rendah Jawa
Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun
berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah.
Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan
penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku.
Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber
pemasukan penting bagi Majapahit.

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak


pedagang asing, di antaranya pedagang dari Khmer, China, Siam dan India. Pajak khusus dikenakan pada
orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain
perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India
dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di
Jawa.

Uang Gobog Majapahit

Struktur pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa dan memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan dijalankan raja dibantu oleh putra raja,
kerabat raja, dan beberapa pejabat pemerintah. Sebelum menduduki jabatan raja, putra mahkota
biasanya diberi kekuasaan sebagai raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya, sebelum
dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara yang berkedudukan
di Jimna. dalam struktur pemerintahannya Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas lembaga ini adalah
memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota dewan ini merupakan para sanak
saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan, raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa.
Dharmadyaksa ri Kasainan bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan
bertugas menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh Dharma
Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i Jambi, i Kandangan Rase, dan i
Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat keagamaan, mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.
Tiga lembaga pemerintahan tingkat atas di Majapahit sebagai berikut.

Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini adalah keluarga raja yang
bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota, dan urusan-urusan negara yang
berhubungan dengan kebijaksanaan negara.
Dewan Menteri Besar, menerima perintah raja. Anggotanya berjumlah lima orang dan dipimpin
oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan ini bertugas mengepalai urusan tata negara merangkap
urusan angkatan perang dan kebijaksanaan.
Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan bertugas
sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.

Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan. Biasanya yang
diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i Hino memiliki kedudukan paling
tinggi karena di samping memiliki hubungan erat dengan raja, ia juga dapat mengeluarkan prasasti-
prasasti. Para mahamenteri ini dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi
kerajaan yang merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu Patih
Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan Rakryan Kanuruhan.
Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri Amancanegara.

Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra
dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-
pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja


Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih
atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama
raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan
pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa
kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang
biasah disebut Paduka Bhattara yang memiliki gelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar
tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka
adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan
mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola
oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai
berikut:

Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja


Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau
bangsawan)
Watek: dikelola oleh wiyasa,
Kuwu: dikelola oleh lurah,
Wanua: dikelola oleh thani,
Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa
negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya,
konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:

Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama
masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota
kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini
meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre
(bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh
kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya
memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan
keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-
tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun
mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya
seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan
Palembang di Sumatra.

Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan
mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan
internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya
di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu
akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku,
Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga
mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:

Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu
menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai
bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah
Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat),
Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan
Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar
negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan
hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh
sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti
kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa
integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala
Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa
daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun
sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa
terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga
ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala
tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit
Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit.

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri
Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa
Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana
(penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.

Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309


Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328
Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350
Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389
Wikramawardhana 1389 - 1429
Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447
Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451
Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453
Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466
Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468
Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478
Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518
Peninggalan Kerajaan Majapahit

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada


Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit.

Patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit.

Tampilan model kapal Majapahit


Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda
Hayam Wuruk.
Candi Bajang Ratu

Candi Brahu
Candi Gentong

Candi Tikus
Candi Wringin Lawang

Situs Candi Kedaton

4.KERAJAAN SRIWIJAYA

Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang,
Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya mencakup
hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat strategis.
Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka
(merupakan jalur perdagangan India Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan
Semenanjung Malaka.

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.

Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok,
I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu
prasasti Kedukan Bukit di Palembang.

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya
yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang
mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cds
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coeds
menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan
beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuah
perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa
Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sayang,
kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buat
jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yang
terdiri dari bagian badan dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat
dengan teknik pasak kayu dan papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal
dengan sebutan teknik tradisi Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah
artefak-artefak lain yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat
kayu.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain
Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum
nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum
kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih
atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya
disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya
Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan.
Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang
kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat
Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi
Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang
menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal,
parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan
manusia.

Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan
sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi
sekarang), Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti
Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
1) Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina,
singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata
bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab
Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara
ini telah maju dalam bidang agama Buddha. Pelayarannya maju karena kapal-kapal India
singgah di sana dan ditutupnya Jalan Sutra oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya
dipengaruhi Tantraisme, namun disiarkan pula aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga
menyebutkan bahwa Sriwijaya telah menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada
tahun 682 685.

Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah kerajaan
Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung menyebutkan
bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang disebut San-fo-tsi itu
adalah Sriwijaya.

2) Berita dari Arab


Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa
Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg.
Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina
daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena
banyak menghasilkan emas.

3) Berita dari India


Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan adanya
pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut dibuat oleh
Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendra yang berkuasa di Sriwijaya dan
Kataka.

Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib membiayai
para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Hal ini
merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu, Balaputradewa, mendirikan vihara
di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai
raja terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk
mengakui hak-haknya atas dinasti Syailendra.

4) Berita dari dalam negeri


Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti- prasasti berhuruf
Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno:

Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi Sungai
Tatang, dekat Palembang.
Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah barat
Pelembang.
Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka. Prasasti ini
menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa keruntuhan
kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak tunduk kepada
Sriwijaya."
Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini memperjelas
bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan memiliki wilayah yang
luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga memuat penaklukan Jambi.
Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa negara
Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja: Yuwaraja
(putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan Rajakumara (tidak berhak
menjadi raja).
Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting Kra.
Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu)
oleh Sriwijaya
Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi penaklukan
Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.

Prasasti Telaga Batu

Dari sumber-sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pendiri
Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanegara yang berkedudukan di Minangatwan.
Kedua, Raja Dapunta Hyang berusaha memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan
wilayah di sekitar Jambi. Ketiga, Sriwijaya semula tidak berada di sekitar Pelembang, melainkan
di Minangatwan, yaitu daerah pertemuan antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri.
Setelah berhasil menaklukkan Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke
Palembang.

Pembentukan dan pertumbuhan


Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Kerajaan ini menjadi
pusat perdagangan serta merupakan negara bahari. Beberapa ahli memperdebatkan kawasan
yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, selain itu kemungkinan besar Sriwijaya
biasah memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap
diperintah secara langsung oleh penguasa.

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan
Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang.
Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para
ahli berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Di
abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah
menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun
686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera,
pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa
telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada
Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing
(Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan
yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan,
Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi Sriwijaya ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan kerajaan ini mengendalikan
dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan
candi-candi Sriwijaya di Kamboja serta Thailand. Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah
timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal
tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina.
Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri
kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir
abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa
Tengah dan berkuasa di sana.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792
sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan
ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama
masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada
tahun 825.
Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana
dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan
kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671
dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan
oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada
Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.

Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang,
Palembang, abad ke-7 sampai ke-8 M.

Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan
Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana
yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada
di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk
mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya
dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan
tepat.

Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir
kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana juga turut
berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atia, seorang sarjana Buddha asal
Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet menyebutkan ditulis
pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di
Suvarnadvipa.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja
Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad
ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu
beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di
Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah,
sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh
menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh
Sriwijaya.

"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan
mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota
Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan
mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk belajar
Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya
sebelum dilanjutkan di India".
Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.

Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang
sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya.
Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual
Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah
Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan
tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan
balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah
digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan
beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa.
Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran
bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu,
bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di
Kepulauan Nusantara.
Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9 M.

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda
dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak
membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi
Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi
Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat
dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.

Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit
Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perak dan
Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan
keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya
Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan mungkin diilhami oleh langgam Amarawati
India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat
bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala,
kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.
Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-
vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama
di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China
untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan
bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu
mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk
menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer
untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke
dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara
dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di
semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam
lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian
serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat
itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya
Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur
bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun
670 hingga 1025 M.

Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur,
kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8
Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik
tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah
yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra
Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur bisa jadi merupakan jenis
kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam melakukan pelayaran antar
pulaunya.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang
mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718,
kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan
kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo
(Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi
(bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song,
perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan
Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan
dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah
semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan
mereka.
Hubungan dengan wangsa Sailendra
Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama
ailendravama pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa,
prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti
Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa
Melayu dn bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera maka diduga
wangsa Sailendra berasal dari Sumatera, Walaupun asal usul bahasa melayu ini masih menunggu
penelitian sampai sekarang.

Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang
(Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens menambahkan
kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini
pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara,
didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa
yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto.
Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur.

Hubungan dengan kekuatan regional


Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin
hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta
upeti. Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang
maharaja Sriwijaya (diperkirakan adalah Sri Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada
khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya.
Surat itu dikutip dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol),
dan dengan redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah
karya Ibnu Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).

" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah
cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah
kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala,
dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak
menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak
seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk
menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia
Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya telah
memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan
mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan
peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan
mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan
tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya
Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang)
Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan perpindahan


Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra sebagai anggota
mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa
sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan Jawa. Akan tetapi akibat
pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan
dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa
kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga
beberapa generasi berikutnya. Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan
asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja
Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di India,
bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di
Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja Dharmawangsa Teguh menyerang
Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada
tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda
berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada
Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti
Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun
sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah
Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan
ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram
mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada
kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap
telah menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga
Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada
tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada
masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan

Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan
armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun
beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-
kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari
catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di
hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung
Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat
Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan
lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan
India.

Arca emas Avalokitevara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo,


Muarabulian, Jambi, Indonesia.

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada
tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis
catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan
besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam
waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan
beberapa hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari
seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari
Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -
sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan
yang luas hingga ke seberang lautan. Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia
Tenggara sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur
tumbuh menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita
Tiongkok dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi,
sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan
Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim
duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan
Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari
Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa
pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.

Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di
Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar Tiongkok memberi
perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim oleh
rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.

Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun
kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung
Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian
serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di
Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan
kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka.
Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan
berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk
memukul mundur tentara Jawa.

Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi


dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan
utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candi
Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar
Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itu menamai candi itu cheng tien wan shou
dan menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, Terletak di Muara
Takus).

Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka
Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan
Medang. Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa. Dalam
prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana
Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan
Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang
terakhir Dharmawangsa Teguh.

Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di India selatan,
mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore
bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah yang sebelumnya menjadi
koloni Sriwijaya, dan berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-
Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada
dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang
kepada raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.
Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya
melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya dan
Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya
mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079
dan 1088, catatan Cina menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina.
Khususnya pada tahun 1079, masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini
menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya
selama periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan
Palembang, yang memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad
ke-11.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-
Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat
dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya
memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha. Namun, istilah
San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik
dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah
jajahan Kerajaan Dharmasraya. Walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai
kerajaan yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah
disebutkan Malayu.

Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:

Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan
sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang
sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi
kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu,
terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat
menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada
Palembang.
Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan. Setelah
kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa
mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan
Sriwijaya di bagian barat.
Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan
yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala
atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun
1023 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika
Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah
Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha
menciptakan kesatuan Nusantara (1377).
Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu
negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa
prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadtuan, vanua, samaryyda, mandala dan
bhmi.

Kadtuan dapat bermakna kawasan dtu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hji, tempat disimpan
mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadtuan ini dikelilingi oleh
vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapat
vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadtuan dan vanua ini merupakan satu
kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyda merupakan kawasan yang
berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyda-patha) yang dapat
bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari
bhmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadtuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja
terdapat secara berurutan yuvarja (putra mahkota), pratiyuvarja (putra mahkota kedua) dan
rjakumra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan
dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain
diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula
bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan
pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati),
senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an
watak wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/
pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal),
waniyaga (peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun
haji (budak raja).

Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti
yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota,
yakni yuvarja (putra mahkota), pratiyuvarja (putra mahkota kedua). Maka dari itu, Ahmad
Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah
perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi
menjadi dua.

Raja yang memerintah


Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja di
bawah ini, yaitu:

Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671)


Sri Indravarman Che-li-to-le-pa-mo (702)
Rudra Vikraman Lieou-teng-wei-kong (728)
Maharaja Wisnu Dharmmatunggadewa (760)
Dharanindra Sanggramadhananjaya (775)
Samaragrawira (782)
Samaratungga (792)
Balaputradewa (835)
Sri Udayadityavarman Se-li-hou-ta-hia-li-tan (960)
Hie-tche (Haji) (980)
Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa (988)
Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi (1008)
Sumatrabhumi (1017)
Sangramavijayottungga (1025)
Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo (1079)
Rajendra II (1100)
Rajendra III (1156)
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286)
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1293)
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (1347)

Warisan sejarah
Penemuan kemaharajaan Sriwijaya ini ditemukan pertama kali oleh Coeds pada tahun 1920-an
yang telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk kemaharajaan yang terdiri atas
persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.

Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya masih
digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku sebagai keturunan
bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan tentaranya yang terdiri dari Orang
Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan catatan
sejarah China yang ditulis Wang Ta Yuan, disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang
kerajaan Singapura pada kurun tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul
mundur.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. yang Selama berabad-abad, kekuatan
ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan
Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa
kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung yang digunakan di berbagai bandar dan
pasar di kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah
membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno
masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber
kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi
sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang.
Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional
Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang
menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama nama dalam
berbagai hal misal nama jalan di berbagai kota, maupun nama universitas, nama perusahaan, dan
nama di kemiliteran

PENINGGALAN BERSEJARAH.

1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi
dua, yaitu Prasasti dan naskah kuno:

Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu. Sehingga
prasasti disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis dengan huruf Pallawa
dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti Yupa merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang dialami oleh
suatu kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia yaitu, anatar lain :

Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari Kerajaan
Kutai.
Prasasti Telaga Batu di Palembang peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Sriwijaya di Sumatera peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat peninggalan kerajaan Taruma Negara.
Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu. Naskah
kuno juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab. Beberapa
naskah kuno yang ada di Indonesia yaitu, Antara lain :

Kitab Sutasoma Karya Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit.


Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari kerajaan Majapahit.
Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga,
Kahuripan.
Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.
Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya Baya,
Kediri.

Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal
dari India.

2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya. Peninggalan
bersejarah di Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan, diantaranya adalah
sebagai berikut :

Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai tempat
pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada zaman dahulu. Candi
merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi bangunan candi yaitu untuk
memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Beberapa candi yang ada di Indonesia yaitu, antara
lain:

Candi Borobudur : di Magelang, Jawa Tengah.


Candi Padas : di Tampak Siring, Bali.
Candi Kidal : di Malang, Jawa Timur.
Candi Sewu : di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Prambanan : di Klaten, Jawa Tengah.
Candi Tikus : di Mojokerto, Jawa Timur.

Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan) dari
serangan lawan.

Benteng Duurstede merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Benteng-benteng yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari peninggalan Belanda,
Portugis dan Spanyol pada masa penjajahan. Beberapa benteng yang ada di Indonesia yaitu,
antara lain:

Benteng Inang Bale : di Aceh, Daerah Istimewa Aceh.


Benteng Bonjol : di Bonjol Sumatra Barat.
Benteng Duurstede : di Saparua, Maluku.
Benteng Surason : di Banten, JawaBarat.
Benteng Jagaraga : di Bali.

Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah berupa
masjid membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu.
Beberapa masjid yang bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid Agung Banten,
Masjid Makam Sedangduwur (Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak, dan Masjid Jami
Pontianak.

Monumen atau tugu


Monumen atau tugu merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk memperingati suatu
peristiwa dan penghormatan terhadap jasa perjuangan para pahlawan zaman dahulu. Beberapa
monumen yang ada di Indonesia antara lain Monumen Nasional (Tugu Monas) di Jakarta,
Monumen Tugu Muda di Semarang, Monumen Proklamasi di Jakarta, Monumen Palagan
Ambarawa di Semarang, Monumen Pers Nasional di Solo, Jawa Tengah.

Baca Juga : Materi Lengkap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS

Istana atau keraton


Istana atau keraton merupakan bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal sang raja pada
zaman dahulu. Beberapa istana yang ada di Indonesia antara lain Keraton Mangkunegaran di
Surakarta, Keraton Paku Alam di Yogyakarta, Keraton Kasepuhan di Cirebon, Karaton Maimun
di Medan, Istana Raja Goa di Sulawesi Selatan, Istana Raja Khungkung di Bali.

Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal terutama
para raja/ tokoh-tokoh penting dalam sejarah.
Makam Pangeran Diponegoro merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa makam
yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:

Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta.


Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.
Makam RA. Kartini di Rembang, Jawa Tengah.
Makam Ir. Soekarno Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur.
Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah.

3. Benda-benda Peninggalan bersejarah


Benda-benda Peninggalan bersejarah yang berupa benda atau barang antara lain adalah sebagai
berikut :

Fosil
Fosil adalah bagian atau sisa dari mahkluk hidup (manusia, hewan atau tumbuhan) yang sudah
membatu. Beberapa fosil yang ada di Indonesia antara lain di Desa Trinil, (Mojokerto Jawa
Timur), Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan lain sebagainya.

Artefak
Artefak adalah perkakas atau peralatan yang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu.
Artefak bisa berupa alat pertanian, peralatan makan, peralatan memasak, senjata, serta perhiasan.

Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa dikenal
oleh masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat dari batu,
perunggu dan bahkan emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung bermacam-macam, ada patung
dewa, patung raja/ratu, patung binatang dan lain-lain. Beberapa Arca yang ada di Indonesia
Antara lain Arca Buddha Amarawati di Sulawesi Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi
Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.

4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang kemudian
menjadi tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak memiliki karya
seni yang sampai sekarang masih ada, antara lain :

Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih ada dan
sering ada dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia antara lain Tari
Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.

Dongeng atau cerita rakyat


Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun dan tidak
diketahui pengarangnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung hikmah atau pelajaran yang
dapat diambil oleh masyarakat. Beberapa contoh dari cerita rakyat di Indonesia antara lain
Malinkundang dari Sumatera Barat dan Tangkuban Perahu dari Jawa Barat.

Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

Lagu atau tembang daerah


Lagu atau tembang suatu daerah merupakan peninggalan sejarah yang masih dilestarikan.
Beberapa contoh dari lagu/ tembang di Indonesia antara lain Lagu Lir-ilir dari Jawa Tengah dan
Lagu Gending Sriwijaya dari Sumatera.

Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi Indonesia.
Hal ini terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia hiburan atau
pertunjukan yang bersifat menghibur masyarakat. Perbedaan seni pertunjukan yang dahulu
dengan yang sekarang salah satunya dari media yang digunakan. Beberapa contoh dari seni
pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-
ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa Barat.

5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun-
temurun.
Acara Adat Ngaben merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia

Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat (Ngaben) di
Bali, Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan sebagainya.

Sekian artikel tentang 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita
Ketahui, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan anda mengenai Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia.
Terimakasih atas kunjungannya.

TEMPAT TEMPAT BERSEJARAH.

1. Candi Borobudur (Magelang)


Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lokasi
candi kurang lebih 86 km di sebelah barat Surakarta, 100 km di sebelah barat daya Semarang dan
40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut
agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800an Masehi pada masa pemerintahan wangsa
Syailendra. Borobudur juga merupakan candi atau kuil Buddha serta monumen Buddha
terbesar di dunia.

Candi Borobudur

Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang
membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan
berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga
dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. maka
Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan
kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa
Tengah, dimana masa itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur
diperkirakan menghabiskan waktu 75 samapai 100 tahun dan benar-benar dirampungkan pada
masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Hal yang unik dari candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama
konstruksi bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok ini
kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa menggunakan semen sama sekali.
Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh dengan pahatan relief yang menceritakan
perjalanan hidup Sang Buddha.

2. Candi Prambanan (Yogyakarta)


Candi Loro Jonggrang atau Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga
dewa utama Hindu yaitu Wishnu, Siwa dan Brahma. Menurut prasasti Siwagrha nama asli
kompleks candi Prambanan adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna "Rumah Siwa"),
dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi
tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Candi Prambanan

Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno,
pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa
sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali
berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan
yang saling bersaing. yaitu wangsa Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut
Hindu. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali
mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus
dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.

Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai
Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja
Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, Dalam prasasti
Siwagrha tertulis bahwa saat pembangunan candi Siwagrha berlangsung, dilakukan juga
pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat
kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai bisa
mengancam konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru
yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi.
Candi Prambanan juga memiliki cerita rakyat yang melekat erat dengannya yaitu cerita Roro
Jonggrang. Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro Jonggrang yang
dikutuk oleh Bandung Bondowoso karena berusaha menggagalkan upaya Bondowoso
membangun seribu candi untuknya.

3. Lawang Sewu (Semarang)


Lawang Sewu merupakan gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota
Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907.
Terletak di bundaran Tugu Muda.

Lawang Sewu

Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van de
Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (yang digunakan untuk Kantor Pusat NIS). pada
mulanya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang
NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang begitu pesat, mengakibatkan
bertambahnya kebutuhan personil teknis dan tenaga administrasi yang besar.

Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui

Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi
dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi
sementara. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga urusan sanitasi
dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: yaitu
membangun kantor administrasi di lokasi baru. kemudian dibangunlah Lawang Sewu di ujung
Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda).

4. Benteng Rotterdam (Makassar)


Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) atau Fort Rotterdam merupakan sebuah benteng
peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan, Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang
bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Pada mulanya
benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan
Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan
Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu
yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan
Gowa, bahwa penyu dapat hidup di laut maupun di darat. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa
yang berjaya di laut dan darat.

Benteng Rotterdam

Biasanya masyarakat Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua
yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. dalam sejarahnya Kerajaan Gowa-Tallo
menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya menuntut Kerajaan Gowa untuk
menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama
Benteng Ujung Pandang kamudian diganti menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja
memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini
kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia
bagian timur.

Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di dalamnya
terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya sebagai tempat pengasingan
Pangeran Diponegoro di masa perjuangan dahulu.

5. Benteng Vredeburg (Yogyakarta)


Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta.
Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Pangeran
Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) dengan Susuhunan Pakubuwono III adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja
Jawa waktu itu.

Benteng Vredeburg
Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku
Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada
sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Belanda dalih agar mereka
dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut niatan
Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan
yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton
dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi
benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade
terhadap kraton. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk
berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memiliki keinginan untuk menentang Belanda.

Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap
perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap
pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan
Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng
dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut sebenarnya Sultan HB I telah membangun sebuah
benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat
penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama
Jayapurusa (sudut timur laut), Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna (sudut tenggara)
dan Jayaprakosaningprang (sudut barat daya).

6. Taman Sari (Yogyakarta)


Taman Sari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat,
Taman sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765. Awalnya,
taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare
dengan sekitar 57 bangunan baik berupa kolam pemandian, gedung, jembatan gantung, danau
buatan, pulau buatan, kanal air serta lorong bawah air. Taman Sari yang digunakan secara efektif
antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai
tenggara kompleks Magangan. Namun sekarang sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat
dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Taman Sari

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan
oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan menuju Imogiri.
Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari dipilih Tumenggung Mangundipuro.
Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Tumenggung Prawirosentiko besrta seluruh
rakyatnya. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo,
setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan,
namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari juga berperan sebagai benteng
pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh.

7. Istana Maimun (Medan)


Istana Maimun bisa disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli.
Istana ini didominasi warna kuning yang merupakan warna kebesaran kerajaan Melayu, istana
Maimun merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Didesain oleh arsitek Italia dan
dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26
Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2
dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk,
bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan
pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Masjid Raya Medan.
Istana Maimun

Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan
menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini memiliki
kaitan dengan Putri Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang
cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna
hijau. sang putri mempunyai dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Khayali dan Mambang
Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak
oleh kedua saudaranya.

Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil
mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau,
mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan
menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah
pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli
sementara Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat
Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain
interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam,
Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari kawasan Pedagang
kaki lima.

8. Asta Tinggi Sumenep (Madura)


Asta Tinggi adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang
teletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa Madura,
Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Raja yang bermakna makam para Pangradja (pembesar
kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja, anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya
yang dibangun sekitar tahun 1750M. Kawasan Pemakaman ini direncanakan awalnya oleh
Panembahan Somala dan dilanjutkan pelaksanaanya oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I
dan Panembahan Natakusuma II

Asta Tinggi Sumenep

Asta tinggi sendiri menurut arti Etimologi adalah makam yang tinggi. Itu berdasar dari letak
makam yang berada di puncak bukit dan penamaan Asta Tinggi sebenarnya hanya untuk
mempermudah penyebutan saja. Di Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat makam dari raja
namun juga makam dari keluarga raja, sentana, dan punggawa sejak abad XVI. Dari banyak
sumber sejarah mengatakan bahwa Asta Tinggi memiliki nilai kekeramatan yang tinggi.
Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis yang tinggi sekarang hal tersebut
seperti sudah lenyap karena sudah banyak orang yang berziarah. Orang banyak berziarah kesini
karena raja-raja sumenep juga dikenal karena kewaliannya karena perduli terhadap
perkembangan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.

9. Masjid Agung Palembang


Sejarah Masjid Agung Palembang diawalawi Saat terjadi perang antara masyarakat Palembang
dengan Belanda di tahun 1659 M, kala itu sebuah masjid terbakar. Masjid tersebut merupakan
masjid yang dibangun oleh Sultan Palembang kala itu, Ki Gede Ing Suro, yang berlokasi di
Keraton Kuto Gawang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1738 M, Sultan Mahmud
Badaruddin Jayo Wikramo membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang
terbakar. Pembangunan masjid yang baru memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei
1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di
awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan
nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan
dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo.

Masjid Agung Palembang

Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung
Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid ini
dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk arsitektur Eropa terlihat
dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China
dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng. Masjid ini dulunya adalah masjid
terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil
renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati Soekarnoputri adalah orang yang
meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini.

10. Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak merupakan salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini
terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung Demak
dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya walisongo (para ulama yang menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa). Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja
pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.

Masjid Agung Demak

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi
gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating
Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1
(satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka
1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.
Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.

Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibuat empat wali di
antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya
buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut
merupakan sumbangan Sunan Kalijaga.

11. Masjid Menara Kudus


Masjid Menara Kudus disebut juga dengan Masjid Al Manar ("Mesjid Menara") adalah masjid
kuna yang dibangun oleh Sunan Kudus sejak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi saat ini
berada di Desa Kauman, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan dari masjid ini karena
memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep
budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddhis sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi
dalam pengislaman Jawa.
Masjid Menara Kudus

Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai
penggagas dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus menggunakan
pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melakukan pribumisasi
ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dalam pengaruh agama
Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan
Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.

Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi
berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang
terletak pada mihrab masjid. Peletakan batu pertama menggunakan batu dari Baitul Maqdis di
Palestina, oleh karena itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha.

12. Masjid Raya Baiturrahman (Aceh)


Masjid Raya Baiturrahman merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh
Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Pada masa Kesultanan Aceh
Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga
menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang
ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Masjid Raya Baiturrahman

Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda mendeklarasikan perang kepada Kesultanan
Aceh, mereka mulai melepaskan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van
Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan
Harmen Rudolf Kohler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Kohler saat itu
membawa 3.198 pasukan. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan
Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler tewas akibat
ditembak dengan menggunakan senapan oleh pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian
diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang
berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.

Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua pada
Bulan Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar.
Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman
untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh
masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang
merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
13. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai
sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari
Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari
bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar, Masjid ini
dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari
Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.

Masjid Agung Banten

Salah satu keistimewaan Masjid Agung Banten adalah masjid ini dibangun oleh tiga orang
arsitektur yang berbeda sehingga mempunyai ciri khas tiap-tiap arsitektur yang membangunnya.
Yang pertama adalah Raden Sepat, arsitek Majapahit yang juga membangun beberapa masjid di
nusantara. Yang kedua adalah arsitektur dari Tiongkok yang bernama Cek Ban Su yang ikut
ambil bagian dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid yang bentuknya bersusun
5, mirip dengan pagoda Tiongkok pada umumnya.

Baca Juga :7 Penyebab Bau Mulut dan Cara Mengatasinya

Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek dari Belanda yang kabur
dari Batavia. Ia ikut turut andil dalam membangun Tiyamah serta Menara Masjid di komplek
Masjid Agung Banten. Tiyamah adalah bangunan bertingkat bergaya Belanda kontemporer yang
pada dahulu digunakan untuk pertemuan penting, namun sekarang dialih fungsikan sebagai
tempat museum benda peninggalan.

14. Gereja Blenduk (Semarang)


Gereja Blenduk adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat
Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja
Blenduk sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32.
Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di
dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas
dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama
Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang
masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan
lain dari masa kolonial Belanda.

Gereja Blenduk

Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama Semarang.
Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak
menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras dan mudah
dikenali.

15. Gereja Katedral (Jakarta)


Gereja Katedral merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta. Sebelum
diresmikan sebagai bangunan cagar budaya, Gereja Katedral mempunyai sejarah yang panjang
dalam pembangunannya. Pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII
mengangkat pastor Nelissen sebagi prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Saat itulah
dimulai penyebaran misi dan pembangunan gereja katolik di kawasan nusantara, termasuk di
Jakarta.
Gereja Katedral

Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan
batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian
dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian
diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, S.J.,
Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung
gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun
pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu
pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.

15 Tempat bersejarah diatas tadi dapat dipilih sebagai tujuan wisata sobat, atau kalau sobat
sudah pernah kesana minimal artikel ini dapat menambah wawasan sobat mengenai sejarah dari
tempat tersebut. dengan berkunjung (berwisata) ke tempat bersejarah diatas sobat tak hanya
sekedar berwisata untuk mendapatkan kesenangan saja, tetapi juga bisa belajar sejarah dari
tempat yang dikunjungi.

Sekian uraian artikel tentang 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui,
semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah wawasan
dan pengetahuan sobat mengenai Tempat Bersejarah di Indonesia, kumpulan lokasi bersejarah di
indonesia maupun sejarah tempat bersejarah di indonesia. Terimakasih atas kunjungannya.

SEJARAH PEJUANG BANGSA

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Sebelum Kemerdekaan
Masa Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa
negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509. dipimpin
oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah
mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.
Ilustrasi masukknya portugis di indonesia

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu
perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa
(Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa.
Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.

Masa Bangsa Spanyol


Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung. Kalau
Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore.
Terjadilah persaingan antara Portugis dan Spanyol di kawasan Maluku. Spanyol kemudian
membangun benteng di Tidore. Pembangunan benteng ini semakin memperuncing persaingan
persekutuan Portugis dan Ternate dengan Spanyol dan Tidore. Akhirnya pada tahun 1527
terjadilah pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu
oleh Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh persekutuan Ternate
dan Portugis.

Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu. Untuk
mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati diadakanlah Perjanjian
Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
1. Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis
2. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina

Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan


monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di Maluku.
Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate kemudian menentang Portugis.

Masa Pemerintahan penjajah Belanda


Masuknya belanda ke indonesia juga sebagai akhir dari masa penjajahan bangsa Portugis
(Penjajahan Portugis Berakhir pada 1602). Cornelius de Houtman memimpin Belanda masuk ke
Indonesia melalui Banten. Pada tahun 1602 Belanda mendirikan Verenigde Oostindische
Compagnie (VOC) di Banten karena ingin menguasai pasar rempah-rempah di Indonesia.
kemudian lantaran pasar di Banten mendapat saingan dari pedagang inggris dan tionghoa maka
kantor VOC pindah ke Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, VOC mendapat perlawanan dari
Sultan Hasanuddin. Setelah berpindah-pindah tempat, akhirnya sampailah VOC di Yogyakarta.
Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya ialah Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi kerajaan
Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta. kemudian pada tanggal 1
Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan Belanda.

Logo VOC

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih
Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia
dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan
Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti Johannes van den Bosch. Johannes Van
den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap
desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi,
nila dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah
ditetapkan.

Baca Juga : 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui

Masa Pemerintahan penjajah Jepang


Setelah 3,5 abad Belanda menjajah Indonesia, kemudian Jepang menggantikan Penjajahan
Belanda di Indonesia. kala itu melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942 Belanda
menyerah tanpa syarat kepada jepang. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada 17 agustus 1945. Saat melakuakn penjajahan di NKRI Jepang membentuk
beberapa organisasi. Organisasi yang dibentuk Jepang antara lain ialah Putera, Heiho (pasukan
Indonesia buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa Hokokai (pengganti Putera).

Masa Pemerintahan penjajah Jepang

Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia.
Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk Dokuritsu
Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa
melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat
dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat
itu adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.

Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang dan untuk menindaklanjuti BPUPKI,
Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi
Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia
dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta serta penasihatnya Ahmad Subarjo.
kemudian Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena kalah setelah bom atom dijatuhkan
di Hirosima dan Nagasaki. Kala itu Kondisi di Indonesia tidak menentu namun membuka
peluang baik karena Jepang menyatakan kalah perang namun Sekutu tidak ada. Inilah waktu
yang tepat sebagai klimaks tonggak-tonggak perjuangan berabad-abad untuk memnjadi bangsa
yang berdaulat. kemudian 3 hari setelah Jepang tak berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus 1945,
pukul 10.00 dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia.

Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia merupakan jembatan emas, sehingga


mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia. Menurut
Surjumiharjo (1989), gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi,
khususnya di Asia dan Afrika.

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Setelah Kemerdekaan
Konflik Indonesia dan Belanda
Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung Karno
didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah maju sudah ada pada
genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang
baru memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia.
Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-
Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai
Wakil Presiden.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka
mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap
rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkanorang-
orang Belanda yang melarikan diri ke Australiasetelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.

Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh
Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan
pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang
diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies
(AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu justru
diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang dating
melarikan diri ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk
menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula
menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi
permusuhan.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya


Pertempuran Surabaya ialah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Britania Raya dengan
tentara Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya.
Pertempuran ini merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terberat dan terbesar dalam
sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia
kepada kolonialisme.
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.

Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh
di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang
dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan neraka bagi mereka karena kerugian yg
disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya
serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.

Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa Indonesia ,
semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah penghabisan demi tegaknya
kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya
pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang
membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang
sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari
Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di
Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh
mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945.
Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di
penjara Ambarawa dan Magelang.

Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para
bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di
Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu.
Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang
pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan
memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara
lain:

1. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan
mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers atau tawanan perang dan
interniran sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi sesuai dengan keperluan itu.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.

Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas
pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk
Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan
pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki gedung-gedung
pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi
oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak
oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga
mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA.
Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini
kemudian dikenal sebagai pertempuran Medan Area.

Bandung Lautan Api


Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah selatan akibat
politik bumi hangus yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi tanggal 23 Maret 1946 setelah
ada ultimatum perintah pengosongan Bandung oleh Sekutu. Seperti di kota-kota lainnya, di
Bandung juga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Di pihak lain, tentara Serikat
menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat Indonesia diserahkan kepada mereka.
Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung, tetapi terlebih dahulu membumihanguskan kota
Bandung. Peristiwa tragis ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.

Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)


Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia. Tragedi ini
tentu membawa akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa-
demi peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus merupakan ancaman, tantangan dan
hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa
Indonesia setelah mencapai kemerdekaan.

Pemberontakan PKI Madiun 1948


Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR) pada
tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo,
partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa Madiun itu diawali dari kota Solo yang dilakukan oleh
para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun 1948 Muso kembali dari Rusia.
Sekembalinya itu Musobergabung dengan Partai Komunis Indonesia. Ajaranyang diberikan pada
para anggota PKI adalah mengadu domba kesatuan nasional denganmenyebarkan teror. . Pada
tanggal 18 September 1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik
Soviet Indonesia. Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI.

Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan
tegas. Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur Militer
Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan Madiun. Walaupun dalam
menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan banyak korban, namun tindakan
itu demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda melakukan agresi
terhadap Republik Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan
pemberontakan yang sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik.

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)


Usai pendudukan oleh Kekaisaran Jepang pada 1945, para pemimpin khususnya yang
berdomisili di Pulau Jawa menyatakan kemerdekaan Indonesia. namun Tidak semua suku dan
wilayah di Indonesia langsung menerima dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia). Kala itu banyak terjadi pemberontakan dan Pemberontakan pribumi
pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan Belanda, pemberontakan
tersebut biasa disebut Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).

Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)


Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan
September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di saat tujuh perwira tinggi
militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta.

Monumen Pancasila Sakti

Gerakan G 30 S PKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari.
Insiden G 30 S PKI sendiri masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa
penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat
itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang
bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.

Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan yang
diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melakukan aksi
pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat).

Sekian penjelasan artikel tentang Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum
dan Sesudah Merdeka), semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk
sekedar menambah wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia Sebelum Kemerdekaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah
Kemerdekaan. Terimakasih atas kunjungannya.

SEJARAH MASA PENJAJAHAN

1. Masa Penjajahan Portugis


Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa
negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509. dipimpin
oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah
mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.

Ilustrasi masukknya portugis di indonesia

Alfonso de Albuquerque arsitek utama ekspansi portugis ke Asia, bangsa ini meruakan bangsa
Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-
rempah berharga dan berusaha menyebarkan Katolik Roma.

Pada awalnya bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan
Kerajaan Sunda di Parahyangan, namun perjanjian koalisi tersebut gagal akibat sikap
permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan
Banten.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Bangsa Portugis mengalihkan perhatiannya ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai
kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain. Melalui penaklukan militer dan
persekutuan dengan penguasa setempat, Portugis mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan
di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate, Ambon, dan Solor, berikut Periode Kejayaan dan
pendudukan Portugis di Nusantara:

Pada 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Bangsa Portugis,
yang secara rutin menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Maluku, Jawa, Sumatera
dan Banda.
Pada 1511 Portugis meaklukkan Kerajaan Malaka.
Pada 1512 Portugis menjalin Hubungan dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani
perjanjian dagang. Perjanjian dagang ini kemudian diimplementasikan pada tanggal 21
Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak. Pada hari yang sama dibangun juga
sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Portugal-Sunda. Dengan perjanjian ini
maka Portugis dibolehkan membangun benteng dan gudang di Sunda Kelapa.
Pada 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Franscisco Serrao serta Antonio
Albreu untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di
Maluku. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah
pimpinan Franscisco Serrao serta Antonio Albreu, mendarat di Kepulauan Penyu
dan Kepulauan Banda. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-
raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis mendapat izin
untuk mendirikan benteng di Pikaoli. Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak
berjalan lama, sebab Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan
penyebaran agama Kristen. Pertemanan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570.
Peperangan dengan Sultan Babullah berlangsung selama 5 tahun (1570-1575), membuat
Portugis harus menyingkir dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon. Kemudian
Perlawanan rakyat Maluku akan Portugis digunakan Belanda untuk menjejakkan kakinya
di Maluku.
Pada 1605, Belanda berhasil membuat Portugis menyerahkan pertahanannya di Tidore
kepada Cornelisz Sebastiansz dan di Ambon kepada Steven van der Hagen. Demikian
pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak itu
Belanda dapat menguasai sebagian besar wilayah Maluku. Kedudukan Belanda di
Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada 1602, kemudian sejak itu Belanda
menjadi penguasa tunggal di Maluku.

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu
perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa
(Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa.
Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta, berikut beberapa
perlawanan rakyat nusantara terhadap Portugis:
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku hal itu karena rakyat maluku merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah. Pada 1570, Sultan Hairun memimpin rakyat Ternate menjalankan perlawanan terhadap
bangsa Portugis, namun berkat kelicikan Portugis Sultan Hairun akhirnya tewas terbunuh di
dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun
1574. Portugis kemudian dapat diusir dari maluku dan kemudian bermukim di Pulau Timor.

Baca Juga : 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis


Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang bangsa Portugis di
Malaka pada tahun 1615 dan 1629.

Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis


Pada 1511, dipimpin oleh Albuquerque armada Portugis menyerang Kerajaan Malaka. Saat itu
perlawanan rakyat terhadap kolonial Portugis di Malaka mengalami kegagalan sebab kekuatan
dan persenjataan Portugis lebih kuat dari Rakyat Malaka. Pada 1527, pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa, Banten dan Cirebon. kala itu Portugis
dapat ditumpas oleh Fatahillah dan kemudian Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa jadi
Jayakarta yang memiliki makna kemenangan besar.

Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis


Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari
tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat
mengusir Portugis.

2. Masa Penjajahan Spanyol


Tibanya portugis di indonesia membuat bangsa eropa lain bergerak mencari
keuntungan. Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari
untung. Seandainya Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik
bersekutu dengan Tidore. Kemudian persaingan pun terjadi di daerah Maluku.
Ilustrasi masukknya spanyol di indonesia

Sepanyol memilih untuk membangun benteng di tidore. Pembangunan benteng membuat


persaingan semakin memanas. Dan pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate
dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Benteng yang dibangun
Spanyol di Tidore dapat dirampas oleh persekutuan Portugis dan Ternate. Dan pada tahun 1534
spanyol dan portugis menyepakati diadakan perjanjian saragosa, diadakannya perjanjian saragosa
karena kedua belah pihak menyadari dampak negatif yang ditibukan sangat besar akibat
persaingan itu. isi perjanjian itu antara lain:

1. Maluku menjadi daerah portugis untuk berkegiatan


2. Spanyol harus meninggalkan portugis dan memusatkan diri di Filipina

Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan


monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di Maluku.
Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate kemudian menentang penuh kebijakan Portugis tersebut.

3. Masa Penjajahan Belanda


Portugis mengakhirkan penjajahan di indonesia tahun 1602 setelah bangsa Belanda masuk ke
Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de Houtman Belanda berhasil masuk ke Indonesia
melalui Banten. Bangsa belanda berkeinginan untuk mendapatkan dan menguasai pasar rempah-
rempah di indonesia dengan mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) yang
bertempat di Banten pada tahun 1602. Karena pada waktu itu pasar di Banten sadang mengalami
persaingan perdagangan Inggris dan Tionghoa, oleh karna itulah VOC dipindahkan ke Sulawesi
Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan Sultan Hasanddin. Beberapa
kali berpindah tempat kemudian VOC akhirnya mendapatkan tempat di Yogyakarta. Di kota
Jendral Sudirman tersebut, Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya
adalah Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti
juga membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta.
kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan Belanda.

Logo VOC

Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih
Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia
dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan
Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti Johannes van den Bosch. Johannes Van
den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap
desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi,
nila dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah
ditetapkan.

Pada 1905 muncul gerakan nasionalis yang pertama, yaitu Serikat Dagang Islam yang kemudian
diikuti oleh munculnya gerakan Budi Utomo. Belanda merespon gerakan tersebut dengan
memenjarakan banyak dari mereka dengan alasan kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia
yang pertama, Soekarno pernah dipenjarakan.

Baca Juga : Merinding, Kok ada ya Tukang Mie Ayam Seperti ini ?
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan pada
bulan Juli Belanda mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Britania dan Amerika Serikat. Negosiasi
dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat tempur
jepang gagal di Juni 1941, kemudian pada bulan Desember 1941 Jepang memulai penaklukan
Asia Tenggara.

Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat Pemerintah Jepang
melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada
gabungan dari Negara Inggris, Amerika, Australia dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di
sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak
segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari Jepang, Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia Belanda menyerah dan ditangkap oleh
jepang. Hal ini menjadi tanda berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus
pertanda dimulainya masa penjajahan Jepang di Indonesia.

4. Masa Penjajahan Jepang


Pada akhirnya, setelah 350 tahun Kolonial Belanda menguasai Indonesia, Belanda akhirnya
menyerah tanpa syarat terhadap Jepang melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8maret 1942.
Masaa kependudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus
1945. Pada masa penjajahan negeri sakura tersebut, mereka membentuk beberapa organisasi
diantaranya PETA (Pembela Tanah Air), Heiho (pasukan indonesia buatan Jepang), dan Jawa
Hokokai (pengganti Putera).
Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia.
Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pada Juli 1942, Soekarno mendapat tawaran dari Jepang untuk mengadakan kampanye publik
dan membentuk pemerintahan yang dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, para Kyai dan Mohammad Hatta memperoleh penghormatan dari Kaisar
Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat lah
beragam, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal
di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, penahanan
sembarang, terlibat perbudakan seks, hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang
Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran kekejaman dalam
penguasaan Jepang.

Baca Juga : Uniknya Bandara Gibraltar, miliki Jalan Raya Ditengah Landasan Pacu

Pada Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan
Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang
Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota
BPUPKI kala itu ialah 63 orang yang mewakili hampir semua wilayah di Indonesia.

Sekian penjelasan artikel tentang 4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap
Sejarahnya), semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar
menambah wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Sebelum Kemerdekaan, Sejarah Penjajahan di Indonesia oleh Portugis, Sejarah Penjajahan di
Indonesia oleh Spanyol, Sejarah Penjajahan di Indonesia oleh Belanda dan Sejarah Penjajahan
di Indonesia oleh Jepang. Terimakasih atas kunjungannya.

SEJARAH MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN

4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan adalah:

1. Jepang menyerah kepada Sekutu


a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)
Pada Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di
Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia)
diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian hari. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan Amerika, terlebih dengan jatuhnya
Kepulauan Saipan ke tangan Amerika Serikat.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

b. Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai


Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan. Tindakan ini
merupakan langkah konkret pertama bagi pelaksanaan janji Koiso. Dr. Radjiman Wediodiningrat
terpilih sebagai Kaico atau ketua.

c. Pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai


Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi meresmikan
pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai dinyatakan bubar. dan Bung Karno terpilih sebagai
ketua serta Bung Hatta sebagai wakil ketua.
Awan jamur bom atom di langit Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)

d. Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima


Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam 08.15 pagi kota Hiroshim telah di jatuhi Bom atom
oleh tentara sekutu. Lebih dari 70.000 orang penduduk kota Hiroshima telah menjadi korban
bom atom tersebut. kemudian Pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom yang kedua kembali
dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Nagasaki. Dan akibat ledakan tersebut lebih dairi 75.000
orang penduduk Jepang di Nagasaki menjadi korban.

e. Berita Jepang akan memberikan Kemerdekaan kepada Indonesia


Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat (Vietnam)
memberikan informasi kepada tokoh pergerakan yang diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilakukan pada
tanggal 24 Agustus 1945, Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.

f. Desakan Sutan Syahrir agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan


Dua hari berselang, saat Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman
Wediodiningrat kembali ke tanah air dari Dalat (Vietnam), Sutan Syahrir mendesak agar Bung
Karno dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan
di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, sebab Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang pro dan kontra terhadap Jepang.

Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan seandainya dilakukan
proklamasi kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat menyebabkan pertumpahan darah yang luas,
dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian
memberitahu Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu
merupakan hak PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya
merupakan "hadiah" dari Jepang

g. Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri.


Setelah peristiwa jatuhnya Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 yang mengakibatkan hancurnya militer jepang, Pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah secara resmi kepada Sekutu diatas kapal USS Missouri. Saat itu tentara jepang masih
menguasai Indonesia sebab Jepang berjanji akan mengembalikan Indonesia ke tangan Sekutu.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana mendengar kabar menyerahnya jepang kepada
sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang bertekuk lutut kepada sekutu,
golongan muda mendesak golongan tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun tokoh golongan tua seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru
mereka tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka khawatir akan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Peristiwa Rengasdengklok

Tetapi, golongan muda, seperti Sukarni dan Tan Malaka menginginkan proklamasi kemerdekaan
dilaksanakan secepat cepatnya. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan
kekosongan kekuasaan (vakum). Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. namun
Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang
dibentuk oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa
indonesia sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Perbedaan pendapat antara golongan muda dan
golongan tua inilah yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota
PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan
menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya
proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki
terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang.
Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga : 14 Pertempuran Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan
Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur, Chairul Saleh,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul
Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat
Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada Soekarno dan Hatta di
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan segera
dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan
pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap
keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh sebab itu,
PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang
telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

b. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno
dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi
harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan
mereka adalah meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus
diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke
Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu
sendiri.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda yang terdiri dari
Wikana, Darwis telah menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Wikana
pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera mengumumkan Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pad esok hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno pun menolak tuntutan
itu, dan lebih menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno menginginkan
kemerdekaan Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada esok hari
akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Hal
tersebut pun membuat suasana menjadi tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan
langsung oleh Bung Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan
Hatta ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan
pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksudan dan tujuan para
pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera
mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung
Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.

Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan
golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan ditemui kata sepakat agar
Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945.
Golongan muda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke
Rengasdengklok dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.

Baca Juga : 4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap Sejarahnya)

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada golongan muda
bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya
pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok)
mau melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan
kelengkapan untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno), yang kala itu ikut di
bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno
memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Rapat itu terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

3. Perumusan Teks Proklamasi


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka
telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Kemudian
diadakanlah rapat yang membahas Persiapan Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana
Maeda, dipilihnya rumah Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman
dari ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung
Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan itu
Sukarni, Mbah Diro, dan B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi yang keras nadanya dan
karena itu rapat tidak menyetujui.
Teks Naskah Proklamasi tulisan Ir Soekarno yang ditempatkan di Monumen Nasional

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh
rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai
pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang harus
menandatangani teks tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks proklamasi itu
ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan
muda Sukarni mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua
yang hadir, akan tetapi cukup oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia dan
Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.

Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang pengaruhnya
cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno meminta
kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, disertai dengan perubahan-
perubahan yang sebelumnya telah disepakati bersama. Perumusan teks proklamasi sampai
dengan penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada 04.00 WIB (pagi hari), pada
tanggal 17 Agustus 1945

Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di
Monumen Nasional

Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari
yang semula berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu adalah sebagai berikut.

1. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".


2. Konsep "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
3. Tulisan "Djakarta 17-08-'05", diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05".
4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-
Hatta, dengan bunyi berikut ini.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno - Hatta

4. Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin
menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan yang
diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa
(zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi
saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta) tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi


aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap
sempurna.

Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa
langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan
didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah
sebelumnya mengucapkan pidato singkat.

Baca Juga : Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum dan Sesudah Merdeka)

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir maka dilanjutkan dengan upacara


pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati
Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah
disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu
Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan
dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh
Indonesia lainnya, seperti Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G.
Pringgodigdo, Mr. Sujono dan dr. Samsi,.

Sekian penjelasan artikel mengenai 4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Peristiwa Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Sejarah Peristiwa Rengasdengklok, Sejarah Perumusan Teks
Proklamasi dan Sejarah Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan. Terimakasih atas
kunjungannya.

SEJARAH MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (14 PERTEMPURAN )


Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan berarti kondisi
bangsa Indonesia dalam keadaan damai dan tanpa gangguan. Justru mulai muncul perlawanan-
perlawanan terhadap pihak lain yang mencoba mengambil alih kekuasaan dan kemerdekaan
bangsa indonesia pada saat itu.

Untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah didapat rakyat indonesia harus menghadapi
pertempuran dengan pihak asing, berbagai peristiwa pertempuran antara rakyat indonesia
melawan pasukan Belanda dan Sekutu pun terjadi di berbagai daerah, antara lain Serangan
Umum 1 Maret 1949, Agresi Militer Belanda I dan II, Pertempuran lima hari di Palembang,
Pertempuran Margarana, Bandung lautan api, Peristiwa Merah Putih di Minahasa (Manado),
Pertempuran di Jakarta, Pertempuran di Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Pertempuran di
Surabaya, Pertempuran lima hari di Semarang, Insiden bendera di Surabaya dan Pertempuran
Rakyat Makassar.

Berikut Pemaparan lebih lengkap mengenai 14 pertempuran yang harus dihadapi rakyat
indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia:

Insiden bendera di Surabaya


Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan
bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh
wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke seluruh wilayah
indonesia khususnya kota Surabaya.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Insiden ini bermula Pada Tanggal 18 September 1945 ketika Sekutu dan Belanda dari AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross (Palang
Merah Internasional) mendarat di Surabaya. Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi
Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel Yamato sedangkan rombongan Intercross ditempatkan
di Gedung Setan.
Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel
Yamato

Kemudian Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada malam
hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-
Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas
Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Para pemuda Surabaya keesokan harinya melihatnya dan
menjadi marah karena mereka menilai Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, dan
melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Dengan gagah berani, arek-arek Surabaya menyerbu Hotel Yamato untuk menurunkan bebdera
Belanda. setelah sampai di bawah, bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) dirobek yang warna
birunya kemudian dikibarkan kembali sebagai bendera Indonesia (Merah-Putih). Peristiwa
tersebut terjadi pada tanggal 19 September 1945, untuk mengenang peristiwa itu, kini di depan
Hotel Yamato di bangun monumen perjuangan. Dalam peristiwa tersebut Mr. W.V.Ch.
Ploegman tewas tercekik oleh Sidik kemudian Sudirman dan Hariyono berhasil masuk lobi hotel
yang kemudian naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.

Pertempuran Rakyat Makassar


Pada bulan Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan ke Makassar di bawah pimpinan
Kapten Raymond Westerling. Pasukan Westerling bertindak kejam. pasukan Belanda Depot
Speciale Troepen pimpinan Westerling. banyak melakukan pembunuhan dan pembantaian
terhadap rakyat Makassar, Peristiwa ini terjadi pada Desember 1946-Februari 1947 selama
operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan).
Raymond Westerling

Akibat banyaknya pembantaian yang dilakukan Westerling, terjadi perlawanan rakyat Makassar
kepada Belanda. Perlawanan di pimpin oleh Wolter Monginsidi. Akan tetapi, Wolter Monginsidi
berhasil ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman mati.

Pertempuran lima hari di Semarang


Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang. Mereka juga
masih melancarkan serangan terhadap beberapa kubu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang
bertujuan untuk membebaskan orang-orang Jepang yang masih dalam penahanan.

Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah Candi
Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang diracuni oleh Jepang
tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di
Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini
menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan
sekitarnya.

Baca Juga : 4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap Sejarahnya)

Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido berhadapan dengan TKR
dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, 15 - 19 Oktober 1945. dan
dihentikan setelah adanya gencatan senjata. namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari
kedua belah pihak. Dr. Karyadi yang menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan
menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut
maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.

Pertempuran di Surabaya
Pada Tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby Brigade 49 Inggris
mendarat di Surabaya, Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa
Timur). kala itu mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang serta membebaskan para
interniran

Sebenarnya saat mendarat di Surabaya inggris terlebih dahulu telah membuat kesepakatan
dengan R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur) sehingga para tentara inggris di ijinkan
memasuki Surabaya, berikut isi kesepakatannya:

Inggris berjanji bahwa tidak terdapat angkatan perang Belanda di antara tentara Inggris.
Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin ketenteraman
dan keamanan.
Akan segera dibentuk Biro Kontak (Contact Bureau) agar kerja sama dapat terlaksana
sebaik-baiknya.
dan Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.

Namun ternyata pada pelaksanaannya, Inggris tidak menepati janjinya dan Inggris justru berniat
menguasai Surabaya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pasukan Inggris membuat kegaduhan di surabaya mereka
menyebarkan pamflet yang berisi perintah, agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan
senjata hasil rampasan dari Jepang. Dengan kejadian tersebut maka pihak Indonesia
menginstruksikan kepada semua rakyat surabaya untuk siap siaga penuh menghadapi segala
kemungkinan yang dapat terjadi. Akhirnya kontak senjata pecah antara pemuda Surabaya dan
tentara Inggris. Semua pemuda di seluruh kota menyerang Inggris dengan segala kemampuan.
Pada Tanggal 28-31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Ketika terdesak,
tentara Sekutu mengusulkan perdamaian.
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang
terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.

Tentara Sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris agar
tidak mengalami kekalahan total, Kemudian Presiden Soekarno serta Jenderal Mallaby
melakukan perundingan. Pertemuan itu menghasilkan dua kesepakatan, yaitu keberadaan RI
diakui oleh Inggris dan penghentian kontak senjata.

Namun Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Dalam sebuah insiden yang belum pernah
terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Kemudian Letnan Jendral
Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan
orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum
dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut adalah: "Sekutu memerintahkan rakyat
Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul
18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari
darat, laut, dan udara".

Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya, kemudian Pada Tanggal 10
November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya dari darat, laut maupun
udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak
mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dalam pertempuran yang tidak
seimbang, Bung Tomo terus mengangkat semangat rakyat agar terus maju, pantang mundur.
Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang
berlangsung sampai awal Desember itu gugur ribuan pejuang Indonesia. kemudiam Pemerintah
menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran Medan Area


Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu Belanda dan NICA di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Pada awalnya
kedatangan mereka disambut oleh tokoh dan masyarakat di Sumatera Utara. Akan tetapi,
tindakan tentara Sekutu menyakitkan rakyat. Mereka membebaskan para tahanan Belanda dan
dibentuk Medan Batalyon KNIL.

Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di hotel yang ada di Jalan Bali. Medan. Seorang
oknum penghuni hotel menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya, hotel itu disderang oleh
para pemuda kita sehingga timbul banyak korban. Peristiwa ini menjadi awal terjadinya
Pertempuran Medan Area. Untuk menghadapi segala kemungkinan, TKR dan brbagai badan
perjuangan telah membentuk kesatuan perjuangan Kesatuan perjuangan itu adalah Barisan
Pemuda Indonesia di bawah pimpinan Achmad Taheer. Ternayata bentrokkan terus meluas dan
terjadi di berbagai daerah. Perkembangan ini oleh Sekutu dipandang sudah sangat
membahayakan .Oleh karena itu, pada tanggal 18 Oktober 1945. Sekutu mengeluarkan
ultimatum agar rakyat menyerahkan semua senjata kepada Sekutu. Sudah tentu rakyat begitu saja
memenuhi tuntutan Sekutu.

Baca Juga : Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum dan Sesudah Merdeka)

Pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan militer besar-besaran,
yang dilengkapi dengan pesawat tempur canggih. Seluruh daerah Medan dijadikan sasaran
serangan, rakyat pun melukukan perlawanan sekuat tenaga. Sekutu berusaha mendesak para
pejuang kita, bahkan, Sekutu sejak tanggal 1 Desember 1945 memasang batas-batas
penudukannya. Batas itu berupa papan yang diberi tulisan Fixed Boundaries Medan Area ( batas
resmi wilayah Medan ) disudut-sudut kota. Sekutu dan tentara NICA mengusir dan menindas
orang-orang Republik yang masih berada di Kota Medan. Bahkan, di bulan April 1946, Sekutu
dan NICA berhasil mendesak beberapa pimpinan Republik keluar kota . Gubernur, wali kota ,
dan Markas TRI pindah ke Pematangsiantar. Namun para penjuang kita pantang mundur.
Perlawaman dengan berbagai bentuk terus dilakukan.

Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju
Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda
secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda.

Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Gerakan tentara Sekutu yang mundur
ke ambarawa berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari batalyon Polisi Istimewa di
bawah pimpinan Onie Sastroatmodjo, resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, dan batalyon
dari Yogyakarta.

Pada pertempuran di desa Jambu tanggal 26 November 1945, Letkol Isdiman (Komandan
Resimen Banyumas) tewas sebagai pejuang bangsa. Lalu Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di
Purwokerto) langsung naik mengambil alih pimpinan dan pada tanggal 15 Desember 1945
tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka
pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan
berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari
Infantri.

Pertempuran di Jakarta
Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibukota Jakarta (saat itu masih disebut
Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan
dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat
serangan fisik. Demikian pula, Perdana Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir
Sjarifuddin juga nyaris dibunuh simpatisan Belanda (NICA)
Keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan dan kacau. Tentara Belanda semakin
merajalela. Ditambah lagi pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30
Desember 1945 menambah keadaan semakin mencekam.

Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia kepada
Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para
petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah
ke Yogyakarta, kemudian pada pukul 07.00 Preseiden dan Rombongannya tiba di Stasiun
Yogyakarta kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta (Lihat: 30
Tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79).

Peristiwa Merah Putih di Manado (Minahasa)


Berita proklamasi sampai juga di Tanah Minahasa atau Manado di Sulawesi Utara. Seperti di
daerah lain, rakyat Minahasa melakukan aksi peluncutan senjata dan pengoperan kekuasaan dari
tangan Jepang. Aksi terjadi pada tanggal 22 Agustus 1945. Gerakan rakyat Minahasa ini
diprakarsai oleh Dewan Minahasa yang dipimpin oleh Palengkahu.

Aksi dilakukan dengan menurunkan bendera-bendera Jepang dan mengibarkan bendera Merah
Putih di kantor-kantor. Hal itu telah membanggakan dan memberi semangat serta kegembiraan
rakyat Minahasa. Akan tetapi, pada awal September 1945, tentara Sekutu yang diwakili tentara
Australia mendarat di Minahasa. Kedatangan mereka diikuti oleh tentara NICA. NICA dengan
segera melancarkan aksinya untuk menegakkan kembali kekuatannya. Sekutu dan NICA
kemudian mengeluarkan perintah larangan pengibaran bendera Merah Putih.

Rakyat tidak menghiraukan larangan tersebut. Dengan semboyan "hidup atau mati", rakyat
Minahasa tetap akan mempertahankan berkibarnya Sang Saka Merah Putih di Tanah Minahasa.
Akhirnya, bentrokkan dan pertempuran antara rakyat Minahasa melawan tentara Sekutu dan
NICA tidak dapat dihindarkan.

Baca Juga : 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui

Kemudian Rakyat Sulawesi Utara membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) untuk
melakukan perlawanan terhadap NICA. dan Pada tanggal 14 Februari 1946, para pejuang PPI
menyerbu markas NICA di Teling. Pejuang PPI berhasil membebaskan pimpinan PPI yang
sebelumnya di tahan belanda dan menyandra komandan NICA dengan pasukannya. Kemudian
para pejuang merobek bendera Belanda (merah-putih-biru) dan merubahnya menjadi bendera
Indonesia (merah-putih).

Bendera tersebut kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh sebab itu peristiwa itu
dikenal dengan nama peristiwa merah putih di Minahasa (Manado). sejak saat itu Para pejuang
berhasil mengusir NICA dari tanah Sulawesi Utara.
Bandung lautan api
Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang
Bandung sedang melakukan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari
tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu membacakan ultimatum pertama,
agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya pada tanggal 29 November 1945
dikosongkan oleh pihak Indonesia dengan alasan demi keamanan. Namun para pejuang Republik
Indonesia tidak memperdulikan ultimatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden antara
tentara Sekutu dengan pejuang Indonesia.

Monumen Bandung lautan api


Tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Mereka menuntut agar
semua masyarakat dan para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan kota
Bandung bagian selatan. sejak 24 Januari 1946, TKR telah berubah namanya menjadi TRI. Demi
keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah Republik Indonesia Pusat
memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya mundur dan mengosongkan Bandung Selatan.

Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris
Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah. Mereka sepakat untuk
mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota
Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh. Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung.

Sebelum meninggalkan kota Bandung Para pejuang melancarkan serangan umum ke arah markas
besar Sekutu dan berhasil membumi-hanguskan kota Bandung. Dalam waktu tujuh jam kota
Bandung menjadi kota yang berkobar, setiap warga membakar rumah mereka, tidak kurang dari
200.000 rumah warga bandung dibakar dan mengungsikan diri ke bandung bagian selatan, yang
berupa daratan tinggi dan pegunungan. Pembakaran tersebut bertujuan untuk menghentikan dan
mencegah tentara sekutu dan tentara NICA yang ingin memanfaatkan kota Bandung sebagai
markas militer. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan
Bandung Lautan Api.

Pertempuran Margarana
Seperti daerah lainnya, rakyat Bali juga berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan
kemerdekaan dan merebut kekuasaan dari Jepang. Untuk itu, letkol I Gusti Ngurah Rai sebagai
salah seorang pimpinan di Bali pergi ke Yogyakarta untuk melakukan konsultasi ke Markas
Besar TRI.

Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk berkonsultasi
dengan markas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara
menghadapi Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946 Belanda mendaratkan kira-kira 2000
tentara di Bali. Karena akibat perundingan Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik
Indonesia yang diakui hanya terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui
sebagai bagian dari wilayah Indonesia.

Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali. Kemudian I
Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Ngurah Rai
mendapat bantuan dari TRI - Laut dengan pimpinan Kapten Markadi. Dalam perjalanan
menyeberangi Selat Bali telah terjadi pertempuran laut antara pasukan Ngurah Rai dengan patroli
Belanda. Pertempuran juga terjadi di Cekik dekat Gilimanuk, Bali.

Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas TRI Sunda
Kecil segera memperkuat pasukannya . I Gusti Ngurah Rai segera membentuk Dewan
Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil. Beberapa tokohn ya di samping I Gusti Nguarh Rai
adalah I Gusti Putu Wisnu dan Subroto Aryo Mataram.
Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan Linggarjati, oleh karena itu Belanda
terus berusaha menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam naskah kesepakatan Perundingan
Linggarjati disebutkan bahwa Belanda hanya mengakui secara de facto, wilayah RI yang terdiri
atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah Rai terus berjuang untuk mengusir Belanda dari tanah
Bali. Pada tanggal 18 November 1946, tentara Ngurah Rai (dikenal Pasukan Cing Wanara) mulai
menyerang Tabanan dan berhasil. Belanda segera mengerahkan kekuatannya dari Bali dan
Lombok.

Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai kemudian melakukan Perang
Puputan (Pertempuran habis-habisan). Pertempuran dimulai pada tanggal 20 November 1946 di
Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam pertempuran tersebut Ngurah Rai gugur sebagai
pejuang bangsa pada tanggal 29 November 1946,

Pertempuran lima hari di Palembang


Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945. Pasukan ini dipimpin
oleh Letnan Kolonel Carmichael. Bersama pasukan Sekutu ikut pula aparat NICA. Mereka
diizinkan oleh pemerintah untuk mendiami daerah Talang Semut. Akan tetapi, mereka tidak
mengindahkan peraturan itu dan akhirnya Insiden dengan pemuda meletus ketika mereka
menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari senjata.

Baca Juga : Merinding, Kok ada ya Tukang Mie Ayam Seperti ini ?

Tindakan Sekutu yang sangat menyinggung perasaan rakyat dengan melakukan penggeledehan
rumah penduduk yang bertujuan untuk mencari senjata hasil rampasan dari pihak Jepang. Justru
mengakibatkan terjadi insiden bersenjata pada 1 Januari 1946. Saat itu tentara Sekutu dengan
menggunakan pesawat dan kapal laut membombardir kota Palembang. namun Para pejuang terus
mengadakan perlawanan dan hasil dari pertempuran ini Seperlima bagian kota Palembang
hancur. kemudian Pada tanggal 6 Januari 1947 dicapai persetujuan gencatan senjata antara
Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia di Palembang.

Agresi Militer Belanda I


Perselisihan pandangan akibat beda penafsiran ketentuan-ketentuan dalam persetujuan
Linggarjati makin memanas. Belanda berusaha untuk menyelesaikan "masalah Indonesia"
dengan cepat. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan nota kepada pemerintah
Republik Indonesia. Nota itu berupa ultimatum yang harus dijawab dalam waktu 14 hari. Isi nota
itu antara lain sebagai berikut:

Membentuk pemerintahan ad interim bersama.


Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang
diduduki Belanda.
Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama.
Menyelenggarakan pemilikan bersama atas impor dan ekspor.
Menyelenggarakan ketertiban dan keamanan bersama, termasuk di daerah Republik
Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama).

Perdana Menteri Syahrir menolak gendarmerie bersama. Kemudian, Sebagai pemimpin kabinet
berikutnya Amir Syarifuddin kembali memberikan jawaban yang pada dasarnya sama dengan
Syahrir.

Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirim nota. Belanda tetap menuntut gendarmerie
bersama dan Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi jawaban atas nota tersebut.
kemudian Pada tanggal 17 Juli 1947, Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang
disampaikan Amir Syarifuddin lewat RRI Yogyakarta. Jawaban itu ditolak Belanda. dan Pada
tanggal 20 Juli 1947, van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau berunding lagi
dengan Indonesia.

Kemudian Tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini
melanggar Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Akibatnya wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil. Serangan
militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I.

Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional.
Wakil-wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)
agar mengadakan sidang untuk membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah
Republik Indonesia.

Agresi Militer Belanda II


Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia.
Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda. Belanda dengan seluruh
kekuatan melakukan Agresi Militer II dengan menyerbu Yogyakarta. dan Lapangan terbang
Maguwo dapat dikuasai Belanda dengan cepat.

Dalam waktu cepat pula Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap
Belanda. Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda antara lain Presiden Sukarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta, Suryadarma dan Sutan Syahrir. Namun sebelum tertangkap Sukarno
sudah mengirim mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin
Prawiranegara yang berada di Sumatera. Tujuannya adalah untuk membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota di Bukit Tinggi.

Serbuan Belanda atau Agresi Militer II memperoleh reaksi masyarakat internasional. Pada
tanggal 7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya serbuan Belanda datang
dari Amerika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat terhadap Indonesia diwujudkan dengan
pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

1. Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan Indonesia
atas dasar persetujuan Renville.
2. Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai negeri ini
menghentikan permusuhannya dengan Indonesia.
3. Mendesak pihak Belanda supaya menarik pasukannya ke belakang garis status quo
Renville. Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditawan sejak 18
Desember 1948.

Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat, tetapi juga dari Rusia
dan Cina. bahkan pada bulan Desember 1949 Negara-negara di Asia seperti India, Afganistan,
Myanmar dan lain-lain yang segera mengadakan Konferensi di New Delhi. Mereka mendesak
agar Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta, dan pasukan Belanda segera ditarik
mundur dari Indonesia. Karena tekanan politik dan militer itulah akhirnya Belanda mau
menerima perintah Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresinya.

Serangan Umum 1 Maret 1949


Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta merupakan satu episode penting dalam sejarah
revolusi Indonesia. Berawal dari Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil menduduki Kota
Yogyakarta, yang saat itu merupakan Ibukota Republik Indonesia. Setelah kota Yogyakarta
dikuasai, Belanda kemudian berusaha menguasai kota-kota sekitar Kota Yogyakarta yaitu
Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, dan Bantul.

Monumen Serangan Umum 1 Maret

Situasi ibukota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah propaganda
Belanda di dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku Buwono
IX, yang saat itu telah melepas jabatannya sebagai Raja Keraton Yogyakarta mengirimkan surat
kepada Letnan Jenderal Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan. Jenderal
Sudirman menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan Letkol
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.

Baca Juga : 12 Cara Tercepat dan Ampuh Memutihkan Gigi Kuning Secara Alami

Sri Sultan HB IX mengadakan pertemuan empat mata dengan Letkol Soeharto di Ndalem
Prabuningratan. Pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk melancarkan Serangan Umum
pada tanggal 1 Maret 1949 serta menyusun strategi serangan umum. Selain itu, beberapa
kesatuan diperintahkan untuk menyusup ke dalam kota Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan
khusus di bawah pimpinan Kapten Widodo.

Untuk mempermudah koordinasi penyerangan, wilayah penyerangan dibagi atas 5 sektor, yaitu:

Sektor barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (sampai perbatasan Malioboro).


Sektor timur, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual,
Sektor utara, dipimpin oleh Mayor Kusno,
Sektor selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono,
Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono,

Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene pukul 06.00 pagi
yang biasa dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pada tanggal 1 Maret 1949, beberapa jam
sebelum serangan umum berlangsung, sudah banyak gerilyawan yang mulai memasuki kota
Yogyakarta. dan Tepat pada pukul 06.00 pagi, sirene penanda berakhirnya jam malam berbunyi
dimana hal tersebut juga merupakan pertanda dimulainya serangan umum.

Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto melancarkan
serangan besar-besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI mengepung Kota Yogyakarta
dari berbagai arah. dari arah utara pasukan gerilya yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian
Mayor Sardjono memimpin pasukannya melancarkan serangan dari arah selatan dan Di arah
barat, pasukan gerilya menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan Letkol Soeharto..

Banyak pertempuran hebat terjadi di ruas-ruas jalan kota Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret
1949 terbukti ampuh untuk kembali merebut Yogyakarta dan mengalahkan Belanda. Belanda
merasa kaget dan sedikit persiapan dalam menangani serangan tersebut sehingga perlawanan
yang dilakukan tidak mampu mengimbangan serangan TNI. Dalam waktu singkat, Belanda
berhasil didepak mundur. Pos-pos militer ditinggalkan dan Beberapa buah kendaraan lapis baja
dapat direbut oleh pasukan TNI.

Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan rencana semula,
sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota untuk mengosongkan kota dan kembali
menuju pangkalan gerilya seperti yang telah direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan
Belanda tiba di yogyakarta.

Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari Playen,
Gunungkidul, kemudian diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu diteruskan oleh pemancar
militer di Myanmar kemudian ke New Delhi (India) lalu sampai pada PBB yang sedang
bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.

Serangan Umum 1 Maret dapat meningkatkan posisi tawar Republik Indonesia serta
mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa Republik Indonesia sudah lemah,
Kemenangan ini juga berhasil meningkatkan moril dan semangat juang pasukan gerilya TNI di
wilayah lainnya. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret terjadi Serangan Umum Surakarta
yang menjadi salah satu keberhasilan penting pejuang Republik Indonesia yang paling gemilang
karena membuktikan kepada Belanda bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan sabotase atau
penyergapan secara diam diam, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah
kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kavelerie, pasukan infantri serta komando yang
tangguh. Serangan umum Solo inilah yang mengusir Hindia Belanda untuk selamanya..

Sekian penjelasan artikel mengenai 14 Pertempuran Dalam Mempertahankan Kemerdekaan


Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, Agresi
Militer Belanda I dan II, Pertempuran lima hari di Palembang, Bandung lautan api, Peristiwa
Merah Putih di Minahasa (Manado), Pertempuran di Surabaya, Pertempuran di Jakarta,
Pertempuran di Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Pertempuran lima hari di Semarang,
Pertempuran Margarana, Insiden bendera di Surabaya dan Pertempuran Rakyat Makassar.
Terimakasih atas kunjungannya.

SEJARAH PERGERAKAN KEBANGKITAN NASIONAL


Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional - Tahun 1908 merupakan titik awal bangkitnya
kesadaran nasional. Dimulai pada tahun tersebut mulai bermunculan organisasi pergerakan
nasional yang pertama (Budo Utomo - 20 Mei 1908), yang kemudian disusul oleh organisasi-
organisasi lainnya (Sarekat Islam berdiri tahun 1905, namun saat itu masih berbentuk sarekat
dagang yang awalnya hanya mengayomi pedagang pedagang Islam). Dengan demikian
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu telah memasuki tahap baru, yang
lain sifatnya dengan perjuangan masa sebelum tahun 1908.

Perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya memiliki ciri dan sifat-sifat
perjuangan yang berbeda setelah tahun 1908, berikut sifat-sifat perjuangan bangsa indonesia
untuk mencapai kemerdekaannya setelah tahun 1908:

1. Menggunakan organisasi yang teratur dan lebih terstruktur.


2. Bersifat nasional, artinya sudah terjadi kerja sama antar daerah di seluruh Indonesia.
3. Tidak tergantung pada satu orang (pimpinan). Artinya, jika pimpinan / sesorang
ditangkap, perannya dapat digantikan oleh yang lain.

Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir karena adanya beberapa faktor, yaitu faktor-faktor
dari dalam dan luar negeri.
Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam negeri:

1. Timbulnya kaum terpelajar. Mereka inilah yang memolopori pergerakan nasional.


2. Penderitaan rakyat yang sudah cukup lama, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untuk berjuang membebaskan diri dari segala penjajahan yang menyebabkan penderitaan.
3. Pengalaman perjuangan masa lampau. Perjuangan fisik dan bersifat kedaerahan ternyata
tidak banyak berhasil, sehingga mendorong untuk mengubah cara perjuangan menjadi
lebih diplomatik dan lebih terkoordinasi.

Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari luar negeri:

1. Adanya pengaruh dari gerakan nasional di negara-negara lain. Misalnya gerakan nasional
di Filipina dan India.
2. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah
membangkitkan semangat banyak bangsa Asia bahwa mereka dapat mengusir bangsa
eropa (penjajah) jika mereka bersungguh sungguh, termasuk Indonesia untuk mengusir
Belanda (kaum penjajah).

Untuk lebih mempersingkat waktu Berikutnya akan diulas organisasi-organisasi yang berdiri
pada masa Pergerakan Nasional. Beberapa organisasi yang berdiri pada masa tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sarekat Islam (16 Oktober 1905)


Syarikat Islam / Sarekat Islam (disingkat SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat
SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam
merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi Sarekat Islam
yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang
menentang masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat.
Logo Sarekat Islam

Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian diubah menjadi
Sarekat Islam (SI), dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada
pedagang saja. Tujuan SI ialah membangun persahabatan, persaudaraan dan tolong-menolong di
antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.

Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat Islam
sebagai berikut:

1. memajukan perdagangan
2. membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan)
3. memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli
4. memajukan kehidupan agama Islam

Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI pusat mengajukan diri sebagai Badan
Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI
lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya unsur politik, namun dalam
kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang
ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Syarikat Islam (SI) pusat diberi pengakuan sebagai
Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya
partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun
1917, yaitu HOS Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central
Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan
bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi
tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam.

Namun Tjokroaminoto tidak lama berada di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda
tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad
di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia
Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu
sudah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya
sendiri, namun hal ini ditolak oleh pihak Belanda.

Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham
sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan
organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya
ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, namun karena paham yang mereka anut tidak
berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda,
sehingga usahanya tidak berhasil. Kemudian mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal
sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan
tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara
yang berbeda.

Baca Juga : Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)

Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Tan
Malaka, Darsono, Alimin Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi
"SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen.

2. Budi Utomo (20 Mei 1908)


Organisasi Budi Utomo (juga disebut Boedi Oetomo) merupakan sebuah organisasi pemuda
yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. yang Digagaskan oleh Dr. Wahidin
Sudirohusodo dimana sebelumnya ia telah berkeliling Pulau Jawa untuk menawarkan idenya
membentuk Studiefounds..

Sejatinya organisasi ini Dipelopori oleh pemuda-pemuda dari STOVIA, Sekolah Peternakan dan
Pertanian Bogor, Sekolah Guru Bandung, Sekolah Pamong Praja Magelang dan Probolinggo
serta Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya. Para pelajar terdiri dari Muhammad Saleh,
Soeradji, Soewarno A., Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, Goenawan Mangoenkoesoemo dan
Soetomo. Nama Budi Utomo sendiri diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang
dikumandangkan adalah Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).
Dr. Sutomo

Gagasan Studiesfounds yang ditawarkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo sejatinya bertujuan
untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi dan memiliki
perekonomian yang lemah sehingga tidak dapat melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak
terwujud, akan tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo sendiri ialah
memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Budi Utomo menerapkan usaha-usaha sebagai
berikut:

1. memajukan pengajaran
2. memajukan perdagangan, peternakan dan pertanian
3. menghidupkan kembali kebudayaan.
4. memajukan teknik dan industri

Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik akan tetapi
merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi bagian intinya. Sampai
menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta organisasi ini telah memiliki 7 cabang, yakni
di Bogor, Batavia, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Ponorogo dan Surabaya. dalam mengejar
kepentingannya Budi Utomo pada dasarnya menerapkan strategi dengan bersifat kooperatif
terhadap pemerintah belanda.

Untuk mengkonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo menggelar kongres
yang pertama di Yogyakarta yaitu pada 3-5 Oktober 1908. Kongres menghasilkan kesepakatan
sebagai berikut.

1. Kegiatan Budi Utomo terutama difokuskan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
2. Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
3. Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.
4. R.T. Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dipilih sebagai ketua Budi Utomo.
5. Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Pulau Jawa dan Madura .

Sampai dengan akhir tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki 40 cabang dengan jumlah anggota
sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut mulailah terjadi pergeseran
pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga tidak sedikit anggota muda yang
menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan golongan priayi dan pegawai negeri sebagai
anggota mayoritas di Budi Utomo. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para
pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.

Baca Juga : Sejarah Lengkap Organisasi Budi Utomo

Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T. Notokusumo,
Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu signifikan karena
pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Indiche Partij (IP) dan
Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo tetap memiliki andil dan jasa yang besar dalam
sejarah pergerakan nasional, yaitu telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan
Indonesia. Oleh karena itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan
sebagai hari Kebangkitan Nasional.

3. Muhammadiyah (18 November 1912)


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330
H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan
K. H. Ahmad Dahlan, Tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran
Islam, mengembangkan pengetahuan Islam dan cara hidup menurut peraturan Islam, membantu
dan meningkatkan kehidupan sosial masyarakat Islam.

Logo Muhammadiyah

Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain:

1. mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam


untuk memberantas buta huruf
2. mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu
3. membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan
Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern
dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang
dinamakan Aisyiah,

Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat.
Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa.
Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

K. H. Ahmad Dahlan sendiri memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 - 1922 dimana saat itu
masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin
Muhammadiyah digantikan oleh KH Ibrahim yang kemudian memimpin Muhammadiyah hingga
tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun
1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar 3 tahunan dan seperti saat ini Menjadi
Muktamar 5 tahunan.

4. Indische Partij (25 Desember 1912)


Indische Partij (IP) berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai,
yakni Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Douwes
Dekker (Setyabudi Danudirjo).
Salah Satu Pendiri Indische Partij - Douwes Dekker

Indische Partij memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik
golongan Indonesia asli maupun golongan (keturunan) Arab, Cina dan sebagainya. Mereka akan
dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita
Indische Partij banyak disebar luaskan melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga
disusun program kerja sebagai berikut:

1. meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).


2. memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu
dengan agama yang lainnya
3. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan,
maupun kemasyarakatan.
4. dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia
dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
5. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.
6. memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.

Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti itu maka dapat diketahui bahwa Indische
Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia dengan haluan
kooperasi. Sehingga dalam waktu yang relatif cepat Indische Partij memiliki 30 cabang dengan
anggota mencapai 7.000 orang yang kebanyakan orang Indonesia.

Oleh karena sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik yang memiliki
tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak mau memberikan status
badan hukum dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan akan mengancam ketertiban
umum. Meskipun demikian, para pemimpin Indische Partij masih terus menjalankan propaganda
untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya.

Baca Juga : Munculnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Salah satu hal yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram adalah tulisan Ki Hajar
Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang
isinya berupa sindiran terhadap ketidak adilan di daerah jajahan belanda. Karena kegiatan
Indische Partij sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga
pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka bertiga memilih Negeri
Belanda sebagai tempat pengasingannya.

Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische Partij makin
berkurang. Kemudian Indische Partij merubah namanya menjadi Partai Insulinde dan pada tahun
1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada perjalanannya National Indische
Partij tidak pernah mempunyai pengaruh yang singnifikan di masyarakat sehingga pada akhirnya
hanya menjadi perkumpulan orang-orang terpelajar.

5. Partai Komunis Indonesia (9 Mei 1914)


Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama
H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang,
Sneevliet bersama-sama dengan P. Bersgma, H.W. Dekker dan J.A. Brandsteder berhasil
mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak mampu
berkembang sehingga Sneevliet melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam
tubuh Sarekat Islam (SI) dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan
sebaliknya anggota-anggota SI dijadikan anggota ISDV.
Partai Komunis Indonesia

Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan Sarekat Islam,
lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, seperti Semaun dan Darsono.
Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya
SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna
Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.

Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya
pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Susunan pengurus PKI,
antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Dekker (bendahara) dan Bersgma
(sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan secara
cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan
kepercayaan rakyat seperti Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.

Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga merencanakan suatu
petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di
Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di
Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang
singkat semua pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap,
dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).

6. Gerakan Pemuda / Tri Koro Dharmo / Jong Java (7


Maret 1915)
Gerakan pemuda Indonesia, sejatinya sudah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo, akan tetapi
sejak kongresnya yang pertama, peran pemuda di Budi Utomo telah banyak diambil oleh
golongan tua (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari
organisasi tersebut.

Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo (Jong Java)
merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di
Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna :
Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini didirikan atas dasar banyaknya pemuda yang
menganggap bahwa Budi Utomo merupakan organisasi elite.
Foto para pendiri Jong Java di arsip Museum Sumpah Pemuda

Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi pemuda yang
pertama yang anggotanya terdiri dari para siswa sekolah menengah yang berasal dari Jawa dan
Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan Trikoro
Dharmo ialah sebagai berikut:

1. menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya


2. mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah menengah dan
perguruan kejuruan
3. membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.

Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang sebenarnya
ialah seperti apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan
jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan
Bali. Oleh karena sifatnya yang masih Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak
berbudaya Jawa) kurang senang.

Baca Juga : 10 Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)

Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918 nama
Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang dimaksudkan untuk bisa
merangkul para pemuda dari Madura, Bali dan Sunda. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada
tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, akan
tetapi upaya ini belum bisa terlaksana.

Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga membentuk organisasi
serupa, seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Selebes,
dan lain-lain. Pada hakikatnya semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan (lokal), namun
semuanya mempunyai tujuan ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan daerah nya
sendiri-sendiri.

Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia
dan pencapaian Indonesia merdeka. Sehingga Pada tahun 1928 Jong Java siap bergabung dengan
organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada
anggota bahwa pembubaran Jong Java semata-mata untuk kepentingan tanah air. Oleh karena
nya sejak 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda

7. Taman Siswa (3 Juli 1922)


Sekembalinya dari pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat (lebih
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) menfokuskan perjuangannya dalam bidang
pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara sukses mendirikan perguruan Taman
Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara memulai gerakan
baru bukan lagi dalam bidang politik akan tetapi di bidang pendidikan, yakni dengan mendidik
angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.
Panji taman siswa

Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (Suwardi
Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau
tempat belajar, dan Siswa berarti murid). Pada saat pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa
ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan
dia bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang
berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan
memiliki 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal
sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara setelah ia
mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Rabindranath Tagore
(India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap Triloka memiliki unsur-unsur (dalam
bahasa Jawa)

ing ngarsa sung tulada ( , "(yang) di depan memberi teladan"),


ing madya mangun karsa ( , "(yang) di tengah membangun
inisiatif/kemauan"),
tut wuri handayani ( , "dari belakang mendukung").

Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan Indonesia melalui sekolah Taman Siswa
maka setiap tanggal 2 Mei (hari kelahiran Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar Dewantara) maka
ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. Selain itu, "Tut Wuri Handayani" juga ditetapkan
sebagai semboyan yang terukir dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.

8. Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927)


Algemeene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah
mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik dengan nama Perserikatan
Nasional Indonesia yang kemudian pada tahun 1928 Berganti nama dari Perserikatan Nasional
Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia. PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
oleh 8 pemimpin, yakni Ir. Soekarno (sebagai ketuanya), Ir. Anwari, Mr. Budiarto, dr. Cipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Dr. Samsi, Mr. Sunaryo dan Mr. Iskak. Mayoritas dari mereka
merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang baru pulang ke
indonesia. Setelah berdirinya Partai Nasional Indonesia para pelajar yang tergabung dalam
Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.
Foto para pendiri PNI yang merupakan arsip dari gedung Museum Sumpah Pemuda.

Radikal PNI telah terlihatan sejak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran dasarnya
bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah merumuskan program kerja sebagaimana dijelaskan
dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, yaitu seperti berikut:

1. Usaha politik, dengan memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran atas
persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat
kerja sama dengan negara negara di Asia, dan memberantas segala rintangan bagi
kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
2. Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan derajat
kaum wanita, memajukan transmigrasi, memerangi pengangguran, memajukan kesehatan
rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
3. Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta mendirikan
bank-bank dan koperasi.

Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI menbuat propaganda-propaganda, baik lewat surat


kabar, seperti Persatuan Indonesia di Batavia dan Banteng Priangan di Bandung, maupun lewat
para pemimpin khususnya Bung Karno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang
pesat sehingga menimbulkan kekhawatiran di sisi pemerintah Belanda. Pemerintah selanjutnya
memberikan peringatan kepada pemimpin PNI agar menahan diri dalam propaganda, ucapan,
serta tindakannya.

Dengan adanya isu bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melakukan pemberontakan maka
pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penggeledahan secara
masal dan menangkap 4 pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata,
dan Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4 diajukan ke pengadilan di Bandung.

Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah
diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke penjara Sukamiskin. Dalam
masa pengadilan ini Ir. Soekarno membuat pembelaan dengan menulis pidato Indonesia
Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya.

Untuk memperdalam materi 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional ada baiknya sobat
juga membaca materi Pergerakan Kebangsaan Indonesia dan materi 10 Latar Belakang Lahirnya
Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)

Demikianlah Materi 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional. Semoga dapat


bermanfaat bagi sobat MARKIJAR.Com dan dapat mengambil pelajaran / menambah wawasan
sobat mengenai Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional, sifat-sifat perjuangan setelah tahun
1908 dan sebab-sebab dari dalam negeri dan luar negeri lahirnya pergerakan nasional, Sekian
dan Terimakasih atas Kunjungannya.

SEJARAH PERSIAPAN KEMERDEKAAN


Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan Indonesia - Perlu sobat ingat kembali, banyak
hal penting yang mengubah Indonesia pada masa penjajahan berkat jasa para pemimpin, pemuda
dan pahlawan Indonesia. berkat mereka indonesia dapat keluar dari penjajahan yang dilakukan
oleh beberapa negara, mulai Belanda yang menjajah Indonesia pada masa kolonial selama
hampir 3,5 abad (350 tahun), Inggris yang menjajah selama 5 tahun, kemudian Jepang yang
terakhir menjajah, dan pada masa penjajahan jepang itulah Indonesia berhasil merdeka.

Sejarah kemerdekaan indonesia kita awali ketika Jepang terdesak dalam perang Asia Timur
Raya, saat itu tokoh tokoh pergerakan nasional semakin giat mempersiapkan kemerdekaan.
Golongan muda dan tua sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meskipun
mereka berbeda pendapat mengenai cara dan waktu memproklamasikan kemerdekaan, namun
keduanya tetap bersemangat dan berjuang untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia.

Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik
oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta

Persiapan kemerdekaan Indonesia dimulai saat Jepang sedang berjuang pada Perang Dunia II.
Saat itu Perdana Mentri Jepang yaitu Tojo digantikan oleh Perdana Mentri Koiso yang
menjanjikan bahwasanya Indonesia (saat itu Hindia Timur) akan merdeka dikemudian hari.
Mulai 1 Maret 1945 pemerintah pendudukan Jepang melalui Balatentara XIV, yaitu Jendral
Kumakici Harada mengumumkan rencana pembentukan BPUKPKI (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam Bahasa Jepangnya disebut dengan
Dokuritsi Junbi Cosakai. Untuk lebih jelas mengenai Bagaimana proses kemerdekaan Indonesia,
Langsung saja kita simak informasi nya.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI)
Pembentukan BPUPKI - Panglima pemerintahan Jepang di Jawa (Jenderal Kumakichi Harada),
mengumumkan pembentukkan Dokuritsu Jundi Coosokai atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945. Tujuan BPUPKI ialah
untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga : Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

BPUPKI beranggotakan 63 orang, didalamnya terdapat perwakilan Arab, Indonesia dan Cina
serta 7 orang Jepang. Pengurus BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945 dengan diketuai
oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.

Tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan sekaligus upacara pembukaan sidang
pertama BPUPKI di gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila) di Jalan Pejambon 6
Jakarta. Pada zaman Belanda, gedung tersebut ialah gedung Volksraad, lembaga DPR pada
zaman kolonial Belanda. Selama berdiri BPUPKI mengadakan dua kali masa sidang resmi, yaitu:

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945

Sidang resmi pertama


Sidang resmi pertama berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada masa sidang
resmi pertama ini bertujuan untuk merumuskan dan membentuk rangka dasar dari Undang-
Undang Dasar, yang mana merupakan dasar dari negara Indonesia. Setelah itu kemudian
dirumuskan konstitusi negara. Masa sidang pertama BPUPKI ini dikenal dengan sebutan detik-
detik lahirnya Pancasila.

Sidang resmi kedua


Sidang resmi kedua berlangsung 10 sampai 17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara,
rancangan Undang-Undang Dasar, kewarganegaraan, wilayah negara, pembelaan negara,
ekonomi dan keuangan, pendidikan serta pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar yang beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia
Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta. dan Panitia Pembelaan Tanah Air dengan
ketua Abikoesno Tjokrosoejoso

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945

Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah
Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan
pulau-pulau sekitarnya. Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi
panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu: Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota),
Mr. A.A. Maramis, Mr. Achmad Soebardjo, H. Agus Salim, Mr. R.P. Singgih, Dr. Soekiman dan
Mr. Wongsonegoro,

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil
kerja panitia kecil perancang UUD tersebut, kemudian Pada tanggal 14 Juli 1945, Panitia
Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno, melaporkan hasil kerja panitia, yaitu:

1. Pernyataan kemerdekaan Indonesia.


2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.
Sesudah sidang-sidang tersebut dilaksanakan, terbentuklah perumusan dasar negara Indonesia
yang telah disepakati. Yang mana perumusan tersebut merupakan hasil dari mufakat yang
dilakukan oleh panitia sembilan, setelah memilah-milah pendapat yang diutarakan seperti
perbedaan pendapat yang muncul mengenai falsafah negara Indonesia. Dari mufakat tersebut,
panitia sembilan menyepakati perihal:

1. Bentuk negara, yaitu negara kesatuan


2. Bendera nasional, yang berwarna merah putih dan disebut Sang Merah Putih
3. Bentuk pemerintahan, yaitu republik
4. Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia
5. Pernyataan kemerdekaan Indonesia, Pembukaan Undang-Undang Dasar dan Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar

Sehingga Panitia Perancang UUD telah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 16 Juli 1945,
BPUPKI menerima dengan bulat naskah Undang-Undang Dasar yang dibentuk oleh Panitia
Perancang UUD. Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI menyerahkan semua hasil
pekerjaanya kepada Saiko Shikikan (panglima tertinggi tentara di Jawa). selanjutnya Pada
tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Pembentukkan PPKI - BPUPKI dibubarkan setelah melaksanakan tugasnya. kemudian Jenderal
Terauchi pada tanggal 7 Agustus 1945 menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi Inkai atau
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI. Tugas utama
PPKI ialah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan.

Dokuritsu Junbi Inkai (PPKI), beranggotakan 21 orang sebagai upaya untuk pencerminan
perwakilan etnis, yang berasal dari: 3 orang dari Sumatra, 12 orang dari Jawa, 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Nusa Tenggara, dan 1
orang dari Tionghoa.

Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian
kekuasaan dari Jepang yang meliputi:

Menyelesaikan dan mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar yang dipersiapkan


BPUPKI
Merumuskan dan memutuskan pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia bila
saatnya telah tiba

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni: Dr. Radjiman
Widyodiningrat, Drs. Mohammad Hatta dan Ir. Sukarno. mereka dipanggil ke Dalat Vietnam,
untuk menerima informasi mengenai kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan
dapat dilakukan dengan segera. Adapun mengenai wilayah Indonesia ialah seluruh wilayah bekas
jajahan Hindia Belanda.

Baca Juga : 14 Pertempuran Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda
mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap mereka
merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana
karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah
proklamasi kemerdekaan.

Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Sidang pertama PPKI


Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:

1. mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,


2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia dan Drs. M.
Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia
3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR
terbentuk.

Berkaitan dengan Undang Undang Dasar, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh
BPUPKI, antara lain:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.


2. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan beragama
Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli
3. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.
4. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Sidang kedua PPKI


PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang tersebut memutuskan hal
- hal berikut:

1. Membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)


2. Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.
3. Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atas 8 provinsi beserta gubernur -
gubernurnya

Peristiwa Rengasdengklok
Chaerul Saleh, Sutan Sjahrir, Darwis dan Wikana mendengar kabar menyerahnya jepang kepada
sekutu melalui radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang menyerah kepada sekutu, golongan
muda mendesak golongan tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun tokoh golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta tidak mau terburu-buru
mereka tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya
kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka khawatir akan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Tetapi, golongan muda, seperti Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi kemerdekaan
dilaksanakan secepat cepatnya. Beberapa perkumpulan yang termasuk golongan muda, misalnya:
Kelompok Asrama Menteng 31 yang dipelopori Chaerul Saleh dan Sukarni serta Kelompok
Asrama Indonesia Merdeka yang dipelopori Mr. Soebardjo
Peristiwa Rengasdengklok

Golongan muda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan


secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan (vakum).
Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. namun Golongan muda tidak menyetujui
rapat tersebut, mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Dan
mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa indonesia sendiri, bukan pemberian
dari Jepang. Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua inilah yang menjadi
latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

a. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno
dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi
harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan
mereka adalah meskipun Jepang sudah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus dipikirkan
demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke Indonesia
dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.

b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota
PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan
menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya
proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki
terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang.
Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan
Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur, Chairul Saleh,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul
Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat
Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.

Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada Soekarno dan Hatta di
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan segera
dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan
pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap
keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilakukan melalui PPKI. Oleh sebab itu, PPKI
harus segera menggelar rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang telah
mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

c. Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan golongan muda yang terdiri dari
Wikana, Darwis telah menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Wikana
pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera mengumumkan Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pad esok hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno pun menolak tuntutan
itu, dan lebih menginginkan betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung karno menginginkan
kemerdekaan Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.

Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada esok hari
akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Hal
tersebut pun membuat suasana menjadi tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan
langsung oleh Drs. M. Hatta, Dr. Buntara, Mr. Iwa Kusumasumantri dan Mr. Ahmad Subardjo.
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan
Hatta ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan
pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksut dan tujuan para
pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera
mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung
Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.

Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan
golongan muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan ditemui kata sepakat agar
Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945.
Golongan muda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke
Rengasdengklok dalam rangka menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.
Baca Juga : 4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap Sejarahnya)

Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada golongan muda
bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya
pukul 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok)
mau melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.

Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno), yang kala itu ikut di
bawa ke Rengasdengklok. Dan pada malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno
memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Rapat itu terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Perumusan Teks Proklamasi


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka
telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Kemudian
diadakanlah rapat yang membahas Persiapan Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana
Maeda, dipilihnya rumah Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman
dari ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung
Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.

Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan itu
Sukarni, B.M.Diah dan Mbah Diro dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks proklamasi yang keras nadanya dan
karena itu rapat tidak menyetujui.
Teks Naskah Proklamasi tulisan Ir Soekarno yang ditempatkan di Monumen Nasional

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh
rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai
pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, Permasalahan baru muncul yaitu perihal siapa yang
harus menandatangani teks tersebut, setelah teks proklamasi disusun. Drs. M. Hatta memberi
usulan, agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai Wakil Bangsa
Indonesia. Sukarni dari golongan muda, mengajukan usulan bahwa teks proklamasi tidak perlu
ditandatangani oleh semua yang hadir, tetapi cukup oleh dua orang saja, yaitu Ir. Sukarno
dan Drs. M. Hatta, Atas Nama Bangsa Indonesia. dan Ir. Sukarno juga diusulkan untuk
membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni, diterima. Kemudian, Sukarno
meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, dengan perubahan-
perubahan yang disetujui bersama.

Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut)
Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada,
namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno.

Persiapan Pembacaan Teks Proklamasi


Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke
rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi setelah
teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan. saat itu Jepang mengetahui rencana
pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada. Barisan Muda pun
telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks
proklamasi. Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan melihat
pasukan Jepang dengan persenjataan lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro
kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno). Sudiro
pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah
Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai dipadati oleh massa, menjelang pembacaan teks
proklamasi. Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan
upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari tentara Jepang, dalam melaksanakan
pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman. Suasana halaman rumah
Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo, Wakil Walikota Jakarta, meminta kepada Wilopo untuk
mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan
beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.

Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno,
S. Suhud, untuk mencari tiang bendera. Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari
belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali
sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera. Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno)
mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih
belum standar seperti ukuran bendera sekarang.

Baca Juga : Merinding, Kok ada ya Tukang Mie Ayam Seperti ini ?

Para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka
sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak
Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan
indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung
Hatta. Ketegangan pun terjadi sebab Muwardi terus mendesak Sukarno, untuk segera
membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta. Untunglah, 5 menit
sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk
segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan Upacara Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi).

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Upacara proklamasi kemerdekaan dipimpin oleh Latief Hendraningrat, tanpa protokol. Latief
segera memimpin barisan untuk berdiri, dengan sikap sempurna. Suhud dan Latief mengibarkan
bendera merah putih secara perlahan-lahan, sesudah selesainya pembacaan proklamasi, Bendera
merah putih dinaikkan sambil diiringi lagu Indonesia Raya, yang secara spontan dinyanyikan
oleh seluruh masyarakat yang hadir pada saat itu.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan
dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh
Indonesia lainnya, seperti Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G.
Pringgodigdo, Mr. Sujono dan dr. Samsi,
Sekian penjelasan artikel mengenai Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan
Indonesia, semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Peristiwa Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Sejarah Peristiwa Rengasdengklok, Sejarah Perumusan Teks
Proklamasi, Sejarah Persiapan Pembacaan Teks Proklamasi, Sejarah Pembacaan Teks
Proklamasi Kemerdekaan dan Sejarah Pelaksanaan Upacara Proklamasi Kemerdekaan.
Terimakasih atas kunjungannya.

PROSES PEMBENTUKAN NEGARA

Pada kesempatan ini kita akan membahas materi tentang Proses Pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Beberapa poin penting dalam materi ini adalah Awala
Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum Merdeka), Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi
Kemerdekaan, Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Tokoh-Tokoh
Yang Berperan Dalam Proklamasi, berikut pembahasan lengkapnya:

A. Awala Proses Pembentukan Indonesia (Sebelum


Merdeka)
Belanda menjajah / masuk ke Indonesia. Di bawah kepemimpinan Cornelius de Houtman,
Belanda berhasil masuk ke Indonesia melalui Banten. Tujuan belanda saat itu adalah untuk
mendapatkan dan menguasai pasar rempah-rempah di indonesia dengan mendirikan VOC
(Verenigde Oostindische Compagnie) yang bertempat di Banten pada tahun 1602. Karena pada
waktu itu pasar di Banten sadang mengalami persaingan perdagangan anatara Tionghoa dan
Inggris, oleh karna itu VOC dipindahkan ke Sulawesi Selatan. namun Di Sulawesi Selatan VOC
mendapat perlawanan dari Sultan Hasanddin.
VOC (Verenigde Oostindische Compagnie)

Beberapa kali berpindah tempat akhirnya VOC mendapatkan tempat di Yogyakarta. Di


Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya adalah Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi kerajaan
Mataram menjadi Kasultanan Surakarta dan Kasunan Yogyakarta. kemudian pada tanggal 1
Januari 1800 VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan Belanda. Penjajahan Belanda tidak
berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian menunjuk Daendels sebagai gubernur
jenderal hindia belanda.

Baca Juga : 4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia (Lengkap Sejarahnya)

Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berakhir secara keseluruhan saat Pemerintah Jepang
melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada
gabungan dari Negara Inggris, Australia, Amerika dan Belanda. Kemudian, di bawah pimpinan
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Di
sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak
segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari Jepang, Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer selaku Jenderal Hindia Belanda menyerah dan ditangkap oleh
jepang. Hal ini menjadi tanda berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia sekaligus
pertanda dimulainya masa penjajahan Jepang di Indonesia. Menyerahnya Belanda tanpa syarat
terhadap Jepang dilakukan melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942.

Pada 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan pembentukkan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada,
Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di
Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang
adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P.
Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI saat itu ialah 63 orang yang mewakili hampir semua wilayah
di Indonesia.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Kemudian BPUPKI dibubarkan setelah melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 7 Agustus 1945
Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritzu Zyumbi Inkai atau PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI. Tugas utama PPKI ialah
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan.

Pada tanggal 9 Agustus, Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional, yakni: Drs, Mohammad
Hatta, Dr. Radjiman Widyodiningrat, dan Ir. Sukarno. mereka dipanggil ke Dalat Vietnam,
untuk menerima informasi mengenai kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan, akan
dapat dilakukan dengan segera. Adapun mengenai wilayah Indonesia ialah seluruh wilayah bekas
jajahan Hindia Belanda.

Namun setelah pertemuan Dalat (Vietnam), PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda
mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap mereka
merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana
karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. sehingga PPKI baru dapat bersidang sehari setelah
proklamasi kemerdekaan.

B. Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi
kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik
oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami
yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-
bahkan selama ratusan tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang
jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.

Baca juga : Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan Indonesia

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah
berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi
pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada
kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita
ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam
tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.

Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh
Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah
datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :

PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-
LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG
SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-
lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan
kita ini!

C. Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI)
Pembacaan teks proklamasi oleh Ir.Soekarno dan Mohd Hatta di Jl.Pengangsaan Timur no.56
(kediaman Soekarno) telah memberikan semangat baru bagi seluruh rakyat Indonesia. Akibat
pembacaan teks tersebut, maka bangsa Indonesia telah merdeka dari tangan Jepang, dan bisa
menentukan nasib di tangannya sendiri.
Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Sidang PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah mengambil keputusan,
menetapkan, serta mengesahkan bahwasanya Undang-Undang Dasar telah menjadi dasar Negara
Indonesia (UUD 1945). Dengan demikian, maka sudah terbentuklah Negara Kesatuan republik
Indonesia yang menganut system presidensial sebagai system pemerintahannya, dengan memilih
Ir.Soekarno dan Mohd.Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Mereka terpilih berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata dan mendapat persetujuan
dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Saat itu hal pertama yang menjadi kendala adalah penyebaran berita atau informasi kemerdekaan
Indonesia ke seluruh pelosok negeri dan seluruh penjuru dunia. Hal ini dikarenakan luas
Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum
memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang pemuda Indonesia.

Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor
Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima naskah tersebut dari seorang wartawan bernama
Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru
indonesia perihal kemerdekaan ini.

Baca Juga : 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat
hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru. Puncaknya, pada
tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun,
seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha
untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.
Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak
hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan
di dinding dan gerbong kereta api.

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan


daerah yang hadi di dalam siding PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan
dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari
Sulawesi.

D. Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Proklamasi


Peristiwa proklamasi yang diselenggarakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB telah
memberikan semangat baru bagi rakyat Indonesia. Dengan adanya proklamasi ini, maka rakyat
Indonesia telah terbebas dari penjajahan dan berhak menentukan pemerintahan serta nasibnya
sendiri. Para tokoh-tokoh nasional telah banyak berbuat untuk menjadikan Negara Indonesia
menjadi sebuah negara yang berdaulat. Mereka takkenal takut dan lelah untuk terus berdiskusi
memperjuangkan kedaulatan indonesia. Berikut merupakan beberapa tokoh yang kami rasa
berperan besar dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia:

1. Ir. Soekarno
Tidak dapat dipungkiri peran Soekarno dalam berbagai peristiwa untuk merebut kemerdekaan
bangsa Indonesia. Beliau terkenal dengan bapak proklamasi. Beliau merupakan seorang tokoh
bangsa yang menjadi pemikir hebat dan sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan penjajah yang
tidak memihak kepentingan rakyat pribumi. Ir.Soekarno juga yang menyusun 5 poin pancasila
yang sampai sekarang dijadikan dasar Negara Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau
dengan didampingi oleh Mohd.Hatta membacakan naskah proklamasi yang telah disusun pada
malam harinya.

2. Drs. Mohammad Hatta


Drs. Mohammad Hatta bersama dengan Ir.Soekarno merupakan seorang bapak bangsa Indonesia.
Beliau selalu setia menemani Ir.Soekarno dalam memikirkan, merancang dan memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indoneisa. Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) seringkali menjadi
perantara antara golongan muda dan golongan tua, terutama dengan Bung Karno. Karena peran
beliau, pendapat golongan tua dan golongan muda bisa dipertemukan.

3. Laksamana Tadashi Maeda


Walaupun beliau orang Jepang, Laksamana Tadashi Maeda rela membantu indonesia karena
simpati akan nasib rakyat indonesia, Maeda sendiri merupakan seorang perwira tinggi Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah
Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Peranannya dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah
menyediakan tempat (rumahnya) untuk penyusunan konsep teks Proklamasi.

4. Sayuti Melik
Sayuti melik merupakan salah satu tokoh nasionalis yang berjasa pada saat peristiwa proklamasi.
Salah satu jasanya karena Sayuti Melik lah yang mengetik naskah proklamasi yang disalin dari
tulisan tangan asli Ir.Soekarno. Beliau juga masuk ke dalam keanggotaan PPKI.

Baca Juga : 8 Kelebihan dan Kekurangan Terpenting Ban Tubless dan Ban Biasa

5. Mr. Achmad Soebardjo


Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 wafat 15
Desember 1978) adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad Soebardjo
adalah salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo ialah menyusun konsep teks
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta.

6. B.M Diah
Beliau merupakan slaah satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan naskah proklamasi
bersama dengan tokoh lainnya. B.M Diah juga merupakan seorang wartawan yang sangat
berperan dalam menyiarkan kabar berita proklamasi ke seluruh pelosok indonesia.

7. Sukarni
Sukarni merupakan tokoh dari kalangan pemuda yang pada saat mendengar kabar bahwa Jepang
telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dia bersama teman-teman yang lain langsung
mendesak golongan tua yang dipimpin oleh Ir.Soekarno untuk segera memproklamirkan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka kemudian menculik Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta. ke Rengasdengklok. Peristiwa inilah yang dikenal dengan "peristiwa Rengasdengklok".

Sejatinya Masih banyak tokoh-tokoh sekitar peristiwa proklamasi yang tidak disebutkan di atas.
Mereka dengan segenap kekuatan baik tenaga dan pikiran terus berjuang demi terciptanya
proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga berkat jasa dari mereka bangsa indonesia bisa
merdeka dan dapat menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan dari penjajah

Sekian penjelasan artikel mengenai Proses Pembentukan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI), semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar
menambah wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Awala Proses Pembentukan Indonesia
(Sebelum Merdeka), Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan, Pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam
Proklamasi. Terimakasih atas kunjungannya.

PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di
Monumen Nasional

Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno,
S. Suhud, untuk mencari tiang bendera. Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari
belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali
sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera. Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno)
mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih
belum standar seperti ukuran bendera sekarang.

Baca Juga : Sejarah Persiapan Proklamasi dan Kemerdekaan Indonesia

Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena
mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia. Mereka
mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi
kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa
didampingi Bung Hatta. Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno
untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung
mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin
menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan yang
diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa
(zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi
saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi
aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap
sempurna.

Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa
langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi
Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya
mengucapkan pidato singkat.

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara


pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati
Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah
disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Latief Hendraningrat.

Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu
Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota
Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati,
Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik
oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta

Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
1945 (hari Jumat) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi
kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:

Saudara-saudara sekalian!

Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami
yang paling penting.

Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-
bahkan selama ratusan tahun!

Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang
jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah
berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi
pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada
kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita
ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam
tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.

Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh
Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah
datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN


INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-
LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG
SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.

Jadi, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas!

Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!

Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-
lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan
kita ini!

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Salah satu kendala / masalah utama setelah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah
penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan
dunia. Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat
komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang pemuda
Indonesia.

Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor
Domei (sekarang radio Antara). Ia menerima naskah tersebut dari seorang wartawan bernama
Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru
indonesia perihal kemerdekaan ini.

Baca Juga : 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional

Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat
hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru. Puncaknya, pada
tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun,
seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha
untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.

Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak
hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan
di dinding dan gerbong kereta api misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August
17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..

Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan


daerah yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari
Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari
Sulawesi.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan
melalui media pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya
tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.

Baca Juga : 8 Kelebihan dan Kekurangan Terpenting Ban Tubless dan Ban Biasa

Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita proklamasi.
Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik, Sumanang
dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.

Sekian penjelasan artikel mengenai Sejarah Lengkap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,


semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah wawasan
dan pengetahuan sobat mengenai Detik-detik pembacaan naskah proklamasi, Pelaksanaan
Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan, Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi
Kemerdekaan dan Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Terimakasih atas
kunjungannya.

PEMBERONTAKAN DI INDONESIA
Pemberontakan di Indonesia - Ada banyak alasan kenapa kita harus bersyukur hidup di era
Indonesia yang sekarang ini. Meskipun terdapat berbagai masalah terutama dibidang ekonomi,
tapi setidaknya saat ini keadaan Indonesia sangat kondusif. Tidak ada kejadian besar yang
sampai membuat negara ini jatuh dan terjadi pertumpahan darah dimana-mana. Kalau kita
menengok Indonesia dulu, negara ini pernah berada di situasi konflik yang menyebabkan
pertumpahan darah diberbagai tempat. Kala itu banyak dari aksi konfrontasi dilakukan oleh para
pemberontak yang mengancam kedaulatan Indonesia yang sudah direbut dengan susah payah
dari belanda. Agar kita tidak terlena dengan keadaan dan selalu siap untuk kondisi apa pun
dengan negara ini, mari kita kenang kembali 8 peristiwa pemberontakan yang paling
membahayakan sepanjang sejarah negara ini. Tulisan ini akan mencoba mereview lagi 8
peristiwa Pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Apa saja peristiwa pemberontakan di
Indonesia ?

8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling


Membahayakan
1. Pemberontakan PKI di Madiun (PKI Musso) Tahun 1948
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun / PKI Madium tidak bisa lepas dari jatuhnya
kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh ? Jatuhnya kabinet Amir
disebabkan karena kegagalannya dalam Perundingan Renville yang dirasa merugikan Indonesia.
Setelah kabinet Amir Sjarifuddin jatuh karena tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya
Perjanjian Renville. Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai perdana
menteri, namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan
pergantian kabinet tersebut.

Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk
Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi
kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir
dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah
doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru.

Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan
markas gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya
pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan,
gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.

Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini. Sang tokoh
utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara Aidit (DN. Aidit) berhasil
meloloskan diri.

TOKO TOKO DI INDONESIA


Terdapat bermacam tokoh paling berpengaruh di Indonesia sepanjang sejarah sangat banyak dan
beragam. Kapabilitas dan kapasitas yang ada berupa intelektualitas, ketegasan, keberanian,
karisma, prestasi dan profesionalitas sehingga menjadikannya memiliki pengaruh terhadap
kehidupan dan hajat hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Para tokoh berpengaruh
tersebut juga sering dijadikan sebagai sumber inspirasi dan idola bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Disamping itu kebanyakan tokoh berpengaruh ini juga berprestasi dan dikenal di
dunia internasional. Segala tindak perilaku, ucapan, penampilan dan berbagai aktivitasnya selalu
menjadi perhatian serta sorotan berbagai pihak.

Sebagian besar tokoh Indonesia yang paling berpengaruh dalam sejarah bangsa Indonesia
didominasi oleh mantan presiden Indonesia, tokoh politik serta para pejuang kemerdekaan.
Karena jabatan / tanggung jawab yang mereka emban inilah yang banyak berpengaruh dalam
sendi kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. berikut pembahasan lebih lengkap
mengenai 12 Tokoh Indonesia yang Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah.

12 Profil Tokoh Indonesia Paling


Berpengaruh Sepanjang Sejarah
1. Ir. Soekarno
Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Tokoh Indonesia - Ir. Soekarno

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno juga dikenal
sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang menamainya Pancasila. Tidak
hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang menguasai
delapan bahasa. Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa
menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato, oleh karena perannya yang sangat dominan
terutama saat awal kelahiran bangsa indonesia maka tak heran jika soekarno termasuk salah satu
tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada
umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan
pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari
Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun
Soekarno menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Soeharto
Soeharto / Suharto adalah pemimpin besar yang banyak dipuja namun tak sedikit pula yang
mencercanya. di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan
sebutan populer "The Smiling General" (Sang Jenderal yang Tersenyum) karena raut mukanya
yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.

Tokoh Indonesia - Soeharto

Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang
dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto
menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk
menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa. Soeharto kemudian mengambil
alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali
oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa
jabatannya selesai setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998, Pengunduran diri ini
dilatarbelakangi terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR / MPR oleh
ribuan mahasiswa.

Semasa menjadi presiden, Soeharto dijuluki Bapak Pembangunan. Gelar itu tak lepas dari upaya
Soeharto menata dan membangun Indonesia. Karenanya, kabinet Soeharto pun disebut Kabinet
Pembangunan. Konsep Trilogi Pembangunan yang diusung Soeharto memang membawa bangsa
ini pada kejayaan berkali-kali. Sebut saja masa-masa di mana Indonesia bisa mengalami
swasembada beras, penekanan inflasi dari 650 persen hingga menjadi 12 persen saja,
pembangunan waduk-waduk, jalan tol dan banyak lagi.

Soeharto merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto
digantikan oleh B.J. Habibie. Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam
masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto dianggap dapat membangun negara yang
stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. namun disisi lain suharto juga
dianggap membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor
Timur, dan dianggap sebagai rezim yang korup.

Suharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8
Juni 1921. ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari
2008 pada umur 86 tahun. oleh karena masa perannya yang sanagat lama dalam memimpin
bangsa indonesia (selama 32 tahun) maka tak heran jika soeharto termasuk salah satu tokoh yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia,

3. Moh. Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria
kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tokoh Indonesia - Mohammad Hatta

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan
Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi
ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Selain itu karena perannya yang sangat dominan terutama saat awal kelahiran bangsa indonesia
maka tak heran jika Bung Hatta termasuk salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan bangsa indonesia

Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Ia
meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun. Setelah wafat, Pemerintah
memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama
dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan
Nasional.

4. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu
Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan puteri dari
H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.

Tokoh Indonesia - Ahmad Dahlan

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan pembaharu dalam
Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha. Ketika pulang
kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada
tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat
berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah di


kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di
bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan
beramal sesuai tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali
hidup menurut tuntunan al-Quran dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan sudah menetapkan
bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun bersifat sosial dan bergerak pada bidang
pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, dari
keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan, fitnahan dan hasutan datang
bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru yang melanggar
agama Islam. Ada yang mengecapnya sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam tuduhan lain. Karena
saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang
merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun.
Berkat perannya mendirikan Muhammadiyah dimana pada akhirnya organisasi ini sangat
membantu kehidupan masyarakat indonesia dalam berbagai bidang, tak heran jika Ahmad
Dahlan termasuk salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.

5. Hasyim Asyari
Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyarie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini merupakan
organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin
ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
Tokoh Indonesia - Hasyim Asyari

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga
pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di
berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Wonokoyo di
Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren
Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh
Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ahmad Amin Al-
Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal,
Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu
Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada tahun
1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang
berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10
April 1875. Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun dan
dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Berkat perannya mendirikan Nahdlatul Ulama dimana
pada akhirnya organisasi ini sangat membantu kehidupan masyarakat indonesia dalam berbagai
bidang, tak heran jika K.H. Hasjim Asy'ari termasuk salah satu tokoh yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan bangsa indonesia
6. Jenderal Besar Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam
sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang
pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Tokoh Indonesia - Jenderal Besar Soedirman

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19 Desember 1948,
Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Soedirman, beserta
sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan
memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di Pulau
Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Soeharto.

Baca Juga :8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis
tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal
di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tokoh Indonesia - Ki Hajar Dewantara

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia. Bahkan, hari
kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959
pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh
Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

8. Susilo Bambang Yudhoyono


TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang populer dengan panggilan SBY
merupakan Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. SBY bersama Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004 dan berhasil meneruskan
pemerintahannya untuk periode kedua dengan berhasil memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali
ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, SBY merupakan
Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil
terpilih kembali untuk periode kedua. Karena kehebatannya, pada tahun 2009 ia terpilih sebagai
salah satu dari 100 tokoh Berpengaruh Dunia kategori Pemimpin & Revolusioner Majalah
TIME. Tahun 2005 dia dinobatkan sebagai Bintang Asia (Star of Asia) oleh BusinessWeek.

Tokoh Indonesia - Susilo Bambang Yudhoyono

Sebelum menjadi presiden, SBY merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih
dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Sebelum pensiun pada 25 September 2000, Pangkat
terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI. Karier militernya terhenti ketika ia
diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun
1999. Kemudian pada 10 Agustus 2001 / masa kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden
Megawati Soekarnoputri, SBY dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan
Keamanan (Menko Polkam). Namun jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret
2004 lantaran SBY merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden.

Baca Juga : Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)

Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri
membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat
Indonesia. dalam pemerintahannya oleh beberapa pihak SBY dianggap berhasil memperbaiki
fundamental makro ekonomi indonesia seperti berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB
indonesia, dimana rasio utang indonesia pada masa SBY paling rendah di antara negara-negara
G-20. Sementara rasio utang luar negeri dari 2004 hingga 2014 menurun lebih dari 70% dari
27,8% hingga tersisa 7,8%. dari segi infrastruktur, pemerintahan SBY disebut telah membangun
293 waduk, 1.221 embung, dan 7,29 juta hektar irigasi.

SBY lahir di Tremas, Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari
pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga
Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II. Mengikuti jejak sang
ayah SBY pun berkecimpung di dunia kemiliteran.

9. Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang populer dengan panggilan Gus Dur merupakan tokoh
Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat (dari tahun
1999 hingga 2001). Gus Dur menjadi presiden ke-4 menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah
dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet
Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Gus Dur dimulai sejak 20 Oktober 1999 dan berakhir
pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan
oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.

Tokoh Indonesia - Abdurrahman Wahid

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat
terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim
Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri,
adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur,
K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun
1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Salah satu peran besar Gus Dur di indonesia adalah beliau dianggap dapat mendamaikan
hubungan Islam dengan Pancasila sehingga umat Islam semakin bisa menerima pancasila tanpa
ada perseteruan, kemudian beliau juga dianggap berhasilannya membuka pandangan bahwa
kemajemukan merupakan sebuah realitas di Indonesia.

Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan meninggal di Jakarta, 30
Desember 2009 pada umur 69 tahun. Berkat jasanya kepada indonesia Gus Dur mendapat gelar
sebagai "Bapak Tionghoa" hal tersebut karena bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dianggap telah
menghapus kekangan, tekanan dan prasangka negatif terhadap kaum Tionghoa.

10. B.J Habibie


Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie lahir di
Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan
diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu
1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5
bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa
jabatan terpendek.

Tokoh Indonesia - Bacharuddin Jusuf Habibie

Semasa mudanya Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Blkow-Blohm, sebuah perusahaan


penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. dan mencapai puncak karier sebagai seorang
wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, Habibie kembali ke Indonesia atas
permintaan mantan presiden Suharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan
Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sejak 14 Maret 1998, B.J. Habibie diangkat sebagai Wakil Presiden pada Kabinet Pembangunan
VII di bawah Presiden Soeharto. dan kemudian menggantikan Soeharto sebagai Presiden sejak
tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999. Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau
balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya
kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga : Sejarah Lengkap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan hukum yang kokoh
bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Persaingan Sehat atau UU Anti Monopoli, perubahan
UU Partai Politik dan yang paling penting ialah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU
otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam
dan akhirnya dituntaskan di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU
otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib layaknya Uni Soviet dan
Yugoslavia. selain itu B.J. Habibie dianggap berhasil menerapkan independensi Bank Indonesia
sehingga lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan
perbaikan ekonomi Indonesia.

Setelah tidak menjabat di pemerintahan, B.J. Habibie tetap berusaha membangun indonesia,
misalnya ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai
penasihat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center.

11. Pangeran Diponegoro


Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa pada
kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak dalam
sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utam di hampir
seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana
ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.
Tokoh Indonesia - Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di
Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri
selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden
Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855
pada umur 69 tahun.

12. Raden Ajeng Kartini


Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan nasional
perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak
kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. meskipun RA Kartini
sendiri merupakan seorang perempuan ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan hebatnya,
namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih
Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini
menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang
mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan
didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten
Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Tokoh Indonesia - Raden Adjeng Kartini

Berkat kegigihannya pada 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang,
yang kemudian didirikan pula di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah
lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh
keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang
pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door
Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan
surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Ia
meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. untuk
mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Sekian Artikel mengenai 12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah,
sejati masih banyak lagi tokoh indonesia yang memiliki pengaruh kuat dan layak dimasukkan
dalam daftar ini, namun karena beberapa pertimbangan kami hanya memasukkan 12 Tokoh
Indonesia diatas. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu,
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang biografi tokoh
indonesia, tokoh inspiratif indonesia, biografi tokoh dan tokoh indonesia. Seandainya sobat
menemukan kesalahan baik dari segi penjelasan maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Dipa Nusantara Aidit

Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja dengan gerakan
membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi
Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan
Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah untuk
mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat
dari berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali
oleh tentara Republik Indonesia. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman dan DN. Aidit
melarikan diri ke Vietnam dan Cina. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas
ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di
daerah Purwodadi, Jawa Tengah.

Baca Juga : Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan PKI Madiun

Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara
Indonesia dari ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa
pun dari pihak asing. Dalam kondisi bangsa yang masih begitu sulit kala itu, ternyata Republik
Indonesia sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam
waktu singkat.

2. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam


Indonesia (TII)
DI/TII dibentuk karena banyak pihak yang kecewa dengan kepemimpinan Presiden Soekarno.
Tujuan DI TII sendiri ialah mendirikan negara berbasis Islam dengan pimpinan utamanya
bernama Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk
Aceh dan beberapa daerah lain yang bahkan menyatakan bergabung dengan organisasi tersebut.
Teungku Muhammad Daud Beureu'eh, ulama pemimpin perjuangan DI/TII Aceh

Dalam perkembangannya, DI TII menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh. Untuk melindungi kereta api, Kavaleri Kodam VI
Siliwangi (sekarang Kodam III) mengawal kereta api dengan panzer tak bermesin yang didorong
oleh lokomotif uap D-52 buatan Krupp Jerman Barat. Panzer tersebut berisi prajurit TNI yang
siap tempur dengan senjata mereka. Bila ada pertempuran antara TNI dan DI/TII di depan, maka
kereta api harus berhenti di halte terdekat. Pemberontakan bersenjata yang selama 13 tahun itu
telah menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ribuan ibu-ibu menjadi janda dan ribuan
anak-anak menjadi yatim-piatu. Diperkirakan 13.000 rakyat Sunda, anggota organisasi keamanan
desa (OKD) serta tentara gugur. Anggota DI/TII yang tewas pun tak diketahui pasti jumlahnya.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)

Pemerintah menganggap jika gerakan ini akan membahayakan stabilitas dan kedaulatan negara.
Oleh karenanya, negara pun mengeluarkan perintah untuk menumpas gerakan ini agar tidak
semakin merajalela. Kemudian setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi mati pada
1962, gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dinyatakan
sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia. Uniknya, sosok Kartosoewirjo ini ternyata
adalah sahabat dekat Bung Karno selama masih dalam pengasuhan HOS Tjokroaminoto.

3. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik


Indonesia (PRRI)
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI tercipta sebagai buah dari protes
masyarakat daerah yang merasakan ketidakadilan pemerintah pusat. Daerah kecewa terhadap
pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan
tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah seperti berikut.

Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.

Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri
dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas
ditolak pemerintah pusat. Setelah menerima ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan
memecat secara tidak hormat Ahmad Hussein, Zulkifli Lubis, Dahlan Djambek dan Simbolon
yang memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12 Februari 1958 KSAD A.H.
Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan langsung di
bawah KSAD. Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Dimana Mr. Syafruddin Prawiranegara
diangkat sebagai perdana menterinya.

Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena misi PRRI adalah
membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka didukung oleh banyak pihak
pula. Akhirnya TNI dikerahkan untuk memberantas gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman
dari pergolakan.

4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur. Gerakannya dikenal
dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta dideklarasikan oleh pemimpin sipil
dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan
ini jelas melawan pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk
menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali. Berikut ini
operasi-operasi militer tersebut.

1. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.


2. Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
3. Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai.
4. Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan menumpas
Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
5. Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan menumpas
Permesta di Sulawesi Utara bagian Selatan.
6. Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan menumpas
Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
7. Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat, dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara.

Ternyata Gerakan Permesta mendapat dukungan asing, terbukti dengan ditembak jatuhnya
pesawat militer di atas Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 yang dikemudikan oleh Alan Pope
yang merupakan seorang warga negara Amerika Serikat.

Korps Marinir Indonesia Memerangi gerilyawan Permesta, 1950-1960an


Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan 1
skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut Morotai bersama sama dengan
Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau menentang gagasan itu. karena
khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan
mungkin akan mempunyai alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian.
Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan
dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner, Namun setelah
bantuan Taiwan tercium Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis
yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan.
Meskipun mendapat banyak dukungan dari pihak asing, pemberontakan Permesta dapat
dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.

5. Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya
daerah Aceh lepas dari Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang
diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan
jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh
Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang
bermukim di Swedia dan memiliki kewarganegaraan Swedia.

Untuk lebih lengkapnya silakan baca : Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan di Aceh
(Gerakan Aceh Merdeka)

Secara umum Latar belakang terjadinya Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang paling
jelas adalah Perbedaan budaya antara Aceh dan banyak daerah lain di Indonesia. Disamping itu,
banyak kebijakan sekuler dalam administrasi pada masa Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat
tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde
Baru yang mempromosikan satu "budaya Indonesia". Kemudian lokasi provinsi Aceh yang
terletak di ujung Barat Indonesia menimbulkan anggapan yang meluas di provinsi Aceh bahwa
para pemimpin di Jakarta yang jauh tidak mengerti dan memperhatikan masalah yang dimiliki
Aceh serta tidak bersimpati pada kebutuhan dan adat istiadat di Aceh yang berbeda.

Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas. Deklarasi
GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara diam-diam disebuah kamp
kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian,
teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran
naskah teks proklamasi GAM ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh
polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru
mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.

Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang
merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator ladang gas
Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat itu jumlah pasukan yang
dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada ketidakpuasan cukup besar di
Aceh namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung GAM.
Dalam pengakuan Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung
dengannya dan mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro
sendiri, yang bergabung karena loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara
sisanya bergabung karena faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.

Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi'i, 1999

Memburuknya kondisi keamanan di Aceh menyebabkan tindakan pengamanan keras dilakukan


pada tahun 2001-2002. Pemerintah Megawati pada tahun 2003 juga meluncurkan operasi militer
untuk mengakhiri konflik dengan GAM untuk selamanya dan keadaan darurat diberlakukan di
Provinsi Aceh. Pada November 2003 darurat militer diperpanjang lagi selama 6 bulan karena
GAM belum dapat dihancurkan sepenuhnya. Menurut laporan Human Rights Watch akibat dari
di adakannya darurat militer di Aceh menyebabkan sekitar 100.000 orang mengungsi pada 7
bulan pertama darurat militer dan beberapa pelanggaran HAM.

Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba bencana
Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan segala infrastruktur di
provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung bencana alam terbesar dalam sejarah Indonesia
tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.

Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan di Vantaa,
Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden Finlandia berperan sebagai
fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia
berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia.
Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses
perdamaian kemudia dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM)
yang beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima negara
ASEAN.

Berdasarkan perjanjian maka terciptalah kesepakatan bahwa dilakukannya pelucutan senjata


GAM dan Aceh akan menerima otonomi khusus di bawah Republik Indonesia kemudian tentara
non-organik (misal tentara beretnis non-Aceh) akan ditarik dari provinsi Aceh (hanya
menyisakan 25.000 tentara non-Aceh). Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Uni Eropa
menerjunkan 300 pemantau yang tergabung dalam Misi Pemantau Aceh (Aceh Monitoring
Mission). Misi mereka selesai pada tanggal 15 Desember 2006, setelah suksesnya pemilihan
daerah gubernur Aceh yang pertama.

6. Pemberontakan Gerakan Separatis Tragedi Nasional G


30 S/PKI Tahun 1965
PKI yang sempat ditumpas pada tahun 1948, perlahan kembali tumbuh subur dan makin
menyebar keberadaannya. Hal ini membuat mereka pun makin jumawa dan akhirnya jadi sebuah
organisasi besar. Tujuan mereka pun sama seperti PKI tahun 1948 yakni membangun negara
komunis di Indonesia.

Gerakan G30SPKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari.
Insiden G30SPKI masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya
dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan
otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan
untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.

Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan penculikan terhadap
Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat). Tiga Jenderal yaitu: MT Haryono, Ahmad
Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat. Sedangkan Tiga Jenderal lainnya seperti Sutoyo
Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para pemberontak dalam kondisi hidup.

Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam dan akhirnya
melakukan serangan balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI dipimpin Soeharto dan berhasil
membuat PKI hanya tinggal sejarah saja.
7. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965
yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan
Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini
dipanggil dengan nama Irian Jaya.

OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain
maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969
merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda
menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang
merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.

Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth Jafeth
Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan memproklamasikan
berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini berumur pendek karena segera ditumpas
oleh militer Indonesia dibawah perintah Presiden Soeharto.

Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut adalah untuk
menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan wilayah
tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan
ASEAN.

Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka hanyalah
omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk mendapat kekuasaan serta
dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi emas yang dimiliki papua,
lihat saja timor leste yang memisahkan diri dari indonesia, jadi apa mereka sekarang ? tidak lebih
dari dimanfaatkan australia semata.

8. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April
1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia
masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap
sebagai pemberontakan dan harus segera ditumpas. Pulau-pulau terbesar yang menjadi basis
RMS adalah Pulau Seram, Ambon, dan Buru. Di Ambon RMS dikalahkan oleh militer Indonesia
pada November 1950, tetapi konflik di Pulau Seram masih berlanjut sampai Desember 1963.
Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, Setelah RMS
mengalami kekalahan di indonesia kemudian RMS mendirikan pemerintahan dalam pengasingan
di Belanda.
Lambang Republik Maluku Selatan

Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial,
Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan
para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar terkendali. Keadaan ini membuat
pemerintahan Sukarno tidak bisa berpangku tangan menyaksikan semua aktivitas rakyat Maluku,
sehingga dikeluarkanlah perintah untuk menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya,
sehingga pada akhirnya dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai
Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS.

Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS, Namun di tahun 1978 terjadi peristiwa
Wassenaar, dimana beberapa elemen pemerintahan RMS melakukan serangan terhadap
Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh Press di
Belanda dikatakanlah peristiwa itu sebagai teror yang dilakukan para aktifis RMS di Belanda.
Ada yang berpendapat serangan ini disebabkan karena pemerintah Belanda menarik dukungan
mereka terhadap RMS. Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini dilakukan karena
pendukung RMS frustasi, karena Belanda tidak dengan sepenuh hati memberikan dukungan
kepada RMS.

Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun 1978
kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda di Assen-Wassenaar.
Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS,
seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku Selatan yang dipercaya merupakan nama lain
(atau setidaknya sekutu dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah
kereta api dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.

Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai
kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan
mengatas-namakan rakyat Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas
tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang tidak
ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.

Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden
Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Mereka menari tarian Cakalele
seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari
upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini,
namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar
dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi. Sebagian yang
mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat.

Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan Belanda
berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang hari bolong dalam
peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad
yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap Jakarta menguat.

Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan melemahnya keingingan memperjuangkan
RMS ditambah tidak adanya donatur atau negara asing yang menyuplai pendanaannya, kini
hubungan RMS dengan Maluku hanya menyangkut soal sosial ekonomi.

Bersyukur deretan kejadian di atas dapat ditumpas pada masanya. Jika tidak, mungkin keadaan
negara ini sekarang benar-benar berbeda. Harapannya, jangan sampai ada lagi hal-hal semacam
ini di masa depan. Sudah cukup republik ini menderita selama ratusan tahun akibat penjajahan
serta deretan pemberontakan. Bagi kita yang hidup di era sekarang, jangan mudah terpecah dan
terkena provokasi yang bertujuan untuk menggoyahkan stabilitas negara. Percayalah jika negara
sudah melakukan yang terbaik. Alih-alih protes, mari kita bersama-sama membantu pemerintah
untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik lagi.
Sekian Artikel mengenai 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan,
semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang Berbagai Pemberontakan di Indonesia,
Pemberontakan DI TII, PKI Madiun dan pemberontakan rms. Seandainya sobat menemukan
kesalahan baik dari segi penjelasan maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

PAHLAEWAN PAHLAWAN INDONESIA


Pahlawan Nasional - Pada 10 November mendatang, bangsa Indonesia kembali memperingati
Hari Pahlawan. Momentum ini tepat untuk mengingat kembali sosok-sosok pimpinan gerakan
perjuangan demi kemerdekaan bangsa, dimana berkat mereka akhirnya kemerdekaan indonesia
dapat diraih meskipun harus mengorbankan keringat dan darah.

Sehingga kemerdekaan dari tangan para penjajah, Belanda dan Jepang ini sendiri tak lepas dari
perjuangan para pahlawan bangsa. Cerita kepahlawanan mereka pun masih dikenang hingga
saat ini. Oleh karenanya dalam rangka turut mengenang para pahlwan pahlawan nasional bangsa,
kali ini akan kami sajikan 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah
Indonesia.

12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh


Dalam Sejarah Indonesia
1. Sukarno
Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Ir. Soekarno

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno juga dikenal
sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang menamainya Pancasila. Tidak
hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang menguasai
delapan bahasa. Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa
menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada
umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan
pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari
Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun
Soekarno menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria
kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Mohammad Hatta

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan
Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi
ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.

Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Ia
meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun. Setelah wafat, Pemerintah
memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama
dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan
Nasional.

3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam
sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang
pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Jenderal Soedirman

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19 Desember 1948,
Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Soedirman, beserta
sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan
memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di Pulau
Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Soeharto.

Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis
tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal
di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.

4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa pada
kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak dalam
sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utam di hampir
seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana
ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.

Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di
Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri
selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden
Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855
pada umur 69 tahun.

5. Hasyim Asy'ari
Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyarie adalah salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini merupakan
organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin
ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyarie

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga
pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di
berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Wonokoyo di
Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren
Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh
Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ahmad Amin Al-
Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal,
Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu
Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada tahun
1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang
berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10
April 1875. Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun
dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.

6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu
Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan puteri dari
H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.

Kyai Haji Ahmad Dahlan (muhammadiyah.or.id)

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan pembaharu dalam
Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha. Ketika pulang
kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada
tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat
berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.

Baca Juga : 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah di


kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di
bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan
beramal sesuai tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali
hidup menurut tuntunan al-Quran dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan telah menetapkan
bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang
pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, dari
keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan, fitnahan dan hasutan datang
bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru yang melanggar
agama Islam. Ada yang mengecapnya sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam tuduhan lain. Karena
saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang
merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ki Hajar Dewantara

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia. Bahkan, hari
kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959
pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh
Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

8. Bung Tomo
Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan
semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA yang
berakhir dengan pertempuran 10 November 1945. Padat pertempuran tersebut Pejuang sekaligus
tokoh jurnalis asal Surabaya ini berhasil mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan
semboyan "Merdeka atau Mati" dalam pertempuran besar melawan pasukan penjajah di
Surabaya. Dimana peristiwa tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Bung Tomo

Sutomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. ia meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7
Oktober 1981 pada umur 61 tahun, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan
tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah
Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam
Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang dalam
perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando Pattimura, sejumlah
kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu menghadapi penjajah pada tahun 1817.

Kapitan Pattimura

Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun rakyat biasa. Dalam
perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore,
raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi
Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana
Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk melawan Pattimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di laut dan di darat
dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Anthoni Rebhok,
Melchior Kesaulya, Ulupaha dan Philip Latumahina. Pertempuran yang menghancurkan pasukan
Belanda tercatat salah satunya seperti perebutan benteng Belanda Duurstede dan pertempuran di
pantai Waisisil. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan tipu muslihat dan politik adu
domba belanda. Pattimura dan para tokoh pejuang akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon
pada 16 Desember 1817.

Thomas Matulessy / Pattimura lahir di pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783. Ia meninggal di
Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Kini namanya pun dikenang sebagai
pahlawan nasional, dan dijadikan nama jalan, stadion dan universitas

10. Imam Bonjol


Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama yang berasal dari
Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat,
Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu Malin Basa, Peto Syarif dan Tuanku Imam. yang
akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol

Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di Sumatera
Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil membuat penjajah kesulitan
menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober 1837 Pihak belanda mengundang Tuanku Imam
Bonjol ke Palupuh untuk berunding. Namun setibanya di tempat perundingan Imam Bonjol
langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan
akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan perlawanan Imam
Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk museum dan Monumen Imam Bonjol yang
berlokasi di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, pada
tahun 1772. Ia meninggal dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6
November 1864. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional serta hadir dan
disematkan di berbagai ruang publik bangsa sebagai nama jalan, nama universitas, nama stadion,
bahkan pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001..

11. Kartini
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan nasional
perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak
kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. meskipun RA Kartini
sendiri merupakan seorang perempuan ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Raden Adjeng Kartini

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan hebatnya,
namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih
Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini
menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang
mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan
didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten
Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di
Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan
daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan
oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang
pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door
Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan
surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Ia
meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. untuk
mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

12. Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien / Tjut Njak Dhien merupakan salah seorang pahlawan nasional perempuan dari
Aceh. Dia ikut memimpin perlawanan rakyat terhadap Belanda pada masa Perang Aceh, Setelah
wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga (suami
pertama) berjuang melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni
1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan
Belanda.

Cut Nyak Dhien

Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda melamar Cut
Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar
mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengan Teuku
Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku
Umar berjuang bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari
1899 saat menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok Meulaboh bersama
pasukan kecilnya.

Baca Juga : Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan di Aceh (Gerakan Aceh Merdeka)
Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit rabun dan encok, sehingga karena iba
(kasihan) salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya. Ia
akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh oleh belanda. Di sana ia dirawat dan penyakitnya
perlahan membaik. Namun, keberadaannya mengakibatkan bertambahnya semangat perlawanan
rakyat Aceh terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum
tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang.

Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di Sumedang, Jawa Barat, 6 November
1908 pada umur 5960 tahun dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Kini namanya pun
dikenang sebagai pahlawan nasional, dan diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien
Nagan Raya di Meulaboh.

Sekian Artikel mengenai 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah &
Kemerdekaan Indonesia, sejati masih banyak lagi pahlawan nasional yang layak dimasukkan
dalam daftar ini, namun karena beberapa pertimbangan kami hanya memasukkan 12 pahlawan
nasional diatas. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu,
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang pahlawan nasional,
gambar pahlawan nasional, pahlawan indonesia, nama nama pahlawan dan pahlawan
kemerdekaan. Seandainya sobat menemukan kesalahan baik dari segi penjelasan maupun
penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan kebaikan bersama.
Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

LANDASAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


Hubungan Internasional adalah hubungan antarnegara dalam berbagai aspek yang dilakukan
suatu negara untuk mencapai kepentingan negara tersebut. Hubungan Internasional juga disebut
sebagai sebuah kebijakan publik yang dapat bersifat positif atau normatif, karena berusaha
menganalisis dan merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.

Sejak merdeka, dalam menjalankan hubungan internasional, indonesia memegang prinsip pada
kebijakan luar negeri "bebas dan aktif" dengan mencoba mengambil peran dalam berbagai
masalah regional sesuai porsinya dan selalu berusaha menghindari keterlibatan dalam konflik di
antara kekuatan-kekuatan besar dunia.
3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia

Dalam menjalankan Hubungan Internasional, Indonesia memiliki 3 Landasan Hubungan


Internasional yang selalu dijadikan acuan. 3 Landasan Hubungan Internasional tersebut
adalah:

1. Landasan Idiil : Pancasila (Sila II)


2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 (Pembukaan alinea I dan IV)
3. Landasan Operasional : GBHN

1. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa, dalam hal ini
landasan Idiil Indonesia adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan internasional indonesia
adalah Pancasila sila kedua, yaitu "kemanusiaan yang adil dan beradab", yang mengandung
makna bahwa bangsa Indonesia menganggap dirinya sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Oleh karena itu, bangsa indonesia harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa lain (bekerjasama dengan sesama manusia).

2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan
tentang ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu negara. Landasan Konstitusional hubungan
internasional indonesia adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).

Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Baca Juga : Pengertian, Sejarah, Latarbelakang & Tujuan Gerakan Non Blok

Pembukaan UUD 1945 alenia 4 " ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:

1. Presiden mengangkat duta dan konsul.


2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat


perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

3. Landasan Operasional
Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh dari
kehidupan nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan operasional hubungan
internasional indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut GBHN
(TAP MPR RI No. IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia adalah
perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan pro aktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri
3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.
4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.

Sebuah hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan (konsuler atau
diplomatik) yang bersifat bilateral. Dalam hubungan internasional terdapat aktor yang
melakukan hubungan internasional, aktor pelaku hubungan internasional disebut sebagai subjek
hukum internasional. Subjek hukum internasional ialah orang atau lembaga/badan yang dianggap
mampu melakukan perbuatan atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum internasional dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum internasional atas perbuatannya tersebut. Hukum
internasional pada dasarnya dijalankan oleh subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan
hanya aktor tetapi juga non negara. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas
aktif, Indonesia memiliki kebijakan tersendiri yang mengatur hubungan internasional.

Sekian Artikel mengenai 3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia. semoga artikel ini
dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk
sekedar menambah wawasan tentang hubungan internasional, pengertian hubungan internasional
dan asas hubungan internasional. Seandainya sobat menemukan kesalahan baik dari segi
penjelasan maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan
kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

KERJA SAMA REGIONAL


Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar kelompok atau antar
organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati
bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama.

Kerjasama Regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang
biasanya berada dalam suatu kawasan tertentu atau wilayah yang berdekatan. Ada beberapa
organisasi kerjasama yang tersebar di berbagai kawasan di seluruh dunia. Di kawasan Asia
Tenggara ada Asean, Afta dan Apec, Di kawasan Asia Selatan ada Saarc. kemudian di kawasan
Asia terdapat ADB dan di kawasan eropa terdapat EFTA dan EU. Masing-masing kerjasama
regional tersebut memiliki tujuan nya masing-masing. Biasanya bentuk kerja regional
diwujudkan dengan penetapan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
Contoh kebijakan hasil kerjasama regional adalah:

1. Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat posisi tawar-
menawar negara anggota dalam menghadapi negara yang lebih maju.
2. Melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam menghadapi persaingan dari
luar kawasan.
3. Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif bea masuk
terhadap barang yang berasal dari sesama negara anggota untuk meningkatkan skala
pasar internasional.

Indonesia sendiri sebagai bagian dari negara-negara dunia selalu aktif dan tidak dapat
menghindari kerjasama regional dengan negara lain, terutama negara dalam satu kawasan. Ada
beberapa alasan mengapa Indonesia wajib menjalin kerja sama regional dengan negara lain,
diantaranya adalah:

1. Untuk memasarkan produksi dari dalam negeri ke negara lain (ekspor).


2. Tidak semua kebutuhan konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi sendiri
3. Untuk menjaga stabilitas kawasan, meningkatkan hubungan ekonomi.
4. Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia perlu menjalin persahabatan dengan
negara lain.

Contoh Kerjasama Regional


Berikut ini adalah beberapa contoh kerjasama regional yang ada diseluruh dunia:

EU / Uni Eropa (European Union)


Uni Eropa (European Union) adalah organisasi antar pemerintahan dengan anggota negara-
negara Eropa. Uni eropa bukanlah suatu negara federal atau organisasi internasional dalam
pengertian tradisional, akan tetapi merupakan suatu badan otonom di antara keduanya. Negara-
negara anggota UE tetap menjadi negara yang independen dan berdaulat, tetapi mereka
menggabungkan kedaulatan mereka dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh dan kekuatan
kolektif yang lebih besar. Uni Eropa merupakan salah satu contoh kerjasama regional di kawasan
eropa dimana manfaat dari keberadaanya sangat dirasakan oleh masyarakat eropa.

Pada tahun 2002, Uni Eropa mengeluarkan mata uang tunggal Uni Eropa, yakni Euro yang
digunakan bersama oleh negara-negara Uni Eropa. Saat ini jumlah anggota UE mencapai 27
negara. Misi UE pun tidak hanya sebatas kerja sama ekonomi lagi, namun berkembang sebagai
berikut ini.

1. pemersatu bagi negara-negara benua Eropa


2. memastikan keselamatan hidup warganya
3. menjaga perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas bagi warga negara anggota
4. menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial
5. menghadapi tantangan globalisasi dan menjaga keberagaman masyarakat Eropa
6. menjaga nilai-nilai masyarakat Eropa semacam pembangunan terpadu, kepedulian
lingkungan, HAM, dan masyarakat sosial ekonomi.

Apec (Asia Pasific Economic Cooperation)


APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Kerjasama Ekonomi APEC adalah forum
kerjasama ekonomi yang terbuka, informal, tidak mengikat, dibentuk di Canberra November
1989. Salah satu bentuk kerjasama dalam APEC adalah Kerjasama Ekonomi dan Teknik
(ECOTECH), Kerjasama tersebut memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk
meningkatkan pelatihan dan pendidikan dalam perdagangan internasional.

Baca Juga : 3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia

Secara historis terbentuknya Forum APEC lebih dilihat sebagai upaya untuk mengatasi
kebuntuan yang melanda perundingan-perundingan Perjanjian Umum tentang Tarif dan
Perdagangan (GATT) atau Putaran Uruguay, di Jenewa, Swiss. Sejatinya APEC sendiri
mencakup negara-negara dari beberapa belahan benua, yakni negara-negara ASEAN, Amerika
Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Meksiko, Papua Nugini, Korea Selatan, Jepang,
China, Hongkong, Taiwan, dan Cile. meskipun begitu kerjasama ini tetap diutamakan untuk
negara-negara asia pasifik.

Asean (Association of Southeast Asian Nations)


Asean (Association of Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara (Perbara). Organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama regional negara-negara
di Asia Tenggara. Asean beranggotakan negara-negara Asia Tenggara seperti : Indonesia, Brunei
Darusalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam.

Logo Asean
Tujuan ASEAN adalah menyelenggarakan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang meliputi hal-hal berikut.

1. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.


2. Mengadakan pembahasan bersama mengenai permasalahan yang terjadi di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya dan Asia pada umumnya.
3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.
4. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, administrasi, dan IPTEK.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam
industri pertanian.
6. Mendirikan industri dan memperluas perdagangan, termasuk perdagangan internasional.
7. Menyediakan bantuan fasilitas untuk latihan dan penelitian bagi negara anggota ASEAN.
8. Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional lainnya.

NAFTA (North America Free Trade Area)


Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dibentuk pada tanggal 12 Agustus 1992.
Negara yang menjadi anggota NAFTA adalah Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Negara-
negara tersebut sepakat untuk membentuk kawasan perdagangan bebas bersama. Namun
NAFTA mulai aktif pada tahun 1994. dimana tujuan pembentukan NAFTA sendiri adalah
sebagai berikut:

1. Mengatur impor dan produksi sesama anggota.


2. Meningkatkan kegiatan ekonomi di antara negara anggota.
3. Menetapkan standar produk atas barang-barang yang diperdagangkan.
4. Melindungi konsumen dengan mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan, dan
keserasian lingkungan hidup.

Baca Juga : Kerjasama Internasional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

AFTA (Asean Free Trade Area)


Adalah kesepakatan perdagangan bebas antara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) untuk pertama kalinya dicetuskan pada KTT
ASEAN ke-4 di Singapura pada tanggal 27-28 Januari 1992. AFTA secara resmi dimulai pada
tanggal 1 Januari 1993. AFTA beranggotakan 7 negara anggota ASEAN. Dengan AFTA
diharapkan negara anggota dapat meningkatkan penghasilan ekspornya. Karena tujuan dari
pembentukan AFTA sendiri adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.


2. Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antar anggota ASEAN.
3. Meningkatkan investasi dari luar negara anggota ASEAN.
4. Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan ASEAN.
Sekian Artikel mengenai Kerjasama Regional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan.
semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang kerjasama regional indoneisa, kerjasama
bilateral, contoh kerjasama bilateral dan contoh kerjasama regional. Seandainya sobat
menemukan kesalahan baik dari segi penjelasan maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

KERJA SAMA INTERNASIONAL


Negara tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan atau kerja sama dengan negara
lain. Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama di bidang ekonomi, politik,
pertahanan, pendidikan, kebudayaan, sosial, keamanan, dan sebagainya. Kerja sama sendiri dapat
diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar kelompok atau antar
organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati
bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama.
selanjutnya apa itu kerja sama internasional ?

Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang
tidak dibatasi oleh letak negara atau memiliki lingkup seluruh dunia, kerjasama internasional
biasanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan seluruh negara-negara di dunia.

Hubungan kerjasama internasional dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi
keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, di samping demi terciptanya
perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan harapan seluruh manusia dan negara di
dunia. Setiap negara sudah pasti memiliki kelebihan, kekurangan dan kepentingan nya masing-
masing. Hal-hal inilah yang mendorong dilaksanakannya kerjasama internasional.

Tujuan dan Fungsi Kerjasama Internasional


Kerjasama internasional didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan,
Dalam menjalin sebuah kerjasama internasional biasanya memiliki tujuan dan fungsi sebagai
berikut
Tujuan Kerjasama Internasional

1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi dengan
para negara yang menjalin kerjasama.
2. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan para negara yang menjalin kerjasama.
3. Menciptakan saling pengertian antar negara dalam membina dan menegakkan
perdamaian dunia.

Fungsi kerja sama internasioanl

1. Saling menguntungkan kedua belah pihak dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi.


2. Meningkatkan penerapan iptek serta menanggulangi hal-hal yang dapat merusak budaya.
3. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan.
4. Mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
5. Terjalin rasa saling menghargai dan menghormati ideology masing-masing.

Contoh Kerjasama Internasional


Ada beberapa organisasi kerjasama internasional yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya
adalah WTO, ILO, World Bank dan IMF.

WTO (World Trade Organization / Organisasi Perdagangan Dunia)


WTO / organisasi perdagangan dunia adalah organisasi intenasioanl yang bertujuan untuk
meningkatkan perdagangan internasional dengan cara membatasi atau manghapus peraturan
yang bersifat menghambat kelancaran pertukaran barang-barang internasional, dan berusaha
untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan cara meliberalisasikan perdagangan
internasional. WTO didirikan pada 1 Januari 1995 sebagai pengganti dari persetujuan GATT,
GATT sendiri merupakan persetujuan setelah Perang Dunia II untuk menghapuskan hambatan
perdagangan internasional.

WTO memiliki prinsip yaitu Non diskriminasi, liberasi perdagangan, stabilitas hubungan
perdagangan di mana mekanisme WTO dibangun untuk mendiskusikan dan memecahkan
masalah perdagangan antar Negara. Organisasi WTO bermarkas di Jenewa, Swiss. dimana pada
Juli 2008 telah memiliki 153 negara anggota (mayoritas negara di dunia menjadi anggota
organisasi ini).

Baca Juga : Kerjasama Regional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

ILO (International Labour Organisation / Organisasi Buruh Internasional)


ILO / Organisasi Buruh Internasional adalah sebuah wadah yang menampung isu buruh
internasional di bawah PBB. ILO didirikan pada 11 April 1919 sebagai bagian Persetujuan
Versailles setelah Perang Dunia I. Organisasi ini menjadi bagian PBB setelah pembubaran LBB
dan pembentukan PBB pada akhir Perang Dunia II. ILO memiliki tujuan untuk mewujudkan
perdamaian melalui keadilan sosial, perbaikan nasib buruh, stabilitas ekonomi, sosial dan
menyusun hukum perburuhan. sejak tanggal 11 Juni 1950 Indonesia resmi menjadi anggota ILO.
World Bank / IBRD / Bank Dunia
Bank Dunia / IBRD adalah sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman
kepada negara anggota untuk program pemberian modal. Bank Dunia / IBRD didirikan pada
tanggal 27 Desember 1945 dengan tujuan untuk membantu pembiayaan usaha-usaha
pembangunan dan perkembangan negara-negara anggotanya dengan memudahkan penanaman
modal untuk tujuan yang produktif. Jadi Bank Dunia bekerja untuk mengatasi masalah investasi
di dunia.

Logo Bank Dunia

Markas Bank Dunia berada di Washington, DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan struktural
Bank Dunia termasuk salah satu dari badan PBB, namun secara operasional sangat berbeda dari
badan-badan PBB lainnya.

IMF (International Monetary Fund / Dana Moneter Internasional)


IMF adalah organisasi internasional yang beranggotakan 189 negara yang bertujuan memperkuat
kestabilan keuangan, mempererat kerja sama moneter global, memperluas perdagangan dan
investasi dunia, memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,
dan mengatasi kemiskinan di seluruh dunia.

Organisasi IMF bermarkas di Washington, D.C. IMF dibentuk pada tahun 1944 dalam
Konferensi Bretton Woods, kemudian diresmikan tahun 1945 dengan 29 negara anggota. IMF
sejak awal bertujuan menata ulang sistem pembayaran internasional. Negara anggota
menyumbangkan dana cadangan menggunakan sistem kuota. Dana cadangan ini kemudian bisa
dipinjam oleh negara anggota yang mendapat kesulitan dalam neraca pembayarannya. Hingga
2010, dana cadangan IMF mencapai US$755,7 miliar. Pada negara-negara yang akan meminjam
uang, IMF dan Bank Dunia biasanya menerapkan syarat-syarat tertentu karena pada dasarnya
IMF menganut paham neoliberalisme yaitu untuk mendukung pasar bebas.
Bentuk Kerjasama Internasional
Berdasarkan bentuknya, kerja sama internasional dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu sebagai
berikut :
1. Kerja sama bilateral
Kerjasama bilateral adalah bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antar dua Negara.
Kerjasama ini terjadi karena kedua Negara saling mendapat keuntungan atau kedua Negara
memiliki hubungan yang sangat baik. Sebagai contohnya, Hubungan antara Indonesia dengan
Jepang terkait perdagangan dan Hubungan Indonesia dengan Arab Saudi terkait ibadah haji.

2. Kerja sama regional


Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu
kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan bersama
baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh kerja sama regional antara lain
ASEAN dan Liga Arab.

Baca Juga : 12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

3. Kerja sama multilateral


Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama yang biasanya dilakukan lebih dari dua Negara.
Kerjasama jenis ini bisa dalam satu wilayah, atau bisa dalam beda wilayah. Misalnya adalah
hubungan kerjasama yang berada dalam beda wilayah yaitu OPEC. dan hubungan kerjasama
yang berada dalam satu wilayah yaitu ASEAN, MEE, NAFTA.

4. Kerja sama internasional


Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia (mayoritas
negara didunia tergabung dalam kerjasama ini). Sedangkan bentuk kerja sama nya dapat terjalin
pada beberapa bidang, seperti :

Kerja sama dibidang ekonomi, contohnya IMF, FAO, IBRD, UNCTAD.


Kerja sama dibidang pertahanan, contohnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.
Kerja sama dibidang kebudayaan, contohnya pendidikan, IPTEK.
Kerja sama dibidang sosial, contohnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

Manfaat Indonesia dalam menjalin kerjasama internasional


Banyak manfaat yang dirasakan indonesia dalam menjalin kerjasama internasional, salah satunya
adalah sebagai berikut:

Mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan menjaga keselamatan Negara.


Meningkatkan perdamaian Internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia
dapat membangun dan meningkatkan kemakmuran rakyat.
Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran rakyat apabila barang tersebut belum bisa diproduksi di dalam Negeri.
Turut meningkatkan kemakmuran seluruh negara di dunia, hal tersebut sebagai
pelaksanaan cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila sebagai dasar falsafah Negara
Indoneisa.
Dapat menjelaskan dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang modus
operandinya memiliki kesamaan antar satu negara dengan negara lain.
Lebih cepat dalam mengatasi ketertinggalan dalam beberapa bidang, karena dapat
menjalin kerja sama dengan Negara maju.
Dapat menambah fasilitas untuk memperluas jaringan dan peningkatan pemanfaatan
Sister City antara kota-kota dan propinsi di Indonesia dengan kota-kota dan
propinsi/distrik di mancanegara yang sudah berkembang dan maju.

Sekian Artikel mengenai Kerjasama Internasional Indoneisa, Lengkap Contoh dan


Pembahasan. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu,
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang kerjasama international,
kerjasama ekonomi internasional, manfaat hubungan internasional dan manfaat kerjasama
internasional. Seandainya sobat menemukan kesalahan baik dari segi penjelasan maupun
penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan kebaikan bersama.
Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

PERANAN INDONESIA DALAM PBB


Dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini, Indonesia menganut asas
politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, bebas artinya bahwa Indonesia tidak akan
memihak pada suatu blok atau kekuatan tertentu yang ada di dunia. Sedangkan aktif berarti
bahwa Indonesia akan selalu turut serta dalam upaya memelihara perdamaian dunia serta ikut
berpartisipasi dalam meredakan ketegangan internasional. Hal tersebut semata-mata diwujudkan
untuk kepentingan nasional, terutama bagi kepentingan pembangunan di segala bidang.

Dan pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tersebut, maka indonesia
bergabung dan berperan aktif ke dalam berbagai forum dunia, salah satu nya Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa, namun sebelum membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa atau biasa disebut PBB, terlebih dahulu sobat perlu mengetahui apa itu Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan bagaimana latar belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa, yuk langsung saja
kita simak ulasannya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Latar Belakangnya


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau dalam bahasa inggris disebut United Nations (UN)
adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong
kerjasama internasional.

Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (19141918). Pada 8 Januari
1918, Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan membentuk Liga Bangsa-
Bangsa (LBB) atau League of Nation. Usulan Woodrow Wilson tertuang dalam 14 pasal
(Wilsons Fourteen Points). Sehingga pada 10 Juni 1920, terbentuklah LBB di Versailles,
Prancis. Adapun markas besarnya berada di Jenewa, Swiss.

Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya dengan cara
melucuti senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui keamanan kolektif,
menyelesaikan permasalahan antara negara-negara melalui diplomasi dan negosiasi, serta
memperbaiki kesejahteraan hidup global. Sayangnya peranan LBB sebagai lembaga pemelihara
perdamaian dunia, tidak dapat terlaksana dengan baik.

Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap

Meskipun LBB dapat dikatakan gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha untuk
mencapai perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden Amerika Serikat
Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchill. Mereka
mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas Pantai New Foundland,
Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik (Atlantic
Charter) dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:

1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang


2. Hak untuk menentukan nasib sendiri
3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat bersangkutan
4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris
5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial
6. Pengurangan rintangan perdagangan
7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran
8. Menciptakan kebebasan di laut lepas

Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow, Rusia (1943),


Dumbarton Oaks, Amerika Serikat (1944), dan Yalta, Ukraina (1945). Pada pertemuan di
Dumbarton Oaks, Washington, diikuti oleh Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris dan Cina.
Hasil pertemuan tersebut menyetujui dibentuknya organisasi United Nations Organization atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April26 Juni 1945) dihasilkan Piagam
Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam PBB.
Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang. Akhirnya, secara
resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.

12 Peran Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB)
Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap memiliki peranan yang cukup penting selama
keanggotaannya dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Berikut 12 Peranan Indonesia Dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam rangka menjaga perdamaian dunia


1. Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang
menghasilkan Dasasila Bandung

2. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan SEANWFZ

3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN dan
Gerakan Non Blok

4. Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi perdamaian dunia seperti
pengiriman kontingen Indonesia ke Lebanon Selatan, menyumbang lebih dari 1.000 personel
pasukan yang tersebar di berbagai negara di dunia, serta pengiriman beberapa kontingen pasukan
Garuda di beberapa wilayan negara-negara di dunia, misalnya

Mengirimkan Pasukan Garuda I (1957) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB


untuk menyelesaikan Perang Arab-Israel
Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III (1960) sebagai pasukan pemelihara perdamaian
PBB untuk menyelesaikan perang saudara di Kongo
Mengirimkan Pasukan Garuda XIV (1993) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB
di Bosnia
Mengirim Pasukan Garuda XXVI-C2 (2010) sebagai pasukan pemelihara perdamaian
PBB di Lebanon Selatan

Sebagai pemimpin serta anggota tetap dibeberapa organisasi PBB


5. Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk menjadi
presiden di Majelis Umum PBB.

6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu periode tahun
1974 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.

Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan


7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2 kali
ditunjuk sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali sebagai wakil
presiden dari Dewan tersebut.

8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia PBB dan
satu kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode tahun 2009-2010.

Memberikan Bantuan kemanusiaan di berbagai negara


9. Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO yang ditujukan
untuk Ethiopia yang waktu itu dilanda bencana kelaparan.

10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung para
pengungsi yang berasal dari Vietnam di pulau Galang

Membantu penyelesaian konflik diberbagai negara


11. Pada Tahun 1989, Sebagai anggota PBB Indonesia berhasil membantu menyelesaikan
konflik yang terjadi di kamboja

12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian konflik yang
terjadi antara Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang menguasai Mindanau
Selatan

Meskipun indonesia memiliki banyak peranan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), namun
indonuseia juga pernah keluar dari keanggotaan PBB. Hal tersebut terjadi pada tahun 1965 saat
indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno, keluarnya indonesia dari PBB didasari atas
diterimanya malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan, karena pada saat itu
indonesia menganggap malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris.

Sekian Artikel mengenai 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),


semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang peran indonesia dalam pbb, kontribusi
indonesia dalam pbb, sejarah pbb dan latar belakang pbb. Akhir kata, Terimakasih atas
kunjungannya.

SEJARAH BANGSA INDONESIA Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan
sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia seringkali memakai
versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa
ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-
perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai
forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh
seluruh warga Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Sejarah,
Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia agar kita semua makin mengetahui dan mencintai
bahasa indonesia. Mari langsung saja kita awali pembahasannya dari sejarah bahasa indonesia.

Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang
bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang dipakai sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad
awal penanggalan modern.

Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera,
menandakan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari pesisir tenggara
Pulau Sumatera berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur
perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari
Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek
Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan
terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa
Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar serta bahasa Melayu Pasar
yang kolokial dan tidak baku.

Karena perkembangan bahasa melayu dikalangan rakyat indonesia (pribumi) yang cukup baik,
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda akhirnya menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dimanfaatkan untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan
bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan merujuk pada bahasa Melayu
Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) beberapa sarjana Belanda mulai terlibat dalam
standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun digalakkan di sekolah-sekolah dan didukung
dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Dari promosi bahasa melayu yang
dilakukan Belanda, maka secara perlahan terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang sedikit
demi sedikit mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada
tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada
tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson.

Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan
penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun
1917 Commissie voor de Volkslectuur diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam,
penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.

Pada tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya
di sidang Volksraad. Hal ini merupakan kali pertama dalam sidang Volksraad, seseorang
berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Indonesia negara sejuta budaya


Bahasa Indonesia diakui secara resmi sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa nasional di
indonesia atas usulan Muhammad Yamin, seorang sastrawan, politikus, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan:

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan
Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayu lah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan"

Baca Juga : 12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia diakui
secara Yuridis. Namun secara Sosiologis kita dapat mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi
di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia." Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus
1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

Ada 4 faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa halus dan bahasa kasar).
3. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
4. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh


sastrawan Minangkabau, seperti Chairil Anwar, Abdul Muis, Marah Rusli, Idrus, Sutan Takdir
Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, Roestam Effendi dan Hamka. Sastrawan tersebut banyak
mengisi dan menambah perbendaharaan kata, morfologi, maupun sintaksis bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun
2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan
kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX
Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan
membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam maupun luar negeri.

Fungsi Bahasa Indonesia


1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku:

Sebagai pemersatu : digunakan dalam hubungan sosial antar manusia.


Sebagai penanda kepribadian : dapat mengungkapkan jati diri dan juga perasaan.
Menambah wibawa : berfungsi untuk menjaga komunikasi yang santun.
Sebagai kerangka acuan : memiliki tindak tutur yang terkontrol.

2. Secara umum sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis.


Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai
berikut:

Fungsi informasi : untuk mengungkapkan perasaan.


Fungsi adaptasi dan integrasi : terkait hubungannya dengan sosial.
Fungsi ekspresi diri : mendapatkan perlakuan terhadap sesama anggota masyarakat.
Fungsi kontrol sosial : berfungsi untuk mengatur tingkah laku.

3. Sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan


Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan:

Fungsi instrumental : guna memperoleh sesuatu.


Fungsi regulatoris : agar dapat mengendalikan perilaku orang lain.
Fungsi intraksional : agar dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
Fungsi personal : agar dapat berinteraksi dengan orang lain.
Fungsi heuristik : agar dapat menemukan dan belajar sesuatu.
Fungsi imajinatif : agar dapat menciptakan dunia imajinasi.
Fungsi representasional : agar dapat menyampaikan informasi.

Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Sebagai Bahasa Resmi/Negara
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi / bahasa negara memiliki dasar yuridis
konstitusional, yaitu pada Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:

Bahasa resmi negara


Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

Baca Juga : Keberagaman Bangsa Indonesia


2. Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu
tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.

Lambang jati diri (identitas).


Lambang kebanggaan bangsa.
Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-
budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.

Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda membangun badan penerbit buku bacaan yang
kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau Taman Bacaan
Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit tersebut
menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya, buku penuntun bercocok
tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo memakai bahasa Indonesia di dalam pidatonya.
Hal ini merupakan pertamakalinya di sidang Volksraad, terdapat seseorang yang
berpidato dengan memakai bahasa Indonesia.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya bahasa
Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak
memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa
Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa
Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan
yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
5. Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda,
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri
oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut
dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van
Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
6. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa
Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal
yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
7. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa
negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia".
8. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai
pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya berlaku.
9. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama
Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa
Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa.
10. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan mengenai tekad bangsa
Indonesia untuk tetap terus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat menjadi
bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi bahasa negara Indonesia.
11. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu Presiden
Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dengan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR dan dikuatkan
dengan adanya Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
12. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu
menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi diberlakukan di Indonesia (Wawasan
Nusantara).
13. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-50. Selain telah
memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan pertumbuhan bahasa Indonesia, juga
telah berusaha untuk memantapkan kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.
14. Tanggal 21-26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres Bahasa Indonesia IV ini dilaksanakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda
ke-55. Dalam putusannya itu disebutkan bahwa pengembangan dan pembinaan bahasa
Indonesiab yang harus ditingkatkan sehingga amanat tercantum dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, dimana mewajibkan kepada warga negara Indonesia untuk memakai
bahasa Indonesia dengan benar dan dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.
15. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar 700s pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta tamu dari berbagai negara sahabat.
Kongres tersebut ditandatangani dengan dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa kepada para pencinta bahasa Indonesia di Nusantara, yaitu
Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan terdapat 53 peserta tamu
dari mancanegara. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang Bahasa Indonesia.
17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Sekian Artikel mengenai Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia, semoga artikel
ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk
sekedar menambah wawasan tentang sejarah perkembangan bahasa indonesia, fungsi bahasa
indonesia dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Anda mungkin juga menyukai